FAKTOR A B C D E G
Struktur Virus
HBV merupakan hepadnavirus: hepa dari hepatotropik & dna berupa virus DNA
Virus DNA berselubung ganda, 42 nm , lapisan permukaan dan bagian inti
Virus rusak bila terpajan cairan empedu / detergen, tidak terdapat dalam tinja,
menyebabkan penyakit hati kronik, dan viremia persisten.
Inti HBV menggandung, double stranded DNA partial (3,2 kb) dan:
Protein polymerase DNA dengan aktivasi reverse transcriptase
Antigen B core (HbcAg), merupakan protein struktural
Antigen hepatitis B e (HbeAg), protein non-struktural yang berkorelasi secara
tidak sempurna dengan replikasi aktif
Selubung lipoprotein HBV menggandung:
Ag permukaan (HbsAg), dengan 3 selubung protein: utama, besar dan
menengah
Lipid minor dan komponen karbohidrat
HbsAg dalam bentuk partikel non infeksius dengan bentuk sferis 22 nm/
tubular
HBV terdiri atas 6 genotipe (A-H), satu serotipe utama dengan banyak subtipe
berdasarkan keanekaragaman protein HbsAg.
Patofisiologi Gejala
The virus does not directly kill hepatocytes. The host's immune response to viral antigens is
thought to be the cause of the liver injury in HBV infection. The cellular immune response,
rather than the humoral immune response, seems to be primarily involved in disease
pathogenesis. Induction of antigen-specific T-lymphocyte response is thought to occur when
host T lymphocytes are presented with viral epitopes by antigen-presenting cells in lymphoid
organs. These antigen-specific T cells mature and expand and then migrate to the liver. In
acute HBV infection, most HBV DNA is cleared from hepatocytes through non-cytocidal
effects of inflammatory byproducts of CD8+ T lymphocytes, stimulated by CD4+ T
lymphocytes, notably interferon-gamma and tumour necrosis factor-alfa. These cause down-
regulation of viral replication, and trigger direct lysis of infected hepatocytes by HBV-
specific CD8+ cytotoxic T cells. In contrast, people with chronic HBV infection display
weak, infrequent, and narrowly focused HBV-specific T-cell responses, and the majority of
mononuclear cells in livers of chronic HBV-infected people are non-antigen-specific.
Life cycle of HBVFrom Ganem D, Prince AM. Hepatitis B virus infection - natural history
and clinical consequences. N Engl J Med. 2004; 350:1118-1129; used with permission
Due to the presence of HBV in extrahepatic sites, as well as the presence of covalently closed
circular DNA (cccDNA) within hepatocytes, eradication of the virus is an unrealistic goal
MARKER SIGNIFICANCE
HBsAg Indicates infection with HBV
HBcAg Non detectable in serum, only on liver tissue
HBeAg Indicates active HBV infection, HBV replication
Anti HBs Indicates clinical recovery from HBV infection
Anti HBc Indicates active HBV infection (acut and chronic)
IgM anti HBc Early index of acute HBV infection
Anti HBe Seroconvertion indicates resolution in most case
HBV DNA Indicates HBV replication
C. Tes Darah
Protrombin Time (PT) memanjang gangguan sintesis berat, nekrosis hepatoseluler,
dan prognosis buruk
hiperglobulinemia
Albumin serum menurun
Neutropenia dan limfopenia ringan disertai limfositosis relatif
Pengobatan
Suportif
a. Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Aktivitas
fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
b. Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
Dietetik
a. Tidak ada rekomendasi diet khusus.
b. Selama fase akut cukup mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
c. Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau mual-muntah, sebaiknya diberikan infus.
Medikamentosa
Hepatitis B akut biasanya tidak membutuhkan perawatan karena sebagian besar
sembuh spontan.Pengobatan antivirus hanya diperlukan pada infeksi agresif (hepatitis
fulminan) atau penderita yang immunocompromised.
KOMPLIKASI
Karsinoma hepatoseluler
Gagal hati
Anemia aplastik
Sirosis hepatis
Hepatitis berat
Nekrosis hepatik masif
Status carrier ( infeksi virus persisten tanpa gejala )
Penyakit hati kronik
PROGNOSIS
Infeksi HBV dapat terjadi akut (self-limiting) atau kronik (long-standing).Penderita
HBV akut dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu atau bulan. Lebih dari 95%
penderita dapat sembuh total dan memiliki imunitas yang melindungi tubuh dari virus. Pada
neonatus, hanya 5% dari yang tertular HBV ketika dilahirkan dapat sembuh dari
infeksi.Neonatus yang terkena memiliki resiko kematian akibat sirosis atau karsinoma
hepatoseluler sebesar 40%. Pada anak yang terinfeksi ketika berumur 1 sampai 6 tahun,
sekitar 70% dapat sembuh. Dengan berkembangnya alternatif pengobatan, maka diharapkan
prognosis hepatitis B menjadi lebih baik.
PENCEGAHAN
Infeksi HBV dapat dicegah dengan vaksinasi. Bayi yang lahir dari ibu penderita
hepatitis B dapat diterapi dengan antibodi HBV (HBIg). Jika vaksin diberikan dalam waktu
12 jam setelah lahir, resiko terkena hepatitis B menurun sampai 95%. Terapi ini membuat ibu
dapat menyusui anaknya dengan aman.
Struktur Virus
Hepatitis A disebabkan oleh Hepatitis A Virus ( HAV ), yang memiliki ciri-ciri :
digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus
Diameter 27-28 nm dengan bentuk kubus simetrik
Untai tunggal (single stranded), molekul RNA linier : 7,5 kb
Pada manusia terdiri atas 1 serotipe, ≥ 3 genotipe
Mengandung lokasi netralisasi imunodominan tunggal
Mengandung 3/4 polipeptida virion di kapsomer
Replikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi, tidak terdapat bukti yang nyata adanya
replikasi di usus.
Menyebar pada primata non manusia dan galur sel manusia.
Tahan terhadap panas pada suhu 60C selama 1 jam
Penularannya secara enterik mempunyai ciri : Virus tanpa selubung ,Tahan terhadap
cairan empedu, Ditemukan di tinja, Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik,
Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
HAV dapat diinaktifasi dengan : Sinar Ultraviolet, Formalin 1 : 4000 selama 3 hari pada
suhu 37C, Klorine 1-15 ppm selama 30 menit, Sodium hipoklorit 0,5% selama 15
menit, Pemanasan kering selama 1 jam, Otoklaf
Patofisiologi Gejala
Perjalaran virus ini dimulai pada saat menelan makanan atau minuman yang
mengandung HAV. Kemudian virus akan memasuki aliran darah melalui epitel di orofaring
atau usus. Darah yang membawa virus, akan masuk ke hati, yang merupakan target utama
dan akan merusak hepatosit dan sel Kupffer, yang merupakan makrofag dari hati.
Perkembangan penelitian terakhir menyimpulkan adanya ikatan IgA-HAV untuk
memfasilitasi masuknya virus ke dalam hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein
(AGPR). Mekanisme kerusakan sel hati pada infeksi bukan karena sifat sitopatik HAV tetapi
oleh karena proses imuno-patogenik. Jadi diperkirakan terdapat reaksi sitotoksik sel-T
melawan antigen virus khusus atau antigen membran sel yang diubah oleh virus untuk
merusak sel-sel hati, sehinga hepatosit yang diselimuti antibodi mungkin dihancurkan oleh
daya sitotoksik sel dari reaksi imunologi.Eliminasi virus dilakukan melalui sistem imun
humoral dan seluler.
Virus hepatitis A dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase
preikterik.Sewaktu timbul ikterik, antibodi terhadap HAV (anti-HAV) telah dapat diukur di
dalam serum. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga
memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Setelah masa akut,
antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya sehingga keadaan ini
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau dan memiliki
imunitas. Keadaan karier pada hepatitis A tidak pernah ditemukan.
menelan makanan/ minuman mengandung HAV epitel orofaring/ usus aliran darah
hati (target utama): merusak MAKROFAG HATI (hepatosit & sel Kupffer)
After oral inoculation the virus is transported across the intestinal epithelium by a poorly
understood transport mechanism. After travelling through the mesenteric veins to the liver,
the virus enters hepatocytes, where replication of hepatitis A virus (HAV) occurs exclusively
within the cytoplasm via RNA-dependent polymerase. Exact mechanism of injury is not
proven, but there is evidence suggesting the role of a cell-mediated immune response, as
shown to be mediated by HLA-restricted, HAV-specific CD8+ T lymphocytes, and natural
killer cells. [20] [21] [22] The role of interferon gamma in promoting clearance of infected
hepatocytes has been described. [20] An excessive host response (observable clinically by a
marked degree of reduction of HAV RNA during acute infection) is associated with severe
hepatitis. [23] HAV is then shed from the hepatocyte to the sinusoids and bile canaliculi, and
then to the intestines through bile, whereby faecal excretion occurs.
Gejala: demam, malaise, tidak nafsu makan, diare, mual, dispepsia, ikterik, urin kuning
Gejala awal infeksi hepatitis A mirip dengan gejala influenza, tetapi pada beberapa
kasus, terutama anak-anak, penyakit ini dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali
(asimtomatis). Gejala biasanya muncul 2 sampai 6 minggu setelah awal infeksi.
Pada hepatitis A ini dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu :
1. Masa inkubasi: Masa inkubasi dapat berlangsung selama 18-50 hari, rata-rata 28 hari.
2. Fase prodromal
Masa prodromal terjadi selama 4 hari sampai ≥1 minggu. Pada fase ini timbul gejala
berupa fatigue, malaise, nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman
didaerah kanan atas, demam (biasanya <39°C), merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti
flu, nasal discharge, sakit tenggorok, dan batuk. Dapat ditemukan pula penurunan badan
ringan, artralgia, atau mononeuritis cranial namun jarang. Tanda yang ditemukan
biasanya hepatomegali ringan dengan nyeri tekan (70%), manifestasi ekstrahepatik lain
dapat ditemukan pada kulit, sendi, atau splenomegali (5-20%).
3. Fase ikterik
Fase ini dimulai dengan urin yang berwarna kuning tua, seperti teh atau gelap, diikuti
oleh feses yang berwarna seperti dempul (clay-coloured faeces) kemudian warna sklera
dan kulit perlahan-lahan menjadi kuning. Gejala anoreksia, lesu, lelah, mual, dan muntah
bertambah berat untuk sementara waktu. Dengan bertambah berat ikterus gejala
prodromal umunya berkuran. Pruritus mungkin timbulnya bersamaan dengan ikterus atau
hanya beberapa hari sesudahnya. Didapatkan pula manifestasi ekstrahepatik seperti
viskulitis kutaneus dan arthritis.
4. Fase penyembuhan
Ig M antibodi HAV
Mulai terdeteksi pada 1-2 minggu setelah infeksi bertahan selama 14 minggu Bila POSITIF
dan diikuti oleh peningkatan SGPT & SGOT Maka diagnosa Hepatitis A dapat ditegakkan
Ig G antibodi HAV
Bermakna bahwa kondisi akut telah berlalu dan orang tersebut telah mempunyai antibodi
sehingga terlindung dari infeksi selanjutnya
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun
enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver).Dari tes biokimia hati inilah dapat diketahui
derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati dapat dinilai.
Tes serologi / darah adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus
penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis. Tes
serologi untuk mengetahui adanya immunoglobulin M (IgM) terhadap virus hepatitis A
digunakan untuk mendiagnosa hepatitis A akut. IgM antivirus hepatitis A bernilai positif
pada awal gejala. Keadaan ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin
amintransferase (ALT/SGPT). Jika pasien telah sembuh, antibodi IgM akan menghilang dan
sebaliknya antibodi IgG akan muncul. Adanya antibodi IgG menunjukan bahwa penderita
pernah terkena hepatitis A.
Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa juga adalah AST (aspartat
aminotransferase), ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan
Urin: Secara makroskopik berwarna seperi teh tua dan apabila dikocok memperlihatkan busa
berwarna kuning kehijauan, Bilirubinuria, Urobilinuria
Feses: Tinja akholis, ditemukan virus dalam tinja dengan mikroskop elektron
Pengobatan
Perawatan Suportif
Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Aktivitas fisik yang berlebihan
dan berkepanjangan harus dihindari.
Manajemen khusus untuk hati dapat dapat diberikan sistem dukungan untuk mempertahankan fungsi
fisiologi seperti hemodialisis, transfusi tukar, extracorporealliverperfusion, dan charcoalhemoperfusion.
Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan dehidrasi
sebaiknya diinfus.
Dietetik
Tidak ada rekomendasi diet khusus.
Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila diperlukan dilakukan pemberian
cairan dan elektrolit intravena.
Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol, makan-makanan yang dapat
menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang berlemak
Medikamentosa
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A.
Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, yaitu bila
diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati, antiemetik golongan fenotiazin pada mual
dan muntah yang berat, serta vitamin K pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan.
PencegahanHepatitis A
Upaya Preventif umum
Upaya preventif umum ini mencakup upaya perbaikan sanitasi yang tampak sederhana, tetapi sering terlupakan.
Namun demikian, upaya ini memberikan dampak epidemiologis yang positif karena terbukti sangat efektif
dalam memotong rantai penularan hepatitis A.
a. Perbaikan hygiene makanan-minuman. Upaya ini mencakup memasak air dan makanan sampai
mendidih selama minimal 10 menit, mencuci dan mengupas kulit makanan terutama yang tidak dimasak,
serta meminum air dalam kemasan (kaleng / botol) bila kualitas air minum non kemasan tidak meyakinkan.
b. Perbaikan hygiene-sanitasi lingkungan-pribadi. Berlandaskan pada peran transmisi fekal-oral HAV.
Faktor hygiene-sanitasi lingkungan yang berperan adalah perumahan, kepadatan, kualitas air minum,
sistem limbah tinja, dan semua aspek higien lingkungan secara keseluruhan. Mencuci tangan dengan bersih
(sesudah defekasi, sebelum makan, sesudah memegang popok-celana), ini semua sangat berperan dalam
mencegah transmisi VHA.
c. Isolasi pasien. Mengacu pada peran transmisi kontrak antar individu. Pasien diisolasi segera setelah
dinyatakan terinfeksi HAV. Anak dilarang datang ke sekolah atau ke tempat penitipan anak, sampai
dengan dua minggu sesudah timbul gejala. Namun demikian, upaya ini sering tidak banyak menolong
karena virus sudah menyebar jauh sebelum yang bersangkutan jatuh sakit.
Imunisasi Aktif
Vaksin HAV yang saat ini beredar di Indonesia adalah vaksin inaktivasi dengan nama dagang Havrix.
Tujuan dari imunisasi aktif adalah melindungi anak terhadap infeksi HAV dan terhadap kemungkinan timbulnya
komplikasi HAV (fulminant, relapsing, prolong hepatitis) dan komplikasi gastro-intestinal yang berat. Upaya ini
juga berdampak positif terhadap lingkungan akibat berkurangnya kemungkinan penyebaran infeksi terhadap
penyebaran infeksi terhadap anak besar, orang dewasa, serta populasi yang rentan HAV. Pada penderita
penyakit hati kronik, imunisasi hepatitis A memberikan proteksi terhadap timbulnya hepatitis yang berat atau
fulminan.
Sasaran imunisasi adalah kelompok resiko tinggi dan anak merupakan prioritas utama, yaitu :
a. Sasaran utama kelompok resiko tinggi adalah anak dan idealnya diberikan pada usia > 2 tahun. Bagi yang
belum pernah memperoleh imunisasi di usia tersebut dapat diberikan pada usia pra sekolah atau pada usia
pra pubertas
b. Sasaran kedua adalah kelompok resiko tinggi selain anak termasuk penderita penyakit hati kronik
c. Sasaran lainnya adalah kelompok rentan yaitu kelompok sosial ekonomi tinggi dengan tingkat
seroprevalens HVA yang rendah.
Komplikasi Hepatitis A
Berkembang menjadi penyakit fulminans ( jarang )
Gagal hati akut (resiko meningkat pada > 40 tahun, riwayat penyakit hati sebelumnya)
Tidak pernah kronik atau karier virus yang berkepanjangan
Prognosis Hepatitis A
The United States Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1991 melaporkan
bahwa tingkat kematian yang disebabkan oleh hepatitis A masih rendah, yakni dari 4 per 1000 kasus kematian
untuk penduduk umumnya, namun lebih tinggi dari 17,5 per 1000, bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun.
Kematian biasanya terjadi jika pasien kontrak Hepatitis A sedangkan sudah menderita Hepatitis bentuk lain,
seperti Hepatitis B atau Hepatitis C atau AIDS.
Struktur Virus
Patofisiologi Gejala
Kerusakan sel hati akibat VHC atau paertikel virus secara langsung masih belum
jelas. Namun beberapa bukti menunjukkan adanya mekanisme imunologis yang
menyebabkan kerusakan sel hati.
Reaksi cytotoxic T-cell (CTL) spesifik yang kuat diperlukan untuk terjadinya
eliminasi menyeluruh VHC pada infeksi akut. Pada infeksi kronik, reaksi CTL yang relative
lemah masih mampu merusak sel-sel hati dan melibatkan respon inflamasi di hati tetapi tidak
bias menghilangkan virus sehingga kerusakan sel hati berjalan terus menerus.
Reaksi inflamasi yang dilibatkan melalui sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α,
TGF-β1, akan menyebabkan rekrutmen sel-sel infalmasi lainnya dan menyebabkan aktivasi
sel-sel stelata di ruang disse hati. Sel-sel ini akan berproliferasi dan menjadi aktif menjadi
sel-sel miofibroblas yang dapat menghasilkan matriks kolagen sehingga terjadi fibrosis dan
berperan aktif dalam menghasilkan sitokin-sitokin pro-inflamasi. Mekanisme ini berlangsung
terus menerus sehingga fibrosis semakin meluas dan menimbulkan kerusakan sel hati lanjut
hingga terjadi sirosis.
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan penunjang
Biopsi hati
Peningkatan ALT biasanya merupakan tanda terjadiya inflamasi yang serius. Namun,
ALT yang rendah atau normal mungkin juga terjadi pada kerusakan hati yang kronik. Untuk
itu, biopsi hati diperlukan untuk mengetahui derajat dan tipe kerusakan sel-sel hati. Dengan
anestesi lokal, sebuah jarum kecil dimasukkan ke perut kanan atas untuk mengambil sampel
jaringan hati, lalu jaringan tersebut diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi hati dapat
menunjukkan telah berkembangnya penyakit hepatitis C ini menjadi sirosis dan seberapa jauh
sirosis ini telah berkembang. Sekitar 20% pasien hepatitis C kronik akan menjadi sirosis dan
sebagian kecil akan berkembang menjadi kanker hati.
Pengobatan
Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting. Meskipun tubuh telah
melakukan perlawanan terhadap infeksi, tetapi hanya 20% yang berhasil, pengobatan tetap
diperlukan untuk mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi kemungkinan hati
menjadi rusak.
Senyawa-senyawa yang digunakan dalam pengobatan Hepatitis C adalah:
1. Interferon alfa
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia untuk meningkatkan
sistem daya tahan tubuh/imunitas dan mengatur fungsi sel lainnya. Obat yang
direkomendasikan untuk penyakit Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa dalam
bentuk alami ataupun sintetisnya.
2. Pegylated interferon alfa
Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang disebut "polyethylene glycol
(PEG)" dengan molekul interferon alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada
dalam tubuh, dan penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat respon bertahan
terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis dibandingkan interferon alfa biasa.
Ada dua macam pegylated interferon alfa yang tersedia:
Peginterferon alfa-2a
Indikasi terapi
Didapatkan peningkatan nilai ALT lebih dari batas atas nilai normal. Pada pasien yang tidak
terjadi fibrosis hati atau hanya fibrosis hati ringan tidak perlu diberikan terapi karena mereka
biasanya tidak berkembang menjadi sirosis hati setelah 20 tahun menderita infeksi VHC.
Pengobatan pada hepatitis C
Akut, keberhasilan terapi dengan interferon lebih baik dari pada pasien Hepatitis C
kronik hingga mencapai 100%. Interferon dapat digunakan secara monoterepi tanpa
ribavirin dan lama terapi hanya 3 bulan. Namun sulit untuk menentukan menentukan
infeksi akut VHC karena tidak adanya gejala akibat virus ini sehingga umumnya tidak
diketahui waktu yang pasti adanya infeksi.
Kronik adalah dengan menggunakan interferon alfa dan ribavirin. Umumnya disepakati
bila genotif I dan IV, maka terapi diberikan 48 minggu dan bila genotip II dan III, terapi
cukup diberikan 24 minggu.
Kontraindikasi terapi
Adalah berkaitan berkaitan dengan penggunaan interferon dan ribavirin, yaitu:
- Pasien yang berusia lebih dari 60 tahun
- Hb<10g/dL, leukosit darah <2500/uL, trombosit <100.000/uL
- Adanya gangguan jiwa yang berat
- Adanya hipertiroid
- Pasien dengan gangguan ginjal
Untuk interferon alfa yang konvensional, diberikan setiap 2 hari atau 3 kali seminggu
dengan dosis 3 juta unit subkutan setiap kali pemberian. Interferon yang telah diikat dengan
poly-ethylen glycol (PEG) atau dikenal dengan Peg-Interferon, diberikan setiap minggu
dengan dosis 1,5 ug/kgBB/kali ( untuk Peg-Interferon 12 KD ) atau 180 ug ( untuk Peg-
Interferon 40 KD ).
Pemberian interferon diikuti dengan pemberian ribavirin dengan dosis pada pasien
dengan berat badan <50 kg 800 mg setiap hari, 50-70 kg 1000 mg setiap hari dan >70 kg
1200 mg setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.
KOMPLIKASI
Pada hepatitis kronis yang terus berlanjut dapat terjadi komplikasi:
- Sirosis
- Ca hepatoselular
PROGNOSIS
Hampir 90 % penderita hepatitis C tidak menunjukkan gejala apa pun, sehingga penderita tidak
menyadari bahwa tubuhnya terinfeksi HCV. Sebagian besar baru sadar setelah memasuki stadium akut. Sekitar
20 % memang dapat dibersihkan oleh tubuh secara otomatis, namun 80 % sisanya harus mendapatkan
penanganan khusus. Bila tidak, maka pada 15-20 tahun ke depan akan berkembang menjadi sirosis atau kanker
hati.
Terobosan baru dalam penatalaksanaan hepatitis C menunjukkan bahwa kesempatan pasien untuk
sembuh saat ini meningkat. Data menyebutkan, 60 % pasien yang menjalani terapi mengalami kesembuhan,
bahkan untuk genotipe tertentu tingkat keberhasilannya lebih tinggi lagi. Kesembuhan penderita hepatitis C
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Genotip virus (virus tipe 1 relatif lebih sulit sembuh dibanding tipe 2 dan 3)
- Usia pasien
- Kondisi penyakit
- Waktu mulai pengobatan
- Kepatuhan menjalani pengobatan
Pasien hepatitis C bisa sembuh total bila diterapi sejak dini. Oleh sebab itu, diagnosis dini sangat
penting dilakukan. Terapi hepatitis C kronik sejak dini dapat mencegah progresi ke arah sirosis dan kanker hati.
Bahkan, penelitian di Jepang menyebutkan bahwa risiko berkembangnya hepatitis C menjadi kanker hati akan
berkurang hingga dua kali lipat bila ditangani sejak dini.
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin untuk Hepatitis C. Cara mencegah adalah dengan mengurangi resiko
paparan dengan virus Hepatitis C baik secara langsung dengan pencegahan kontak fisik paparan
terhadap HCV maupun tidak langsung dengan melakukan skrining terhadap darah dan donor organ.
a. Hepatitis D
b. Hepatitis E
Kontrol selalu positif pada pemeriksaan ICT karena kontrol berisi anti-imunoglobulin antibodi yang spesifik
terhadap antibodi konjugat pada mikrosfere.