STEP 1
AVPU :pemeriksaan untk menilai kesedaran pada keadaan kegawatdaruratan
o A : alert (kesadaran)
o V; respon to verbal
o P : respon to pain
o U : unresponsive
Definitive air way : penanganan sumbatan jalan nafas yg sudah tidak dapat menggunakan
penanganan manual
surgical : cricotiroidektomi, trakeostomi
non surgical : ETT, NTT
Saturasi : Ketersediaan O2 dalam darah normal : 95-100% pakai blood gas
SpO2 : tekanan O2 dalam darah normal : 80-100 mmhg (saling berbanding lurus )
penghitungan indirect pulse oximetri
Triple air way manuver : pengelolaan jalan nafas dengan cara sederhana pada pasien tidak sadar,
sering tersumbat karna lidah epiglotis, chinlift, jaw thrust,head tilt,
o Bila ada cedera pada leher jaw thrust (untuk menahan pergerakan rahang)
Oropharingeal air way : alat bantu nafas yg dipakai untuk pasien tidak sadar u/ menahan agar
lidah tidak menutupi saluran nafas
Primary survey bedanya sama BHD: sebuah tindakan untuk pada saluran nafas, bantuan nafas ,
sirkulasi dan defibrilasi, A (air ways),B(breathing)C (CIRCULATION) D(defibrililasi
disability AVPU) E(EXPOSURE)
Pulse oximetri : memonitor saturasi hb pada pengikatan oksigen normal : > 95 % px. secara
cepat
b.
c.
Pemeriksaan
Membuka Mata
Spontan
Dengan diajak bicara
Dengan rangsang nyeri
Tidak membuka mata
Respons verbal
Sadar dan orientasi ada
Berbicara tanpa kacau
Berkata tanpa arti
Hanya mengerang
Tidak ada suara
Respon motorik
Sesuai perintah
Terhadap rangsang nyeri :
- Timbul gerakan normal
- Fleksi cepat dan abduksi bahu
Derajat
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
2
1
Sumber : http://www.toadspad.net/ems/cpr-head-tilt.html
c.
Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut
carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat
dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.
Brochus
kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga
alveoli
Large
alveolar
cell mengandung inclusion
bodies yang
menghasilkan surfactant.
Anastomosing capillary, merupakan system vena danarteri yang
saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah
dalam rongga endotel
Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas
Proses
pertukaran
gas
berlangsung
sebagai
berikut: alveoli
alveoli membran dasar endotel kapiler plasma eitrosit.
Membran sitoplasma eritrosit molekul hemoglobin
O
epitel
Co
Surfactant
Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normalsurfactant ini
akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps
alveoli dapat dihindari.
Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali
ke ventrikel kiri.
Paru
Merupakan jalinan
atau
susunan bronhus
bronkhiolus, bronkhiolus
terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.
Rongga dan Dinding Dada
Rongga ini terbentuk oleh:
Otot otot interkostalis
Otot otot pektoralis mayor dan minor
Otot otot trapezius
Otot otot seratus anterior/posterior
Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
Kedua hemi diafragma
sistem
syaraf
dan
-Rate impuls
Respirasi rate
-Amplitudo impuls
Tidal volume
Pusat inspirasi
dan ekspirasi : posterior
medulla
oblongata,
pusatkemo
reseptor : anterior medulla oblongata, pusat apneu danpneumothoraks : pons.
Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU
Kegunaan: untuk mendiagnostik adanya : sesak
bronkitis
Indikasi klinik:
- Kelainan jalan nafas paru,pleura dan dinding toraks
- Payah jantung kanan dan kiri
- Diagnostik pra bedah toraks dan abdomen
- Penyakit-penyakit neuromuskuler
- Usia lebih dari 55 tahun.
nafas, sianosis,sindrom
Etiologi
Penyebab sumbatan yg sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole,
darah atau benda asing yg lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada
penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas
sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. hal
ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat
ditelan atau dibatukkan oleh penderita yg tidak sadar dapat menyumbat jalan
nafas. Penderita yg mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme
an ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada penderita
stupor atau koma yg dangkal.
Sumbatan nafas juga dapat trjdi pad jalan nafas baigian bawh, dan ini terjadi
sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi mukosa, masuknya isi
lambung atau benda asing ke dalam paru.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto,
Sp.BD, FK UNDIP)
Sebab Terjadinya obstruksi :
1. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus
percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan
sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.
2. Benda Asing
Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda
sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu,
digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat
pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-benda asing ini biasanya terjadi
pada anak-anak yg disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg
tdk teratur bentuknya.
b. Saluran nafas
Macam
a. Sumbatan Jalan Nafas Total
Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 10 menit dapat mengakibatkan asfiksi
( kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan henti jantung.
b. Sumbatan jalan Nafas partial
Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak,
sembab paru, kepayahan henti nafas dan henti jantung sekunder.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto,
Sp.BD, FK UNDIP)
Obstruksi yg trjdi dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Obstruksi total
Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan terjadinya
kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara kegagalan pernafasan sendiri
menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi kardiovaskuler dan menyebabkan
pula terjadinya kegagalan SSP dimana penderita kehilangan kesadaran
secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik bahkan mungkin pula
terdapat renjatan (seizure0. Kegagalan fungsi ginjal mengikuti kegagalan
fungsi darah dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan lambat laun
terjadi asidosis respiratorik dan metabolik
b. Fenomena Check Valve
yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini menyebabkan
terjadinya empisema paru, bahkan dapat terjadi empisema mediastinum atau
empisema subkutan
c. Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan saluran nafas dari 3
bentuk keadaan ini, Obstruksi total adalah keadaan yg terberat dan
memerlukan tindakan yg cepat. dalam keadaan PCO 2 tinggi dgn kecepatan
pernafasan 30/menit dlm usaha kompensasi maksimal. Di atas keadaan ini,
pasien tidak dapat mentoleransi. Bila terjadi hipoksemia, menandakan fase
permulaan terjadinya kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
3.
5.
PP
a. Radiologi
Berdasarkan pemeriksaan ini bayangan radiologi yg trjdi dpt disebabkan
oleh :
Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yg trjdi
adalah disebabkan oleh benda asing itu sendiri
Bila bayangan yg terjadi disebabkan oleh karena komplikasi, misalnya
atelektasis dan empisema maka akan tergantung kepada tipe obstruksi
yg terjadi.
b. Pemeriksaan faal paru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru, dan ini
bergantung kepada lokasi obstruksi yg terjadi. Bila obstrkusi terjadi didaerah
laringotrakheal, maka akan terjadi penggunaan dari kecepatan aliran ( flow
rate). Bila obstruksi terjadi di suprasternal notch, sedangkan bila trjdi
dibawah suprasternal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan
aliran ekspresi. berapa jauh obstruksi terjadi, ditentukan pula oleh hasil
penilaian FEVt. Makin distal obstruksi, makin besar pula pengaruh nilai FEVt.
Sedangkan FEV1 akan lebih kecil pengaruhnya pada obstruksi yg bersifat
proksimal.
c. Pemeriksaan analisis gas.
Pada fase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCO 2 .
Kecepatan pernafasan yg 30 kali/menit masih dapat mengkompensasi
sehingga tdk terjadi hipoksemia. Akan tetapi pada penyumbatan yg sifatnya
proksimal, total perburukan gas dan pH darah terjadi secara cepat.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
Penatalaksanaan
Bila dicurigai ada benda asing dijalan nafas atas, mulut harus dibuka dgn paksa
dan mengeluarkan benda asing tersebut.
Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa :
a. Gerakan jari menyilang (untuk mandibula yg agak lemas)
Penolong pada verteks atau samping kepala penderita.
Jari telunjuk penolong dimasukkan kedalam sudut mulut penderita dan
tekankan jari tersebut pada gigi geligi atasnya. Kemudian tekanlah gigi geligi
bawah dengan ibu jari yg menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara
paksa membuka.
b. Gerak jari dibelakang gigi geligi (untuk mandibula yg kaku)
Masukkan satu jari telunjuk diantara pipi dan gigi geligi penderita dan
ganjalkan ujung jari telunjuk tadi dibelakang molar terakhir,
c. Gerak angkat mandibula lidah (untuk mandibula yg sangat lemas)
Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan faring penderita dan dgn
ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. jari-jari yg lain memegang
mandibula tadi pada dagu dan mengangkatnya ke depan
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto,
Sp.BD, FK UNDIP)
MANUVER HEIMLICH
Perasat Heimlich
A.
Pasien Masih dapat Berdiri
Penolong berdiri dibelakang pasien yang sedikit membungkuk. Kepalan tangan
kiri penolong diletakkan di epigastrium (bawah processus xiphoideus). Tangan
kanan penolong diletakkan diatas kepalan tangan kiri, kemudian kedua tangan
menekan perut-dada ke belakang dan keatas. Dengan demikian udara dalam
paru akan terdorong ke atas (keluar melalui mulut) sambil mendorng benda
asing ke luar faring
B.
Pasien Duduk
Penolong berdiri / jongkok dibelakang kursi dengan kepalan tangan diletakkan
seperti pada cara menolong pasien yg masih dapat berdiri
C.
Pasien Terbaring
Penolong jongkok dgn dengkul dikiri dan kanan pasien. Kepalan tangan kiri
diletakkan dibawah processus xiphoideus dan tangan kanan diatasnya. Tekan
paru dengan menekan ke bawah-atas sehingga udara dalam paru mendorong
benda asing ke luar dari laring. Kepala pasien harus lurus ke depan, supaya
benda asing yg keluar tdk tertahan tenggorok.
( Sumber : Buku panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FK UI)
benda yg masuk ke trakheobronkhial kecil, digunakan bronkoskop fiberoptik.
Bila benda asing telah menyebabkan infeksi disekitar bronkhus , maka
perdarahan yg disebabkan oleh pengangkatan benda asing dgn bronkoskop
fiberoptik tdk dapat mengatasi perdarahan yg masif ini. Kadang-kadang
diperlukan pula penggunaan balon Forgatry dan dengan suction (pengisap)
benda asing ini diangkat. Kadang-kadang pecahan benda asing yg kecil dapat
keluar melalui lavase bronkhus, karena sulit sdicapai dengan fosep melalui
bronkoskopi , terutama bila pecahan benda ini kecil dan banyak. Apabila benda
asing ini tidak dapat diangkat dgn bronkosko, maka perlu dipertimbangkan utk
melakukan ekstraksi melalui torakotomi, terutama bila benda asing ini besar dan
telah menempel akibat infeksi, yg mpy resiko trjdinya perdarahan dan
penyumbatan dari infeksi, yg dpt tjd oleh karena tindakan bronkoskopi tersebut.
Benda asing dapat menimbulkan infeksi pada bagian distal sumbatan dan dapat
menimbulkan sepsis.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
6.
Komplikasi
1. Henti napas
a. Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dan korban/pasien.
b. Henti nafas, merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan
Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan;
i. Tenggelam
ii. Stroke
iii. Obstruksi jalan napas
iv. Epiglotitis
v. Overdosis obat-obatan.
vi. Tersengat listrik
vii. Infark miokard
viii. Tersambar petir
ix. Koma akibat berbagai macam kasus.
c. Pada awal henti napat oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak
dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas
akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah
henti jantung.
2. Henti jantung
a. Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan
organ vital akan kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terhadinya henti jantung.
Ditandai :
a. tidak sadar, detak jantung
b. tidak teraba denyut nadi arteri besar
c. henti nafas atau gasping
d. pupil melebar
e. death like appearance (pucat, sianotik)
f. gambaran EKG dapat berupa :
i. Fibrilasi ventrikel
ii. Asistol.
iii. Dissosiasi Bektromekanik
b. Bantuan Hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat
yang bertujuan :
Gambar
Letak tangan di toraks ketika melakukan kempaan toraks untuk masase jantung.
Pangkal tangan diletakkan pada sepertiga kaudal tulang sternum.
Gambar:
Kempaan toraks Dilakukan kempaan seluruh toraks sedalam 4-5 cm, kempaan
maksimal akan menghasilkan 40% sirkulasi nomal dalam keadaan istirahat.
A. Jika ada dua penyelamat: Buka jalan napas. Insuflasi dilakukan oleh
penyelamat pertama, sedangkan masase jantung (sirkulasi) dilakukan oleh
orang kedua, berturut-turut dilakukan lima kempaan toraks dan satu insuflasi
paru dengun irama kempaan 60-80/menit. B. Jika hanya ada satu
penyelamat dilakukan berturut-turut 10 kempaan dan dua insuflasi. Irama
kempaan 60-80/meuit dan insuflasi dalam waktu 3 detik,
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Definisi
Etiologi
o Edema jalan nafas
o Benda asing
o Tumor
o Trauma daerah laring
o Spasme otot larings
o Kelumpuhan otot abductor pita suara
o Kelainan congenital
(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi
Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara)
1. Dasar Lidah
Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita
koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher
lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah
dari dinding belakang farings.
2. Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang
tidak dapat di telan atau dibatukkan oleh penderita yang
tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas
(Penanganan Penderita gawat darurat, UNDIP)
Klasifikasi
OBSTRUKSI JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING
Macam 2:
Sebagian (parsial)
pernapasan,
namun
Komplit (total)
Biasanay korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya.
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang
disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas
pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu,
bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otototot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di
sana.
Keadaan
ini
dikenal
dengan
istilah
henti
napas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka
oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.
Rab,T., Agenda gawat darurat, jilid 2
Manifestasi Klinis
tanda obstruksi sebagian :
a. perasaan tercekik, tersumbat, batuk, stridor inspirasi serta disponi
b. retraksi dinding intercosta dan supraklavikula
terdengar aliran udara yang berisik
Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme
Bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda
asing (Penanganan Penderita gawat darurat, UNDIP)
tanda obstruksi komplet :
a. pasien tidak dapat bernapas, berbicara dan batuk,
b. tampak seperti mencekik (choking)
c. agitasi
d. panik dan nafas tersengal-sengal
e. sianosis
f.
hilangnya kesadaran
Mungkin dibutuhkan pengulangan hentakan 610 kali untuk membersihkan jalan napas.
Penyapuan jari
Penyapuan ini hanya dilakuakn atau digunakan
pada orban tidak sadar, dengan muka
menghadap keats, buka mulut korban dengan
memegang lidah dan rahang diantara ibu jari
dan jari2nya, kemuadian mengangkat rahang
bawah.
Tindakan ini akan menjauhkan lidah dengan
kerongkongan serta menjauhkan benda asing
yang mungkin menyangkut ditempat tersebut.
Masukkan jari telunjuk tangan dan tangan lain
Prognosis
SYOK
Definisi
Syok didefinisikan sebagai perfusi jaringan yang tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic sel, biasanya
sebagai akibat dari tekanan darah yang rendah.
(Michael Jay Bresler dan George L. Sternbach. 2007. Manual
Kedokteran Darurat Edisi 6 Jakarta : EGC)
Tanda
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tanda-tanda
tanda yang kurang spesifik
Cemas
Gelisah
Perasaan ingin mati
Mual
Capek
Lemah
Haus
Temuan objektif
a. Takikardi
b. Kulit yang dingin, pucat, dan lembab karena pengisian kapiler
terlambat
c. Tekanan nadi kecil
d. Tekanan daran menurun
e. Status mental berubah, takipnea, dilatasi pupil
f. Keluaran urine menurun
(Michael Jay Bresler dan George L. Sternbach. 2007. Manual Kedokteran Darurat
Edisi 6 Jakarta : EGC)
Klasifikasi
a. syok hipovolemik
disebabkan karena berkurangnya cairan intra vascular, baik karena
perdarahan (syok hemorragik) ataupu bukan (non hemorragik)
b. syok kardiogenik
disebabkan karena adanya ganguan pada jantung shg fxnya untuk
memompa cairan didalam pembuluh darah tidak berjalan baik. Akibatnya
jaringan organ akan kekurangan oksigen.
c. syok distributive
syok akibat gangguan penyebaran cairan intravaskuler.
d. syok obtruktive
syok akibat terganggunya aliran darah yang balik atau kembali ke jantung
akibat obstruksi.
MANAGEMENT AIR WAY
a. Anatomi
b. Fisiologi
c. Managemen
a. Lihat sekitar korban ada bahaya, singkirkan dan bawa
korban ke tempat yang aman dan tenang
b. Periksa apakah korban atau pasien sadar : dengan
panggil pasien misalnya : "Pak bangun pak ??? Baik-baik
sajakah ??? sambil sentuh pundak/bahu pasien kalau dia
tidak sadar. Kalau yakin pasien mengalami penurunan
kesadaran, terus ke 3.
c.