Anda di halaman 1dari 10

1.

Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha


Tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah Tertentu
Latar belakang dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/ atau di
Daerah-daerah Tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 adalah:
a. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal
dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan pembangunan untuk bidangbidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu;
b. Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan
ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi
bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu;
c. untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan sesuai
dengan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Bentuk fasilitas Pajak Penghasilan yang diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan yang
berikan kepada Wajib Pajak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5%
(lima persen) per tahun;
Contoh: PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100 milyar berupa
pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan, dan mesin. Terhadap PT ABC dapat
diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5%
x Rp 100 milyar = Rp 5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai sejak
tahun pemberian fasilitas.
b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok Aktiva
Tetap Berwujud

Masa Manfaat
Menjadi

I. Bukan Bangunan:
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III

2 tahun
4 tahun
8 tahun

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan


Metode
Garis Lurus
Saldo Menurun
50%
25%
12,5%

100% (dibebaskan sekaligus)


50%
25%

Kelompok IV
II. Bangunan:
Permanen
Tidak Permanen

10 tahun

10%

20%

10 tahun
5 tahun

10%
20%

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar
Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku;
Contoh: Investor dari negara X memperoleh dividen dari Wajib Pajak (WP) Badan
dalam negeri yang telah ditetapkan untuk memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 52
Tahun 2011. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belum
memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah
Republik Indonesia (RI), atau bertempat kedudukan di negara yang telah memiliki
P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen untuk WP luar negeri 10% atau
lebih, maka atas dividen hanya akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia
sebesar 10%. Namun apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di suatu
negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen
tersebut dikenakan PPh di Indonesia sesuai tariff yang diatur dalam P3B tersebut.
d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10
(sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tambahan 1 tahun:
Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha tertentu yang dilakukan di
kawasan industri dan kawasan berikat;
b. Tambahan 1 tahun:
Apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga kerja
Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
c. Tambahan 1 tahun:
Apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk
infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah);
d. Tambahan 1 tahun:

Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri


dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5%
dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun; dan/atau
e. Tambahan 1 tahun:
Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam
negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke-4.
Contoh: PT ABC pada tahun 2007 ini, melakukan penanaman modal di
kawasan industri di kota Maumere (Nusa Tenggara Timur) dengan mendirikan
pabrik bumbu masak dan penyedap masakan. Pabrik tersebut mempekerjakan
750 orang tenaga kerja tetap dan direncanakan dipekerjakan sampai tahun
2014. Bahan baku dan komponen yang dipergunakan PT ABC dalam
memproduksi bumbu masak dan penyedap makanan tersebut adalah bahan
baku dan komponen produksi dalam negeri. Terhadap PT ABC diberikan
fasilitas Pajak Penghasilan antara lain berupa kompensasi kerugian selama 5
tahun + 3 tahun atau 8 tahun.

2. Fasilitas PPN dan Bea Masuk


Yang dimaksud dengan Pembebasan Bea Masuk adalah Peniadaan Pembayaran Bea
Masuk. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk diatur dalam:
a. Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006
b. Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006

Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006


mengatur tentang Pembebasan Bea Masuk atas barang impor sebagai berikut:

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
Yang dimaksud dengan barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yaitu
barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing tersebut, termasuk pejabat
pemegang paspor diplomatik dan keluarganya di Indonesia. Pembebasan tersebut
diberikan apabila negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama
terhadap diplomat Indonesia

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di


Indonesia;

Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan badan internasional beserta


pejabatnya yaitu milik atau untuk keperluan badan internasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia, termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di
Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang
memegang paspor Indonesia

Buku ilmu pengetahuan;


Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait
terhadap buku-buku yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial,
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;
a. Yang dimaksud barang keperluan ibadah untuk umum yaitu barang-barang yang
semata-mata digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di
Indonesia.
b. Yang dimaksud dengan barang keperluan amal dan sosial yaitu barang yang
semata-mata ditujukan untuk keperluan amal dan sosial dan tidak mengandung
unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana alam atau pemberantasan wabah
penyakit.
c. Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan kebudayaan yaitu barang yang
ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara. Pembebasan
bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait.

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;


Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan yaitu barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan
penelitian/riset atau percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembebasan bea masuk diberikan
berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang


yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;

Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;


Yang dimaksud dengan barang contoh yaitu barang yang diimpor khusus sebagai
contoh, antara lain untuk keperluan produksi (prototipe) dan pameran dalam jumlah
dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek.

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan;
Yang dimaksud dengan barang pindahan yaitu barang-barang keperluan rumah tangga
milik orang yang semula berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah ke
dalam negeri.

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu;

Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang


diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;

Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian;
a. Yang dimaksud dengan perbaikan yaitu penanganan barang yang rusak, usang,
atau tua dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat
hakikinya.
b. Yang dimaksud dengan pengerjaan yaitu penanganan barang, selain perbaikan
tersebut di atas, juga mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi
ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya.
c. Pengujian meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu
serta kapasitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
d. Pembebasan atau keringanan dalam hal ini hanya dapat diberikan terhadap barang
dalam keadaan seperti pada waktu diekspor, sedangkan atas bagian yang diganti
atau ditambah dan biaya perbaikan tetap dikenakan bea masuk.

Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama
dengan kualitas pada saat diekspor;
a. Pembebasan bea masuk dapat diberikan terhadap barang setelah diekspor,
diimpor kembali tanpa mengalami proses pengerjaan atau penyempurnaan
apapun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, barang
keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan.

b. Terhadap barang yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal diimpor
kembali dalam keadaan yang sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah
diterimanya dikembalikan.

Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan.


a. bahan terapi yang berasal dari manusia, yaitu darah manusia serta turunannya
(derivatif) seperti darah seluruhnya, plasma kering albumin, gamaglobulin,
fibrinogen serta organ tubuh.
b. bahan pengelompokkan darah yang berasal dari manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, atau sumber lain.
c. bahan penjenisan jaringan yang berasal dari manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, atau sumber lain.

Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan


No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006 yaitu pembebasan yang relatif, dalam arti
bahwa pembebasan yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu,
sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya keringanan bea
masuk.
Barang dan Bahan untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Dalam Rangka
Penanaman Modal;
Yang dimaksud dengan penanaman modal yaitu penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Mesin Untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri;
Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri yaitu setiap
mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang
digunakan untuk pembangunan dan pengembangan
Pengertian pembangunan dan pengembangan industri meliputi pendirian perusahaan atau
pabrik baru serta perluasan (diversifikasi) hasil produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk
tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau pabrik yang telah ada.
Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan dan Pengembangan Industri untuk Jangka
Waktu Tertentu;
Yang dimaksud dengan barang dan bahan yaitu semua barang atau bahan, tidak melihat jenis
dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan
barang jadi, sedangkan batas waktu akan diatur dalam keputusan pelaksanaannya.

Peralatan dan Bahan yang Digunakan Untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan;


Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Pertanian, Peternakan, atau
Perikanan;
Yang dimaksud dengan bibit dan benih yaitu segala jenis tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
diimpor dengan tujuan benar-benar untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka
pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan
Hasil Laut yang Ditangkap dengan Sarana Penangkap Yang Telah Mendapat Izin;
Yang dimaksud dengan hasil laut yaitu semua jenis tumbuhan laut, ikan atau hewan laut yang
layak untuk dimakan seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting yang belum atau sudah diolah
dalam sarana penangkap yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan sarana penangkap yaitu satu atau sekelompok kapal yang mempunyai
peralatan untuk menangkap atau mengambil hasil laut, termasuk juga yang mempunyai
peralatan pengolahan.
Yang dimaksud dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin yaitu sarana penangkap
yang berbendera Indonesia atau berbendera asing yang telah memperoleh izin dari
Pemerintah Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan hasil laut.
Barang yang Mengalami Kerusakan, Penurunan Mutu, Kemusnahan, atau Penyusutan
Volume atau Berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat
diberikan persetujuan impor untuk dipakai;
Dalam transaksi perdagangan kemungkinan adanya perubahan kondisi barang sebelum
barang diterima oleh pembeli dapat saja terjadi. Sedangkan prinsip pemungutan bea masuk
dalam undang-undang ini diterapkan atas semua barang yang diimpor untuk dipakai
sehingga, apabila terjadi perubahan kondisi (kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau
penyusutan volume atau berat karena sebab alamiah), barang tersebut tidak sepenuhnya dapat
dipakai atau memberikan manfaat sebagaimana diharapkan, wajar apabila barang yang
mengalami perubahan kondisi sebagaimana diuraikan di atas tidak sepenuhnya dipungut bea
masuk. Oleh karena itu pembatasan pada saat kapan terjadinya perubahan kondisi barang
tersebut, yaitu antara waktu pengangkutan dan diberikannya persetujuan impor untuk dipakai
Barang oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang Ditujukan untuk Kepentingan
Umum;
Yang dimaksud dengan kepentingan umum yaitu kepentingan masyarakat yang tidak
mengutamakan kepentingan di bidang keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan
umum.
Barang untuk Keperluan Olahraga Yang Diimpor oleh Induk Organisasi Olahraga Nasional;

Barang untuk Keperluan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Pinjaman dan/atau Hibah
dari Luar Negeri;
Barang dan Bahan untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada Barang Lain dengan Tujuan
untuk Diekspor (KITE - Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 231/KMK.03/2001 sebagaimana telah


diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 27/PMK.011/2012
tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan dari Bea Masuk, Tidak Dipungut
PPN dan PPnBM atas barang-barang sebagai berikut:

Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada
Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak
memegang paspor Indonesia;

Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, mahasiswa
yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional
Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk
diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia
setempat;

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pabean;

Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;

Perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan


pertahanan dan keamanan Negara;

Barang impor sementara;

Barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas
bumi serta panas bumi, dengan ketentuan :

Barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;

Barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun belum memenuhi spesifikasi
yang dibutuhkan; atau

Barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri.

Dikecualikan dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22


Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah
diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 146/PMK.011/2013
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas
Penyerahan Barang Kena Pajak dan Kegiatan Lain di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha
Bidang Lain, yakni atas barang impor yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau
pajak Pertambahan Nilai, Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 atas barang-barang
sebagai berikut:

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di


Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam
peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan
bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta
para pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau
untuk kepentingan penanggulangan bencana;

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan;

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
kepabeanan;

Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;

Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer termasuk suku cadang yang


diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;

Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);

Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;

Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional;

Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. Kereta Api Indonesia;

Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia; dan/atau

Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS).

Anda mungkin juga menyukai