Anda di halaman 1dari 11

KANDIDIASIS ORAL

Defenisi, Etiologi, Epidemiologi


Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa
lesi merah dan lesi put ih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana
Kandida albikan merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis
oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang
melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida.

11

Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya (
C.albicans, C.
tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii )
dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi
oportunistik.

1,6,8,11

Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat,
45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang
memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan
jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan
95% pada pasien HIV/AIDS.

Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan
kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan
kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.

Faktor resiko

12

Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan


masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut
dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor
6

tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Patogenitas jamur

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi


Kandida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan
11,13

produksi enzim ekstraseluler.

Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida

ke dinding
5

sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan
patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel host.

11

Produksi enzim

hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan dengan


patogenitas Kandida albikan.

13

b. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik. Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang
dapat menurunkan jumlah saliva.

6,14

Saliva penting dalam mencegah timbulnya

kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung
dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya
kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan
leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva.

5,6,14

Pemakaian

gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis oral.
Sebanyak
65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi
Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang

sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat.

6,14

Selain dikarenakan faktor lokal,

kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit
sistemik

seperti diabetes,

kondisi

imunodefisiensi seperti HIV,

keganasan

seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik


spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.

6,13,15

Klasifikasi dan Gambaran Klinis


Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan
dan interaksi organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral
dikelompokkan atas tiga, yaitu :
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush,
pertama sekali dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang put
ih, difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin,
6,16,17

dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan permukaan merah dan kasar.

Pada

6,16

Penderita

umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak.


2

kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis seperti ini
sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS,
pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi.

6,18

Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau


pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

17

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada


15

lidah dan mukosa bukal pasien


b. Kandidiasis Atropik Akut
Kandidiasis

jenis

ini

membuat

daerah

permukaan

mukosa

mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata.

2,17

oral

Infeksi ini

terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana
obat tersebut dapat

mengganggu

keseimbangan

ekosistem

oral

antara

Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan. Antibiotik yang dikonsumsi oleh


pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan Kandida tumbuh
17

subur.

Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti


2,6,17

terbakar.

Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut


2. Kronik, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Atropik Kronik

15

Disebut

juga

denture

stomatitis

atau

alergi

gigi

tiruan.

6,17

Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan
menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida.

6,18

Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita
tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur.

8,18

Gambar 3. Kandidiasis Atropik Kronik

15

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintikbintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.

17

Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang
disebut sebagai Kandida leukoplakia.

18

Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat

dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi.


paling sering diderita oleh perokok.

Kandidiasis ini

Gambar 4. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


c. Median Rhomboid Glositis

Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke


papila sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga
posterior lidah.

6,8

Gejala penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila.

Gambar 5. Median Rhomboid Glositis

15

3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut,
6

dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah
dan pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut.

17

Keilitis angularis ini

dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.

Gambar 6. Angular Cheilitis

6,16

Perawatan
Pada pasien yang kesehatan tubuhnya normal, seperti perokok dan pemakai
gigi tiruan, perawatan kandidiasis oral relatif mudah dan efektif, namun pasien yang
mengkonsumsi antibiotik jangka panjang, dan pasien dengan sistem imun tubuh
rendah yang mendapat perawatan kemoterapi dimana infeksi jamur mau tidak mau
akan timbul, maka perawatan kandidiasisnya lebih spesifik. Adapun perawatan
kandidiasis oral yaitu dengan menjaga kebersihan rongga mulut, memberi
obat-

obatan antifungal baik lokal maupun sistemik, dan berusaha menanggulangi faktor
predisposisi, sehingga infeksi jamur dapat dikurangi.

18

Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun

menyikat

daerah bukal dan lidah dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan,
gigi tiruan harus direndam dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini
lebih efektif dibanding dengan hanya meyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi
tiruan yang tidak rata dan poreus menyebabkan Kandida mudah melekat, dan jika
hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya.

6,19

Pemberian obat-obatan antifungal juga efektif dalam mengobati infeksi jamur.


Terdapat dua jenis obat antifungal, yaitu pemberian obat antifungal secara topikal
dan sistemik.

14,19

Pengobatan antifungal topikal pada awal abad 20 yaitu dengan

menggunakan gentian violet, namun karena perkembangan resisten dan adanya efek
samping seperti meninggalkan stain pada mukosa oral, sehingga obat itu
diganti dengan Nystatin yang ditemukan pada tahun 1951 dan Amphotericin B
pada tahun
1956. Obat-obat tersebut bekerja dengan mengikat sterol pada membran sel
jamur, dan mengubah permeabilitas membran sel. Nystatin merupakan obat
antifungal yang paling banyak digunakan. Obat antifungal sistemik digunakan pada
pasien yang tidak mempan terhadap obat antifungal topikal dan pada pasien dengan
resiko tinggi menderita infeksi sistemik.

6,19

Selain menjaga kebersihan rongga mulut dan memberi obat-obatan antifungal


6

pada pasien, faktor predisposisi juga harus ditanggulangi. Penanggulangan faktor


predisposisi meliputi pembersihan dan penyikatan gigi tiruan secara rutin dengan
menggunakan
dan

cairan

pembersih,

seperti

Klorheksidin,

mengurangi

rokok

konsumsi karbohidrat, mengunyah permen karet bebas gula untuk merangsang


pengeluaran

saliva,

menangani penyakit

menunda
yang

dapat

pemberian
memicu

antibiotik
kemunculan

penanggulangan penyakit diabetes, HIV, dan leukemia.

dan

kortikosteroid,

kandidiasis

seperti

DAFTAR PUSTAKA
1.

Miftahullaila.

2010.

Kandidiasis

oral

dan

Leukimia

akut.

USU.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17808/3/Chapter%20II.pdf
2.

Silverman. S Jr at al, 2001, Essential of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton, London, h.
170 177

3.

Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Autralia Dent. J. Medication Suplement, 50;4

4.

Greenberg. M.S et al,2003 Burkets Oral Medicine, 10 ed, , Bc Decker Inc, Hamilton
Ontario, h. 94-8

5.

Tripathi.K.D. ,2001, Essential of Medical Pharmacologi, Jaypee Brothers, h771-2, 75 8.

6.

Anonim.

2008.

/kandidiasis_rongga_mulut.pdf

Bandung. pustaka.unpad.ac.id/wp-content/

Anda mungkin juga menyukai