I.
DEFINISI
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan
darah
dalam
jumlah
yang
memadai
untuk
memenuhi
kebutuhan
EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama
tahun 2005.3
Peningkatan insiden penyakit jantung koroner berkaitan dengan
perubahan
gaya
hidup
masyarakat
yang
turut
berperan
dalam
meningkatkan faktor risiko penyakit ini seperti kadar kolesterol lebih dari
200 mg%, HDL kurang dari 35mg%, perokok aktif dan hipertensi.2
dalam
jumlah
yang
memadai
untuk
memenuhi
kebutuhan
diagnosis
yang
baik
sangat
penting
untuk
meliputi
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
radionuklir
juga
pemeriksaan
angiografi
koroner.
III.
ETIOLOGI
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi
jantung
koroner
terjadinya
gagal
jantung.
makanan
yang
mengandung
merupakan
Perubahan
gaya
lemak,
penyebab
hidup
dan
utama
dengan
beberapa
untuk
konsumsi
faktor
yang
merupakan
penyakit
otot
jantung
yang
bukan
ventrikel
kiri
dengan
atau
tanpa
dilatasi
ventrikel
kanan.
restriktif
ditandai
dengan
kekakuan
serta
compliance
fungsi
diastolik
(relaksasi)
yang
menghambat
pengisian
ventrikel.
PATOMEKANISME
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi
gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf
simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi
sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya
penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme.
kompensasi neurohormonal, sistem Renin Angiotensin Aldosteron
(system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang
bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas
jantung dapat terjaga.
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga
cardiac output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
II
plasma
dan
aldosteron.
Angiotensin
II
merupakan
tonus
vagal
dan
merangsang
pelepasan
aldosteron.
peptide
vasokonstriktor
yang
poten
menyebabkan
efek
infiltrasi
pada
penyakit
jantung
amiloid.
Walaupun
masih
kerusakan
otot
jantung,
yang
kemudian
mengakibatkan
batas
homeostatik/fisiologis,
sehingga
kemampuan
fungsional
pasien dapat terjaga atau hanya menurun sedikit. Transisi pasien dari gagal
jantung
asimtomatik
ke
gagal
jantung
yang
simtomatik,
aktivasi
suatu
molekul
yang
secara
biologis
aktif,
1,4,8
yang
dapat
Seiring dengan
terus
menurun,
dan
masukan
eksitasi
meningkat.
ini
menjadi
maladaptif
apabila
menimbulkan
peningkatan
tekanan darah, tetapi kebutuhan energi miokard menjadi lebih besar, yang
dapat menimbulkan iskemi jika tidak ada penyaluran O2 ke miokard. Dalam
jangka pendek aktivasi sistem adrenergic dapat sangat membantu, tetapi
lambat laun akan terjadi maladaptasi.1 Penderita dengan gagal jantung
kronik
akan
mekanismenya
terjadi
masih
penurunan
belum
konsentrasi
jelas,
mungkin
norepinefrin
jantung;
berhubungan
dengan
pertumbuhan
sel,
sekresi
aldosteron
dan
pelepasan
II
mempunyai
beberapa
aksi
penting
dalam
aksi
aldosteron
pada
sistem
kardiovaskuler
nampaknya
dengan
reseptor
B2.
Ikatan
dengan
reseptor
B2
ini
akan
1,5
Proses
peningkatan
tekanan
sistolik
yang
secara
parallel
kalsium
merupakan
hal
yang
penting
dalam
yang terjadi akan mengganti miosin ATPase yang tinggi dan mempengaruhi
struktur membran sehingga mengakibatkan penurunan dalam pompa
kalsium ATPase. Selain itu, adanya kebutuhan energi juga menyebabkan
gangguan pada proses kontraksi-eksitasi pada gagal jantung.1,5
Kematian sel miokard merupakan indikator prognosis buruk pada
gagal jantung. Baik apoptosis dan nekrosis akan menyebabkan kematian
sel pada gagal jantung. Apoptosis terjadi sebagai konsekuensi dari adanya
luka pada sel, peningkatan permeabilitas mitokondria dan jumlah kalsium
yang berlebih. Apoptosis dapat berkembang menjadi nekrosis yang
kemudian menjadi fibrosis. Hal-hal ini memperburuk gagal jantung.1,5
GAMBARAN KLINIS
Penderita gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi
karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga
curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam
ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat,
dengan tanda dan gejala perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebardebar, sesak nafas, batuk anoreksia, keringat dingin, takhikardia, dispnea,
paroxysmal nocturnal dyspnea, ronki basah paru dibagian basal serta
mendengarkan bunyi jantung III.
Penderita Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan
pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan
menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri, dengan tanda dan
gejala Edema tumit dan tungkai bawah, hati membesar, lunak dan nyeri
tekan, Bendungan pada vena perifer (jugularis), gangguan gastrointestinal
(perut kembung, anoreksia dan nausea) dan asites,berat badan bertambah,
penambahan
cairan
badan,
kaki
bengkak
(edema
tungkai),
perut
1.1.
Klasifikasi
struktural
gagal
jantung
berdasarkan
kelainan
atau
berdasarkan
gejala,
(ACC/AHA)
dan
kerusakan
jantung.
Memiliki
risiko
mengembangkan
Stage jantung.
A
Tidak
kelainan
tidak
Aktivitas
gagal
terganggu,
struktural
fungsional,
tinggi
atau I
terdapat
fisik
tidak
aktivitas
dilakukan
menyebabkan
yang
tidak
kelelahan,
tanda/gejala.
Stage Secara
struktural
fisik
sedikit
kelainan
jantung
dihubungkan
B
jantung,
dengan
tapi
yang
gagal
tanpa II
mengakibatkan
kelelahan,
jantung
bergejala
Aktivitas
fisik
sangat
dengan
kelainan
struktural
Stage jantung.
III
ringan
menimbulkan
rasa
struktural
jantung
mengalami
kelainan
Tidak
dapat
beraktivitas
Stage berat, gejala gagal jantung Kelas Saat istirahat bergejala. Jika
D
melakukan
telah
mendapatkan
aktivitas
fisik,
pengobatan.
VI.
DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Fisik
- Gejala dan tanda sesak nafas
- Edema paru
- Peningkatan JVP
- Hepatomegali
- Edema tungkai
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio
kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH,
dan
sangat
berguna
ketika
citra
yang
memadai
dari
PENATALAKSANAAN
dihentikan.Konsumsi
alkohol
merubah
keseimbangan
cairan,
2. Terapi obat-obatan
a.
Diuretik
digunakan
pada
semua
keadaan
dimana
dikehendaki
berat
karena
absorbs
usus.
Diuretik
ini
menyebabkan
hiperurisemia.
Diuretik Thiazide (bendroflumetiazid, klorotiazid, hidroklorotiazid, mefrusid,
metolazon).
Menghambat
reabsorbsi
garam
di
tubulus
distal
dan
mekanisme
kompensasi
sekunder
yang
dapat
menyebabkan gejala.
c. Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding
ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen moikard,
menurunkan konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung.
Vasodilator dapat bekerja pada system vena (nitrat) atau arteri (hidralazin)
atau memiliki efek campuran vasodilator dan dilator arteri (penghambat
ACE,
antagonis
reseptor
angiotensin,
prazosin
dan
nitroprusida).
Beta
Blocker
(carvedilol,
bisoprolol,
metoprolol).
Penyekat
beta
beta
dapat
meningkatkan
densitas
reseptor
beta
dan
efektif
dalam
mencegah
AF
dan
memperbaiki
kesempatan
KOMPLIKASI
penumpukan
cairan
yang
jaringan
parut
yang
mengakibatkanhati
tidak
dapat