Anda di halaman 1dari 15

NAMA : GAMAR FAUZIE BAJAMMAL

NPM : 1102013117 FKA


1.Memahami dan Menjelaskan Hemohglobin
1.1 Sintsis Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu
protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam pro
eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka
retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari
berikutnya. Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang
dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol.
Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protopor firin IX yang kemudian
bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme.
Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut
globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unit hemoglobulin yang disebut
rantai hemoglobin. Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang
berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu
disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang
paling umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua
rantai alfa dan dua rantai beta.
I. 2 Suksinil-KoA + 2 glisin
II. 4 pirol protoporfirin IX
III. protoporfirin IX + Fe++ Heme
IV. Heme + Polipeptida Rantai hemoglobin ( atau )
V. 2 rantai + 2 rantai hemoglobin A
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera
difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer),
limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag
akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah
dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentu sel darah merah
baru, atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian
porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang
disekresikan hati ke dalam empedu.
(Guyton & Hall, 1997)
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

2. Memahami dan Menjelaskan Thalasemia


2.1 Definisi Thalasemia
Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara umum
terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin
dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, , ), dua katagori utamanya adalah
thalassemia dan .
(Dorland, 2007)
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam
kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis
hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini dapat
menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:

Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai


globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan
produksi rantai globin tertentu, disebut thalassemia.

Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak atau orang dewasa
disebabkan oleh mutasi gen globin atau . Sedangkan, mutasi berat gen globin , , dan
dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.
(Djumhana A, 2009)
Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
2.2 Etiologi Thalasemia
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel
darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi
yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang
berbeda, yaitu globin dan globin . Protein globin tersebut dibuat oleh gen
yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin diproduksi oleh kromosom
16, sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi
penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen
pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu
terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.
(Yuki Yunanda, 2008)

2.3 Epidemiologi Thalasemia


Jenis Thalasemia
Thalasemia
Thalasemia

Peta Sebaran
Kepulauan Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia
Tenggara, Rusia Selatan, China. Jarang di: Afrika kecuali Liberia dan
beberapa bagian Afrika Utara sporadik pada semua ras.
Terentang dari Afrika ke Mediterania, Timur Tengah, Asia Timur, dan
Asia Tenggara. Hb Barts Hydrops Syndrome dan HbH disease
sebagian besar terdapat di populasi Asia Tenggara dan Mediterania.
(Djumhara A, 2009)

Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU


JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.

2.4 Klasifikasi Thalasemia


Secara klinis, thalassemia dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
Thalasemia mayor, yang sangat tergantung pada transfusi,
Thalasemia minor / karier, tanpa gejala (asimtomatik), dan
Thalasemia intermedia.
(Bambang P, 2010)
Permono, Bambang, dkk. 2010. HEMOGLOBIN ABNORMAL dalam Buku Ajar
HEMATOLOGI ONKOLOGI ANAK. Jakarta : ________

Berdasarkan rantai asam amino yang terkena, thalassemia digolongkan


menjadi 2 jenis utama, yaitu :
a) Thalassemia (melibatkan rantai alfa) minimal membawa 1 gen)
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa pada bayi yang baru lahir
masih terdapat jumlah HbF(22) yang masih cukup tinggi. Pada usia 20
hari sesudah kelahiran, kadar HbF akan menurun dan setelah 6 bulan,
kadarnya akan menjadi normal seperti orang dewasa. Selanjutnya pada
masa tersebut akan terjadi konversi HbF menjadi HbA(22) dan HbA2
(22).
Pada kasus thalassemia , akan terjadi mutasi pada kromosom 16 yang
menyebabkan produksi rantai globin (memiliki 4 lokus genetik)
menurun, yang menyebabkan adanya kelebihan rantai globin pada orang
dewasa dan kelebihan rantai pada newborn. Derajat thalassemia
berhubungan dengan jumlah lokus yang termutasi (semakin banyak lokus
yang termutasi, derajat thalassemia semakin tinggi).
Thalassemia dibedakan menjadi :
Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia-2- Trait)

Delesi satu gen (/o). Tiga loki globin cukup memungkinkan


produksi Hb normal. Secara hematologis sehat, kadang-kadang indeks
RBC (Red Blood Cell) rendah. Tidak ada anemia dan hypochromia
pada orang ini. Diagnosis tidak dapat ditentukan dengan
elektroforesis. Biasanya pada etnis populasi African American. CBC
(Complete Blood Count) salah satu orangtua menunjukkan
hypochromia dan microcytosis.
Thalassemia-1- Trait
Delesi pada 2 gen , dapat berbentuk thalassemia-1a- homozigot
(/oo) atau thalassemia-2a- heterozigot (o/o). Dua loki globin
memungkinkan erythropoiesis hampir normal, tetapi ada anemia
hypochromic microcytic ringan dan indeks RBC rendah.
Thalassemia Intermedia (Hb H disease)
Delesi 3 gen globin (o/oo). Dua hemoglobin yang tidak stabil ada
dalam darah, yaitu HbH (tetramer rantai ) & Hb Barts (tetramer
rantai ). Kedua Hb yang tidak stabil ini mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap O2 daripada Hb normal, sehingga pengiriman O 2 ke
jaringan rendah (hipoksia). Ada anemia hypochromic microcytic
dengan sel-sel target dan heinz bodies (badan inklusi) pada preparat
hapus darah tepi, juga ditemukan splenomegali. Kelainan ini nampak
pd masa anak-anak atau pd awal kehidupan dewasa ketika anemia dan
splenomegali terlihat.
Thalassemia Major (Thalassemia Homozigot)
Delesi sempurna 4 gen (oo/oo). Fetus tidak dapat hidup segera
sesudah keluar dari uterus dan kehamilan mungkin tidak bertahan
lama. Sebagian besar bayi ditemukan meninggal pada saat lahir
dengan hydrops fetalis dan bayi yang lahir hidup akan segera
meninggal setelah lahir, kecuali transfusi darah intrauterine diberikan.
Bayi-bayi tersebut edema dan mempunyai sedikit Hb yang
bersirkulasi, Hb yang ada semuanya tetramer rantai (Hb Barts) yang
memiliki afinitas yang tinggi.
b) Thalasemia (melibatkan rantai )
Beta thalassemia juga sering disebut Cooleys anemia. Thalassemia
terjadi karena mutasi pada rantai globin pada kromosom 11. Thalassemia
ini diturunkan secara autosom resesif. Derajat penyakit tergantung pada
sifat dasar mutasi. Mutasi diklasifikasikan sebagai (o) jika mereka
mencegah pembetukan rantai dan (+) jika mereka memungkinkan
formasi beberapa rantai terjadi. Produksi rantai menurun atau tiadk
diproduksi sama sekali, sehingga rantai relatif berlebihan, tetapi tidak
membentuk tetramer. Kumpulan rantai yang berlebihan tersebut akan
berikatan dengan membran sel darah merah, mengendap, dan
menyebabkan kerusakan membran. Pada konsentrasi tinggi, kumpulan
rantai tersebut akan membentuk agregat toksik.
Thalassemia diklasifikasikan sebagai berikut :
Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia Trait)

Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang
bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai
dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer). Fenotipnya
asimtomatik, disebut juga sebagai thalassemia minor.
Thalassemia Intermedia
Suatu kondisi tengah antara bentuk major dan minor. Pada kondisi ini
kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit
rantai beta globin. Penderita dapat hidup normal, tetapi mungkin
memerlukan transfusi sekali-sekali, misal pada saat sakit atau hamil,
serta tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thalassemia Associated with Chain Structural Variants
Sindrom thalassemia (Thalassemia / HbE).
Thalassemia Major (Cooleys Anemia)
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan),
penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang
cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen
yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan
menyebabkan hipoksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal
jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita
thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan
perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
(Djumhana A dan Moedrik T, 2009)
Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/ (Tamam, Moedrik (2009). Thalassemia. Diunduh
November 2011)

2.5 Patofisiologi Thalasemia


Patofisiologi Thalassemia-
Penurunan produksi rantai beta, menyebabkan produksi rantai alfa yang
berlebihan. Produksi rantai globin pasca kelahiran masih tetap diproduksi,
untuk mengkompensasi defisiensi 22 (HbA), namun tetap tidak mencukupi.
Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin dan dan rantai globin
tidak pernah dapat mencukupi untuk mengikat rantai alfa yang berlebihan.
Rantai alfa yang berlebihan ini merupakan ciri khas pada patogenesis
thalassemia-.

Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantia globin
lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan
timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong
proliferasi eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif,
sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan
deformitas skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme.
Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat
adanya hubungan langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan
juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak sel
darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem
fagosit. Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan
muatan besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan
besi, hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan
berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri oleh kematian
bila besi ini tidak segara dikeluarkan.
Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi
thalassemia beta dan manifestasinya:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Mutasi primer terhadap produksi globin : sintesis globin yang tidak


seimbang.
Rantai globin yang berlebihan terhadap metabolisme dan ketahanan hidup
eritrosit : anemia.
Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ : produksi eritropoetin dan
ekspansi sumsum tulang, deformitas skeletal, gangguan metabolisme, dan
perubahan adaptif fungsi kardiovaskular.
Metabolisme besi yang abnormal : muatan besi berlebih mengakibatkan
kerusakan jaringan hati, endokrin, miokardium, dan kulit.
Sel ekskresi : peningkatan kadar HbF, heterogenitas populasi sel darah
merah.
Modifiers genetik sekunder : variasi fenotip, variasi metabolisme bilirubin,
besi, dan tulang.
Pengobatan : muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang
ditularkan lewat darah, toksisitas obat.
Riwayat evolusioner : variasi latar belakang genetik, respon terhadap
infeksi.
Faktor ekologi dan etnologi.

Patofisiologi Thalassemia-
Patofisiologi thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalassemia-, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)
rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak
berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a- homozigot (-/-) atau
thalassemia-1a- heterozigot (/--) memberi fenotip seperti thalassemia- carrier.
Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia o

homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Barts hydrops
syndrome.
Kelainan dasar thalassemia- sama dengan thalassemia-, yakni
ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal
patofisiologi kedua jenis thalassemia ini:
1
2

Rantai- dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa, maka


thalassemia-alfa bermanifestasi pada masa fetus.
Sifat yang ditimbullkan akibat produksi berlebihan rantai globin a dan beta
yang disebabkan oleh defek produksi rantai globin-alfa sangat berbeda
dibandingkan dengan akibat produksi berlebih rantai pada thalassemia .
Bila kelebihan rantai tersebut menyebabkan presipitasi pada prekusor
eritrosit, maka thalassemia menimbulkan tetramer yang larut, yakni 4 (Hb
Barts) dan 4 (HbH).

Perbedaan penting antara thalassemia dan thalassemia


Mutasi
Sifat-sifat globin yang
berlebihan
Sel darah merah
Anemia
Perubahan tulang
Besi berlebih

Thalassemia
Delesi gen umum terjadi

Thalassemia
Delesi gen umum jarang
terjadi
Agregat rantai alfa yang
tidak larut
Dehidrasi; kaku; membran
tidak stabil; p50 menurun

Tetramer 4 atau 4 yang


larut
Hidrasi berlebihan; kaku;
membran hiperstabil; p50
menurun
Terutama hemolitik
Terutama diseritropoetik
Jarang
Umum
Jarang
Umum
(Kumar, 2004 dan Djumhana A, 2009)

V, Kumar, dkk. 2004. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.


Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak
meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/ bawaan, sedangkan yang
lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak
mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anakanak mereka Thalassemia mayor
Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka
mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang
normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.

Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25%
thalassemia beta mayor (anemia berat).

2.6 Manifestasi Klinis Thalasemia


Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya anemia hemolitik. Pada bentuk yang
lebih berat, khususnya thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka
terbuka di kulit (ulkus/ borok), batu empedu, serta pembesaran hati dan limpa. Sumsum
tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama
tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anakanak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas
lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi
meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan
mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.
(Moedrik T, 2009)
http://www.rotary-cegah-thalassaemia.com/ (Tamam, Moedrik (2009). Thalassemia. Diunduh
November 2011)

Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
- Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah.
- Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan
minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan
tidak dapat hidup tanpa ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel
darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan
kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah
berupa deformitas dan fraktur spontan, terutama kasus yang tidak
atau kurang mendapat transfusi darah. Deformitas tulang,
disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta
maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah
ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam
dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja
terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai umur, berat badan kurang, perut
membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat transfusi darah

kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi


dalam jaringan kulit.
b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada
Thalasemia mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 10,0 g/dl). Gejala
deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra
medular dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa
dewasa.
c. Thalasemia minor atau trait ( pembawa sifat)
Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh
anemia mikrositik, bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia
ringan.
(Djumhana A, 2009)
Atmakusuma, Djumhana, dkk. 2009. DASAR-DASAR TALASEMIA: SALAH SATU
JENIS HEMOGLOBINOPATI dalam Buku Ajar IPD Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
2

Thalassemia-
a. Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites,
serta kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan
berinti. Sering disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum,
hipertrofi plasenta yang dapat membahayakan sang ibu.
b. HbH disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%,
splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental
dapat terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen- pada
kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-. Krisis
hemolitik juga dapat terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil,
atau terpapar dengan obat-obatan oksidatif.
c. Thalassemia Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik
hipokrom.
d. Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi
DNA/ gen.
(Djumhana A, 2009)

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding Thalasemia


Menjelaskan Diagnosis Thalassemia
a. Anamnesis

Ditanyakan keluhan utama dan riwayat perkembangan penyakit pasien.


Ditanyakan riwayat keluarga dan keturunan.
Ditanyakan tentang masalah kesehatan lain yang dialami.
Ditanyakan tentang test darah yang pernah diambil sebelumnya.
Ditanyakan apakah nafsu makan berkurang
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat, lemas dan lemah.
Pemeriksaan tanda vital heart rate
Pada palpasi biasanya ditemu kan hepatosplenomegali pada pasien
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil tes mengungkapkan informasi penting, seperti jenis thalassemia.
Pengujian yang membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:
1.Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT
Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, dan
ukuran (size). Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah
Anda memiliki thalassemia dan jika iya, jenis apa. Tes darah yang
mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat besi dan feritin
tes). Sebuah tes darah yang mengukur jumlah berbagai jenis
hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung darah lengkap (CBC)
pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung).
Hasil menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering
mendiagnosa bentuk yang paling parah adalah thalassemia beta mayor
atau anemia Cooley's. Kadar Hb adalah 7 10 g/ dL. Pada sediaan
hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis,
dan poikilositosis (target cell).

1. Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA : 95% sampai 98%
HbA2 : 2% hingga 3%
HbF : 0,8% sampai 2%

HbS : 0%
HbC : 0%

Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat.


Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait
(carrier) dengan HbA2 meningkat (> 3,5% dari Hb total)
Catatan: rentang nilai normal mungkin sedikit berbeda antara laboratorium yang
satu dengan laboratorium lainnya.
2. Mean Corpuscular Values ( MCV)
Pemeriksaan mean corpuscular values terdiri dari 3 jenis permeriksaan, yaitu
Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). Untuk pemeriksaan ini
diperlukan data mengenai kadar Hb (g/dL), nilai hematokrit (%), dan hitung
eritrosit (juta/uL).
3. Pemeriksaan Rontgen
Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar
dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.
(http://repository.usu.ac.id)
Menjelaskan Diagnosis Banding Thalassemia
Splenomegali
Ikterus
Perubahan

morfologi

eritrosit
Sel target
Resitensi osmotic
Besi serum
TIBC
Cadangan besi
Feritin serum
HbA2/HbF

Thalasemia
+
+
Tak sebanding dengan
derajat anemia
++

Bakta, I Made, dkk. 2009. Hematologi Ringkas. Jakarta : EGC.

2.8 Penatalasksanaan Thalasemia


a. Transfusi Darah

Anemia defisiensi besi


Sebanding dengan derajat
anemia
+/N

Kosong

N
(I Made Bakta, 2009)

Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan
terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau berat.
Ttransfusi darah harus dilakukan secara teratur karena dalam waktu 120 hari sel
darah merah akan mati dan untu mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12
g/dl. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia, transfusi darah hanya
dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan, untuk beta thalassemia
mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu
sekali).
Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit
yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang
ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan
normal manusia akan zat besi hanya 1 2 mg per hari. Pada penderita yang
sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di
jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dan lain-lain.
Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan
bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati.
b. Pemberian Obat Kelasi Besi
Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal)
secara teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi.
Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui
jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahanlahan oleh alat yang disebut syringe driver. Pemakaian alat ini diperlukan
karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama
kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam
seminggu seumur hidup.
c. Pemberian Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan
transfusi darah ataupun terapi kelasi besi.
d. Cangkok Sumsum Tulang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah
dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk
yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat
sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan
yang dapat menyembuhkan thalassemia. Namun, memiliki kendala karena hanya
sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor
dan resipiennya serta donor harus dalam keadaan sehat.

e. Splenektomi
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui
pasien hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga
tidak terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.
Splenektomi meningkatkan resiko sepsis yang parah sekali, oleh karena itu
operasi dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus ditunda selama
mungkin. Indikasi utama splenektomi adalah meningkatnya kebutuhan transfusi
yang menunjukan unsur hipersplenisme. Meningkatnya kebutuhan tranfusi yang
melebihi 250ml/kgBB dalam 1 tahun terakhir. Imunisasi pada penderita ini
dengan vaksin hepatitis B, vaksin H, influensa tipe B, dan vaksin polisakarida
pneumokokus serta dianjurkan profilaksis penisilin.
(http://www.repository.usu.ac.id
2.9 Prognosis Thalasemia
Tidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus penyakit HbH
mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfusi darah/ splenektomi dan
dapat hidup biasa. Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang
normal pada umumnya juga mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan
pengobatan khusus.
Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi
hingga saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di
antara berbagai penyelidik secara global.
Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai
usia decade ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan
pemberian chelating agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga
umumnya tidak terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di Negara maju
dengan fasilitas transfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang
baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga lebih baik.
(Riri Julianti, 2008)
http://belibis-a17.com/2008/05/12/thalasemia/ (Julianti, Riri (2008). Thalassemia. Diunduh
November 2011)

2.9 Pencegahan Thalasemia

Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yakni : (1) penapisan
(skrining) pembawa sifat thalassemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling),
dan (3) diagnosis prenatal.
1) Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara :
Prospektif, yaitu mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari
populasi diberbagai wilayah.
Retrospektif, dengan menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga
penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan
informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya.
Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup
kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena
pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus
dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan
negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan
di negara berkembang daripada program prospektif.
2) Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah
kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan
informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai
anak.
3) Diagnosis prenatal, meliputi :
Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan
yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil.
Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu
mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil.
Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan
mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan
analisis DNA.
Beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1)
bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk
thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya
sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat
dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah
dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah
sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini.
Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan

membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat


riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin
relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti
zat besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb
normal.
(www.rotary-cegah-thalassemia.com)

Anda mungkin juga menyukai