PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita
jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat
walaupun tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf ringan. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan
yang ditimbulkannya.1,2
Alat/aparatus vestibuler merupakan organ yang mendeteksi sensasi
keseimbangan, terletak dalam telinga dalam (labirin) dan terlindung oleh tulang
yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Alat ini terdiri dari suatu sistem
tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian
seperti batu, bagian keras) dari tulang temporal yang disebut labirin tulang dan di
dalamnya ada sistem tabung membran dan ruangan yang disebut labirin
membranosa, yang merupakan bagian fungsional dari aparatus ini.1,
Antara labirin tulang dan labirin membranosa terdapat cairan perilimfe,
sedang endolimfe terdapat dalam labirin membranosa. Ujung saraf vestibuler
berada dalam labirin membranosa yang terapung dalam perilimfe. 1,
Setiap labirin terdiri dari koklea (area sensorik utama pendengaran), dan
bagian integral dari mekanisme keseimbangan yaitu tiga kanalis semisirkularis
dan dua ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. 1,3
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut
akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu. 1,3
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin. 1,2
Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem
vestibularis berfungsi normal atau tidak, dan jika tidak, terdapat pula uji untuk
menetukan di mana letak permasalahan. Beberapa uji dirancang untuk
merangsang suatu organ akhir khusus, misalnya pengujian sepasang kanalis
semisirkularis atau organ otolit pada saat rotasi seluruh badan dalam ruangan
gelap. Uji yang lain dirancang untuk melihat interaksi antara beberapa masukan
1
TINJAUAN PUSTAKA
II.
A. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Dapat di pertajam dengan cara memposisikan kaki tandem depan dan belakang,
mata di tutup dan lengan di lipat di dada. harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
2
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. tentang
gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu
dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas
tumpuan yang tidak stabil.1,2
B. Uji Berjalan (Stepping Test)
Berjalan di tempat dengan mata terbuka dan lalu tertutup
sebanyak 50 langkah. Test dianggap abnormal ada kelainan vestibuler
jika pasien berjalan beranjak miring sejauh 1 meter atau badan
berputar lebih 30 derajat. Jika penderita stabil test diulang dengan
tangan terentang. Juga berjalan diatas kasur. Penderita dengan
kelainan vestibular bilateral yang di sebabkan intoksikasi obat obatan
dapat berjalan dengan mata terbuka akan tetapi sulit dengan mata
tertutup.1
C. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Pemeriksaan dilakukan dengan merentangkan tangan diangkat
tinggi, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk yang lain dengan mata
tertutup. Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk, pasien diminta
menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan
tertutup. Bila terdapat gangguan terdapat salah tunjuk.
D. Tandem Gait
E. Tes Kalori
Tes ini merangsang telinga bagian dalam dan saraf terdekat dengan
memberikan air dingin atau hangat untuk saluran telinga pada waktu yang
berbeda. Jarang, tes ini dilakukan dengan menggunakan udara, bukan air. Orang
yang melakukan tes harus memeriksa telinga dan gendang telinga terutama untuk
memastikan mereka adalah normal sebelum melakukan tes.12
Test kalori yang biasa dipraktekkan di klinik saat ini terdiri
dari dua cara, yang pertama test kalori dengan cara Kobrak, dan
yang kedua yaitu dengan test kalori bitermal.1
1. Test Kobrak
Posisi pasien tidur terlentang dengan kepala fleksi 30
derajat
atau
duduk
dengan
kepala
ekstensi
60
derajat.
nistagmus
dengan
fase
lambat
ke
kanan.
pasien
diistirahatkan
menghilangkan pusingnya).
selama
menit
(untuk
Langkah
Telinga
Suhu air
Arah Nistagmus
Waktu Nistagmus
Pertama
Kiri
30C
Kanan
Kanan
a. . Detik
Kedua
Kanan
30C
Kanan
Kanan
b. . Detik
Ketiga
Kiri
44 C
Kanan
Kanan
c. . Detik
Keempat
Kanan
44 C
Kanan
Kanan
d. . Detik
14
Dalam perhitungan:
Misal HL = a perdetik
BL = b perdetik
Maka A = NS+ND
ND adalah sama dengan harga BL, yaitu besarnya sama dengan B
perdetik.
Jadi NS = A B perdetik
Dengan pemeriksaan yang telah kita lakukan seperti di atas maka kita
harus mampu menentukan apakah kelainan terdapat di sentral atau di perifer. 1
Tabel 3 Macam Nistagmus
Kelainan sentral
Kelainan perifer
1. Nistagmus spontan
Vertikal
Horizontal/rotatoir
2. Nistagmus posisi
Ada kelelahan
3. Nistagmus kalori
Normal/ Preponderance
Paresis
H. Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara
obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk
mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena
gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input
9
proprioseptif dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil.
Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan,
melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan. 1
Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang
terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform, komputer
graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input proprioseptif,
disket data digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran. 1
Teknik pemeriksaan :
Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat, mata
memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan perekaman pada empat
kondisi, masing-masing selama 60 detik. (1) Berdiri di atas alas dengan mata
terbuka memandang titik tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori
bekerja sama, (2) Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini
input visual diganggu, (3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka,
memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu, (4)
Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini
input visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ vestibuler saja yang
bekerja, bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan
keseimbangan. 1,3
I. Elektronigtagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetukan
apakah gangguan keseimbangan tersebut disebabkan oleh penyakit di telinga
dalam atau tidak. 1,3
ENG juga berguna untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya
sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini
sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnit yang selalu mengimbas
daerah sekitarnya. Begitu pula muatan positif kornea ini mengimbas kulit sekitar
10
bola mata. Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan dan
kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan
ini disalurkan pada sebuah galvanometer. 1
Bila muatan kornea mata kanan dan kiri sama, maka galvanometer akan
meninjukkan angka nol (di tengah). Bila mata bergerak ke kanan, maka elektroda
kanan akan bertambah muatannya, sedangkan elektroda kiri akan berkurang,
jarum galvanometer akan bergerak ke satu arah. Jadi kesimpulannya, jarum
galvanometer akan bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian
nistagmus yang terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum galvanometer
diperkuat, maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, dan gerakan tuas ini
akan membentuk grafik pada kertas, yang disebut elektronistagmografi (ENG). 1.
Dalam grafik ENG dapat mudah dikenal gerakan nistagmus fase lambat
dan fase cepat, arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk grafiknya. Yang menjadi
pegangan utama adalah kecepatan fase lambat dari nistagmus yang dapat dihitung
di dalam derajat perdetik. 1
Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang dianjurkan
Dick dan Hallpike, hanya parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat
yang dihitung dengan derajat perdetik. 1
Rumus I.
Sensitivitas L-R : (a+c) (b+d) x 100% = (a+c+b+d)
Bila hasil rumus di atas kurang dari 20% maka kedua fungsi vestibuler
dalam keadaan seimbang, dan bila hasilnya melebihi 15 derajat perdetik, maka
kedua fungsi vestibuler dalam keadaan normal. Bila hasilnya lebih besar dari
20%, maka vestibular yang hasilnya kecil berarti mengalami paresis kanal. 1
Rumus II.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
1.
2.
3.
4.
13