Anda di halaman 1dari 48

Hepatitis B

Oleh :
dr. Aloysia Putri M.
1. Definisi dan perjalanan penyakit
hepatitis B
Virus DNA dari
dari famili
hepadnaviridae
dengan struktur
berbentuk
sirkular.
Ditularkan melaluiberbagai cairan tubuh :

High Moderate Low / Not


Detectable
Blood Semen Urine
Serum Vaginal fluid Feces
Wound exudates saliva Sweat
Tears
breastmilk
Pajanannya menyebabkan :
1. Hepatitis akut yang kemudian sembuh spontan dan
membentuk kekebalan terhadap penyakit ini.
2. Berkembang menjadi kronik >6 bulan.
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:

1. Fase Inkubasi
Masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Berkisar antara 15-180 hari.

2. Fase prodromal (pra ikterik)


Timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus.
Ditandai dengan :
- malaise umum - mudah lelah
- mialgia - gejala saluran napas atas
- artalgia - anoreksia
3. Fase ikterus
Muncul setelah 5-10 hari
Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala
prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis
yang nyata.

4. Fase konvalesen (penyembuhan)


Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain,
tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap
ada.
Terdapat 4 fase pada hepatitis B kronik yaitu :
1. fase immune tolerant
2. fase immune clearance
3. fase pengidap inaktif
4. fase reaktivasi
1. fase immune tolerant
DNA VHB , ALT normal.

2. fase immune clearance


Sistemimunberusahamelawan virus.
Hal iniditandaiolehfluktuasi level ALT serta DNA VHB.

3. fasepengidapinaktif
DNA VHB (<2000 IU/ml), ALT normal, dankerusakanhati minimal.

4. fasereaktivasi
pasienpadafasepengidapinaktifdapatmengalamifasereaktivasi .
DNA VHB >2000 IU/ml daninflamasihatikembaliterjadi
2. Diagnosis HBV
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan


laboratorium, USG abdomen dan Biopsi hepar.

Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari


pemeriksaan biokimia, serologis.
Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari :

1. PemeriksaanBiokimia
Stadium akut VHB :
AST dan ALT >10 kali N
Serum bilirubin N
ALP >3 N
Albumin
Kolesterol

Stadium kronik VHB :


AST dan ALT 2-10 kali N
Albumin
Globulin
2. Pemeriksaan serologis
HBsAg
digunakan sebagai penanda umum untuk infeksi HBV
HBsAb (anti HBs)
 digunakan untuk mendokumentasikan fase recovery dan atau
kekebalan terhadap infeksi HBV
Anti-HBc IgM
 penanda infeksi akut HBV
Anti-HBc IgG
 penanda infeksi sebelumnya atau kronis
HBeAg
 menandai adanya infeksi dan replikasi aktif dari HBV
Anti-Hbe
 virus tidak lagi bereplikasi
PENANDA SEROLOGI VHB
IgG IgM
HBeA Anti- Anti- HBV-
HBsAg
g HBe
anti- anti-
HBs DNA
SGPT Interpretasi
HBs HBs
Infeksi akut
Belum pernah terinfeksi atau baru
- - - - - - - N
saja terinfeksi.
Baru terinfeksi atau pasca vaksinasi
+ - - - - - - N
(18 hari)
+ + - - + - ++++ Infeksi akut, fase akut
+ + - - + - ++++ N Infeksi akut, lewat fase akut
- - + - + - - N Window periode
- - + + - + - N Sembuh dan kebal
- - - - - + - N Kebal karena vaksinasi
Infeksi Kronis
+ + - + - - ++++ N/ Fase immune tolerance
+ + - + - - ++ / Fase immune clearance
+ - + + - - +/- N Fase pengidap inaktif
+ -/+ -/+ + -/+ - Fase reaktivasi
- - + + - - + N Occult hepatitis
3. Kriteria Diagnosis HBV
Hepatitis B Kronik

1. HBsAg seropositif > 6 bulan


2. DNA VHB serum >20.000 IU/mL (nilai yang lebih
rendah 2000-20.000 IU/mL ditemukan pada HBeAg
negatif)
3. Peningkatan ALT yang presisten maupun intermiten
4. Biopsi hati yang menunjukkan hepatitis kronik
dengan derajat nekroinflamasi sedang sampai berat
Pengidap Inaktif

1. HBsAg seropositif > 6 bulan


2. HBeAg (-), anti HBe (+)
3. ALT serum dalam batas normal
4. DNA VHB <2000-20000 IU/mL
5. Biopsi hati yang tidak menunjukkan inflamasi yang
dominan
Resolved Hepatitis Infection

1. Riwayat infeksi Hepatitis B, atau adanya anti-HBc


dalam darah
2. HBsAg (-)
3. DNA VHB serum yang tidak terdeteksi
4. ALT serum dalam batas normal
4. Terapi Hepatitis B
Ada 2 jenis obat :
1. Golongan interferon
2. Golongan analog nucleotida
(Lamivudin, adefovir, entekavir, telbivudin,
fenofovir)
Interferon
Adalah mediator inflamasi fisiologis dari tubuh berfungsi dalam pertahanan
terhadap virus.

Senyawa ini memiliki efek antiviral, immunomodulator, dan antiproliferatif.

Mekanisme kerja :
- mengaktifkan sel T sitotoksik, sel natural killer, dan makrofag.
- merangsang produksi protein kinase spesifik mencegah sintesis
protein dan merangsang apoptosis sel yang terinfeksi virus sehingga
menghambat replikasi virus.

Waktu paruh interferon di darah :


3-8 jam.
2 jenis pegylated interferon :
- pegylated-interferon α-2a (Peg-IFN α-2a)
- pegylated-interferon α-2b (Peg-IFN α-2b).

Dosis :
INF  5-10 µU/hari  3 kali per minggu
Peg-IFN α-2a  180 μg/minggu
Peg-IFN α-2b  1-1.5 μg/kgBB/minggu

Pemberian :
Injeksi subcutan
Terapi interferon boleh digunakan pada pasien dengan
karakteristik:

1. Pasien muda yang telah memenuhi indikasi terapi,


tanpa penyakit penyerta, dan memiliki biaya yang
mencukupi.
2. Pada pasien yang diketahui terinfeksi VHB genotip
A atau B, mengingat penelitian yang ada telah
membuktikan bahwa terapi interferon akan
memberikan efektivitas yang lebih baik pada
infeksi VHB dari genotip tersebut.
Interferon tidak boleh diberikan pada pasien dengan
karakteristik:

1. Pasien sirosis dekompensata.


2. Pasien dengan gangguan psikiatri.
3. Pasien yang sedang hamil.
4. Pasien dengan penyakit autoimun aktif.
Lamivudin
Mekanisme kerja :
- Menghambat tempat berikatan polimerase virus.
- Berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida,
- Menterminasi pemanjangan rantai DNA.

Diberikan oral
Dosis :
100 mg/hari

waktu paruh :
17-19 jam di dalam sel yang terinfeksi.
Lamivudin digunakan pada:
1. Pasien dengan DNA VHB <2 x 108 IU/mL, status
HBeAg positif, ALT >2x batas atas normal.
2. Lamivudin dapat diteruskan bila pada minggu ke-4
pasien mencapai DNA VHB < 2 x 103 IU/mL, serta
pada minggu ke-24 mencapai DNA VHB <2 x 102
IU/mL.

Tidak boleh diberikan pada pasien-pasien yang sudah


resisten terhadap lamivudin, telbivudin, atau entecavir
Adefovir dipivoxil (ADV)
Adalah analog adenosine monophosphate

Mekanisme kerja :
Berkompetisi dengan nukleotida cAMP untuk berikatan dengan DNA virus,
menghambat polymerase dan reverse transcriptase sehingga memutus rantai
DNA VHB.

Diberikan per oral


Dosis:
10 mg per hari.

Efek samping :
Gangguan fungsi ginjal (azotemia, hipofosfatemia, asidosis, glicosuria, dan
proteinuria) yang bersifat dose-dependent dan reversibel.
Adefovir diberikan pada :
1. Pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif, dengan DNA VHB rendah, dan
ALT tinggi.
2. Pasien dengan riwayat gagal terapi dengan pemberian analog nukleosida.

Tidak disarankan diberikan pada :


1. Hepatitis B kronik dengan gangguan ginjal.
2. Pasien hepatitis B yang resisten terhadap adefovir.
3. Pasien dalam pengobatan adefovir yang tidak menunjukkan respon
pada minggu ke-24
Entecavir (ETV)
Adalah analog 2-deoxyguanosine.

Mekanisme kerja :
- Menghambat priming DNA polimerase virus
- Menghambat reverse transcription dari rantai negatif DNA
- Menghambat sintesis rantai positif DNA

Diberikan per oral


Dosis :
0.5 mg/hari untuk pasien akut
1 mg/hari untuk pasien yang mengalami resistensi lamivudin.

Dapat diberikan pada keadaan sebagai berikut :


1. Pasien hepatitis B akut.
2. Pasien dengan hepatitis B kronik dan sirosis.

Tidak disarankan untuk diberikan pada pasien hepatitis B yang resisten terhadap entecavir.
Telbivudin (LdT)
Adalah analog L-nukleosida thymidine

Mekanisme kerja :
Melawan replikasi VHB.

Diberikan per oral


Dosis :
600 mg/hari.

Telbivudin digunakan pada:


1. Pasien naif dengan DNA VHB <2 x 108 IU/mL, status HBeAg positif, ALT >2x batas atas normal.
2. Telbivudin juga dapat diteruskan bila pada minggu ke-24 mencapai DNA VHB tak terdeteksi.

Tidak boleh diberikan pada pasien yang sudah resisten terhadap lamivudin, telbivudin, atau
entecavir.
Tenofovir disoproxil fumarate (TDF)
Adalah prekursor tenofovir, sebuah analog nukleotida yang efektif untuk hepadnavirus dan retrovirus.

Mekanisme kerja :
- Menghambat tempat berikatan polimerase virus.
- Berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida,
- Menterminasi pemanjangan rantai DNA.

Diberikan per oral pada dosis 300 mg/hari.

Dapat diberikan pada keadaan sebagai berikut :


1. Pasien hepatitis B akut.
2. Pasien dengan hepatitis B kronik dan sirosis.

Tidak disarankan untuk diberikan pada keadaan sebagai berikut:


1. Pasien hepatitis B yang resisten tenofovir.
2. Pasien hepatitis B dengan gangguan ginjal.
5. Indikasi Terapi Hepatitis B
Prinsip :
1. Nilai DNA VHB serum
2. Status HbeAg
3. Nilai ALT
4. Gambaran histologi hati
Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B dengan HBeAg positif
Gambar 2. Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B dengan HBeAg negatif
Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B pada Pasien dengan Sirosis
6. Komplikasi Hepatitis B
1. Hepatic :
- hepatitis fulminan
- hepatitis kronik aktif
- hepatitis kronik persiten
- serosis hepatis
- hepatitis kolestatik
- hepatitis relaps
- hepatoma

2. Ekstrahepatik
- anemia aplastik
- anemia hemolitik
- trombositopenia
7. Prognosis
1. Mortalitas VHB akut : 1-3%
2. Carier kronis pada 25% mengalami serosis dan atau
hepatoma
8. Pencegahan
A. Imunisasi
vaksin hepatitis B
B. Pencegahan umum
C. Pencegahan khusus
Imunisasi hepatitis B ada 2 :
1. Imunisasi pasif
Dengan memberikan antiHBs (HBIg)
2. Imunisasi aktif
Ada 2 sediaan vaksin hepatitis B :
- Vaksin kombinasi DPT-HepB
- Vaksin hepatitis B monovalen
Bayi dan anak
Diberikan 3 kali, dengan dosis 0,5 cc IM anterolateral
paha :
dosis pertama : maksimal 12 jam setelah lahir
dosis ke dua : usia 1 bulan
dosis ke tiga : usia 6 bulan

Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg positif


diberikan vaksin hepB-1 dan HBIg 0,5 ml secara
bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir
booster
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum
pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka
secepatnya diberikan imunisasi Hepatitis B dengan
jadwal 3 kali pemberian.

Ulangan imunisasi Hepatitis B (hepB-4) dapat


dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun, apabila
kadar pencegahan belum tercapai (anti HBs 10 ug/ml).
Dewasa
Diberikan 3 kali, dengan dosis 0,5 cc IM, deltoid :
Bulan 0, 1, 6.
Kontraindikasi
Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38°C
Hipersensitif terhadap komponen vaksin
infeksi berat
9. Standar Kompetensi Dokter Indonesia
untuk Hepatitis B
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai