Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak atau orang dewasa
disebabkan oleh mutasi gen globin atau . Sedangkan, mutasi berat gen globin , , dan
dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.
(Djumhana A, 2009)
Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
2.2 Etiologi Thalasemia
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel
darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi
yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang
berbeda, yaitu globin dan globin . Protein globin tersebut dibuat oleh gen
yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin diproduksi oleh kromosom
16, sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi
penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen
pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu
terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.
(Yuki Yunanda, 2008)
Peta Sebaran
Kepulauan Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia
Tenggara, Rusia Selatan, China. Jarang di: Afrika kecuali Liberia dan
beberapa bagian Afrika Utara sporadik pada semua ras.
Terentang dari Afrika ke Mediterania, Timur Tengah, Asia Timur, dan
Asia Tenggara. Hb Barts Hydrops Syndrome dan HbH disease
sebagian besar terdapat di populasi Asia Tenggara dan Mediterania.
(Djumhara A, 2009)
Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang
bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai
dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer). Fenotipnya
asimtomatik, disebut juga sebagai thalassemia minor.
Thalassemia Intermedia
Suatu kondisi tengah antara bentuk major dan minor. Pada kondisi ini
kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit
rantai beta globin. Penderita dapat hidup normal, tetapi mungkin
memerlukan transfusi sekali-sekali, misal pada saat sakit atau hamil,
serta tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thalassemia Associated with Chain Structural Variants
Sindrom thalassemia (Thalassemia / HbE).
Thalassemia Major (Cooleys Anemia)
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan),
penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang
cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen
yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan
menyebabkan hipoksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal
jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita
thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan
perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
(Djumhana A dan Moedrik T, 2009)
Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/ (Tamam, Moedrik (2009). Thalassemia. Diunduh
November 2011)
Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantia globin
lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan
timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong
proliferasi eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif,
sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan
deformitas skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme.
Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat
adanya hubungan langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan
juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak sel
darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem
fagosit. Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan
muatan besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan
besi, hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan
berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri oleh kematian
bila besi ini tidak segara dikeluarkan.
Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi
thalassemia beta dan manifestasinya:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Patofisiologi Thalassemia-
Patofisiologi thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalassemia-, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)
rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak
berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a- homozigot (-/-) atau
thalassemia-1a- heterozigot (/--) memberi fenotip seperti thalassemia- carrier.
Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia o
homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Barts hydrops
syndrome.
Kelainan dasar thalassemia- sama dengan thalassemia-, yakni
ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal
patofisiologi kedua jenis thalassemia ini:
1
2
Thalassemia
Delesi gen umum terjadi
Thalassemia
Delesi gen umum jarang
terjadi
Agregat rantai alfa yang
tidak larut
Dehidrasi; kaku; membran
tidak stabil; p50 menurun
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25%
thalassemia beta mayor (anemia berat).
Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
- Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah.
- Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan
minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan
tidak dapat hidup tanpa ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel
darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan
kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah
berupa deformitas dan fraktur spontan, terutama kasus yang tidak
atau kurang mendapat transfusi darah. Deformitas tulang,
disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta
maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah
ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam
dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja
terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai umur, berat badan kurang, perut
membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat transfusi darah
Thalassemia-
a. Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites,
serta kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan
berinti. Sering disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum,
hipertrofi plasenta yang dapat membahayakan sang ibu.
b. HbH disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%,
splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental
dapat terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen- pada
kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-. Krisis
hemolitik juga dapat terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil,
atau terpapar dengan obat-obatan oksidatif.
c. Thalassemia Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik
hipokrom.
d. Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi
DNA/ gen.
(Djumhana A, 2009)
1. Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA : 95% sampai 98%
HbA2 : 2% hingga 3%
HbF : 0,8% sampai 2%
HbS : 0%
HbC : 0%
morfologi
eritrosit
Sel target
Resitensi osmotic
Besi serum
TIBC
Cadangan besi
Feritin serum
HbA2/HbF
Thalasemia
+
+
Tak sebanding dengan
derajat anemia
++
Kosong
N
(I Made Bakta, 2009)
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan
terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau berat.
Ttransfusi darah harus dilakukan secara teratur karena dalam waktu 120 hari sel
darah merah akan mati dan untu mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12
g/dl. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia, transfusi darah hanya
dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan, untuk beta thalassemia
mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu
sekali).
Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit
yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang
ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan
normal manusia akan zat besi hanya 1 2 mg per hari. Pada penderita yang
sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di
jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dan lain-lain.
Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan
bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati.
b. Pemberian Obat Kelasi Besi
Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal)
secara teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi.
Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui
jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahanlahan oleh alat yang disebut syringe driver. Pemakaian alat ini diperlukan
karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama
kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam
seminggu seumur hidup.
c. Pemberian Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan
transfusi darah ataupun terapi kelasi besi.
d. Cangkok Sumsum Tulang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah
dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk
yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat
sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan
yang dapat menyembuhkan thalassemia. Namun, memiliki kendala karena hanya
sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor
dan resipiennya serta donor harus dalam keadaan sehat.
e. Splenektomi
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui
pasien hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga
tidak terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.
Splenektomi meningkatkan resiko sepsis yang parah sekali, oleh karena itu
operasi dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus ditunda selama
mungkin. Indikasi utama splenektomi adalah meningkatnya kebutuhan transfusi
yang menunjukan unsur hipersplenisme. Meningkatnya kebutuhan tranfusi yang
melebihi 250ml/kgBB dalam 1 tahun terakhir. Imunisasi pada penderita ini
dengan vaksin hepatitis B, vaksin H, influensa tipe B, dan vaksin polisakarida
pneumokokus serta dianjurkan profilaksis penisilin.
(http://www.repository.usu.ac.id
2.9 Prognosis Thalasemia
Tidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus penyakit HbH
mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfusi darah/ splenektomi dan
dapat hidup biasa. Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang
normal pada umumnya juga mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan
pengobatan khusus.
Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi
hingga saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di
antara berbagai penyelidik secara global.
Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai
usia decade ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan
pemberian chelating agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga
umumnya tidak terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di Negara maju
dengan fasilitas transfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang
baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga lebih baik.
(Riri Julianti, 2008)
http://belibis-a17.com/2008/05/12/thalasemia/ (Julianti, Riri (2008). Thalassemia. Diunduh
November 2011)
Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yakni : (1) penapisan
(skrining) pembawa sifat thalassemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling),
dan (3) diagnosis prenatal.
1) Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara :
Prospektif, yaitu mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari
populasi diberbagai wilayah.
Retrospektif, dengan menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga
penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan
informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya.
Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup
kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena
pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus
dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan
negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan
di negara berkembang daripada program prospektif.
2) Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah
kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan
informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai
anak.
3) Diagnosis prenatal, meliputi :
Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan
yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil.
Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu
mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil.
Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan
mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan
analisis DNA.
Beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1)
bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk
thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya
sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat
dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah
dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah
sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini.
Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan