SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
KRISTIANDI
041301087
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2008/2009
Kristiandi : Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense Of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7
Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, 2009.
USU Repository 2009
LEMBAR PERNYATAAN
KRISTIANDI
041301087
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul
Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dengan Motivasi Belajar
di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, guna
memeperoleh gelar sarjana jenjang starata (S1) di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tuaku, Supawetno dan Mesnah serta kedua adikku adikku Ardi Gunawan dan
Ayu Harisa atas doa dan dukungannya selama ini, mempersembahkan ini merupakan
suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi kebanggaan.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
saya menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M. Pd selaku dosen pembimbing penulis yang
selalu sabar dan selalu memberikan motivasi yang luar biasa, serta
ketersediaan waktu ditengah kesibukannya. Terima kasih Bu Dina, saya selalu
takjub dengan apa yang saya dengar dari Bu Dina, jujur Bu Dina masuk dalam
daftar orang-orang yang saya kagumi dan teladani.
3. Ibu Ika Sari Dewi, S. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik.
4. Untuk teman-teman Psikologi USU, terima kasih atas kebersamaaan dan
pengalaman yang telah kita jalani bersama.
Tanpa bantuan mereka, mungkin skripsi ini tidak akan selesai dan semoga
pengorbanan dan jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan
dari Allah SWT.
Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini peneliti
mohon maaf. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI.......... iv
DAFTAR TABEL..... viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah..
C. Tujuan Penelitian..
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis.
E. Sistematika Penulisan. 9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar..
10
10
11
14
18
21
21
22
21
24
24
2. Dimensi Humor .
25
26
27
28
29
30
30
31
32
F. Hipotesis... 35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian..
36
36
36
2. Motivasi Belajar .
36
37
37
38
38
41
43
2. Reliabilitas .......................................
44
44
45
45
46
G. Prosedur Penelitian..................................................
47
1. Permohonan izin................................................
47
BAB IV
47
48
49
50
50
51
51
62
2. Saran praktis..........................................................
63
64
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2
40
Tabel 3
42
Tabel 4
46
Tabel 5
47
Tabel 6
52
Tabel 7
53
Tabel 8
Tabel 9
54
56
Tabel 10
57
Tabel 11
57
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A .............................................................................................. x
1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru .. xi
2. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ................................................... xii
LAMPIRAN C
1. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru ...................... xx
2. Skala Motivasi Belajar
LAMPIRAN D
1. Uji Normalitas Sebaran
2. Uji Linearitas
3. Korelasi
BAB I
PENDAHULUAN
oleh guru kepada siswa di kelas tidak akan sia-sia. Purwanto (1990) mengatakan
bahwa motivasi menjadi salah satu faktor penting dan syarat mutlak untuk belajar.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Sardiman (2003) juga
menambahkan bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik.
Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk
belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi
pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai
sesuatu yang membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan
sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya.
Akan tetapi hal yang lebih utama daripada faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah
faktor guru (Sarwono, 1989).
Suasana belajar mengajar yang menyenangkan membuat siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Seorang guru bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan
humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab
tersebut (Charles & Senter, 2005). Penting bagi guru untuk menggunakan humor
dalam kelas (Young, Whitley & Helton dalam Manning, 2002). Berikut adalah
pernyatan seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya penggunaan
humor di kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :
senang kali kalo guru yang masuk suka ngasih humor, jadi gak bosen.
Kalo gurunya ketat terus di kelas, apalagi gak pernah senyum pengennya
keluar aja dari kelas. Ada guru kami Pak HW (inisial) guru bahasa mandarin,
senang kali kalo dia yang ngajar. Sering buat lucu jadi semangat kalau udah
dia yang ngajar. Kalau masuk bapak itu suka cerita yang lucu-lucu, nanti
dikasih teka teki juga. Jadi seru!
% Total Karakteristik
79,2
Membuat
kelas
menjadi
membosankan
Membuat kelas menjadi 73,7
Tidak menerangkan secara
menarik
jelas
Menguasai mata pelajaran 70,1
Pilih kasih
Menerangkan secara jelas
66,2
Sikapnya buruk
Mau meluangkan waktu 65,8
Terlalu
banyak
menuntut
untuk membantu siswa
kepada siswa
Bersikap adil kepada siswa 61,8
Tidak nyambung dengan siswa
% Total
79,6
63,2
52,7
49,8
49,1
46,2
Memperlakukan
siswa 54,4
seperti orang dewasa
Berhubungan baik dengan 54,2
siswa
Memperhatikan perasaan 51,9
siswa
Tidak pilih kasih
46,6
Memberikan
banyak
Terlalu kaku
PR
terlalau 44,2
Tidak
membantu/memperhatikan
siswa
Kontrol kurang
40,6
40,5
39,9
Dari pernyataan siswa di atas, bahwa pada kenyataannya di dalam kelas tidak
semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa
mempersepsikan sense of humor guru. Sebagaimana dikemukakan Irwanto (1996)
bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar
gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses
penerimaan rangsang ini disebut penginderaan. Tetapi pengertian kita akan
lingkungan dan dunia sekitar kita bukan sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur
interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima, yang kemudian menjadikan
kita subyek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima inilah
yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap linkungan. Hal ini juga
terkait dengan persepsi siwa terhadap sense of humor guru di kelas. Siswa menerima
rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses pengajaran yang
dilakukanya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu
pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya.
Soemanto (1998) menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif
muncul karena siswa memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh
karena itu siswa cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru
dengan cara bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang
studi tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa
menilai guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena
itu perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, dalam proses belajar mengajar adanya sense of
humor guru berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Namun hubungan tersebut
tergantung bagaimana siswa mempersepsikan sense of humor guru. Oleh karena itu,
peneliti ingin melihat hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan
motivasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7
Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat
pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan. Dari
penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan tentang sense of humor guru
dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2. Manfaat praktis.
a. Guru bisa mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap sense of humor
guru, sehingga bisa dijadikan masukan bagi guru penting atau tidaknya
penggunaan humor terkait dengan interaksi guru dan siswa di kelas.
b. Selain dapat mengetahui motivasi belajar siswanya, pihak sekolah juga dapat
mengetahui hal-hal yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu
penggunaan humor di kelas, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan
untuk mengadakan peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan
interaksi di kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi
objek penelitian yang meliput i teori motivasi belajar siswa, humor, sense of
humor guru, persepsi dan motivasi belajar, hubungan persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa dan hipotesa penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi belajar
Motivasi sering disebut penggerak perilaku yang membuat kita bergerak
untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya (Irwanto,
1990). Seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami memberikan kondisi
hingga terjadinya perilaku tersebut disebut motif. Setiap pekerjaaan yang
dilakukan tanpa motif yang kuat, tanpa dorongan dan kehendak untuk
melakukannya, pasti pekerjaan itu tidak akan membawakan hasil yang memaskan.
Demikian juga dalam belajar. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar
sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan
belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai (Purwanto, 1990).
Sardiman (2003) menerangkan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Lebih lanjut,
Witherington (dalam Purwanto, 1990) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian. Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya
beberapa
penjelasan
motivasi
belajar
diatas
dapat
terhadap hal-hal yang tidak biasa dapat menimbulkan rasa ingin tahu
siswa.
d. Locus of Control
Locus of Control dapat diartikan sebagai suatu penyebab terjadinya
tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal
locus of control) atau dari luar diri/lingkungan (eksternal locus of
control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang
mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka
telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal
locus of conrol). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan
dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan,
maka mereka dianggap memilki kontrol yang rendah terhadap tujuan
mereka (eksternal locus of control).
e. Learned Helplessness
Learned helplessness adalah reaksi individu yang merasa frustasi dan
putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali.
f. Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasan
dan kompetensinya. Siswa yang memilki efikasi diri yang tinggi
cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan
tugas dan berusaha untuk meminimaliskan kesulitan yang mungkin
terjadi.
g. Belajar Bersama
Belajar bersama diartikan sebagai serangkain metode instruksional
dimana siswa didorong untuk kerjasama dalam menyelesaikan tugas
akademis, yang bertujuan membantu siswa yang satu dengan yang
lainnya untuk belajar. Salah satunya adalah dengan dengan membentuk
kelompok diskusi dalam mengerjakan tugas yang sulit.
Frandsen (dalam Suryabrata, 1995) menyatakan bahwa faktor yang
mendorong seseorang untuk belajar adalah :
a. Adanya sifat ingin tahu untuk menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun kompetisi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun
kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran, serta adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
untuk diakaitkan
c. Model.
Siswa akan menguasai keterampilan guru dengan baik jika guru
memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
d. Komunikasi terbuka.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara
terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga
pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
e. Keaslian dan tugas yang menantang.
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi,
kegiatan baru, atau gagasan murni, asli, atau novelti yang berbeda.
f. Pelatihan yang tetap dan aktif.
Siswa akan dapat mengusai materi pembelajaran dengan efektif jika
kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan yang sesuai
dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.
g. Pemilihan tugas.
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas
dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi
pengulangan yang tinggi.
h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat
menyenangkan, nyaman, dan menyehatkan perasaan siswa .
i. Keragaman pendekatan.
Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan
menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar baik melalui
kegiatan seperti simulasi, penelitian/ pengujian.
j. Mengembangkan beragam kemampuan.
Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang
disajikan
dapat
mengembangkan
berbagai
kemampuan
seperti
B. Persepsi Siswa
1. Pengertian persepsi
Leavit (dalam Sobur, 2003) menyatakan persepsi ialah pandangan atau
pengenalan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Ditambahkan Sarwono (2001) bahwa persepsi tidak sekedar pengenalan atau
pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional
(menarik kesimpulan). Seperti halnya Rakhmat (dalam Sobur, 2003) yang
menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan peran. Begitu juga Yusuf (dalam Sobur, 2003) menyatakan bahwa
persepsi
sebagai
pemaknaan
hasil
pengamatan.
Atkinson,
dkk
(1987)
dari
target
yang
akan
diamati
dapat
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2003).
Mnks, dkk (1999) membagi masa remaja menjadi tiga tahap. Tahap
pertama, masa remaja awal yang berkisar antara usia 12-15 tahun. Tahap kedua,
masa remaja pertengahan yang berada antara usia 15-18 tahun, dan tahap ketiga,
masa remaja akhir yang berada antara usia 18-21 tahun. Siswa
Sekolah
Menengah Pertama (SMP) termasuk kepada remaja awal, yaitu berada pada
rentang usia 12-15 tahun.
Hurlock (1992) menyatakan bahwa status disekolah membuat remaja sadar
akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terfikirkan. Kesadaran akan
status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian
besar remaja untuk berperilaku lebih matang. Disamping itu, berkaitan dengan
minat mereka terhadap pendidikan, pada umumnya remaja muda suka mengeluh
tentang sekolah dan larangan-larangan, pekerjaan rumah, dan sebagainya. Mereka
bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Menengah
Pertama termasuk remaja awal yang berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada
usia ini remaja sudah sadar akan tanggung jawabnya disekolah dan mulai berfikir
kritis terhadap guru dan cara mengajar guru.
1. Pengertian humor
Di dalam kamus Encyclopedia Britannica, humor adalah suatu stimulus
yang cenderung mengundang refleks tertawa (Leung, 2004). Mungkin saja
dikatakan bahwa sesuatu itu mengandung humor, meskipun tak seorangpun
tertawa pada saat itu dan dapat juga terjadi dimana orang-orang tertawa, tetapi
seseorang dapat mengatakan bahwa hal itu tidak lucu (Ross, 1998).
Menurut May (dalam Martin & Lefcourt, 1983), humor berfungsi sebagai
pemelihara sense of self, yaitu cara sehat yang dilakukan seseorang untuk
merasakan jarak antara dirinya dengan masalah, cara untuk menghindarkan diri
dari masalah dan memandang masalah dari sudut pandang berbeda. Pendapat May
ini serupa dengan pendapat Oconnel (dalam Martin & Lefcourt, 1983) yang
mengatakan bahwa melalui humor seseorang dapat menjauhkan diri dari situasi
yang mengancam dan memandang masalah dari sudut pandang kelucuannya untuk
mengurangi kecemasan dan rasa tak berdaya. Peran humor yang positif membantu
orang-orang untuk menangani stres, membangun dan memelihara hubungan yang
suportif dan mempertahankan kondisi hidup yang terus.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa humor adalah
suatu sitimulus yang dianggap lucu dan cenderung mengundang refleks tertawa,
walaupun tidak semua menyatakan bahwa sesuatu itu lucu.
2. Dimensi humor
Menurut Deshefy & Longhi (2004) humor terbagi atas 4 dimensi yaitu :
a. Survival humor.
Humor ini digunakan ketika seorang atau sekelompok orang harus
beradaptasi pada kondisi yang jarang dihadapi, ekstrim, atau yang
mengandung ancaman.
Survival humor terdiri dari agresi, sakit, menghindar, kotor, agama,
menyimpang, sadis.
b. Bonding humor.
Humor ini digunakan untuk membentuk ikatan/hubungan diantara
individu, atau untuk membangun hubungan dan yang termasuk dimensi ini
adalah humor etnik, rasial, positif social, penghinaan, dan humor protes
diri.
c. Celebatory humor.
Humor ini digunakan ketika mengalami sukacita atau kesenangan dan
ingin membaginya dengan orang lain. Anak-anak yang biasanya mahir
pada celebratory humor. Celebatory humor terbagi atas badut, permainan
kata, dan tertawa untuk menikmati kesenangan.
4. Coping humor.
Humor ini digunakan untuk mengatur situasi atau kejadian mengancam
yang menciptakan stres, ketegangan dan ambigu. Coping humor dibagi
atas humor yang menghalangi, humor jarak dan humor pertahanan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi humor adalah
survival humor, bonding humor, celebatory humor, coping humor.
3. Fungsi humor
Humor berperan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari
fungsi yang diberikan humor. Nilsen (dalam Munandar, 1996) membagi humor
menjadi empat fungsi yaitu :
a. Fungsi fisiologik
Humor dan bermain dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang
dan mempunyai akibat yang sangat besar terhadap sistem tubuh seseorang,
termasuk sistem saraf, peredaran darah, endokrin, dan sistem kekebalan.
b. Fungsi psikologik
Humor efektif menolong seseorang menghadapi kesukaran. Kemampuan
untuk melihat humor dalam suatu situasi merupakan salah satu yang dapat
digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, sebagai perlindungan
terhadap perubahan dan ketidaktentuan.
c. Fungsi pendidikan
Humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih waspada, otak
digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa
merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat
yang sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan
pembicaraaan dan merupakan alat persuasi yang baik.
d. Fungsi sosial
kemauan
dan
kemampuan
yang
lebih
tinggi
untuk
8. Pengertian guru
Guru, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1990) diartikan
sebagai orang yang pekejaannya adalah mengajar. Anderson dan Burns (dalam
Elliot, 1996) mendefenisikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang bersifat
interpersonal dan interaktif, dan secara khusus melibatkan komunikasi verbal
yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa agar dapat
belajar atau mengubah cara mereka dalam bertingkah laku.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti
proses pembuatan seorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam
arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku
yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang
bersifat tertutup seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa) (Syah,
2001). Lebih lanjut, Sadiman (2003) mengemukakan bahwa mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah
seseorang yang melakukan aktifitas yang bersifat interpersonal dan interaktif, dan
secara khusus melibatkan komunikasi verbal yang dilakukan dengan tujuan untuk
membantu satu atau lebih siswa agar dapat belajar atau mengubah cara mereka
dalam bertingkah laku dengan berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi
ranah cipta, ranah rasa, dan ranah karsa.
guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan
interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari
guru kepada siswa, agar siswa merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan
kemampuan yang dapat meningkatkan harga diri. Dengan adanya motivasi siswa
diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2003).
Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha untuk dapat
menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas dengan
baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi
yang baik. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa
untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan
materi pelajaran itu. Akan tetapi hal yang lebih utama dari faktor materi pelajaran,
sebenarnya adalah faktor guru (Sarwono, 1989). Seperti dikemukakan McCombs,
et al (dalam santrock, 2004) bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan
oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa
yang tidak didukung dan diperhatikan gurunya. Charles & Senter (2005)
menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, humor adalah salah
satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut. Penting
bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas (Young, Whitley & Helton
dalam Manning, 2002). Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau
menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu
G. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of
humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi
siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. variabel Y
: Motivasi belajar
2. Motivasi belajar
Aspek
Humor production
Coping with humor
Humor appreciation
Attitude toward humor
Total
Favorable
1, 9, 17, 25, 33
2, 10, 18, 26, 34
3, 11, 19, 27, 35
4, 12, 20, 28, 36
20
Unfavorable
5, 13, 21, 29, 37
6, 14, 22, 30, 38
7, 15, 23, 31, 39
8, 16, 24, 32, 40
20
Total
10
10
10
10
40
: x (x + 0.25 SD)
Persepsi Negatif
Keterangan :
x
= Mean Empirik
SD
menggunakan
istilah
flow
untuk
menggambarkan
pengalaman optimal
menguasai (mampu
mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesuatu
yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali
dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman.
Skala motivasi belajar menggunakan model skala Likert. Peneliti
menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak
sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk
aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable.
Aspek
Motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik
Total
Favorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12
23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32
22
Unfavorable
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22
33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42
20
Total
22
20
42
Motivasi Sedang
Motivasi Tinggi
yang dianggap memuaskan. Jadi aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total
setelah dikoreksi < 0,30, aitem tersebut dianggap gugur dan tidak dimasukkan
kedalam skala penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan koefisien korelasi Pearson
Product Moment untuk mengukur daya beda item dengan bantuan program SPSS
(Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.
Favorable
Unfavorable
Total
Humor production
6, 11, 26, 36
12, 27, 32
17, 33, 38
Humor appreciation
23, 28
14, 24, 29
15, 34
10, 25, 30
Total
12
13
25
favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Pada analisis pertama, dari 42 aitem
yang dianalisis diperoleh Nilai Cronbachs Alpha 0,928. Kemudian peneliti
membuang aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30.
Berikut adalah distribusi aitem-aitem skala motivasi belajar setelah uji coba.
Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba
No Aspek
Favorable
Unfavorable
Total
Motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik
G. Prosedur Penelitian
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang dilakukan
peneliti, antara lain :
1. Permohonan izin
Peneliti mengurus permohonn izin penelitian dari Fakultas Psikologi USU.
Setelah mendapatkan surat izin yang dibutuhkan, peneliti mengurus perizinan ke
SMP Negeri 1 Medan dengan menemui guru yang bisa membantu peneliti
Ada 2 kelas yang bisa dimasuki oleh peneliti yaitu kelas Pascal dan kelas
Einstein. Dari hasil komunikasi tersebut peneliti memeperoleh informasi bahwa
siswa-siswa mengatakan bahwa guru yang masuk ke kelas mereka yang paling
lucu yaitu guru pelajaran Bahasa Mandarin, maka peneliti menentukan akan
melakukan penelitian hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru di
kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan pada pelajaran Bahasa Mandarin.
2. Pembuatan alat ukur
Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala persepsi siswa terhadap
sense of humor guru dan skala motivasi belajar dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam menyusun aitem
peneliti melakukan analisis rasional untuk menentukan pernyataan yang tepat
dalam mengungkap aspek-aspek dari masing-masing variabel sebagai upaya untuk
melakukan pengujian terhadap validitas alat ukur yang dipergunakan dan
diperkuat dengan profesional judgement, dalam hal ini dibantu oleh dosen
pembimbing peneliti. Peneliti membuat 40 aitem untuk skala persepsi siswa
terhadap sense of humor guru dan 42 aitem untuk skala motivasi belajar. Skala
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar digabung
menjadi 1 booklet menggunakan kertas A4 sebanyak 12 halaman dan setiap
pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban. Kedua skala tersebut dipersiapkan
sebanyak 126 eksemplar.
3. Uji coba alat ukur
Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Februari 2009 di kelas
7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan karena karakteristik siswa kelas 7
Internasional SMP Negeri 1 Medan yang akan diambil datanya nanti dalam
penelitian sama dengan karakteristik siswa kelas 7 SMP Negeri 1 Medan yaitu
berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarin yang sama.
Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, dari 7 kelas peneliti
hanya mengambil data dari 3 kelas, yaitu 7A, 7B, 7C karena karakteristik dari 3
kelas yang dipilih peneliti sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia
11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarain yang sama. Namun tidak
semua siswa hadir pada saat dilakukan pengambilan data. Untuk kelas 7A siswa
yang hadir sebanyak 42 orang, kelas 7B siswa yang hadir sebanyak 40 orang, dan
7C siswa yang hadir sebanyak 41 orang. Jadi keseluruhan jumlah siswa yang ikut
serta dalam pelaksanaan uji coba skala adalah sebanyak 123 orang dan semua
siswa mengisi skala tanpa ada satu nomerpun yang terlewatkan, maka semua skala
yang telah diisi bisa dipergunakan.
Dari skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang berjumlah 40
aitem dan skala motivasi belajar dengan jumlah aitem 42, dilakukan analisis
statistik dengan menggunakan SPSS versi 16 dan diperoleh hasil yang
memuaskan. Walaupun ada beberapa aitem yang dinyatakan gugur karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penelit, namuni semua aspek dari masingmasing skala terwakili dan dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian peneliti
membuat susunan skala yang baru untuk digunakan dalam pengambilan data
penelitian.
d. Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data dilakukan peneliti di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Medan pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, dengan
membagikan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala
Motivasi belajar. Ketiga kelas tersebut masing-masing kelas Pascal sebanyak 22
orang siswa, kelas Einstein sebanyak 21 orang siswa, dan kelas Celcius sebanyak
22 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang ikut dalam penelitian adalah 65 orang
siswa. Seluruh siswa yang mendapatkan skala mengisi pernyataan tanpa ada yang
terlewatkan, sehingga semua skala bisa dipergunakan dalam penelitian.
5. Pengolahan data
Setelah semua skala terkumpul maka data hasil penelitian dari skor skala persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa kemudian
diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for
windows
BAB IV
ANALAISIS DATA PENELITIAN
Frekuensi (F)
24
41
65
Persentase (%)
36.92
63.08
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian
berjenis kelamin perempuan, yakni sebanyak 60 orang (63.08%); sedangkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (29.15%).
Frekuensi (F)
9
46
10
65
Persentase (%)
13.85
70.77
15.38
100
Dari tabel diatas sebanyak dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek
penelitian berusia 12 tahun yaitu sebanyak 46 orang (70.77%), sedangkan yang
berusia 13 tahun sebanyak 10 orang (15.38%), dan yang berusia 11 tahun hanya 9
orang (13.85%).
B. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov Z pada variable persepsi siswa terhadap sense of humor
guru dan motivasi belajar. Pada variabel persepsi siswa terhadap terhadap sense of
humor guru menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z = 0.727 dengan p>0.05
dan variabel motivasi belajar juga menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z =
0.672 dengan p>0.05 (lihat lampiran D).
Berdasarkan analisis tersebut, maka variabel persepsi siswa terhadap sense
of humor guru dengan motivasi belajar mengikuti sebaran normal.
2. Uji Linearitas Hubungan
Hasil uji liniearitas dengan menggunakan teknik uji F. Dari hasil uji
linearitas diperoleh nilai F = 4.756 dengan nilai signifikansinya (p) = 0.033 ( lihat
lampiran D). Karena nilai p dari uji F < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel
persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi mempunyai
hubungan yang linear.
Min.
Maks.
Mean
SD
Nilai Empirik
65
61
97
79.48
8.21
Nilai Hipotetik
65
25
100
62.5
12.5
Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi
Persentase
Persepsi
Posistif
X 82
25
38.46%
Negatif
X < 82
40
61.54%
Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar sunyek penelitian
memiliki persepsi yang negatif terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 38
orang (61.54%).
Tabel 10
Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar
N
Min.
Maks.
Mean
SD
Nilai Empirik
65
67
145
110.74
13.84
Nilai Hipotetik
65
37
148
92.5
18.5
Kategori
Rendah
Motivasi
Rentang Nilai
X < 97
Frekuensi (F)
Persentase (%)
10.77
Sedang
97 X < 125
48
73.85
Tinggi
125 X
10
15.38
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar subyek penelitian
termasuk kedalam kategori sedang untuk variabel motivasi belajar, yaitu sebanyak
48 orang (73.85%).
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan pisitif namun lemah antara persepsi siswa terhadap sense of
humor guru dengan motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa Mandarin di
kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.
2. Hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi
belajar pada pelajaran Bahasa Mandarin di kelas 7 Internasional SMP Negeri
Medan adalah hubungan yang positif dengan nilai korelasi sebesar 0.265, yang
artinya semakin positif persepsi siwa terhadap sense of humor guru, maka
motivasi belajarnya juga akan semakin tinggi pula. Demikian pula sebaliknya
semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi
belajarnya semakin rendah.
3. Koefisien determinan (R-square = r2) yang diperoleh dari hubungan persepsi
siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar adalah sebesar
0.07. Hal ini menunjukkan persepsi siswa terhadap sense of humor guru
memberikan kontribusi sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa.
4. Subyek penelitian yang memiliki persepsi posistif terhadap sense of humor
guru sebesar 38.46 sedangkan sisanya yaitu sebesar 61.54% memiliki persepsi
yang negatif terhadap sense of humor guru.
5. Subyek penelitian yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi sebesar
15.38 %, yang memiliki motivasi belajar kategori sedang sebesar 73.85%,
serta yang memilki motivasi belajar kategori rendah sebesar 10.77%.
B. Diskusi
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa terdapat
hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan
motivasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa mandarin di kelas 7 Internasional
SMP Negeri 1 Medan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi positif sebesar
0.265 dengan p = 0.033 (p < 0.05), yang berarti bahwa semakin positif persepsi
siswa terhadap sense of humor guru, maka motivasi belajarnya semakin tinggi
pula. Demikian sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of
humor guru, maka motivasi belajarnya semakin rendah pula.
Hasil pengujian statistik ini sesuai dengan pendapat Charles & Senter
(2005) yang menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas,
dan humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung
jawab tersebut. Seperti halnya Young, Whitley & Helton (dalam Manning, 2002)
yang menyatakan bahwa penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam
kelas.
Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara
13 sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting
yang harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang
baik yang mencapai 79.2% (NASSP, dalam Santrock, 2004). Namun semua itu
tergantung bagaimana siswa mempersepsikan selera humor guru. Persepsi sendiri
didefenisikan sebagai penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda,
manusia atau situasi yang bersifat positif maupun negatif (Atkinson, 1987).
Apabila persepsi individu bersifat potitif, maka besar kemungkinan sikap ataupun
perilaku yang ditampilkan juga akan positif, begitu pula sebaliknya. Dalam
penelitian ini persepsi siswa terhadap sense of humor guru memberikan kontribusi
sebesar 7% terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini memang sesuai dengan
pendapat Elliot, dkk. (1996) yang menyatakan bahwa faktor lain yang lebih
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di kelas seperti kecemasan, sikap,
keingintahuan, locus of control, learned helplesness, efikasi diri. Sedangkan
persepsi terhadap sense of humor guru berada pada faktor kecemasan siswa di
kelas yang bisa ditimbulkan oleh guru, dengan kata lain pemberian humor di kelas
membuat siswa tidak merasa cemas yang berlebihan ketika belajar di kelas.
Dalam penelitian ini sebagian besar siswa memiliki persepsi yang negatif
terhadap sense of humor guru yaitu sebanyak 40 orang (61.54%), sedangkan
motivasi belajar siswa sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 48 orang
(73.85%) dan tinggi 10 orang (15.38%). Jadi biasa dilihat bahwa sebagian besar
siswa yang memiliki motivasi belajar dalam kategori sedang dan tinggi yaitu 58
orang (89.23%). Ini menunjukkan bahwa ternyata tidak selamanya persepsi yang
negatif terhadap sesuatu dalam hal ini persepsi siswa terhadap sense of humor
guru menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah.
C. Saran
1. Saran Metodologis
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis hendaknya
data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi
belajar di peroleh melalui penggunaan suatu teknik yang dapat menggali lebih
dalam pada setiap aspek persepsi dan motivasi, seperti tehnik observasi langsung
ke populasi subjek dan juga wawancara.
2. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini khususnya skala persepsi
terhadap sense of humor guru dianggap kurang mampu mengungkap aspek-aspek
dari variabel tersebut, karena jumlah aitem yang gugur pada saat uji coba skala
tidak merata di semua aspeknya. Hal ini dikarenakan beberapa kalimat aitem skala
yang kemungkinan kurang dimengerti subyek penelitian sehingga mempengaruhi
respon subyek terhadap aitem tersebut. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penenlitian sejenis hendaknya membuat aitem dengan kalimat
yang mudah dimengerti subyek dan dengan jumlah aitem yang lebih banyak agar
aitem-aitem skala tersebut dapat merepresentasikan aspek-aspek variabel yang
hendak di ukur.
3. Peneliti selanjutnya harus juga memperhatikan face validity dari skala, sehingga
skala yang di buat lebih menarik dan tidak membosankan.
4. Pada penelitian ini peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain selain
persepsi siswa terhadap sense of humor guru sebagai hal-hal yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Karena itu disarankan bagi peneliti yang ingin melanjutkan
penelitian ini untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh
terhadap motivasi belajar.
2. Saran Praktis
1. Guru
Meskipun memang penting humor diberikan kepada siswa di kelas, namun porsi
pemberian humor tersebut dikelas harus tetap diperhatikan agar siswa tidak
mempersepsikannya sebagai sesuatu yang negatif atau dapat mengganggu
pelajaran.
2. Pihak Sekolah
Pihak sekolah bisa mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan interaksi yang
baik antara guru dan siswa di kelas, termasuk bagaimana caranya memberikan
humor kepada siswa pada saat proses belajar-mengajar di kelas, serta pelatihanpelatihan lain yang bisa meningkatkan kemampuan interaksi guru di kelas guna
memotivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Apte, M.L. (2002). Humor and Laughter : An anthropological approach (4th ed.).
Ithica/London: Cornell University Press.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., & Hilgard, E. R., (1987). Pengantar psikologi.
Jilid 1. (Edisi kedelapan). Jakarta : Erlangga.
Azwar, Saifuddin. (2000). Sikap manusia teori dan pengukurannya (Edisi Kedua).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
______________
Pelajar
Charles, C.M dan Gail W.Senter (2005). Elementary classroom management. 4ed.
USA: Pearson Education Inc.
Deshefy, T. Longhi (2004). How Families Use Humor in Living with Parkinsons
Disease. American Journal of Psychoterapy, 14, 46-48.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Field, J. L., & Traves, J. F. (1996). Educational
psychology, effective teaching effective learning. (2nd ed.). Singapore:
Brown &Benchmark Publishers.
Gufron, (2003). Hubungan prokrastinasi dengan kontrol diri. Dikutip dari
www.Damandiri.or/id/file/mnugufronmbab1.pdf+prokrastinasi&hl=id&gl
=id&ct=clnk&cd=14. Tanggal 24 November 2008
Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi research. Yogyakarta : ANDI
Hadis, Abdul. (2006). Psikologi dalam pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hogg, M. A & Vaugan, G. M. (2002). Social psychology (3rd ed.). London :
Pearson Education.
Hurlock, E. B., (1992). Psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan.
(Edisi kelima). Jakarta : Erlangga.
Irwanto, Drs., (1996). Psikologi umum, buku panduan mahasiswa . Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kelly, W. E. (2002) An Investigation of Worry and sense of humor. Journal of
Clinical Psychology, 136, 657-666.
Lefcourt, H., & Martin, R. A. (1986). Humor and Life Stress : Antidite to
Adversity (1 ed). New York Berlin Heidelberg Tokyo: Springer-Verlag.
Leung, (2004). The destructive potential of humor in psychotherapy. American
Journal of Psychoterapy, 4, 127-131.
Manning, K. I. (2002). Lighten Up! An Analysis Of The Role Of Humor As An
Instructional Practice In The Urban And/Or Culturally Diverse Middle
School Classroom. Journal of Student Development, 36, 35-36.
Martin, R. A. (2001). Humor, Laughter, and Physical Health : Methodological
issues and reseach finding. Psychological Bulletin, 127, 504-519.
Martin, R. A., & Lefcourt, H. M. (1983). Sense of humor as a moderator of the
relation between stressor and moods. Journal of Personality and Social
Psychology, 45, 121-129.
McGhee, P. E., & Goldstein, J. H. (1977). Handbook of humor research: Volume
1, basic issues. New York : Springer-Verlag.
Moeliono, A. M., (Ed.). (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Morgan, C. T., King, R, Weisz, J. W, Schopler, J., (1986). Intoduction to
Psychology. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Morreal, G.A. (1982). Response to Homor. Journal Scientific American, 6, 31-35.
Munandar, S.C.U. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan. Suatu
Tinjauan Psikologis. Makalah Seminar Humor Nasional. Semarang.
Nilsen, D.L.F. (1993). Humor Scholarships : A Reseach bibliography. London :
greenwood Prees.
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ross, A (1998). The language of humor. John Hopkins University Press: London
and New York
Santrock, J. W., (2004). Educational psychology. (2nd ed). New York : McGraw
Hill Companies, Inc.
Sardiman., (2003). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
LAMPIRAN A
Valid
Excludeda
Total
Reliability Statistics
%
123
100.0
.0
123
100.0
Cronbach's
Alpha
N of Items
.868
25
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00002
76.3415
84.981
.332
.867
VAR00006
75.5935
86.489
.385
.864
VAR00010
75.8049
83.765
.476
.862
VAR00011
75.5366
84.956
.428
.863
VAR00012
75.9106
83.148
.538
.860
VAR00014
76.1057
85.226
.366
.865
VAR00015
76.3089
86.133
.380
.865
VAR00016
76.3008
84.130
.344
.867
VAR00017
75.6585
85.735
.416
.864
VAR00021
76.1707
84.749
.426
.863
VAR00023
76.0000
83.885
.493
.861
VAR00024
76.2114
86.447
.311
.867
VAR00025
75.6911
82.379
.647
.857
VAR00026
75.6341
85.824
.399
.864
VAR00027
75.6341
84.480
.506
.861
VAR00028
76.2114
83.463
.607
.859
VAR00029
75.7317
82.968
.597
.858
VAR00030
76.1545
85.722
.345
.866
VAR00031
76.0732
85.200
.385
.864
VAR00032
75.6098
86.584
.345
.865
VAR00033
75.5610
84.265
.442
.863
VAR00034
76.1707
85.635
.382
.865
VAR00036
75.8374
84.104
.473
.862
VAR00037
76.0976
85.810
.302
.867
VAR00038
75.7967
84.245
.434
.863
Valid
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
123
100.0
.0
123
100.0
Cronbach's
Alpha
N of Items
.936
37
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
111.8862
223.692
.619
.933
VAR00002
111.3984
232.225
.365
.936
VAR00003
112.0000
224.770
.590
.934
VAR00004
111.6016
225.520
.587
.934
VAR00005
111.8537
222.929
.669
.933
VAR00006
112.1301
226.262
.482
.935
VAR00008
111.6423
225.691
.597
.934
VAR00009
111.9024
220.974
.729
.932
VAR00010
111.8211
226.279
.529
.934
VAR00011
111.9756
228.647
.383
.936
VAR00012
111.7073
227.389
.449
.935
VAR00013
112.4146
224.081
.546
.934
VAR00014
112.3984
221.537
.569
.934
VAR00015
111.7398
229.096
.413
.935
VAR00016
111.9431
223.595
.587
.934
VAR00017
112.0244
225.991
.464
.935
VAR00019
111.7317
225.313
.641
.933
VAR00020
111.7236
225.923
.583
.934
VAR00021
111.8211
225.771
.553
.934
VAR00022
111.7236
229.431
.455
.935
VAR00023
111.6260
228.695
.472
.935
VAR00025
111.6179
227.566
.472
.935
VAR00026
111.8862
229.643
.341
.936
VAR00027
111.5691
232.346
.306
.936
VAR00028
112.3333
224.568
.514
.934
VAR00029
111.3902
232.289
.340
.936
VAR00030
112.1220
223.698
.543
.934
VAR00031
111.7236
226.956
.532
.934
VAR00032
111.8049
225.027
.572
.934
VAR00034
111.8211
224.869
.520
.934
VAR00035
112.3252
222.074
.569
.934
VAR00036
111.8618
226.677
.525
.934
VAR00037
112.3577
226.428
.393
.936
VAR00038
112.3089
222.412
.564
.934
VAR00040
112.0163
227.016
.478
.935
VAR00041
111.9431
224.267
.550
.934
VAR00042
111.8537
223.093
.597
.934
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dan Skala Motivasi
Belajar
SKALA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2009
Februari , 2009
Salam manis,
Kristiandi
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial
Usia
Jenis Kelamin
(Beri tanda pada kotak)
Laki-laki
Perempuan
Skala I
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai
PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN.
Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan
keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara
memilih:
SS
TS
pernyataan
tersebut.
STS : Bila teman-teman merasa Sangat Tidak Setuju dengan
pernyataan tersebut.
Berilah tanda silang (x) pada pernyataan yang teman-teman pilih
Contoh:
No
1
Pernyataan
SS
TS
STS
TS
STS
ada jawaban yang benar atau salah. Semua jawaban adalah benar
selama jawaban tersebut adalah jawaban yang sesuai dengan diri
teman-teman. Kerahasiaan jawaban teman- teman akan terjamin
sepenuhnya.
=SELAMAT BEKERJA=
No PERNYATAAN
1
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
lelucon
2
10
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
13
14
15
16
17
18
SS
TS
STS
19
SS
TS
STS
yang
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
kelas.
20
Guru
Bahasa
Mandarin
menegur
siswa
Lelucon
yang
dibuat
guru
Bahasa
Mandarin,
23
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
25
Skala II
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan mengenai
PANDANGAN TEMAN-TEMAN terhadap DIRI TEMAN-TEMAN.
Teman-teman diharapkan menjawab setiap pernyataan sesuai dengan
keadaan, perasaan, dan pikiran anda yang sebenarnya, dengan cara
memilih:
SS
TS
pernyataan
Sesuai dengan
pernyataan tersebut.
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang teman-teman pilih
Contoh:
No
1
Pernyataan
Saya
memiliki
tinggi
untuk
keinginan
belajar
yang
SS
TS
STS
SS
TS
STS
Bahasa
Mandarin
Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan usahakan
agar tidak ada satu pernyataan pun yang terlewatkan
=SELAMAT BEKERJA=
No
1
PERNYATAAN
Saya memiliki keinginan yang tinggi untuk
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
10
11
12
13
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
SS
TS
STS
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
SS
TS
TERIMA KASIH
STS
LAMPIRAN D
Uji Normalitas
NPar Tests
Descriptive Statistics
N
skala persepsi sense of
humor
skala motivasi belajar
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
65
79.4769
8.21034
61.00
97.00
65
110.7385
13.84205
67.00
145.00
skala persepsi
skala motivasi
sense of humor
belajar
65
65
Mean
79.4769
110.7385
Std. Deviation
8.21034
13.84205
Absolute
.090
.083
Positive
.055
.083
Negative
-.090
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.727
.672
.666
.757
Normal Parametersa
Uji Linearitas
Regression
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables Entered
Variables Removed
Method
. Enter
of humora
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: skala motivasi belajar
Model Summary
Model
R
.265a
R Square
Adjusted R
Square
Estimate
.070
.055
13.45288
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
860.816
860.816
Residual
11401.738
63
180.980
Total
12262.554
64
Sig.
.033a
4.756
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
skala persepsi sense of
humor
Std. Error
75.237
16.363
.447
.205
Coefficients
Beta
.265
Sig.
4.598
.000
2.181
.033
KORELASI
Descriptive Statistics
Mean
skala persepsi sense of
humor
skala motivasi belajar
Std. Deviation
79.4769
8.21034
65
110.7385
13.84205
65
Correlations
Pearson Correlation
skala motivasi
sense of humor
belajar
1.000
Sig. (2-tailed)
N
skala persepsi
.033
65.000
65
1.000
Pearson Correlation
.265
Sig. (2-tailed)
.033
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.265*
65
65.000
Deskriptif Data
Descriptive Statistics
N
skala persepsi sense of
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
65
61.00
97.00
79.4769
8.21034
65
67.00
145.00
110.7385
13.84205
Valid N (listwise)
65
humor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Jenis
Kelamin
Usia
P
L
P
L
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
12
12
12
12
11
10
13
12
11
12
12
12
11
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
13
13
11
13
11
12
13
12
12
Motivasi Belajar
Skor
114
116
105
118
98
123
112
113
99
109
106
106
85
102
67
107
101
105
122
110
107
114
100
132
118
123
90
131
128
105
139
125
98
122
115
119
95
93
Kategori
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
L
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
P
L
L
L
L
P
L
13
13
12
12
12
11
12
12
13
12
12
12
12
12
11
12
12
12
13
12
12
12
12
12
11
13
12
89
81
80
85
78
96
71
71
89
79
80
78
73
84
75
74
85
97
86
84
80
85
73
80
78
90
83
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
138
123
103
115
96
106
109
106
103
99
118
128
102
110
104
108
104
132
103
86
112
145
105
116
118
131
106
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang