Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP SENSE OF HUMOR GURU

DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI KELAS 7 INTERNASIONAL SEKOLAH


MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

KRISTIANDI
041301087

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2008/2009
Kristiandi : Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense Of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7
Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, 2009.
USU Repository 2009

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya


bahwa skripsi saya yang berjudul : Hubungan Persepsi Siswa terhadap Sense of
Humor Guru dengan Motivasi Belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Medan, adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini,
saya besedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Februari 2009

KRISTIANDI
041301087

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi


Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan
Kristiandi
ABSTRAK
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi
antara siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar.
Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian
motivasi dari guru kepada siswa. Motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Salah satu faktor yang lebih utama dan sering dianggap
menurunkan motivasi siswa untuk belajar adalah guru yang menyampaikan materi.
Seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis
lingkungan psikososial dalam kelas, dan humor adalah salah satu cara yang
digunakan. Penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas. Untuk dapat
mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of
humor. Begitu pula halnya dengan seorang guru. Pada kenyataannya di dalam kelas
tidak semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa
mempersepsikan sense of humor guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di
kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan yang terdiri dari 3 kelas dan
masing-masing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66
orang. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam penelitian. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu skala persepsi siswa terhadap sense of humor
guru dan skala motivasi belajar siswa telah diujicobakan terlebih dahulu di kelas 7A,
7B, 7C reguler SMP Negeri 1 Medan yang diambil secara Purposive Sampling.
Metode analisa data dalam pengujian hiptesis menggunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment.
Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi: ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Artinya
semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin
tinggi motivasi belajar siswa, dinyatakan teruji dan diterima. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru
dengan motivasi belajar siswa pada siswa kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan
menunjukkan hubungan yang lemah namun positif dan signifikan, dimana r = 0.265
dan p = 0.033 (p <0.05). Dari hasil analisis data tersebut dinyatakan bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru
dengan motivasi belajar , dimana semakin positif persepsi siswa terhadap sense of
humor guru maka motivasi belajarnya semakin tinggi, begitupula sebaliknya.
Kata kunci : persepsi siswa, sense of humor, motivasi belajar

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul
Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dengan Motivasi Belajar
di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, guna
memeperoleh gelar sarjana jenjang starata (S1) di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tuaku, Supawetno dan Mesnah serta kedua adikku adikku Ardi Gunawan dan
Ayu Harisa atas doa dan dukungannya selama ini, mempersembahkan ini merupakan
suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi kebanggaan.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
saya menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M. Pd selaku dosen pembimbing penulis yang
selalu sabar dan selalu memberikan motivasi yang luar biasa, serta
ketersediaan waktu ditengah kesibukannya. Terima kasih Bu Dina, saya selalu
takjub dengan apa yang saya dengar dari Bu Dina, jujur Bu Dina masuk dalam
daftar orang-orang yang saya kagumi dan teladani.

3. Ibu Ika Sari Dewi, S. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik.
4. Untuk teman-teman Psikologi USU, terima kasih atas kebersamaaan dan
pengalaman yang telah kita jalani bersama.
Tanpa bantuan mereka, mungkin skripsi ini tidak akan selesai dan semoga
pengorbanan dan jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan
dari Allah SWT.
Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini peneliti
mohon maaf. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Medan, Februari 2009-02-26

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI.......... iv
DAFTAR TABEL..... viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah..

C. Tujuan Penelitian..

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

2. Manfaat praktis.

E. Sistematika Penulisan. 9
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar..

10

1. Pengertian Motivasi Belajar....

10

2. Aspek-aspek Motivasi Belajar....

11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


belajar.................................

14

4. Prinsip-prinsip motivasi belajar.............

18

B. Persepsi Siswa .....................

21

1. Pengertian Persepsi ....................

21

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi...

22

3. Pengertian siswa remaja .

21

C. Sense of Humor Guru

24

1. Pengertian humor ...

24

2. Dimensi Humor .

25

3. Fungsi Humor ....................................................

26

4. Pengeritan sense of humor ................................

27

5. Aspek-aspek sense of humor ......

28

6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor


................................................................

29

7. Keuntungan memiliki sense of humor ..............

30

8. Pengertian guru .................................................

30

D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru .

31

E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan


Motivasi Belajar Siswa ...............................

32

F. Hipotesis... 35

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian..

36

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

36

1. Persepsi siswa terhadap sense of humor


guru.

36

2. Motivasi Belajar .

36

C. Populasi dan Pengambilan Sampel...........................

37

1. Populasi dan sampel...........................................

37

D. Instrumen Yang Digunakan......................

38

1. Pengukuran persepsi siswa terhadap


sense of humor guru............................................

38

2. Skala motivasi belajar .....

41

E. Validitas dan Reliabilitas dan Uji Daya Beda Alat ukur 43


1. Validitas alat ukur.

43

2. Reliabilitas .......................................

44

3. Uji Daya Beda Alat ukur ....................................

44

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur.............

45

1. Skala Persepsi Siswa terhadap sense of humor


guru............................................................

45

2. Motivasi Belajar ........................................

46

G. Prosedur Penelitian..................................................

47

1. Permohonan izin................................................

47

BAB IV

2. Pembuatan alat ukur ..........................................

47

3. Uji coba alat ukur ..............................................

48

4. Pelaksanaan penelitian ......................................

49

5. Pengolahan data ................................................

50

H. Metode Analisa Data...........................

50

ANALISA DATA PENELITIAN


A. Gambaran Subjek Penelitian.......................................

51

1. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis


kelamin.................................................................

51

2. Gambaran subjek penelitian berdasarkan subjek berdasarkan


usia................................................... 53
B. Hasil Penelitian............................................................... 53
1. Hasil uji asumsi penelitian........................................ 53
2. Hasil utama penelitian.............................................. 54
3. Deskripsi data penelitian ......................................... 54
C. Pembahasan................................................................... 60
BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN


A. Kesimpulan.................................................................... 59
B. Diskusi.......................................................................... 60
C. Saran................................................................................ 62
1. Saran metodologis..................................................

62

2. Saran praktis..........................................................

63

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

64

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.

Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa .................

Tabel 2

Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru

40

Tabel 3

Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba ............

42

Tabel 4

Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor


Guru Setelah Uji Coba........................................................

46

Tabel 5

Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba .........

47

Tabel 6

Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin ................

52

Tabel 7

Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia ................

53

Tabel 8

Deskripsi Skor Skala Persepsi Terhadap Sense of Humor


Guru .....................................................................................

Tabel 9

54

Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap


Sense of Humor Guru ...........................................................

56

Tabel 10

Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar ................................

57

Tabel 11

Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar ........

57

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A .............................................................................................. x
1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru .. xi
2. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ................................................... xii

LAMPIRAN B ................................................................................................ xiv


1. Data Mentah Skala Persepsis Siswa terhadap Sense of Humor Guru xvi
2. Data Mentah Skala Motivasi Belajar ................................................ xvii

LAMPIRAN C
1. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru ...................... xx
2. Skala Motivasi Belajar

LAMPIRAN D
1. Uji Normalitas Sebaran
2. Uji Linearitas
3. Korelasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya
bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah,
pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Suatu proses belajar mengajar
dikatakan baik jika proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang
efektif. Kesuksesan pengajaran bisa dilihat dari hasilnya, tetapi harus tetap
diperhatikan juga prosesnya. Pada proses inilah nantinya siswa akan beraktivitas.
Proses yang baik dan benar kemungkinan akan memberikan hasil yang baik pula
(Sardiman, 2003).

Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi


antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai
pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang ingin meraih citacita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Hasil belajar
akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus
lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa, agar siswa
merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan kemampuan yang dapat
meningkatkan harga diri. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dalam
melakukan kegiatan belajar. Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha
untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas
dengan baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan
motivasi yang baik. Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa
untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu (Sardiman, 2003). Berikut ini
adalah pernyataan salah seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya
pemberian motivasi di dalam kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :
Guru memang harus berusaha bagaimanapun caranya agar siswa yang
diajarinya termotivasi untuk belajar, karena motivasi siswa untuk belajar itu
penting sekali. Jadi siswa menjadi aktif dalam belajar untuk menguasai materi
pelajaran. Percuma saja guru menerangkan bagus-bagus kalau siswa nggak
ada motivasi belajarnya, bisa sia-sia pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru mengakui bahwa motivasi belajar


memang penting ada pada diri siswa. Motivasi belajar yang kurang akan
menyebabkan siswa tidak memiliki semangat belajar, sehingga apa yang diajarkan

oleh guru kepada siswa di kelas tidak akan sia-sia. Purwanto (1990) mengatakan
bahwa motivasi menjadi salah satu faktor penting dan syarat mutlak untuk belajar.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Sardiman (2003) juga
menambahkan bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik.
Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk
belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi
pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai
sesuatu yang membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan
sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya.
Akan tetapi hal yang lebih utama daripada faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah
faktor guru (Sarwono, 1989).
Suasana belajar mengajar yang menyenangkan membuat siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Seorang guru bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan
humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab
tersebut (Charles & Senter, 2005). Penting bagi guru untuk menggunakan humor
dalam kelas (Young, Whitley & Helton dalam Manning, 2002). Berikut adalah
pernyatan seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya penggunaan
humor di kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :

memang nggak sumua guru bisa menyisipkan humor ketika mengajar di


kelas. Tetapi menurut saya humor itu memang penting sekali diberikan
kepada siswa ketika mengajar. Waktu saya sekolah dulu aja merasa nggak
senang kalau gurunya gak pernah ngelucu. Jadi pandai-pandailah guru
memberi humor dikelas biar suasana kelas nggak kaku. Kalau suasana kelas
nggak kaku, pasti lebih enak siswa itu belajar. Jadi betah siswa dikelas dan
pasti siswa menyimak pelajaran yang diberikan guru.

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru tersebut berpendapat bahwa guru


memang harus menyisipkan humor ketika mengajar di kelas. Jadi kemampuan guru
menyisipkan humor sangat penting agar suasana kelas tidak kaku. Suasana kelas yang
tidak kaku akan membuat siswa senang belajar di kelas.

Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau


mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya
dengan seorang guru. Sense of humor guru merupakan kemampuan seorang guru
dalam mengapresiasikan, menciptakan, dan mengungkapkan kelucuan serta tertawa
dalam menjalankan tugasnya tanpa mengakibatkan individu lain terluka secara fisik
maupun psikis. Guru yang memiliki sense of humor yang baik membuat kelas
menjadi menarik.
Di SMP Negeri 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka No. 6 Medan ,
pada kelas 7 Internasional ada seorang guru bahasa Mandarin berinisial HW yang
menurut para siswa suka menyampaikan humor pada saat mengajar. Seperti
dikemukakan oleh seorang siswa kelas 7 (tujuh) Internasional SMPN 1 Medan
(komunikasi personal, 27/11/2008) :

senang kali kalo guru yang masuk suka ngasih humor, jadi gak bosen.
Kalo gurunya ketat terus di kelas, apalagi gak pernah senyum pengennya
keluar aja dari kelas. Ada guru kami Pak HW (inisial) guru bahasa mandarin,
senang kali kalo dia yang ngajar. Sering buat lucu jadi semangat kalau udah
dia yang ngajar. Kalau masuk bapak itu suka cerita yang lucu-lucu, nanti
dikasih teka teki juga. Jadi seru!

Dari komunikasi personal yang dilakukan dengan siswa tersebut, siswa


ternyata menyukai guru yang suka memberikan humor dikelas. Pemberian humor di
kelas dalam bentuk-bentuk tertentu akan menyebabkan siswa semangat untuk belajar.
Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara 13
sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting yang
harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang baik,
mampu mebuat kelas menjadi menarik, dan menguasai mata pelajaran yang diajarkan
(NASSP, dalam Santrock, 2004). Dari tabel dibawah ini yang mengambarkan
karakteristik terbaik dan terburuk yang dilihat siswa terhadap guru, dapat dilihat
bahwa peranan humor sangat penting sekali untuk membuat siswa tertarik terhadap
seorang guru.
Tabel 1. Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa
Karakteristik
Punya selera humor

% Total Karakteristik
79,2
Membuat
kelas
menjadi
membosankan
Membuat kelas menjadi 73,7
Tidak menerangkan secara
menarik
jelas
Menguasai mata pelajaran 70,1
Pilih kasih
Menerangkan secara jelas
66,2
Sikapnya buruk
Mau meluangkan waktu 65,8
Terlalu
banyak
menuntut
untuk membantu siswa
kepada siswa
Bersikap adil kepada siswa 61,8
Tidak nyambung dengan siswa

% Total
79,6
63,2
52,7
49,8
49,1
46,2

Memperlakukan
siswa 54,4
seperti orang dewasa
Berhubungan baik dengan 54,2
siswa
Memperhatikan perasaan 51,9
siswa
Tidak pilih kasih

46,6

Memberikan
banyak
Terlalu kaku

PR

terlalau 44,2

Tidak
membantu/memperhatikan
siswa
Kontrol kurang

40,6
40,5

39,9

Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal lucu


dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan sesuatu yang
dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan (Hadis,
2006). Namun, beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense of humor guru akan
dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah dalam proses belajar
mengajar di kelas apabila humor yang dibuat guru menjadikan murid sebagai bahan
tertawaan teman-temanya (Charles & Senter, 2005). Berikut adalah pernyataan siswa
tentang bagaimana siswa memandang humor yang diberikan guru (komunikasi
personal, 27/11/2008):
gak semuanya kami suka ada juga yang gak lucu, apalagi kalo uda ada
porno-pornonya malas kami dengernya, tapi yang anak laki-laki pasti ketawaketawa. Ada guru kami yang suka cerita-cerita porno, kadang-kadang agakagak meragakan gitu dia. Males kali kalau udah bapak itu yang masuk. Kami
ketawa cuma menghargai aja, padahal sebenernya bosen kami ngeliatnya

Dari pernyataan siswa di atas, bahwa pada kenyataannya di dalam kelas tidak
semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa
mempersepsikan sense of humor guru. Sebagaimana dikemukakan Irwanto (1996)

bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar
gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses
penerimaan rangsang ini disebut penginderaan. Tetapi pengertian kita akan
lingkungan dan dunia sekitar kita bukan sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur
interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima, yang kemudian menjadikan
kita subyek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima inilah
yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap linkungan. Hal ini juga
terkait dengan persepsi siwa terhadap sense of humor guru di kelas. Siswa menerima
rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses pengajaran yang
dilakukanya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu
pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya.
Soemanto (1998) menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif
muncul karena siswa memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh
karena itu siswa cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru
dengan cara bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang
studi tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa
menilai guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena
itu perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, dalam proses belajar mengajar adanya sense of
humor guru berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Namun hubungan tersebut
tergantung bagaimana siswa mempersepsikan sense of humor guru. Oleh karena itu,

peneliti ingin melihat hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan
motivasi belajar.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7
Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Medan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat
pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan. Dari
penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan tentang sense of humor guru
dalam proses belajar-mengajar di kelas.

2. Manfaat praktis.
a. Guru bisa mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap sense of humor
guru, sehingga bisa dijadikan masukan bagi guru penting atau tidaknya
penggunaan humor terkait dengan interaksi guru dan siswa di kelas.
b. Selain dapat mengetahui motivasi belajar siswanya, pihak sekolah juga dapat
mengetahui hal-hal yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu
penggunaan humor di kelas, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan
untuk mengadakan peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan
interaksi di kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi
objek penelitian yang meliput i teori motivasi belajar siswa, humor, sense of
humor guru, persepsi dan motivasi belajar, hubungan persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa dan hipotesa penelitian.
BAB III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,


rancangan penelian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, uji coba alat ukur, serta metode analisa data.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi belajar
Motivasi sering disebut penggerak perilaku yang membuat kita bergerak
untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya (Irwanto,
1990). Seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami memberikan kondisi
hingga terjadinya perilaku tersebut disebut motif. Setiap pekerjaaan yang
dilakukan tanpa motif yang kuat, tanpa dorongan dan kehendak untuk
melakukannya, pasti pekerjaan itu tidak akan membawakan hasil yang memaskan.
Demikian juga dalam belajar. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar
sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan
belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai (Purwanto, 1990).
Sardiman (2003) menerangkan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Lebih lanjut,
Witherington (dalam Purwanto, 1990) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian. Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya

yang dilakukannya (Suparno, 2001). Perubahan-perubahan tersebut tidak


disebabkan faktor kelelahan, kematangan, ataupun mengkonsumsi obat tertentu.
Berdasarkan

beberapa

penjelasan

motivasi

belajar

diatas

dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak


didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan belajar yang dikehendaki.

2. Aspek-aspek dalam motivasi belajar


Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2004), yaitu :
a. Motivasi intrinsik
b. Motivasi ekstrinsik
Kedua aspek dalam motivasi belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1). Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu
karena keinginannya sendiri.

Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock


(2004), yaitu :
a). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan pribadi.

Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan


mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar
(eksternal).
b). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.
Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati
sesuatu secara mendalam. Csikzentmihalyi (dalam Santrock, 2004)
menggunakan istilah flow untuk menggambarkan pengalaman
optimal dalam hidup, dan menemukan keadaan flow paling sering
terjadi ketika seseorang mengembangkan perasaan menguasai
(mampu melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh sementara
mereka terlibat dalam suatu kegiatan. Keadaan flow juga terjadi
ketika seseorang sedang melakukan sesuatu tantangan yang mereka
anggap tidak terlalu sulit maupun tidak terlalu mudah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
intrinsik berarti keinginan untuk mencapai suatu tujuan terkandung dan utuh
bersama-sama dengan kegiatan proses dan perbuatan kegiatan belajar itu sendiri.
Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam
diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.

2). Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesutau


yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali
dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman.
Menurut Harter (dalam Santrock, 2004) berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa motivasi intrinsik siswa terus mengalami penurunan karena siswa tumbuh
dan berkembang sejak Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA). Penurunan motivasi intrinsik dan peningkatan motivasi ekstrinsik yang
besar terjadi pada siswa yang duduk antara tingkat enam dan tujuh (kelas 6 SD
dan 1 SMP). Hal ini dapat dikarenakan pendidikan yang diterapkan pihak sekolah
lebih berorientasi pada motivasi belajar eksternal. Oleh karena itu seiring
pertambahan usia dan kenaikan jenjang sekolah para siswa menjadi lebih
mengutamakan perolehan nilai yang baik daripada kesenangan mereka untuk
belajar yang berasal dari motivasi intrinsik (Santrock, 2004).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
siswa terdiri dari dua tipe berdasarkan sumber dorongannya, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

3. Fungsi motivasi dalam belajar

Sardiman (2003) mengatakan, bahwa ada 3 (tiga) fungsi motivasi dalam


belajar yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.


Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar bagi
siswa adalah sebagai pendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan
menyeleksikan perbuatan guna mencapai tujuan belajarnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah


sebagai berikut (Elliot, dkk, 1996) :
a. Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang
diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada
beberapa situasi, tetapi tidak pada situasi yang lainnya. Ada beberapa
sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti
guru, ujian, teman sebaya, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan
terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh
terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah
atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun apabila
kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal
itu dapat bersifat destruktif dan non adaptif.
b. Sikap.
Sikap dapat didefinisikan sebagai individu yang relatif permanen
dalam hal merasakan, berfikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu
atau orang lain. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar
dalam hal perubahan tingkah laku siswa melalui komunikasi yang
persuasif.
c. Keingintahuan.
Keingintahuan sering digambarkan sebagai sebagai perilaku yang
aktif, suka mengeksplorasi atau manipulasi sesuatu. Keadaan yang
rileks, kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaaan

terhadap hal-hal yang tidak biasa dapat menimbulkan rasa ingin tahu
siswa.
d. Locus of Control
Locus of Control dapat diartikan sebagai suatu penyebab terjadinya
tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal
locus of control) atau dari luar diri/lingkungan (eksternal locus of
control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang
mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka
telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal
locus of conrol). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan
dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan,
maka mereka dianggap memilki kontrol yang rendah terhadap tujuan
mereka (eksternal locus of control).
e. Learned Helplessness
Learned helplessness adalah reaksi individu yang merasa frustasi dan
putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali.
f. Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasan
dan kompetensinya. Siswa yang memilki efikasi diri yang tinggi
cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan
tugas dan berusaha untuk meminimaliskan kesulitan yang mungkin
terjadi.

g. Belajar Bersama
Belajar bersama diartikan sebagai serangkain metode instruksional
dimana siswa didorong untuk kerjasama dalam menyelesaikan tugas
akademis, yang bertujuan membantu siswa yang satu dengan yang
lainnya untuk belajar. Salah satunya adalah dengan dengan membentuk
kelompok diskusi dalam mengerjakan tugas yang sulit.
Frandsen (dalam Suryabrata, 1995) menyatakan bahwa faktor yang
mendorong seseorang untuk belajar adalah :
a. Adanya sifat ingin tahu untuk menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun kompetisi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang bisa mempengaruhi motivasi


belajar siswa adalah kecemasan, sikap, keingintahuan, locus of control, learned
helplessness, efikasi diri, belajar bersama, adanya sifat ingin tahu untuk

menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun
kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran, serta adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

5. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar


Menurut Slameto (2003) jumlah motivator yang mempengaruhi siswa
pada suatu saat yang sama dapat banyak sekali, dan faktor-faktor yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku yang dibangkitkan oleh
motivatior-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku
yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa. Berikut ini adalah
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yang meliputi :
a. Kebermaknaan.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi pelajaran
dirasa bermakna baginya.

b. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat.


Guru perlu memahami pengetahuan awal siswa

untuk diakaitkan

dengan bahan yang akan dipelajarinya sehingga membuat belajar


menjadi lebih mudah dan bermakna.

c. Model.
Siswa akan menguasai keterampilan guru dengan baik jika guru
memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
d. Komunikasi terbuka.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara
terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga
pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
e. Keaslian dan tugas yang menantang.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi,
kegiatan baru, atau gagasan murni, asli, atau novelti yang berbeda.
f. Pelatihan yang tetap dan aktif.
Siswa akan dapat mengusai materi pembelajaran dengan efektif jika
kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan yang sesuai
dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.

g. Pemilihan tugas.
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas
dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi
pengulangan yang tinggi.
h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.

Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat
menyenangkan, nyaman, dan menyehatkan perasaan siswa .
i. Keragaman pendekatan.
Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan
menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar baik melalui
kegiatan seperti simulasi, penelitian/ pengujian.
j. Mengembangkan beragam kemampuan.
Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang
disajikan

dapat

mengembangkan

berbagai

kemampuan

seperti

kemampuan logis, matematis, bahasa, musik, dan kempuan interpersonal


maupun intrapersonal.
k. Melibatkan sebanyak mungkin indera.
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar
siswa dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin inderanya untuk
interaksi dengan isi pembelajaran.

l. Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar.


Siswa akan lebih menguasai materi pembelajaran jika pengalaman
belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan
untuk membuat satu refleksi penghayatan, mengungkapkan, dan
mengevaluasi apa yang dipelajari.

Dari uraian di atas prinsip-prinsip dalam motivasi belajar siswa adalah


kebermaknaan, pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi
terbuka, keaslian dan tugas yang menantang, pelatihan yang tetap dan aktif,
pemilihan tugas, kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, keragaman
pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak
mungkin indera, serta keseimbangan pengaturan pengalaman pelajar.

B. Persepsi Siswa
1. Pengertian persepsi
Leavit (dalam Sobur, 2003) menyatakan persepsi ialah pandangan atau
pengenalan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Ditambahkan Sarwono (2001) bahwa persepsi tidak sekedar pengenalan atau
pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional
(menarik kesimpulan). Seperti halnya Rakhmat (dalam Sobur, 2003) yang
menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan peran. Begitu juga Yusuf (dalam Sobur, 2003) menyatakan bahwa
persepsi

sebagai

pemaknaan

hasil

pengamatan.

Atkinson,

dkk

(1987)

menambahkan bahwa persepsi didefenisikan sebagai proses pengorganisasian dan


penafsiran pola stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang
dilakukan individu terhadap suatu benda, manusia atau situasi yang bersifat positif
maupun negatif.

Lindgren (dalam Gufron, 2003) menyatakan bahwa perilaku seseorang


ditentukan oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan
dengan tujuan. Perilaku seseorang dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana
individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku seseorang
ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya,
sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya,
dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku. Persepsi merupakan salah satu
prediktor perilaku. Persepsi seseorang bisa positif maupun negatif. Seperti
dikemukanan oleh Fiske (dalam Hogg, 2002) bahwa informasi negatif mengarah
pada persepsi yang negatif, sebaliknya informasi yang positif mengarahkan pada
persepsi positif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
serangkaian proses dalam diri seseorang yang meliputi pengenalan, pemahaman,
penafsiran dan menarik kesimpulan atas hasil pengamatan terhadap benda,
manusia, serta situasi yang bersifat positif maupun negatif.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi


Gufron (2003) menyatakan faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
a. Pelaku persepsi

Bila seseorang memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan


apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi. Selain itu ada juga sikap yang
dapat mempengaruhi tafsiran mengenai apa yang dilihat, motif yang tidak
dipuaskan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada
persepsi, kepentingan atau minat individu yang berbeda, pengalaman masa
lalu, dan pengharapan.
b. Objek atau target yang dipersepsi.
Karakteristik-karakteristik

dari

target

yang

akan

diamati

dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Beberapa hal lain yang termasuk


dalam target adalah hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan
kedekatan.

c. Konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan


Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu
adalah dimana suatu objek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi
perhatian, seperti lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor
situasional.

2. Pengertian siswa remaja

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2003).
Mnks, dkk (1999) membagi masa remaja menjadi tiga tahap. Tahap
pertama, masa remaja awal yang berkisar antara usia 12-15 tahun. Tahap kedua,
masa remaja pertengahan yang berada antara usia 15-18 tahun, dan tahap ketiga,
masa remaja akhir yang berada antara usia 18-21 tahun. Siswa

Sekolah

Menengah Pertama (SMP) termasuk kepada remaja awal, yaitu berada pada
rentang usia 12-15 tahun.
Hurlock (1992) menyatakan bahwa status disekolah membuat remaja sadar
akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terfikirkan. Kesadaran akan
status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian
besar remaja untuk berperilaku lebih matang. Disamping itu, berkaitan dengan
minat mereka terhadap pendidikan, pada umumnya remaja muda suka mengeluh
tentang sekolah dan larangan-larangan, pekerjaan rumah, dan sebagainya. Mereka
bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Menengah
Pertama termasuk remaja awal yang berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada
usia ini remaja sudah sadar akan tanggung jawabnya disekolah dan mulai berfikir
kritis terhadap guru dan cara mengajar guru.

C. Sense of Humor Guru

1. Pengertian humor
Di dalam kamus Encyclopedia Britannica, humor adalah suatu stimulus
yang cenderung mengundang refleks tertawa (Leung, 2004). Mungkin saja
dikatakan bahwa sesuatu itu mengandung humor, meskipun tak seorangpun
tertawa pada saat itu dan dapat juga terjadi dimana orang-orang tertawa, tetapi
seseorang dapat mengatakan bahwa hal itu tidak lucu (Ross, 1998).
Menurut May (dalam Martin & Lefcourt, 1983), humor berfungsi sebagai
pemelihara sense of self, yaitu cara sehat yang dilakukan seseorang untuk
merasakan jarak antara dirinya dengan masalah, cara untuk menghindarkan diri
dari masalah dan memandang masalah dari sudut pandang berbeda. Pendapat May
ini serupa dengan pendapat Oconnel (dalam Martin & Lefcourt, 1983) yang
mengatakan bahwa melalui humor seseorang dapat menjauhkan diri dari situasi
yang mengancam dan memandang masalah dari sudut pandang kelucuannya untuk
mengurangi kecemasan dan rasa tak berdaya. Peran humor yang positif membantu
orang-orang untuk menangani stres, membangun dan memelihara hubungan yang
suportif dan mempertahankan kondisi hidup yang terus.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa humor adalah
suatu sitimulus yang dianggap lucu dan cenderung mengundang refleks tertawa,
walaupun tidak semua menyatakan bahwa sesuatu itu lucu.

2. Dimensi humor
Menurut Deshefy & Longhi (2004) humor terbagi atas 4 dimensi yaitu :

a. Survival humor.
Humor ini digunakan ketika seorang atau sekelompok orang harus
beradaptasi pada kondisi yang jarang dihadapi, ekstrim, atau yang
mengandung ancaman.
Survival humor terdiri dari agresi, sakit, menghindar, kotor, agama,
menyimpang, sadis.
b. Bonding humor.
Humor ini digunakan untuk membentuk ikatan/hubungan diantara
individu, atau untuk membangun hubungan dan yang termasuk dimensi ini
adalah humor etnik, rasial, positif social, penghinaan, dan humor protes
diri.
c. Celebatory humor.
Humor ini digunakan ketika mengalami sukacita atau kesenangan dan
ingin membaginya dengan orang lain. Anak-anak yang biasanya mahir
pada celebratory humor. Celebatory humor terbagi atas badut, permainan
kata, dan tertawa untuk menikmati kesenangan.
4. Coping humor.
Humor ini digunakan untuk mengatur situasi atau kejadian mengancam
yang menciptakan stres, ketegangan dan ambigu. Coping humor dibagi
atas humor yang menghalangi, humor jarak dan humor pertahanan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi humor adalah
survival humor, bonding humor, celebatory humor, coping humor.
3. Fungsi humor

Humor berperan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari
fungsi yang diberikan humor. Nilsen (dalam Munandar, 1996) membagi humor
menjadi empat fungsi yaitu :
a. Fungsi fisiologik
Humor dan bermain dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang
dan mempunyai akibat yang sangat besar terhadap sistem tubuh seseorang,
termasuk sistem saraf, peredaran darah, endokrin, dan sistem kekebalan.
b. Fungsi psikologik
Humor efektif menolong seseorang menghadapi kesukaran. Kemampuan
untuk melihat humor dalam suatu situasi merupakan salah satu yang dapat
digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, sebagai perlindungan
terhadap perubahan dan ketidaktentuan.
c. Fungsi pendidikan
Humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih waspada, otak
digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa
merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat
yang sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan
pembicaraaan dan merupakan alat persuasi yang baik.

d. Fungsi sosial

Humor tidak saja dapat digunakan untuk mengikat seseorang atau


kelompok yang disukai tetapi juga dapat menjauhkan seseorang dari orang
atau kelompok yang tidak disukai.

4. Pengeretian sense of humor


Untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor
seseorang harus memiliki sense of humor. Sense of humor adalah sesuatu yang
bersifat universal yaitu konsep dari berbagai bidang yang mempunyai banyak
definisi. The American heritage dictionary mendefinisikan sense of humor sebagai
kemampuan untuk mengamati, menikmati, atau mengekspresikan apa yang lucu
(Apte, 2002). Selanjutnya Martin (2001) mendefinisikan sense of humor sebagai
kebiasaan individu yang berbeda-beda pada setiap perilaku, pengalaman,
perasaan, kesenangan, sikap, kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal
dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya.
Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sense
of humor adalah kemampuan seseorang untuk mengapresiasikan, menciptakan dan
mengekspresikan humor untuk mengundang perasaan senang terhadap orang lain.

5. Aspek-aspek sense of humor

Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting Sense of


humor, yang terdiri dari:
a. Humor production
Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan
berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan.
b. Coping with humor
Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan
situasi yang mengandung stressful pada individu.
c. Humor appreciation
Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan
internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak
individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari
perilaku orang lain.
d. Attitude toward humor
Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang
lucu.

6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor


Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan baik
dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka
cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran
orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Sense of Humor juga
berkorelasi secara positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka

permainan, menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan,


depresi, marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (McGhee & Goldstein, 1977).
Ditambahkan oleh Thorson & Powell (1997) bahwa orang yang memiliki perilaku
yang mengarah pada humor dikorelasikan berhubungan positif dengan
kemampuan sosial dan psikologi yang bervariasi. Individu dengan sense of humor
yang tinggi lebih dicirikan dengan orang yang merendah dan lebih terbuka, lebih
berinisiatif di dalam interaksi sosial, berusaha menciptakan hal yang lucu, dan
mempunyai

kemauan

dan

kemampuan

yang

lebih

tinggi

untuk

mengkomunikasikannya. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa


orang yang memiliki sense of humor memiliki karakteristik kepribadian sebagai
berikut : menonjolkan diri, dominan, memiliki kepribadian yang hangat, asertif,
terlihat selalu gembira, mampu membangkitkan emosi positif, kecenderungan
untuk mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada kedalam diri sendiri
dan lebih ceria. Selain itu sense of humor berkorelasi negatif dengan neurotisme,
pesimis, menghindar, self-esteem yang negatif, agresi, depresi dan kecemasan
yang tinggi, selalu serius dan mood yang buruk.

7. Keuntungan memiliki sense of humor


Menurut Martin (2001) mempunyai sense of humor mengandung banyak
keuntungan. Individu dengan sense of humor yang lebih tingi, lebih termotivasi,
lebih ceria, dapat dipercaya dan mempunyai harga diri yang lebih tinggi. Kelly
(2002) menyatakan bahwasannya salah satu keuntungan terbesar dengan memiliki
sense of humor adalah pengaruhnya pada kesehatan. Pertama, humor bisa

mengantarai hubungan sosial, yang mana ini bisa berdampak meningkatkan


kesehatan. Kedua, humor mempunyai efek secara tidak langsung pada tingkat
stres. Ketiga, proses fisiologi yang dipengaruhi oleh humor, contohnya tertawa
bisa mengurangi ketegangan saraf.

8. Pengertian guru
Guru, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1990) diartikan
sebagai orang yang pekejaannya adalah mengajar. Anderson dan Burns (dalam
Elliot, 1996) mendefenisikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang bersifat
interpersonal dan interaktif, dan secara khusus melibatkan komunikasi verbal
yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa agar dapat
belajar atau mengubah cara mereka dalam bertingkah laku.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti
proses pembuatan seorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam
arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku
yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang
bersifat tertutup seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa) (Syah,
2001). Lebih lanjut, Sadiman (2003) mengemukakan bahwa mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah
seseorang yang melakukan aktifitas yang bersifat interpersonal dan interaktif, dan

secara khusus melibatkan komunikasi verbal yang dilakukan dengan tujuan untuk
membantu satu atau lebih siswa agar dapat belajar atau mengubah cara mereka
dalam bertingkah laku dengan berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi
ranah cipta, ranah rasa, dan ranah karsa.

D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru


Beberapa siswa merasa senang dengan guru yang memberikan humor di
dalam kelas, namun siswa yang lain mungkin merasa humor yang diberikan guru
tersebut dapat mengganggu pelajaran. Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap
sense of humor guru. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan
sebagai tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan
seorang guru untuk mengapresiasikan, menciptakan dan mengungkapkan humor
dalam menjalankan tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa
tanpa mengakibatkan siswa terluka secara fisik maupun psikis. Persepsi tersebut
bisa bersifat positif maupun negatif.

E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan


Motivasi Belajar Siswa
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan
interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan

guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan
interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari
guru kepada siswa, agar siswa merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan
kemampuan yang dapat meningkatkan harga diri. Dengan adanya motivasi siswa
diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2003).
Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha untuk dapat
menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas dengan
baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi
yang baik. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa
untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan
materi pelajaran itu. Akan tetapi hal yang lebih utama dari faktor materi pelajaran,
sebenarnya adalah faktor guru (Sarwono, 1989). Seperti dikemukakan McCombs,
et al (dalam santrock, 2004) bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan
oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa
yang tidak didukung dan diperhatikan gurunya. Charles & Senter (2005)
menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, humor adalah salah
satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut. Penting
bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas (Young, Whitley & Helton
dalam Manning, 2002). Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau
menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu

pelajaran merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar


yang kondusif dan menyenangkan (Hadis, 2006).
Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau
mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula
halnya dengan seorang guru. Guru yang memiliki sense of humor yang baik
membuat kelas menjadi menarik.
Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan orang
baik dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka
cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran
orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Humor berkorelasi secara
positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka permainan,
menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan, depresi,
marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (Mcghee & Goldstein, 1977). Nilsen
(dalam Munandar, 1996) humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih
waspada, otak digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa
merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat yang
sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarakan pembicaraaan dan
merupakan alat persuasi yang baik. Dengan demikian guru yang memiliki sense of
humor yang tinggi mampu berinteraksi dengan baik dengan siswa dalam proses
belajar mengajar, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran.
Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal
lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan
sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan

menyenangkan (Hadis, 2006). Pengetahuan guru mengenai siswa yang akan


diajarkannya merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap guru
(NASSP, dalam Santrock, 2004). Beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense
of humor guru akan dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah
dalam proses belajar mengajar di kelas misalnya apabila humor yang dibuat guru
menjadikan murid sebagai bahan tertawaan teman-temanya (Charles & Senter,
2005). Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau
penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang untuk mengerti,
mengamati, menciptakan dan mengekspresikan humor guna mengundang
perasaan senang terhadap orang lain. Persepsi tersebut bisa bersifat positif
maupun negatif. Siswa menerima rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus
berupa guru dan proses pengajaran yang dilakukanya, yang selanjutnya
diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu pengalaman belajar yang
memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya. Soemanto (1998)
menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif muncul karena siswa
memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh karena itu siswa
cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru dengan cara
bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang studi
tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa menilai
guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena itu
perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan.

G. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of
humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi
siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identivikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis


penelitian. Terlebih dahulu perlu diidentifikasi variabel-variabel penelitian yang
terdiri dari :
1. Variabel X

: Persepsi siswa terhadap sense of humor guru

2. variabel Y

: Motivasi belajar

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian


1. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru
Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau
penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk
menciptakan, mengapresiasikan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan
tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan
siswa terluka secara fisik maupun psikis . Penilaian tersebut berdasarkan
pengalaman siswa dengan guru selama mengikuti mata pelajaran di kelas.
Data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru diperoleh dari
skala psikologis yang disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petunjuk
tinggi rendahnya persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Semakin tinggi
skor skala sense of humor maka semakin positif persepsi siswa terhadap sense of
humor guru. Sebaliknya, semakin rendah skor skala persepsi siswa terhadap sense
of humor guru maka semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa


yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan belajar yang
dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi.
Data mengenai motivasi belajar ini diperoleh dari skala psikologis yang
disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petuntuk tinggi rendahnya
tingkat motivasi belajar. Semakin tinggi skor skala motivasi belajar maka semakin
tinggi pula motivasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah skor skala
motivasi belajar maka semakin rendah motivasi belajar siswa.

C. Populasi dan Pengambilan Sampel


1. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Alasan peneliti memilih
populasi kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan
adalah selain karena alasan izin dari pihak sekolah, dikelas 7 Internasional juga
terdapat seorang guru bahasa Mandarin yang mengajar di tiga kelas tersebut dan
menurut para siswa guru tersebut sering memberikan humor di kelas sehingga
siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Mandarin.
Di sekolah tersebut untuk kelas 7 (tujuh) terdiri dari 3 kelas dan masingmasing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66 orang.
Di kelas Internasional setiap kelas mempunyai nama tersendiri yaitu kelas Pascal,
kelas Einsten, dan kelas Celcius. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam

penelitian, karena perneliti mampu menjangkau seluruh populasi. Jadi di dalam


penelitian ini peneliti tidak menggunakan tehnik pengambilan sampel.

D. Instrumen yang digunakan


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur motivasi
belajar dan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang akan
dikenakan kepada siswa.
1.

Pengukuran persepsi siswa terhadap sense of humor guru


Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau

penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk


mengapresiasikan, menciptakan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan
tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan
siswa terluka secara fisik maupun psikis.

Skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru disusun berdasarkan


aspek-aspek sense of humor yang dikemukakan oleh Thorson & Powell (1997)
menyatakan empat aspek penting Sense of humor, yang terdiri dari:
a. Humor production
Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan
berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan.
b. Coping with humor

Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan


situasi yang mengandung stressful pada individu.
c. Humor appreciation
Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan
internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak
individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari
perilaku orang lain.
d. Attitude toward humor
Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang
lucu.
Skala persepsi terhadap sense of humor guru menggunakan model skala
Likert. Peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Penilaian bergerak dari 4
sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem
yang unfavorable.
Skala persepsi terhadap sense of humor memiliki distribusi aitem-aitem
seperti tertera dalam tabel 1 di bawah ini :
Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru
No
1
2
3
4

Aspek
Humor production
Coping with humor
Humor appreciation
Attitude toward humor
Total

Favorable
1, 9, 17, 25, 33
2, 10, 18, 26, 34
3, 11, 19, 27, 35
4, 12, 20, 28, 36
20

Unfavorable
5, 13, 21, 29, 37
6, 14, 22, 30, 38
7, 15, 23, 31, 39
8, 16, 24, 32, 40
20

Total
10
10
10
10
40

Subyek dalam penelitian dikatekorikan berdasarkan mean empirik dengan


kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan kedalam dua
kategori (Sudijono, 1987), yaitu :
Persepsi Positif

: x (x + 0.25 SD)

Persepsi Negatif

: x < (x+ 0.25 SD)

Keterangan :
x

= Mean Empirik

SD

= Standar Deviasi Empirik

2. Pengukuran motivasi belajar siswa


Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan belajar yang dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi.
Skala motivasi belajar dibuat berdasarkan aspek motivasi belajar yang
dikemukakan oleh Santrock (2004), yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu
karena keinginannya sendiri.
Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock
(2004), yaitu :
1). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan
pribadi.

Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan


mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar
(eksternal).
2). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.
Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati
sesuatu secara mendalam. Csikszentmihalyi (dalam Santrock,
2004)

menggunakan

istilah

flow

untuk

menggambarkan

pengalaman optimal

dalam hidup, dan menemukan keadaan flow

paling sering terjadi

ketika seseorang mengembangkan perasaan

menguasai (mampu

melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh

sementara mereka terlibat

dalam suatu kegiatan. Keadaan flow

juga terjadi ketika seseorang

sedang melakukan sesuatu tantangan

yang mereka anggap tidak terlalu

sulit, tetapi juga tidak terlalu

mudah.

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesuatu
yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali
dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman.
Skala motivasi belajar menggunakan model skala Likert. Peneliti
menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak
sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk
aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable.

Skala motivasi belajar memiliki distribusi aitem-aitem seperti tertera


dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3. Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba
No

Aspek

Motivasi intrinsik

Motivasi ekstrinsik
Total

Favorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12
23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32
22

Unfavorable
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22
33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42
20

Total
22
20
42

Subyek dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan mean empirik


dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan
kedalam tiga kategori (Azwar, 2005), yaitu :
Motivasi Rendah

x < (x 1.0 SD)

Motivasi Sedang

: (x 1.0 SD) x < (x + 1.0 SD)

Motivasi Tinggi

: (x+ 1.0 SD)

D. Validitas, Reabilitas, dan Uji Daya Beda Alat Ukur


1. Validitas alat ukur
Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur
dalam menjalankan fungsinya. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang
merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas
yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari
profesional judgement (Azwar, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti meminta
profesional judgement dari dosen Pembimbing Skripsi.
2. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat


ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang
berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur menunjukkan yang dapat dilihat dari
koefisien reabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes
dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini
sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).
Dalam penelitian ini teknik reabilitas yang digunakan adalah teknik satu
kali pengukuran atau disebut juga konsistensin internal. Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien alpha dari Cronbach.

3. Uji Daya beda


Setiap aitem pada kedua skala dalam penelitian ini diberi skor pada level
interval, oleh karena itu uji daya beda aitem kedua skala pada penelitian ini
menggunakan formula koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor
skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara
keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Sebagai kriteria pemilihan
aitem total, biasanya digunakan batasan r 0,30. Semua aitem yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Apabila
kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya
diskriminasi yang rendah (Azwar, 2005). Untuk itu peneliti menggunakan ( r
0,30) agar aitem yang di gunakan nantinya dalam penelitian memiliki daya beda

yang dianggap memuaskan. Jadi aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total
setelah dikoreksi < 0,30, aitem tersebut dianggap gugur dan tidak dimasukkan
kedalam skala penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan koefisien korelasi Pearson
Product Moment untuk mengukur daya beda item dengan bantuan program SPSS
(Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur


Kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan pada 123
orang siswa kelas 7 Sekolah Penengah Pertama Negeri 1 Medan, yang berasal dari
3 kelas yaitu 7A sebanyak 42 orang, kelas 7B sebanyak 40 orang, dan 7C siswa
yang hadir sebanyak 41 orang. Pemilihan 3 kelas dari 6 kelas yang ada untuk
kelas 7 SMP negeri 1 Medan dilakukan peneliti dengan menggunakan tehnik
purposive sampling dengan alasan karakteristik dari 3 kelas yang dipilih peneliti
sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh
guru Bahasa Mandarain yang sama.
1. Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru
Skala ini terdiri dari 40 aitem yang terbagi

menjadi 20 aitem yang

favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Setelah dilakukan analisis pertama

diperoleh Nilai Cronbachs Alpha 0,869. Kemudian peneliti membuang aitem


yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30. Terpilihlah 25
aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai Cronbachs
Alpha 0,868 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara

Berikut distribusi aitem-aitem Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of


Humor Guru setelah diujicoba.
Tabel 4. Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru
Setelah Uji Coba
No Aspek

Favorable

Unfavorable

Total

Humor production

6, 11, 26, 36

2, 16, 21, 31, 37

Coping with humor

12, 27, 32

17, 33, 38

Humor appreciation

23, 28

14, 24, 29

Attitude toward humor

15, 34

10, 25, 30

Total

12

13

25

2. Skala Motivasi Belajar


Skala ini terdiri

dari 42 aitem yang terbagi

menjadi 22 aitem yang

favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Pada analisis pertama, dari 42 aitem
yang dianalisis diperoleh Nilai Cronbachs Alpha 0,928. Kemudian peneliti
membuang aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30.

Terpilihlah 37 aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai


Cronbachs Alpha 0,936 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara
0.306 hingga 0.729.

Berikut adalah distribusi aitem-aitem skala motivasi belajar setelah uji coba.
Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba
No Aspek

Favorable

Unfavorable

Total

Motivasi intrinsik

Motivasi ekstrinsik

1, 5, 9, 13, 16, 3, 8, 11, 20, 21, 22


17, 25, 26, 32, 23, 28, 31, 36,
35, 38, 42
41
2, 10, 15, 19, 4, 6, 12, 14, 22, 15
29, 34, 40
27, 30, 37
19
18
37

G. Prosedur Penelitian
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang dilakukan
peneliti, antara lain :
1. Permohonan izin
Peneliti mengurus permohonn izin penelitian dari Fakultas Psikologi USU.
Setelah mendapatkan surat izin yang dibutuhkan, peneliti mengurus perizinan ke
SMP Negeri 1 Medan dengan menemui guru yang bisa membantu peneliti

melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Medan dan menjelaskan aktivitas


penelitian yang akan dilakukan. Pihak sekolah memberikan izin oleh peneliti
untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti melakukan komunikasi dengan
siswa di kelas Internasional yang di anjurkan oleh pihak sekolah , untuk
mengetahui apakah ada guru yang menurut para siswa lucu dan mempunyai selera
humor yang baik.

Ada 2 kelas yang bisa dimasuki oleh peneliti yaitu kelas Pascal dan kelas
Einstein. Dari hasil komunikasi tersebut peneliti memeperoleh informasi bahwa
siswa-siswa mengatakan bahwa guru yang masuk ke kelas mereka yang paling
lucu yaitu guru pelajaran Bahasa Mandarin, maka peneliti menentukan akan
melakukan penelitian hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru di
kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan pada pelajaran Bahasa Mandarin.
2. Pembuatan alat ukur
Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dan skala motivasi belajar dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam menyusun aitem
peneliti melakukan analisis rasional untuk menentukan pernyataan yang tepat
dalam mengungkap aspek-aspek dari masing-masing variabel sebagai upaya untuk
melakukan pengujian terhadap validitas alat ukur yang dipergunakan dan
diperkuat dengan profesional judgement, dalam hal ini dibantu oleh dosen
pembimbing peneliti. Peneliti membuat 40 aitem untuk skala persepsi siswa
terhadap sense of humor guru dan 42 aitem untuk skala motivasi belajar. Skala

persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar digabung
menjadi 1 booklet menggunakan kertas A4 sebanyak 12 halaman dan setiap
pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban. Kedua skala tersebut dipersiapkan
sebanyak 126 eksemplar.
3. Uji coba alat ukur
Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Februari 2009 di kelas
7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan karena karakteristik siswa kelas 7
Internasional SMP Negeri 1 Medan yang akan diambil datanya nanti dalam
penelitian sama dengan karakteristik siswa kelas 7 SMP Negeri 1 Medan yaitu
berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarin yang sama.
Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, dari 7 kelas peneliti
hanya mengambil data dari 3 kelas, yaitu 7A, 7B, 7C karena karakteristik dari 3
kelas yang dipilih peneliti sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia
11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarain yang sama. Namun tidak
semua siswa hadir pada saat dilakukan pengambilan data. Untuk kelas 7A siswa
yang hadir sebanyak 42 orang, kelas 7B siswa yang hadir sebanyak 40 orang, dan
7C siswa yang hadir sebanyak 41 orang. Jadi keseluruhan jumlah siswa yang ikut
serta dalam pelaksanaan uji coba skala adalah sebanyak 123 orang dan semua
siswa mengisi skala tanpa ada satu nomerpun yang terlewatkan, maka semua skala
yang telah diisi bisa dipergunakan.
Dari skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang berjumlah 40
aitem dan skala motivasi belajar dengan jumlah aitem 42, dilakukan analisis
statistik dengan menggunakan SPSS versi 16 dan diperoleh hasil yang

memuaskan. Walaupun ada beberapa aitem yang dinyatakan gugur karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penelit, namuni semua aspek dari masingmasing skala terwakili dan dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian peneliti
membuat susunan skala yang baru untuk digunakan dalam pengambilan data
penelitian.
d. Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data dilakukan peneliti di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Medan pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, dengan
membagikan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala
Motivasi belajar. Ketiga kelas tersebut masing-masing kelas Pascal sebanyak 22
orang siswa, kelas Einstein sebanyak 21 orang siswa, dan kelas Celcius sebanyak
22 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang ikut dalam penelitian adalah 65 orang
siswa. Seluruh siswa yang mendapatkan skala mengisi pernyataan tanpa ada yang
terlewatkan, sehingga semua skala bisa dipergunakan dalam penelitian.
5. Pengolahan data
Setelah semua skala terkumpul maka data hasil penelitian dari skor skala persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa kemudian
diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for
windows

E. Metode Analisa Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan
mengggunakan analisis statistik.

Hadi (2002) mengemukakan bahwa analisis data secara statistik dilakukan


dengan alasan sebagai berikut :
1. Analisis statistik bekerja dengan angka-angka dan angka-angka ini
dapat menunjukkan jumlah frekuensi nilai atau harga.
2. Statistik bersifat obyektif.
3. Statistik bersifat universal, yakni dapat digunakan pada hampir
seluruh penelitian
Analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian
ini adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan analisis
data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu :
1. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal.
Uji normalitas ini menggunakan teknik uji Kolmogorov Smirnov
Z.
2. Uji linieritas, yaitu untuk mengetahi apakah data dari variabel X
memiliki hubungan yang linier dengan variabel Y. Uji linieritas ini
menggunakan teknik uji F. Data dapat dikatakan linear apabila
P<0.05.
Seluruh data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan bantuan
SPSS (Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.

BAB IV
ANALAISIS DATA PENELITIAN

A. Gambaran Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 Internasional Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Total subyek dalam penelitian ini ada
sebanyak 65 orang siswa. Dari subyek penelitian ini diperoleh gambaran subyek
berdasarkan jenis kelamin dan usia.

1. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, maka dapat digambarkan
penyebaran subyek seperti yang tertera pada tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6 Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
TOTAL

Frekuensi (F)
24
41
65

Persentase (%)
36.92
63.08
100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian
berjenis kelamin perempuan, yakni sebanyak 60 orang (63.08%); sedangkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (29.15%).

2. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia


Berdasarkan usia sebyek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran
subyek seperti yang terdapat pada tabel 7 berikut ini :
Usia (Tahun)
11
12
13
Total

Frekuensi (F)
9
46
10
65

Persentase (%)
13.85
70.77
15.38
100

Dari tabel diatas sebanyak dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek
penelitian berusia 12 tahun yaitu sebanyak 46 orang (70.77%), sedangkan yang
berusia 13 tahun sebanyak 10 orang (15.38%), dan yang berusia 11 tahun hanya 9
orang (13.85%).

B. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov Z pada variable persepsi siswa terhadap sense of humor
guru dan motivasi belajar. Pada variabel persepsi siswa terhadap terhadap sense of
humor guru menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z = 0.727 dengan p>0.05

dan variabel motivasi belajar juga menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z =
0.672 dengan p>0.05 (lihat lampiran D).
Berdasarkan analisis tersebut, maka variabel persepsi siswa terhadap sense
of humor guru dengan motivasi belajar mengikuti sebaran normal.
2. Uji Linearitas Hubungan
Hasil uji liniearitas dengan menggunakan teknik uji F. Dari hasil uji
linearitas diperoleh nilai F = 4.756 dengan nilai signifikansinya (p) = 0.033 ( lihat
lampiran D). Karena nilai p dari uji F < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi mempunyai
hubungan yang linear.

3. Hasil Utama Penelitian


Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan antara
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Dari
hipotesis penelitian yang diajukan pada BAB II yaitu Ada hubungan yang positif
antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.
Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru,
maka semakin tinggi motivasi belajar siswa ; demikian pula sebaliknya, semakin
rendah (negatif) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin
rendah motivasi belajarnya.
Untuk pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesis statistik, yaitu :
a. Ho (Hipotesis Nihil) : p<0 ; artinya tidak ada hubungan antar persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.

b. Ha (Hipotesis Alternatif) : p>0; artinya: ada hubungan positif antara


persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.
Dari hasil pengujian statistik didapat koefisien korelasi (r) sebesar 0.265
dengan taraf signifikansi (p) = 0.033 (lihat lampiran D) dengan syarat
hubungan linier adalah p<0.005. Hal ini menunjukkan hubungan yang
signifikan dan menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima; yang
artinya ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of
humor guru dengan motivasi belajar. Hadi (1989) menyatakan bahwa nilai
r yang terletak diantara 0.2000 sampai dengan 0.4000 tergolong kepada
korelasi yang rendah. Jadi dengan nilai r = 0.265 dapat disimpulkan bahwa
hubungan kedua variablel persepsi siswa terhadap sense of humor guru
dengan motivasi belajar tergolong rendah.

4. Deskripsi Data Penelitian


Berdasarkan deskripsi data penelitan dapat dilakukan pengelompokan
yang mengacu pada kategorisasi. Azwar (2005) menyatakan bahwa kategorisasi
ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal.
a. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru
Tabel 8
Deskripsi Skor Skala Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru
N

Min.

Maks.

Mean

SD

Nilai Empirik

65

61

97

79.48

8.21

Nilai Hipotetik

65

25

100

62.5

12.5

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa mean empirik skala


persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah 79.48 dengan SD empirik
8.21 dan mean hipotetik 62.5 dan SD hipotetik 12.5. Hasil perbandingan antara
skor mean empirik dengan mean skor hipotetik menunjukkan bahawa secara ratarata sebyek penelitian memiliki persepsi terhadap sense of humor guru yang lebih
baik dari populasinya secara umum.
Dari mean empirik sebesar 79.48 dan standar deviasinya sebesar 8.21,
maka dapat dibuat kategorisasi persepsi terhadap sense of humor guru seperti
yang tercantunm pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9
Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru
Variabel

Kategori

Rentang Nilai

Frekuensi

Persentase

Persepsi

Posistif

X 82

25

38.46%

Negatif

X < 82

40

61.54%

Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar sunyek penelitian
memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 38
orang (61.54%).

b. Skala Motivasi Belajar

Tabel 10
Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar
N

Min.

Maks.

Mean

SD

Nilai Empirik

65

67

145

110.74

13.84

Nilai Hipotetik

65

37

148

92.5

18.5

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa mean empirik skala


motivasi belajar adalah 110.74 dengan SD empirik 13.84 dan mean hipotetik 92.5
dan SD hipotetik 18.5. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean
skor hipotetik menunjukkan bahawa secara rata-rata sebyek penelitian memiliki
motivasi belajar yang lebih baik dari populasinya secara umum.
Dari mean empirik sebesar 110.74 dan standar deviasinya sebesar 13.84,
maka dapat dibuat kategorisasi motivasi belajar seperti yang tercantum pada tabel
6 berikut ini.
Tabel 11
Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar
Variabel

Kategori
Rendah

Motivasi

Rentang Nilai
X < 97

Frekuensi (F)

Persentase (%)

10.77

Sedang

97 X < 125

48

73.85

Tinggi

125 X

10

15.38

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar subyek penelitian
termasuk kedalam kategori sedang untuk variabel motivasi belajar, yaitu sebanyak
48 orang (73.85%).

BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan pisitif namun lemah antara persepsi siswa terhadap sense of
humor guru dengan motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa Mandarin di
kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
2. Hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi
belajar pada pelajaran Bahasa Mandarin di kelas 7 Internasional SMP Negeri
Medan adalah hubungan yang positif dengan nilai korelasi sebesar 0.265, yang
artinya semakin positif persepsi siwa terhadap sense of humor guru, maka
motivasi belajarnya juga akan semakin tinggi pula. Demikian pula sebaliknya
semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi
belajarnya semakin rendah.
3. Koefisien determinan (R-square = r2) yang diperoleh dari hubungan persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar adalah sebesar
0.07. Hal ini menunjukkan persepsi siswa terhadap sense of humor guru
memberikan kontribusi sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa.
4. Subyek penelitian yang memiliki persepsi posistif terhadap sense of humor
guru sebesar 38.46 sedangkan sisanya yaitu sebesar 61.54% memiliki persepsi
yang negatif terhadap sense of humor guru.
5. Subyek penelitian yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi sebesar
15.38 %, yang memiliki motivasi belajar kategori sedang sebesar 73.85%,
serta yang memilki motivasi belajar kategori rendah sebesar 10.77%.

B. Diskusi
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa terdapat
hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan
motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa mandarin di kelas 7 Internasional
SMP Negeri 1 Medan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi positif sebesar
0.265 dengan p = 0.033 (p < 0.05), yang berarti bahwa semakin positif persepsi
siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya semakin tinggi
pula. Demikian sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of
humor guru, maka motivasi belajarnya semakin rendah pula.
Hasil pengujian statistik ini sesuai dengan pendapat Charles & Senter
(2005) yang menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas,
dan humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung
jawab tersebut. Seperti halnya Young, Whitley & Helton (dalam Manning, 2002)
yang menyatakan bahwa penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam
kelas.
Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara
13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting
yang harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang
baik yang mencapai 79.2% (NASSP, dalam Santrock, 2004). Namun semua itu
tergantung bagaimana siswa mempersepsikan selera humor guru. Persepsi sendiri
didefenisikan sebagai penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda,
manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negatif (Atkinson, 1987).

Apabila persepsi individu bersifat potitif, maka besar kemungkinan sikap ataupun
perilaku yang ditampilkan juga akan positif, begitu pula sebaliknya. Dalam
penelitian ini persepsi siswa terhadap sense of humor guru memberikan kontribusi
sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini memang sesuai dengan
pendapat Elliot, dkk. (1996) yang menyatakan bahwa faktor lain yang lebih
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di kelas seperti kecemasan, sikap,
keingintahuan, locus of control, learned helplesness, efikasi diri. Sedangkan
persepsi terhadap sense of humor guru berada pada faktor kecemasan siswa di
kelas yang bisa ditimbulkan oleh guru, dengan kata lain pemberian humor di kelas
membuat siswa tidak merasa cemas yang berlebihan ketika belajar di kelas.
Dalam penelitian ini sebagian besar siswa memiliki persepsi yang negatif
terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 40 orang (61.54%), sedangkan
motivasi belajar siswa sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 48 orang
(73.85%) dan tinggi 10 orang (15.38%). Jadi biasa dilihat bahwa sebagian besar
siswa yang memiliki motivasi belajar dalam kategori sedang dan tinggi yaitu 58
orang (89.23%). Ini menunjukkan bahwa ternyata tidak selamanya persepsi yang
negatif terhadap sesuatu dalam hal ini persepsi siswa terhadap sense of humor
guru menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah.

C. Saran
1. Saran Metodologis
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis hendaknya
data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi

belajar di peroleh melalui penggunaan suatu teknik yang dapat menggali lebih
dalam pada setiap aspek persepsi dan motivasi, seperti tehnik observasi langsung
ke populasi subjek dan juga wawancara.
2. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini khususnya skala persepsi
terhadap sense of humor guru dianggap kurang mampu mengungkap aspek-aspek
dari variabel tersebut, karena jumlah aitem yang gugur pada saat uji coba skala
tidak merata di semua aspeknya. Hal ini dikarenakan beberapa kalimat aitem skala
yang kemungkinan kurang dimengerti subyek penelitian sehingga mempengaruhi
respon subyek terhadap aitem tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penenlitian sejenis hendaknya membuat aitem dengan kalimat
yang mudah dimengerti subyek dan dengan jumlah aitem yang lebih banyak agar
aitem-aitem skala tersebut dapat merepresentasikan aspek-aspek variabel yang
hendak di ukur.
3. Peneliti selanjutnya harus juga memperhatikan face validity dari skala, sehingga
skala yang di buat lebih menarik dan tidak membosankan.
4. Pada penelitian ini peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain selain
persepsi siswa terhadap sense of humor guru sebagai hal-hal yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Karena itu disarankan bagi peneliti yang ingin melanjutkan
penelitian ini untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh
terhadap motivasi belajar.

2. Saran Praktis
1. Guru

Berdasarkan hasil penelitian ini, kelas kelas 7 Internasional Sekolah Menengah


Pertama Negeri 1 Medan baik kelas Einstein, Pascal, dan Celcius memiliki
motivasi belajar Bahasa Mandarin yang relatif tinggi, walaupun sebagian besar
siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru. Hendaknya
ini dapat dijadikan masukan bagi guru Bahasa Mandarin dan guru yang lainnya
untuk memperhatikan penggunaan humor dikelas bahwa penggunaan humor
dikelas ternyata tidak cukup

mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Meskipun memang penting humor diberikan kepada siswa di kelas, namun porsi
pemberian humor tersebut dikelas harus tetap diperhatikan agar siswa tidak
mempersepsikannya sebagai sesuatu yang negatif atau dapat mengganggu
pelajaran.

2. Pihak Sekolah
Pihak sekolah bisa mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan interaksi yang
baik antara guru dan siswa di kelas, termasuk bagaimana caranya memberikan
humor kepada siswa pada saat proses belajar-mengajar di kelas, serta pelatihanpelatihan lain yang bisa meningkatkan kemampuan interaksi guru di kelas guna
memotivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Apte, M.L. (2002). Humor and Laughter : An anthropological approach (4th ed.).
Ithica/London: Cornell University Press.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. R., (1987). Pengantar psikologi.
Jilid 1. (Edisi kedelapan). Jakarta : Erlangga.
Azwar, Saifuddin. (2000). Sikap manusia teori dan pengukurannya (Edisi Kedua).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
______________
Pelajar

(2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarya : Pustaka

Charles, C.M dan Gail W.Senter (2005). Elementary classroom management. 4ed.
USA: Pearson Education Inc.
Deshefy, T. Longhi (2004). How Families Use Humor in Living with Parkinsons
Disease. American Journal of Psychoterapy, 14, 46-48.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Field, J. L., & Traves, J. F. (1996). Educational
psychology, effective teaching effective learning. (2nd ed.). Singapore:
Brown &Benchmark Publishers.
Gufron, (2003). Hubungan prokrastinasi dengan kontrol diri. Dikutip dari
www.Damandiri.or/id/file/mnugufronmbab1.pdf+prokrastinasi&hl=id&gl
=id&ct=clnk&cd=14. Tanggal 24 November 2008
Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi research. Yogyakarta : ANDI
Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hogg, M. A & Vaugan, G. M. (2002). Social psychology (3rd ed.). London :
Pearson Education.
Hurlock, E. B., (1992). Psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan.
(Edisi kelima). Jakarta : Erlangga.
Irwanto, Drs., (1996). Psikologi umum, buku panduan mahasiswa . Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kelly, W. E. (2002) An Investigation of Worry and sense of humor. Journal of
Clinical Psychology, 136, 657-666.

Lefcourt, H., & Martin, R. A. (1986). Humor and Life Stress : Antidite to
Adversity (1 ed). New York Berlin Heidelberg Tokyo: Springer-Verlag.
Leung, (2004). The destructive potential of humor in psychotherapy. American
Journal of Psychoterapy, 4, 127-131.
Manning, K. I. (2002). Lighten Up! An Analysis Of The Role Of Humor As An
Instructional Practice In The Urban And/Or Culturally Diverse Middle
School Classroom. Journal of Student Development, 36, 35-36.
Martin, R. A. (2001). Humor, Laughter, and Physical Health : Methodological
issues and reseach finding. Psychological Bulletin, 127, 504-519.
Martin, R. A., & Lefcourt, H. M. (1983). Sense of humor as a moderator of the
relation between stressor and moods. Journal of Personality and Social
Psychology, 45, 121-129.
McGhee, P. E., & Goldstein, J. H. (1977). Handbook of humor research: Volume
1, basic issues. New York : Springer-Verlag.
Moeliono, A. M., (Ed.). (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Morgan, C. T., King, R, Weisz, J. W, Schopler, J., (1986). Intoduction to
Psychology. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Morreal, G.A. (1982). Response to Homor. Journal Scientific American, 6, 31-35.
Munandar, S.C.U. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan. Suatu
Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Humor Nasional. Semarang.
Nilsen, D.L.F. (1993). Humor Scholarships : A Reseach bibliography. London :
greenwood Prees.
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ross, A (1998). The language of humor. John Hopkins University Press: London
and New York
Santrock, J. W., (2004). Educational psychology. (2nd ed). New York : McGraw
Hill Companies, Inc.
Sardiman., (2003). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sarwono., S. W., (1989). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali.


_____________ (2001). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Slameto., (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soemanto, Wasti. (1998). Psikologi pendidikan landasan kerja pemimpin
pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudijono, A., (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Suparno, A. Sukaenah. (2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suryabrata, S., (1995). Psikologi pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin., (2001). Psikolohi pendidikan dan pendekatan baru. (Edisi
revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Thorson, J. A., & Powell, F. (1997). Relationships of death anxiety and sense of
humor. Psychological reports.
Winkel, W.S. (1996) Psikologi pengajaran. (Edisi revisi). Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

LAMPIRAN A

3. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru


4. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar

1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru

Case Processing Summary


N
Cases

Valid
Excludeda
Total

Reliability Statistics

%
123

100.0

.0

123

100.0

Cronbach's
Alpha

N of Items
.868

25

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

VAR00002

76.3415

84.981

.332

.867

VAR00006

75.5935

86.489

.385

.864

VAR00010

75.8049

83.765

.476

.862

VAR00011

75.5366

84.956

.428

.863

VAR00012

75.9106

83.148

.538

.860

VAR00014

76.1057

85.226

.366

.865

VAR00015

76.3089

86.133

.380

.865

VAR00016

76.3008

84.130

.344

.867

VAR00017

75.6585

85.735

.416

.864

VAR00021

76.1707

84.749

.426

.863

VAR00023

76.0000

83.885

.493

.861

VAR00024

76.2114

86.447

.311

.867

VAR00025

75.6911

82.379

.647

.857

VAR00026

75.6341

85.824

.399

.864

VAR00027

75.6341

84.480

.506

.861

VAR00028

76.2114

83.463

.607

.859

VAR00029

75.7317

82.968

.597

.858

VAR00030

76.1545

85.722

.345

.866

VAR00031

76.0732

85.200

.385

.864

VAR00032

75.6098

86.584

.345

.865

VAR00033

75.5610

84.265

.442

.863

VAR00034

76.1707

85.635

.382

.865

VAR00036

75.8374

84.104

.473

.862

VAR00037

76.0976

85.810

.302

.867

VAR00038

75.7967

84.245

.434

.863

2. Reliabilitas Motivasi Belajar

Case Processing Summary


N
Cases

Valid
a

Excluded
Total

Reliability Statistics

123

100.0

.0

123

100.0

Cronbach's
Alpha

N of Items
.936

37

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

VAR00001

111.8862

223.692

.619

.933

VAR00002

111.3984

232.225

.365

.936

VAR00003

112.0000

224.770

.590

.934

VAR00004

111.6016

225.520

.587

.934

VAR00005

111.8537

222.929

.669

.933

VAR00006

112.1301

226.262

.482

.935

VAR00008

111.6423

225.691

.597

.934

VAR00009

111.9024

220.974

.729

.932

VAR00010

111.8211

226.279

.529

.934

VAR00011

111.9756

228.647

.383

.936

VAR00012

111.7073

227.389

.449

.935

VAR00013

112.4146

224.081

.546

.934

VAR00014

112.3984

221.537

.569

.934

VAR00015

111.7398

229.096

.413

.935

VAR00016

111.9431

223.595

.587

.934

VAR00017

112.0244

225.991

.464

.935

VAR00019

111.7317

225.313

.641

.933

VAR00020

111.7236

225.923

.583

.934

VAR00021

111.8211

225.771

.553

.934

VAR00022

111.7236

229.431

.455

.935

VAR00023

111.6260

228.695

.472

.935

VAR00025

111.6179

227.566

.472

.935

VAR00026

111.8862

229.643

.341

.936

VAR00027

111.5691

232.346

.306

.936

VAR00028

112.3333

224.568

.514

.934

VAR00029

111.3902

232.289

.340

.936

VAR00030

112.1220

223.698

.543

.934

VAR00031

111.7236

226.956

.532

.934

VAR00032

111.8049

225.027

.572

.934

VAR00034

111.8211

224.869

.520

.934

VAR00035

112.3252

222.074

.569

.934

VAR00036

111.8618

226.677

.525

.934

VAR00037

112.3577

226.428

.393

.936

VAR00038

112.3089

222.412

.564

.934

VAR00040

112.0163

227.016

.478

.935

VAR00041

111.9431

224.267

.550

.934

VAR00042

111.8537

223.093

.597

.934

LAMPIRAN B

3. Data Mentah Skala Persepsis Siswa terhadap Sense of Humor Guru


4. Data Mentah Skala Motivasi Belajar

LAMPIRAN C
Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dan Skala Motivasi
Belajar

SKALA

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2009

Hi, Teman-Teman !!!!


Mudah-mudahan hari ini teman-teman dalam keadaan sehat
ya?? Amin dan tentunya tetap semangat untuk belajar dan
ngejalanin hari ini. Hehehehhee
Saya ingin minta bantuan kepada teman-teman untuk mengisi
skala ini. Boleh ya???? Bantuan teman-teman dalam menjawab
pertanyaan pada skala ini sangat berarti bagi keberhasilan penelitian
ini. Karena itu, saya harapkan teman-teman bersedia memberikan
jawaban teman-teman sendiri sejujurnya tanpa mendiskusikannya
dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Atas kerja sama
teman-teman saya mengucapkan terima kasih.

Februari , 2009
Salam manis,

Kristiandi

IDENTITAS DIRI

Nama/Inisial

Usia

Jenis Kelamin
(Beri tanda pada kotak)

Laki-laki

Perempuan

Skala I
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai
PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN.
Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan
keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara
memilih:
SS

: Bila teman-teman merasa Sangat Setuju dengan pernyataan


tersebut.

: Bila teman-teman merasa Setuju dengan pernyataan tersebut.

TS

: Bila teman-teman merasa Tidak Setuju dengan

pernyataan

tersebut.
STS : Bila teman-teman merasa Sangat Tidak Setuju dengan
pernyataan tersebut.
Berilah tanda silang (x) pada pernyataan yang teman-teman pilih

Contoh:
No
1

Pernyataan

SS

TS

STS

Lelucon yang dibuat guru Bahasa SS

TS

STS

Mandarin di kelas membuat saya


senang

Teman-teman saya harap dalam mengisi pernyataan yang ada


sesuai dengan diri teman-teman dan usahakan agar tidak ada satu

pernyataan pun yang terlewatkan. Setiap orang mempunyai jawaban


yang berbeda-beda dan tidak ada penilaian baik atau buruk juga tidak

ada jawaban yang benar atau salah. Semua jawaban adalah benar
selama jawaban tersebut adalah jawaban yang sesuai dengan diri
teman-teman. Kerahasiaan jawaban teman- teman akan terjamin

sepenuhnya.

=SELAMAT BEKERJA=
No PERNYATAAN
1

Menurut saya guru Bahasa Mandarin pintar membuat

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

lelucon
2

Susah sekali guru Bahasa Mandarin saya tersenyum


di kelas, walaupun ada hal yang lucu

Daripada memarahi siswa di kelas guru Bahasa


Mandarin lebih suka membuat lelucon

Walaupun di kelas ada siswa yang membuat lucu,


guru Bahasa Mandarin tidak ikut tertawa

Saya kurang senang kalau harus selalu mendengarkan


lelucon guru Bahasa Mandarin sepanjang pelajaran

Hanya membuat kelas menjadi rebut, jika guru


Bahasa Mandarin melucu di kelas

Siswa yang berbagi pengalaman lucu di kelas, tidak


pernah dihargai oleh guru Bahasa Mandarin

Saya senang kalau dalam mengajar, guru Bahasa


Mandarin membuat cerita lucu yang membuat siswa
tertawa

Guru Bahasa Mandarin saya tidak suka diajak


bercanda

10

Setiap cerita ataupun tingkah laku lucu yang dibuat

siswa di kelas, selalu dihargai oleh guru Bahasa


Mandarin
11

Guru Bahasa Mandarin mudah tertawa ketika melihat

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

tingkah laku lucu siswa di kelas


12

Hal-hal kecil yang lucu bisa membuat guru Bahasa


Mandarin tertawa ketika mengajar

13

Saat siswa sudah terlihat bosan di kelas, guru


Bahasa Mandarin selalu memberikan lelucon

14

Humor yang diberikan guru Bahasa Mandarin di


depan kelas mengganggu pelajaran

15

Guru Bahasa Mandarin sering tiba-tiba marah


sehingga suasana kelas menjadi tidak nyaman

16

Guru Bahasa Mandarin senang kalau di kelas kami


ada siswa yang membuat lucu

17

Dengan cerita lucu yang di berikan Bahasa Mandarin


di kelas suasana kelas jadi menyenangkan

18

Guru Bahasa Mandarin suka memarahi siswa di kelas

SS

TS

STS

19

Guru Bahasa Mandarin saya selalu kelihatan ceria di

SS

TS

STS

yang

SS

TS

STS

Guru Bahasa Mandarin saya selalu marah-marah

SS

TS

STS

SS

TS

STS

kelas.
20

Guru

Bahasa

Mandarin

menegur

siswa

bertingkah lucu di kelas


21

tanpa ada alasan yang jelas


22

Lelucon

yang

dibuat

guru

Bahasa

Mandarin,

terkadang menghina seorang teman saya sehingga


membuat saya tidak suka untuk mendengarnya

23

Cuma sebagian siswa saja yang senang, ketika guru

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Bahasa Mandarin melucu


24

Guru Bahasa Mandarin hanya tersenyum sekedarnya


saja, walaupun ada siswa yang berkata sangat lucu di
kelas

25

Selalu saja ada cerita lucu dari guru Bahasa


Mandarin sehingga membuat saya betah di kelas

Skala II
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai
PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN.
Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan
keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara
memilih:
SS

: bila teman-teman merasa Sangat Sesuai dengan pernyataan


tersebut.

: bila teman-teman merasa Sesuai dengan pernyataan tersebut.

TS

: bila teman-teman merasa Tidak Sesuai dengan


tersebut.

pernyataan

STS : bila teman-teman merasa Sangat Tidak

Sesuai dengan

pernyataan tersebut.
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang teman-teman pilih
Contoh:
No
1

Pernyataan

Saya

memiliki

tinggi

untuk

keinginan
belajar

yang

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Bahasa

Mandarin

Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan usahakan
agar tidak ada satu pernyataan pun yang terlewatkan

=SELAMAT BEKERJA=

No
1

PERNYATAAN
Saya memiliki keinginan yang tinggi untuk

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

belajar Bahasa Mandarin


2

Hanya karena nilai saya mau mempelajari


Bahasa Mandarin

Nilai yang bagus dalam pelajaran Bahasa


Mandarin akan saya peroleh dengan belajar
sungguh-sungguh

Bila menemui kesulitan saya langsung malas


belajar Bahasa Mandarin

Karena ingin menguasai pelajaran Bahasa


Mandarin, saya selalu memperhatikan
penjelasan guru Bahasa Mandarin di kelas

Saya tidak perduli dengan pelajaran Bahasa


Mandarin

Saya sangat berminat untuk mempelajari


Bahasa Mandarin

Saya merasa berbakat mempelajari Bahasa


Mandarin

Saya senang bila guru Bahasa Mandarin


berhalangan hadir

10

Lebih baik saya mengobrol dengan teman,


daripada harus belajar bahasa mandarin

11

Saya malas membuat catatan untuk


pelajaran Bahasa Mandarin

12

Saya senang belajar Bahasa Mandarin karena


penjelasan gurunya mudah dipahami

13

Di kelas saya selalu mencatat penjelasan

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

guru Bahasa Mandarin yang saya anggap


penting
14

Saya belajar Bahasa Mandarin jika akan


ujian

15

Saya akan berusaha sendiri mengerjakan


soal-soal Bahasa Mandarin walaupun sulit

16

Saya baru mengerjakan PR Bahasa Mandarin


jika di suruh orang tua

17

Menurut saya pujian yang yang diberikan


guru Bahasa Mandarin di kelas, dapat
meningkatkan semangat saya untuk belajar

18

Saya menganggap belajar Bahasa Mandarin


tidak penting

19

Saya akan bertanya kepada guru Bahasa


Mandarin apabila ada yang kurang saya
mengerti

20

Mempelajari Bahasa Mandarin hanya akan


membuang waktu saya saja

21

Bahasa Mandarin adalah pelajaran yang saya


senangi

22

Saya sering berdiskusi dengan teman untuk


memahami pelajaran Bahasa Mandarin

23

Saya tidak perduli walaupun harus dihukum


karena tidak mengerjakan PR Bahasa
Mandarin

24

Saya merasa tidak memiliki bakat dalam

belajar Bahasa Mandarin


25

Agar tidak kalah bersaing dengan teman-

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

teman, saya berusaha dengan sungguhsungguh untuk belajar Bahasa Mandarin


26

Belajar Bahasa Mandarin menimbulkan


kesenangan sendiri bagi saya

27

Saya malas mengerjakan tugas Bahasa


Mandarin, jika tidak menambah nilai

28

Hanya membuang waktu kalau harus belajar


Bahasa Mandarin

29

Orang tua saya pasti senang kalau nilai


Bahasa Mandarin saya bagus

30

Saya tidak perduli apakah hari ini ada PR


Bahasa Mandarin atau tidak

31

Saya langsung mengerjakan PR Bahasa


Mandarin setelah pulang sekolah

32

Agar lebih lancar, saya mempraktekkan


Bahasa Mandarin dengan teman-teman

33

Pelajaran Bahasa Mandarin tidak ada


kaitannya dengan cita-cita saya di masa yang
akan datang

34

Karena takut mendapat nilai jelek, saya akan


belajar Bahasa Mandarin jauh hari sebelum
ujian

35

Belajar Bahasa Mandarin menjadi beban


bagi saya

36

Saya aktif dalam pelajaran bahasa mandarin

agar mendapat nilai tambahan


37

Lebih baik saya mencontek teman di sekolah

SS

TS

kalau ada PR Bahasa Mandarin

Periksa kembali jawaban teman-teman


Jangan sampai ada satu nomor pun yang terlewatkan

TERIMA KASIH

STS

LAMPIRAN D

4. Uji Normalitas Sebaran


5. Uji Linearitas
6. Korelasi
7. Deskripsi Data
8. Penggolongan Subjek Penelitian

Uji Normalitas

NPar Tests

Descriptive Statistics
N
skala persepsi sense of
humor
skala motivasi belajar

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

65

79.4769

8.21034

61.00

97.00

65

110.7385

13.84205

67.00

145.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

skala persepsi

skala motivasi

sense of humor

belajar

65

65

Mean

79.4769

110.7385

Std. Deviation

8.21034

13.84205

Absolute

.090

.083

Positive

.055

.083

Negative

-.090

-.071

Kolmogorov-Smirnov Z

.727

.672

Asymp. Sig. (2-tailed)

.666

.757

Normal Parametersa

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.

Uji Linearitas
Regression

Variables Entered/Removed
Model
1

Variables Entered

Variables Removed

skala persepsi sense

Method
. Enter

of humora
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: skala motivasi belajar

Model Summary

Model

R
.265a

R Square

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.070

.055

13.45288

a. Predictors: (Constant), skala persepsi sense of humor


ANOVAb
Model
1

Sum of Squares
Regression

df

Mean Square

860.816

860.816

Residual

11401.738

63

180.980

Total

12262.554

64

Sig.
.033a

4.756

a. Predictors: (Constant), skala persepsi sense of humor


b. Dependent Variable: skala motivasi belajar

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
skala persepsi sense of
humor

a. Dependent Variable: skala motivasi belajar

Std. Error
75.237

16.363

.447

.205

Coefficients
Beta

.265

Sig.

4.598

.000

2.181

.033

KORELASI

Descriptive Statistics
Mean
skala persepsi sense of
humor
skala motivasi belajar

Std. Deviation

79.4769

8.21034

65

110.7385

13.84205

65

Correlations

skala persepsi sense of


humor

Pearson Correlation

skala motivasi

sense of humor

belajar

1.000

Sig. (2-tailed)
N

skala motivasi belajar

skala persepsi

.033
65.000

65

1.000

Pearson Correlation

.265

Sig. (2-tailed)

.033

N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

.265*

65

65.000

Deskriptif Data

Descriptive Statistics
N
skala persepsi sense of

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

65

61.00

97.00

79.4769

8.21034

skala motivasi belajar

65

67.00

145.00

110.7385

13.84205

Valid N (listwise)

65

humor

DATA SUBYEK PENELITIAN DAN KATEGORISASI SUBYEK


PENELITIAN
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Jenis
Kelamin

Usia

P
L
P
L
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L

12
12
12
12
11
10
13
12
11
12
12
12
11
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
13
13
11
13
11
12
13
12
12

Persepsi Siswa Terhadap Sense


of Humor Guru
Skor
Kategori
61
Negatif
87
Positif
75
Negatif
82
Positif
78
Negatif
69
Negatif
77
Negatif
80
Negatif
67
Negatif
79
Negatif
76
Negatif
63
Negatif
63
Negatif
70
Negatif
83
Positif
78
Negatif
72
Negatif
76
Negatif
62
Negatif
62
Negatif
80
Negatif
71
Negatif
83
Positif
91
Positif
89
Positif
81
Negatif
90
Positif
85
Positif
79
Negatif
74
Negatif
92
Positif
84
Positif
81
Negatif
79
Negatif
88
Positif
91
Positif
77
Negatif
87
Positif

Motivasi Belajar
Skor
114
116
105
118
98
123
112
113
99
109
106
106
85
102
67
107
101
105
122
110
107
114
100
132
118
123
90
131
128
105
139
125
98
122
115
119
95
93

Kategori
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah

39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.

L
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
P
L
L
L
L
P
L

13
13
12
12
12
11
12
12
13
12
12
12
12
12
11
12
12
12
13
12
12
12
12
12
11
13
12

89
81
80
85
78
96
71
71
89
79
80
78
73
84
75
74
85
97
86
84
80
85
73
80
78
90
83

Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Positif

138
123
103
115
96
106
109
106
103
99
118
128
102
110
104
108
104
132
103
86
112
145
105
116
118
131
106

Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang

Anda mungkin juga menyukai