Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN II
PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN
ASETOSAL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

OLEH :
NAMA

: SITTI MUNAWARAH

NIM

: F1F1 12 044

KELAS

:A

KELOMPOK

: II (DUA)

ASISTEN

: RINA ANDRIANI, S. Farm, Apt

LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL


DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
A. Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar
multikomponen campuran asetosal dan kofein secara spektrofotometri
ultraviolet.
B. Landasan Teori
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melaui suatu
larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Proses ini disebut absorbsi spektrofotometri. Prinsip kerja dari metode ini
adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan
konsentrasi kontaminan dalam larutan. Prinsip ini dijabarkan oleh Lambert
Beer yang menghubungkan antara absorpsi cahaya dengan konsentrasi pada
suatu bahan yang mengabsorpsi (Hardiayanti, 2009).
Prinsip dasar spektrofotometri UV-Vis adalah analisis yang didasrkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan
berwarna

pada

panjang

gelombang

spesifik

dengan

menggunakan

monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector fofotube (Setiono


dkk., 2013).
Identifikasi kualitatifdari suatu senyawa serapan kromofor adalah
berupa spectra yang ditunjukkan dari panjang gelombang ( ) versus
absorbansi. Setiap kromofor akan memberikan suatu titik spesifik yang
SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

disebut dengan panjang gelombang maksimum ( maks). Selanjutnya, untuk


analisis sampel murni, identifikasi pada panjang gelombang maksimum dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif, karena absorbansi sampel akan
berbanding lurus dengan konsentrasi sampel, sesuai dengan hukum LambertBeer.
A= b.c (Fatimah, 2003).
Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering
digunakan, karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi,
antireumatik, dan yang paling mutakhir adalah sebagai antiagregasi trombosit
(antitrombotik) atau antiplatelet. Salisilat tersedia dalam berbagai bentuk
sediaan obat, di antaranya topical, tablet, serbuk, dan supositoria. Selain
bentuk regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput yang
diharapkan akan mengalami disolusi dalam usus halus (Miladiyah, 2012).
Asam asetil salisilat atau aspirin merupakan obat anti-inflamasi yang
telah dipergunakan sejak 1897 dan hingga saat ini masih dipergunakan dan
menarik perhatian peneliti terkait dengan mekanisme molekulernya. Aspirin
merupakan satu-satunya obat anti-inflamasi yang berikatan secara kovalen
dengan siklooksigenase (COX), enzim yang bertanggung jawab pada
pembentukan mediator inflamasi di prostaglandin.

(Margono, 2006).

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Kafein merupakan satu dari berbagai jenis alkaloid yang banyak


terdapat dalam tumbuhan seperti biji kopi, daun teh, dan biji coklat. Secara
farmakologi, kafein dapat memeberikan efek farmakologi klinis seperti
menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus dan stimulasi otot jantung. Jika berlebihan (over dosis) dalam
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia,
hipertensi, mual dan kejang (Maramis, 2013).

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Batang pengaduk
b. Botol gelap
c. Botol semprot
d. Filler
e. Gelas kimia 100 ml
f. Kuvet
g. Labu takar 100 ml dan 500 ml
h. Pipet tetes
i. Pipet ukur 20 ml
j. Sendok tanduk
k. Spektrofotometer UV-vis
l. Timbangan analitik
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Akuades
b. Alkohol 70%
c. Asetosal murni
d. Kofein murni
e. Sampel obat yang mengandung asetosal dan kofein (Puyer Bintang
Toedjoe 16)
3. Uraian Bahan
a. Alkohol (Ditjen POM, 1979 : 65).
Nama resmi
: Aethanolum
Nama lain
: Etanol
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
Kelarutan

tidak
berasap.
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

Penyimpanan

dan dalam eter P.


: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

Kegunaan

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.


: Sebagai kosolven.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Identifikasi

: Pada 5 ml larutan 0,5% b/v, tambahkan 1 ml


natrium hidroksida 0,1 N, kemudian tambahkan
perlahan-lahan 2 ml larutan iodium P. Tercium bau

iodoform dan terbentuk endapan kuning.


b. Aquades (Ditjen POM, 1979 : 96).
Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling
BM/RM
: 18,02/H2O
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
c. Asetosal (Ditjen POM, 1979 : 43).
Nama resmi
: Acidum acetylsalicylicum
Nama lain
: Asam asetilsalisilat
BM/RM
: 180,16/C9H8O4
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
Kelarutan

tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam.


: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan

Penyimpanan
Kegunaan
Identifikasi

dalam eter P.
: Dalam wadah tertutup baik.
: Sebagai sampel.
: Didihkan 200 mg dengan 4 ml larutan natrium
hidroksida P 8% b/v selama 3 menit, dinginkan.
Tambahkan 5 ml asam sulfat encer P, terbentuk
endapan hablur putih asam salisilat, saring,

gunakan filtrat untuk identifikasi.


d. Kofein (Ditjen POM, 1979 : 175).
Nama resmi
: Coffeinum
Nama lain
: Kofeina
BM/RM
: 194,19/C8H10N4O2

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Pemerian

: Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat


biasanya menggumpal, putih, tidak berbau, rasa

Kelarutan

pahit.
: Agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar

Penyimpanan
Kegunaan
Identifikasi

larut dalam eter P.


: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai sampel
: Lebih kurang 5 mg larutkan dalam 1 ml asam
klorida P dalam cawan porselin, tambahkan 50 mg
kalium klorat P, uapkan di atas tangas air hingga
kering. Tempatkan awan terbalik di atas bejana
yang berisi beberapa tetes ammonia P, sisa
berwarna violet yang hilang dengan penambahan
larutan alkali.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Asetosal dan Kofein Murni 20 ppm
Asetosal murni
- Ditimbang sebanyak 0,1 g
- Dilarutkan dengan alkohol 25 ml
- Dimasukkan dalam labu takar 500 ml
- Dicukupkan dengan akuades hingga 500 ml
- Digojog hingga homogen
- Diulangi perlakuan di atas untuk kofein
Larutan asetosal dan Kofein murni 20 ppm
2. Pembuatan Larutan Sampel murni
Sampel obat Puyer 16
-

Ditimbang sebanyak 0,1 mg


Dilarutkan dengan alkohol 25 ml
Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
Dicukupkan dengan akuades hingga 100

ml
Digojog hingga homogen
Larutan sampel

3. Pembuatan Larutan Standar

Larutan Asetosal Murni 20 ppm


- Dimasukkan ke dalam 5 labu takar 100
ml
Labu 1
Labu 5
Labu 2
Labu 3
Labu 4
- Dipipet sebanyak- Dipipet sebanyak
- Dipipet sebanyak
- Dipipet sebanyak
- Dipipet sebanyak
2,5 ml
1,5 ml
2 ml
0,5 ml
1ml
- Dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml
- Digojog hingga homogen
- Dimasukkan dalam botol gelap
- Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 235,6 nm
Absorbansi larutan 0,1 ppm = 0,061
Absorbansi larutan 0,2 ppm = 0,059
Absorbansi larutan 0,3 ppm = 0,079
Absorbansi larutan 0,4 ppm = 0,127
SITTI MUNAWARAH
F1F1
12 044
Absorbansi
larutan
0,5 ppm = 0,091

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

4. Penentuan Kadar Asetosal dan Kofein


Larutan Sampel
- Dipipet ke dalam kuvet
- Diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 235,2 nm
- Ditentukan konsentrasi Asetosal dan kofein
dalam sampel yang digunakan.
Absorbansi asetosal
= 2,309
- Diulangi
perlakuan di atas untuk kofein
Absorbansi kofeinpada
= panjang
1,950 gelombang 265,5 nm

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

C. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan Asetosal
a. Larutan Standar Asetosal Murni
No.
1
2
3
4
5

Konsentrasi (ppm)

WL1[235 nm]
0,061
0,059
0,079
0,127
0,091

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5

Absorbansi
0,061
0,059
0,079
0,127
0,091

b. Larutan Sampel Puyer Bintang Toedjoe 16


No.
1

Nama Sampel
Puyer Bintang
Toedjoe 16

SITTI MUNAWARAH

Panjang
Gelombang (nm)
235,2 nm

F1F1 12 044

Konsentrasi

Absorbansi

(ppm)
8,3660

2,309

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

2. Tabel Hasil Pengamatan Kofein


a. Larutan Standar Kofein Murni
No.
1
2
3
4
5

Konsentrasi (ppm)
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5

WL1[265 nm]
0,037
0,048
0,071
0,082
0,086

Absorbansi
0,037
0,048
0,071
0,082
0,086

b. Larutan Sampel Puyer Bintang Toedjoe 16

No.

Nama Sampel

Puyer Bintang
Toedjoe 16

SITTI MUNAWARAH

Panjang
Gelombang
(nm)

Konsentrasi
(ppm)

Absorbansi

265,5 nm

9,3476

1,95

F1F1 12 044

10

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

3. Grafik
a. Asetosal
1) Panjang Gelombang Maksimum

Smooth: 0

ABS

Deri.: 0

0.14
0.13
0.12
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00

nm
190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

max = 235,2 nm
2) Kurva Larutan Standar

290

300

310

320

330

340

350

360

370

380

390

400

ABS
1 .0
0 .9
0 .8
0 .7
0 .6
0 .5
0 .4
0 .3
0 .2
0 .1
0 .0

ppm
0 .0

0 .1

0 .2

0 .3

0 .4

0 .5

0 .6

S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:

3 .6 2 2 0

K 0:

0 .0 0 0 0

R:

0 .8 5 4 7

R 2:

0 .7 3 0 5

b. Kofein
1) Panjang Gelombang Maksimum
SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

11

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Smooth: 0

ABS

Deri.: 0

0.14
0.13
0.12
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00

nm
190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

max = 265,5 nm
2) Kurva Larutan Standar

290

300

310

320

330

340

350

360

370

380

390

400

ABS
0 .5 0
0 .4 5
0 .4 0
0 .3 5
0 .3 0
0 .2 5
0 .2 0
0 .1 5
0 .1 0
0 .0 5
0 .0 0

ppm
0 .0

0 .1

0 .2

0 .3

0 .4

0 .5

0 .6

S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:

4 .7 9 1 9

K 0:

0 .0 0 0 0

R:

0 .9 6 0 7

R 2:

0 .9 2 3 0

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

12

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

D. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna

pada

monokromator

panjang
prisma

gelombang

atau

spesifik

kisi difraksi

dengan

menggunakan

dengan detektor

fototube.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu


sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila
cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekulmolekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan
cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur
elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik
berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga
elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul
organik aromatik, molekul yang mengandung elektron- terkonjugasi dan atau
atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital
terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya
serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang
mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Pengukuran zat dengan spektofotometri selalu melibatkan analat
blanko dan standar. Blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang
sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Dalam
percobaan ini blanko yang digunakan yakni aquadest. Tujuan pembuatan

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

13

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang
bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis. Larutan standar
adalah larutan yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan
mengandung kkomponen analat dengan konsentrasi yang sudah diketahui.
Praktikum ini, dilakukan penetapan kadar multikomponen campuran
asetosal dan kofein secara spektrometer ultraviolet. Bahan-bahan yang
digunakan adalah asetosal, kofein, sediaan obat sampel, etanol dan akuades.
Sampel yang akan ditentukan kadarnya yakni asetosal dan kafein.
Asetosal mempunyai nama sinonim asam asetil salisilat, asam salisilat asetat
dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak
berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih.
Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika
terkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari
asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300),
etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15), larut dalam larutan asetat
dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, asam
asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat.
Kafein biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant
pernapasan dan juga sebagai peluruh kencing. Kafein berbentuk serbuk atau
hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak berbau dan
rasa pahit. Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

14

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Sampel obat asetosal dimasukkan dalam labu takar. Diberikan sedikit


etanol dan diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Digunakan etanol,
karena asetosal memiliki sifat yang sukar larut dalam air, sehingga dibutuhkan
bantuan etanol. Etanol berfungsi untuk meningkatkan kelarutan asetosal dalam
air. Etanol memiliki struktur bagian polar dan nonpolar. Pada bagian polar
etanol dapat berikatan dengan air, dan pada bagian non polar etanol berikatan
dengan asetosal dan salisilat. Kemudian bagian kecil dari asetosal dan salisilat
yang bersifat polar dapat berikatan dengan air. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa etanol berfungsi untuk menyatukan air dan asetosal sehingga dapat
larut dengan baik.
Pengukuran kadar dilakukan dengan panjang gelombang untuk
aseosal yaitu 235,5 nm dan untuk kofein yaitu pada panjang gelombang
265,5nm. Hasil dari pengukuran diperoleh kadar komponen asetosal, dan
kofein dalam sampel obat yang mengandung campuran obat di atas berturutturut adalah 8,3660 ppm dan 9,4376 ppm. Diperoleh hasil dimana kadar
asetosal dalam sampel Puyer 16 adalah 8,3660 ppm dan kadar kofein dalam
sampel Puyer 16 adalah 9,3476 ppm. Jika dikonversi ke dalam mg maka
kadar asetosal sampel sebesar 0,00836 mg dalam 1 gram sampel obat.
Sedangkan kadar kofein sebesar 0,00934 mg dalam 1 gram sampel obat.
Kadar ini jauh lebih rendah dibanding dengan kadar yang tertera pada etiket
obat, dimana pada etiket tertera bahwa kadar asetosal dan kofein masingmasing 50 mg dalam 1 gram obat. Perbedaan kadar yang d peroleh dengan

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

15

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

yang tertera pada etiket dapat disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam
proses pengamatan.
Dalam bidang farmasi, metode analisis dengan spektrofotometer
sangat diperlukan guna membantu dalam menganalisis kadar senyawa
senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Sehingga diperlukan
pemahaman yang baik mengenai prinsip dari metode tersebut agar dapat
diaplikasikan dengan baik dan benar sehingga dapat diperoleh hasil yang
akurat.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

16

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

E. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Sampel Puyer Bintang Toedjoe 16 secara kualitatif mengandung asetosal
dan kofein.
2. Kadar asetosal

dan kofein dalam sampel Puyer Bintang Toedjoe 16

berturut-turut adalah 8,3660 ppm dan

9,3476 ppm. Jika dikonversi

kedalam mg, kadar asetosal dan kofein masing-masing sebesar 0,00836


mg dalam 1 gram sampel obat dan 0,00934 mg dalam 1 gram sampel obat.
Kadar ini jauh lebih rendah dibanding dengan kadar yang tertera pada
etiket obat. Kesalahan kemungkinan terjadi selama proses perlakuan pada
sampel. Proses pengenceran yang kurang hati-hati hingga melewati tanda
tera juga dapat mempengaruhi kadar suatu senyawa didalam suatu sampel.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

17

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Daftar Pustaka
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Fatimah, I., 2003, Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan
Spektrofotometri Derivatif, Jurnal Logika, Vol.9,No.10, Fakultas Mipa
Universitas Islam Indonesia, Jakarta.
Hardiyanti, E. A., 2009, Bahaya Kimia, Penerbit Buku Kedokteran, Egc, Jakarta.
Margono, S. A., dkk., 2006, Sintesis Dan Prediksi Parameter Fisikokimia
Senyawa Baru Berpotensi Anti-Inflamasi: Diasetil Pentagamavunon1, Indo. J. Chem, Vol. 6, No. 1.
Maramis, K. R., Gayatri, C., dan Frenly, W., 2013, Analisis Kafein Dalam Kopi
Bubuk Di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis, Jurnal
Ilmiah Farmasi, Vol. 2, No. 4, Manado.
Miladiyah, I., 2012, Therapeutic Drug Monitoring (TDM) pada Penggunaan
Aspirin sebagai Antireumatik, Jurnal sains medika, Vol. 4, No. 2.
Setiono, Monica Dan Dewi, Avriliana, 2013, Penentuan Jenis Solven Dan Ph
Optimum Pada Analisis Senyawa Delphinidin Dalam Kelopak Bunga
Rosela Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis, Jurnal Teknologi
Kimia Dan Industri, Vol. 2, No. 2, Semarang.

SITTI MUNAWARAH

F1F1 12 044

18

Anda mungkin juga menyukai