PENDAHULUAN
Abortus imminens merupakan masalah yang sering timbul selama
kehamilan. Sekitar 20% wanita hamil memiliki riwayat abortus imminens dan
setengah dari mereka akan mengalami abortus yang nyata. Pada wanita yang
memiliki riwayat abortus sebelumnya, kejadian abortus spontan pada
kehamilan sekitar 20%. Wanita dengan riwayat abortus berulang tiga kali
berurutan memiliki risiko lebih dari 50% untuk mengalami kehilangan
kehamilan. Maka, risiko terhadap komplikasi kehamilan, seperti lahir
premature, pre-eklamsia, dan berat bayi lahir rendah setelah mengalami
abortus imminens juga meningkat.
Progesterone memiliki peran dalam mempertahankan kehamilan
dengan menginduksi perubahan sekresi pada endometrium selama fase luteal
untuk menginisiasi proses implantasi dan menyokong kehamilan. Hal ini
menginduksi imunitas maternal dalam mencegah hilangnya hasil konsepsi dan
menyebabkan relaksasi otot polos uterus. Penelitian yang dilakukan oleh
Perkins menunjukkan bahwa konsentrasi serum progesterone kurang dari 45
nmol/L memiliki risiko tinggi terjadinya abortus (Sensitivitas 88,6%,
Spesifisitas 87.5%). Hal ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara
progesteron dengan proses kehamilan. Pemeberian progesterone alami secara
oral memberikan efek samping berupa mual, sakit kepala, rasa ngantuk, dan
menunjukkan konsentrasi yang tinggi pada plasma bergantung pada variasi
penyerapan di dalam gaster dan intestinal setiap individu. Dydrogesterone
adalah progesterone sintetik. Struktur dan farmakodinamiknya sangat
2
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian sistematis dan
meta-analisis.
Kriteria Sampel
Wanita hamil yang didiagnosis abortus imminens dengan kriteria janin
yang masih utuh.
Kriteria Intervensi
Dydrogesteron per oral pada wanita dengan abortus imminens dengan
yang tidak mendapatkan terapi ataupun placebo.
Hasil
Hasil primer dari penelitian ini adalah kemampuan melanjutkan
kehamilan hingga usia lebih dari 20 minggu. Hasil sekundernya meliputi
kemampuan melanjutkan hingga usia persalinan; kejadian persainan
premature, pre-eklamsi, perdarahan ante partum, berat bayi lahir rendah,
kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin terhambat.
Kriteria Uji Kelayakan
Penelitian secara acak terhadap wanita hamil dengan abortus
imminens yang menggunakan dydrogesterone sebagai terapi. Variabel yang
digunakan meliputi usia ibu, gravida, paritas, riwayat abortus pada
multigravida, abortus, persalinan premature, persalinan aterm, efek samping
ibu dan janin seperti kejadian persainan premature, pre-eklamsi, perdarahan
ante partum, berat bayi lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan
janin terhambat.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Penelitian
Dari tiga penelitian yang meliputi 480 sampel wanita hamil, 256
sampel mendapatkan terapi dydrogesteron sedangkan 224 sampel tidak
mendapatkan terapi. Seluruh sampel diacak dan dilihat efek penggunaan
dydrogesterone pada wanita hamil yang memiliki keluhan perdarahan per
vaginam dan didiagnosis abortus imminens pada trimester satu. Kelompok
pertama diberikan 10 mg dydrogesterone dua kali sehari dan kelompok kedua
mendapatkan 40 mg per hari.
Hasil Pengobatan
Hasil
dibandingkan
dari
pemberian
dengan
yang
dydrogesteron
tidak
pada
mendapatkan
abortus
terapi
imminens
pengobatan,
DISKUSI
Pada penelitian kami, ini merupakan tinjauan sistematis pertama yang
menghubungkan efek terapi dydrogesteron terhadap wanita hamil dengan
abortus imminens yang tidak mendapatkan terapi khusus. Dydrogesteron lebih
efektif dalam mempertahankan usia kehamilan mencapai usia kehamilan lebih
dari 20 minggu dibandingkan pada pasien yang tidak mendapatkan terapi.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian terhadap efektivitas dan efek samping pengobatan masih
homogen dengan nilai maksimu
menggunakan jumlah sampel yang sedikit, yaitu kurang dari 500 sampel dan
skor jadad kurang dari 3 dari ketiga penelitian yang kita pilih.
Perbandingan Terhadap Penelitian Lain
Penelitian ini menunjukkan manfaat dari pemberian dydrogesteron
untuk dapat mempertahankan usia kehamilan lebih dari 2 minggu tanpa
meningkatkan risiko terhadap ibu dan janin. Walaupun, Queisser-Luft pernah
melaporkan 28 kasus defek pada persalinan terhadap wanita hamil yang
mendapatkan terapi dydrogesteron. Kelainan muskuoskeletal yang paling
sering terjadi, namun belum ada literatur yang dapat membuktikan hubungan
tersebut lebih lanjut.
6
Kesimpulan
Penelitian dengan menggunakan data sekunder yang dilakukan untuk
mengetahui efek terapi dydrogesterone pada wanita hamil dengan abortus
imminens ini menunjukkan hasil manfaat dalam memperthankan usia
kandungan hingga lebih dari 20 minggu dan tidak terbukti memberikan efek
samping lanjut. Namun, pada penelitian ini metodologi yang digunakan masih
kurang baik, dibutuhkan jumlah sampel dan metode yang lebih baik lagi pada
penelitian selanjutnya.