Anda di halaman 1dari 7

Efek Terapi Dydrogesteron Pada Abortus Imminens ;

Tinjauan Sistematis dan Meta-analisis


Thitiporn Siriwachirachai MD
Thammasorn Piriyasupong MD, Ph.D
Department of Obstetrics and Gynecology, Khon Kaen Hospital, Thailand
Department of Social Medicine, Khon Kaen Hospital, Thailand
ABSTRAK
TUJUAN : Pemilihan pendekatan sistematis dan meta-analisis untuk
mengetahui manfaat dan efek samping terapi dydrogesteron per oral pada
wanita dengan abortus imminens.
METODE : Kami menggunakan empat pusat data meliputi PubMed, Scopus,
Ovid, dan Science Direct. Kata kunci yang digunakan adalah abortus
imminens atau Kehilangan kandungan dan dydrogesterone. Penelitian
ini merupakan peninjauan sistematis terhadap wanita hamil dengan abortus
imminens yang mendapatkan terapi dydrogesteroe oral dibandingkan dengan
yang tidak mendapatkan terapi pengobatan.
HASIL : Tiga percobaan acak meliputi 480 sampel. Wanita dengan abortus
imminens, dydrogesterone memiliki hubungan yang signifikan dalam
mengurangi kejadian abortus OR 0,41%, 95% CI 0,25 0,68, P=0,0005
I2=2%, kelompok ini lebih efektif dibandingkan yang tidak mendapatkan
terapi pengobatan pada abortus dan pancapaian usia persalinan OR 2.07, 95%
CI 1.24 sampai 3.48, P=0,0006 I2=17%. Tidak terdapat perbedaan yang
bermakna dalam pencegahan persalinan premature OR 1.22, 95% CI 0.45
sampai 2.70, P=0,82 I2=% dan insidensi komplikasi terhadap kehamilan.
KESIMPULAN : Terdapat data yang kurang memadai pada efek dari
penggunaan dydrogesterone pada terapi abortus imminens, hasil berasal dari
penggabungan tiga penelitian dengan kualitas metodologi yang kurang baik,
masih dibutuhkan penelitan lebih lanjut
Kata Kunci : dydrogesterone, abortus imminens, abortus, melanjutkan
kehamilan, efek samping

PENDAHULUAN
Abortus imminens merupakan masalah yang sering timbul selama
kehamilan. Sekitar 20% wanita hamil memiliki riwayat abortus imminens dan
setengah dari mereka akan mengalami abortus yang nyata. Pada wanita yang
memiliki riwayat abortus sebelumnya, kejadian abortus spontan pada
kehamilan sekitar 20%. Wanita dengan riwayat abortus berulang tiga kali
berurutan memiliki risiko lebih dari 50% untuk mengalami kehilangan
kehamilan. Maka, risiko terhadap komplikasi kehamilan, seperti lahir
premature, pre-eklamsia, dan berat bayi lahir rendah setelah mengalami
abortus imminens juga meningkat.
Progesterone memiliki peran dalam mempertahankan kehamilan
dengan menginduksi perubahan sekresi pada endometrium selama fase luteal
untuk menginisiasi proses implantasi dan menyokong kehamilan. Hal ini
menginduksi imunitas maternal dalam mencegah hilangnya hasil konsepsi dan
menyebabkan relaksasi otot polos uterus. Penelitian yang dilakukan oleh
Perkins menunjukkan bahwa konsentrasi serum progesterone kurang dari 45
nmol/L memiliki risiko tinggi terjadinya abortus (Sensitivitas 88,6%,
Spesifisitas 87.5%). Hal ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara
progesteron dengan proses kehamilan. Pemeberian progesterone alami secara
oral memberikan efek samping berupa mual, sakit kepala, rasa ngantuk, dan
menunjukkan konsentrasi yang tinggi pada plasma bergantung pada variasi
penyerapan di dalam gaster dan intestinal setiap individu. Dydrogesterone
adalah progesterone sintetik. Struktur dan farmakodinamiknya sangat
2

menyerupai progesterone alami dengan bioavailibilatas per oral lebih baik.


Zat ini cocok untuk wanita dengan abortus imminens karena obat ini tidak
memiliki efek androgenic dan esterogenik pada fetus maupun setelah sekresi
alami oleh endometrium atau menghambat pembentukan progesterone oeh
plasenta. Penggunaannya baik pada dosis rendah untuk mencegah efek
samping akibat progesterone.
Tiga penelitian menghubungkan manfaat terapi dydrogesterone
dengan yang tidak mendapatkan terapi khusus dalam mempertahankan usia
kehamilan hingga 20 minggu. Sebagian besar menggunakan jumlah sampel
yang kecil dengan metodologi yang masih kurang memadai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek terapi dydrogesterone terhadap manfaat
(melanjutkan usia kehamilan hingga lebih dari 20 minggu) dan risiko
(komplikasi pada ibu dan bayi seperti pre-eklamsi, perdarahan ante partum,
berat bayi lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin
terhambat) dibandingkan terhadap wanita dengan abortus imminens yang
tidak mendapatkan terapi pengobatan.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian sistematis dan
meta-analisis.
Kriteria Sampel
Wanita hamil yang didiagnosis abortus imminens dengan kriteria janin
yang masih utuh.
Kriteria Intervensi
Dydrogesteron per oral pada wanita dengan abortus imminens dengan
yang tidak mendapatkan terapi ataupun placebo.
Hasil
Hasil primer dari penelitian ini adalah kemampuan melanjutkan
kehamilan hingga usia lebih dari 20 minggu. Hasil sekundernya meliputi
kemampuan melanjutkan hingga usia persalinan; kejadian persainan
premature, pre-eklamsi, perdarahan ante partum, berat bayi lahir rendah,
kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin terhambat.
Kriteria Uji Kelayakan
Penelitian secara acak terhadap wanita hamil dengan abortus
imminens yang menggunakan dydrogesterone sebagai terapi. Variabel yang
digunakan meliputi usia ibu, gravida, paritas, riwayat abortus pada
multigravida, abortus, persalinan premature, persalinan aterm, efek samping
ibu dan janin seperti kejadian persainan premature, pre-eklamsi, perdarahan

ante partum, berat bayi lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan
janin terhambat.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Penelitian
Dari tiga penelitian yang meliputi 480 sampel wanita hamil, 256
sampel mendapatkan terapi dydrogesteron sedangkan 224 sampel tidak
mendapatkan terapi. Seluruh sampel diacak dan dilihat efek penggunaan
dydrogesterone pada wanita hamil yang memiliki keluhan perdarahan per
vaginam dan didiagnosis abortus imminens pada trimester satu. Kelompok
pertama diberikan 10 mg dydrogesterone dua kali sehari dan kelompok kedua
mendapatkan 40 mg per hari.
Hasil Pengobatan
Hasil
dibandingkan

dari

pemberian

dengan

yang

dydrogesteron
tidak

pada

mendapatkan

abortus
terapi

imminens
pengobatan,

menunjukkan bahwa dydrogesterone memiliki hubungan yang signifikan


dalam menurunkan angka terjadinya abortus (0.41, 95%, CI 0.25-0.68,
P=0.0005, I2=2%). Hubungannya dengan persalinan preterm dan aterm, dua
penelitian dengan 337 sampel diperiksa, dan hasil menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan tetapi terdapat peningkatan persalinan aterm pada
kelompok yang mendapatkan terapi dydrogesteroen (OR 2.07, 95% CI 1.243.48, P=0.006 I2=17). Selain itu, tidak terdapat perbedaan hasil yang
signifikan juga antara kelompok dengan penilaian efek samping ibu dan janin
5

seperti kejadian persainan premature, pre-eklamsi, perdarahan ante partum,


berat bayi lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin
terhambat.

DISKUSI
Pada penelitian kami, ini merupakan tinjauan sistematis pertama yang
menghubungkan efek terapi dydrogesteron terhadap wanita hamil dengan
abortus imminens yang tidak mendapatkan terapi khusus. Dydrogesteron lebih
efektif dalam mempertahankan usia kehamilan mencapai usia kehamilan lebih
dari 20 minggu dibandingkan pada pasien yang tidak mendapatkan terapi.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian terhadap efektivitas dan efek samping pengobatan masih
homogen dengan nilai maksimu

m 1 sampai 17%. Penelitian juga masih

menggunakan jumlah sampel yang sedikit, yaitu kurang dari 500 sampel dan
skor jadad kurang dari 3 dari ketiga penelitian yang kita pilih.
Perbandingan Terhadap Penelitian Lain
Penelitian ini menunjukkan manfaat dari pemberian dydrogesteron
untuk dapat mempertahankan usia kehamilan lebih dari 2 minggu tanpa
meningkatkan risiko terhadap ibu dan janin. Walaupun, Queisser-Luft pernah
melaporkan 28 kasus defek pada persalinan terhadap wanita hamil yang
mendapatkan terapi dydrogesteron. Kelainan muskuoskeletal yang paling
sering terjadi, namun belum ada literatur yang dapat membuktikan hubungan
tersebut lebih lanjut.
6

Kesimpulan
Penelitian dengan menggunakan data sekunder yang dilakukan untuk
mengetahui efek terapi dydrogesterone pada wanita hamil dengan abortus
imminens ini menunjukkan hasil manfaat dalam memperthankan usia
kandungan hingga lebih dari 20 minggu dan tidak terbukti memberikan efek
samping lanjut. Namun, pada penelitian ini metodologi yang digunakan masih
kurang baik, dibutuhkan jumlah sampel dan metode yang lebih baik lagi pada
penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai