Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMOTORAX

A; Pengertian
Pneumotorax

adalah

terdapatnya

udara

dalam

rongga

pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.

B; Anatomi
Anatomi Rongga Thoraks
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang
rawan, dibatasi oleh :
- Depan

: Sternum dan tulang iga.

- Belakang

: 12 ruas tulang belakang (diskus


intervertebralis).

- Samping

:Iga-iga

beserta

otot-otot

intercostal.
- Bawah
- Atas

: Diafragma
: Dasar leher.

C; Etiologi dan Patogenesis Pheumotoraks Spontan


Keadaan

fisiologi

tekanan-tekanan

dirongga

dada

dalam keadaan normal sebagai berikut :


a; Tekanan intrapleural inspirasi sekitar - 11 -12

cm H2 O
b; Tekanan intrapleural ekspirasi sekitar -4 -9 cm
H2 O
c; Tekanan intra bronchial inspirasi sekitar - 1,5
-7 cm H2O
d; Tekanan intra bronchial ekspirasi sekitar - 1,5
- 4 cm H2 O
e; Tekanan intra bronchial waktu bicara

+30

cm

+90

cm

H2 O
f; Tekanan intra bronchial waktu batuk
H2 O
D; Patofisiologi pneumothoraks menurut Macklio
Alveol

disangga

dinding

lemah

oleh

dan

tersebut

melebar

meningkat

maka

kapiler

mudah
dan

udara

yang

robek,

tekanan
masuk

mempunyai

apabila
didalam

dengan

alveoli
alveoli

mudah

menuju

kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas yang


kuat,

infeksi

dan

obstruksi

endrobronkial

merupakan

beberapa

factor

presipitasi

yang

memudahkan

terjadinya

robekan

selanjutnya

udara

yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan


fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas yang
kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan

beberapa

factor

presipitasi

yang

memudahkan

terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas


dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri
bronco

vascular

berlawanan

robekan

dengan

pleura

tilus

kearah

akan

yang

menimbulan

pneumothoraks sedangkan robekan yang mengarah ke


tilus

dapat

menimbulakan

pneumomediastinum

dari

medrastinum udara mencari jalan menuju atas, ke


arah leher. Diantara organ organ di mediastinum
terdapat jaringan ikat yang longgar sehingga mudah
di tembus oleh udara. Dari leher udara menyebar
merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya
menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis
dapat meluas kearah perut hingga mencapai skretum.

E; Gejala Klinis
1; Nyeri dada yang mendadak
2; Sesak napas yang mendadak
3; Kegagalan

pernapasan

dan

mungkin

pula

disertai

sianosis.
F; Pemeriksaan Penunjang :
a; Photo toraks (pengembangan paru-paru).
b; Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup).

G; Penatalaksanaan
1;

Bullow

Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :


a; Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar
atau

kecil,

operasi

sehingga

torakotomi

dapat
atau

ditentukan
tidak,

perlu

sebelum

penderita jatuh dalam shoks.


b; Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di
rongga

pleura.

Mengembalikan

tekanan

rongga

pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat


kembali seperti yang seharusnya.
c; Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke
rongga pleura sehingga

"mechanis of breathing"

tetap baik.

2;

Perawatan WSD dan pedoman latihanya :


a; Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan


pengganti

verband

diperhatikan
bagian

agar

masuknya

hari

kain

slang

sekali,
kassa

dan

dan

yang

tube

perlu

menutup

tidak

boleh

dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b;

Mendorong berkembangnya paru-paru.


Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru
mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan
posisi

duduk,

jangan

batuk

waktu

slang

diklem.
Kontrol

dengan

pemeriksaan

fisik

dan

radiologi.
c; Perhatikan

keadaan

dan

banyaknya

cairan

suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya
500

800

melebihi
torakotomi.

cc.
3

Jika

perdarahan

cc/kg/jam,
Jika

bertambah/berkurang,

dalam

jam

harus

dilakukan

banyaknya

hisapan

perhatikan

bersamaan keadaan pernapasan.

juga

secara

d; Suction harus berjalan efektif :


Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2
jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama
24 jam setelah operasi.

Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan,


keluhan

pasien,

warna

muka,

keadaan

pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

Perlu sering dicek, apakah tekanan negative


tetap

sesuai

baik,

coba

petunjuk
merubah

jika
posisi

suction

kurang

pasien

dari

terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk


ke posisi miring bagian operasi di bawah atau
di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat
rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
e; Perawatan

"slang"

dan

botol

WSD/

Bullow

drainage.
1; Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari ,
diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.
2; Setiap

hendak

mengganti

botol

dicatat

pertambahan cairan dan adanya gelembung udara


yang keluar dari bullow drainage.

3; Penggantian

botol

harus

"tertutup"

untuk

mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang


pada dua tempat dengan kocher.
4; Setiap

penggantian

memperhatikan

botol/slang

sterilitas

botol

harus

dan

slang

harus tetap steril.


5; Penggantian
keselamatan

harus

juga

kerja

memperhatikan

diri-sendiri,

dengan

memakai sarung tangan.


6; Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip
dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll.

H; Pemeriksaan penunjang
a;

X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

b;

Diagnosis fisik :
;

Bila

pneumotoraks

<

30%

atau

hematotorax

ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.


;

Bila

pneumotoraks

>

30%

atau

hematotorax

sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan


WSD,

dainjurkan

untuk

melakukan

dengan continues suction unit.

drainase

Pada keadaan pneumotoraks yang residif lebih


dari

dua

kali

harus

dipertimbangkan

thorakotomi
;

Pada

hematotoraks

yang

massif

(terdapat

perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc


segera thorakotomi.

I; Terapi :
a; Antibiotika.
b; Analgetika.
c; Expectorant.

J; Komplikasi
1;

Tension Penumototrax

2;

Penumotoraks Bilateral

3;

Emfiema

II. KONSEP KEPERAWATAN


A; Pengkajian :
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1; Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2; Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3; Pengobatan terakhir.

4; Pengalaman pembedahan.
5; Riwayat penyakit dahulu.
6; Riwayat penyakit sekarang.
7; Dan Keluhan.
Pemeriksaan Fisik :
1; Sistem Pernapasan :
1; Sesak napas
2; Nyeri, batuk-batuk.
3; Terdapat retraksi klavikula/dada.
4; Pengambangan paru tidak simetris.
5; Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang
lain.
6; Pada

perkusi

ditemukan

Adanya

suara

sonor/hipersonor/timpani , hematotraks (redup)


7; Pada

asukultasi

suara

nafas

menurun,

bising

napas yang berkurang/menghilang.


8; Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak
jelas.
9; Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
10; Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2; Sistem Kardiovaskuler :

Nyeri

dada

meningkat

karena

pernapasan

dan

batuk.

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun /normal.

Hipotensi.
3; Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4; Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
5; Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
6; Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

Kemampuan sendi terbatas.

Ada luka bekas tusukan benda tajam.

Terdapat kelemahan.

Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya

kripitasi sub kutan.


7; Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme.

Kelemahan.
8; Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
9; Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Pemeriksaan Diagnostik :

Sinar

dada

menyatakan

akumulasi

udara/cairan pada area pleural.

Pa Co2 kadang-kadang menurun.

Pa O2 normal / menurun.

Saturasi O2 menurun (biasanya).

Hb mungkin menurun (kehilangan darah).


B; Diagnosa Keperawatan :
1; Ketidakefektifan

pola

pernapasan

berhubungan

dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena


akumulasi udara/cairan.
2; Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan

sekresi

sekret

dan

penurunan

batuk

sekunder akibat nyeri dan keletihan.


3; Perubahan
dengan

kenyamanan

trauma

jaringan

Nyeri
dan

akut

reflek

berhubungan
spasme

otot

sekunder.
4; Gangguan

mobilitas

ketidakcukupan

fisik

kekuatan

berhubungan
dan

ketahanan

dengan
untuk

ambulasi dengan alat eksternal.


5; Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran
Mediatinum.
6; Kerusakan

integritas

kulit

berhubungan

trauma mekanik terpasang bullow drainage.

dengan

7; Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat


masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

C; Intevensi Keperawatan :
1; Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan

sekresi

sekret

dan

penurunan

batuk

sekunder akibat nyeri dan keletihan.


Tujuan :

Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :
Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak

ada

lagi

penumpukan

sekret

di

sal.

pernapasan.
Klien nyaman.
INTERVENSI

RASIONAL

a; Jelaskan

tentang a; Pengetahuan

klien

yang

kegunaan batuk yang efektif

diharapkan

dan

terdapat

membantu mengembangkan

di

kepatuhan

mengapa

penumpukan

sekret

sal.

pernapasan.

rencana

teraupetik.

pengontrolan b; Batuk

tepat

batuk.

yang

tidak

terkontrol

c; Napas

dalam

dan

perlahan

d; Lakukan

pernapasan

dan

napas

selama

frustasi.

perlahan-lahan,

keluarkan

mungkin

melalui

ekspansi

paru lebih luas.

secara d; Pernapasan

kemudian

sebanyak

tidak

menyebabkan

c; Memungkinkan

diafragma.
detik

adalah

melelahkan
efektif,

saat duduk setegak mungkin.

e; Tahan

klien

terhadap

b; Ajarkan klien tentang metode


yang

akan

diafragma

menurunkan frek. napas


dan

meningkatkan

ventilasi alveolar.

mulut.

f; Lakukan napas ke dua, tahan e; Meningkatkan


dan

batukkan

dengan

dari

melakukan

dada
batuk

g; Auskultasi paru sebelum dan


h; Ajarkan klien tindakan untuk

hidrasi

viskositas
:

mempertahankan
yang

meningkatkan
1000

sampai

masukan
1500

atau

mempermudah
sekresi

sekret.
membantu

mengevaluasi
upaya

batuk klien.

cairan

untuk

cc/hari

dapat

berikan

ini

keefektifan

adekuat; g; Sekresi

bila tidak kontraindikasi.


i; Dorong

paru

f; Pengkajian

sesudah klien batuk.

sekresi

dalam

pengeluaran

pendek dan kuat.

menurunkan

udara

volume

kental

sulit

diencerkan

sumbatan
mengarah

dan

menyebabkan
mukus,

yang
pada

perawatan

mulut

yang

baik

setelah batuk.

atelektasis.
h; Untuk

menghindari

pengentalan
j; Kolaborasi

dengan

tim

sekret atau mosa pada

kesehatan lain :
Dengan

dokter,

saluran
radiologi

dan fisioterapi.

dari

nafas

bagian

atas.
i; Hiegene

mulut

yang

Pemberian expectoran.

baik meningkatkan rasa

Pemberian antibiotika.

kesejahteraan

Fisioterapi dada.

mencegah bau mulut

Konsul photo toraks.

dan

j; Expextorant

untuk

memudahkan
mengeluarkan
dan

lendir

menevaluasi

perbaikan

kondisi

klien

atas

pengembangan parunya.
2; Perubahan
dengan

kenyamanan

trauma

jaringan

Nyeri
dan

akut

reflek

berhubungan
spasme

otot

sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat

mengindentifikasi

aktivitas

yang

meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah.


INTERVENSI

RASIONAL

a; Jelaskan

dan

kliena; Pendekatan

bantu

dengan

dengan tindakan pereda nyeri

menggunakan

nonfarmakologi

dan

dan

non

invasif.
tehnik

untuk

menurunkan

ketegangan otot rangka, yang

keefektifan

intensitasb; Akan

nyeri

dan

tingkatkan

relaksasi masase.
c; Ajarkan

distraksi

kesempatan

waktu

istirahat bila terasa nyeri


berikan

kebutuhan

jaringan

akan

mengurangi

nyerinya.
perhatian

nyerinya

ke

hal-hal

dipasang

bantal

yang menyenangkan.
d; Istirahat

tentang:

pengetahuan

sebab-sebab

menghubungkan

merelaksasi

denmgan

berapa

meningkatkan

dokter,

kenyamanan.

g; Observasi tingkat nyeri, dan

dirasakan

klien,

30

Dan

dapat

kepatuhan

analgetik

terhadap

mengkaji

efektivitasnya. Serta setiap

akan

membantu
nyerinya.
membantu

mengembangkan

menit setelah pemberian obat


untuk

yang

mengurangi

pemberian analgetik.
motorik

semua

jaringan sehingga akan

e; Pengetahuan
f; Kolaborasi

akan

nyeri,

lama nyeri akan berlangsung.

respon

akan

tidur,

e; Tingkatkan

O2

sehingga

yangc; Mengalihkan

posisi

kecil.

dan

oleh

darah,

waktu

misal

belakangnya

peredaran

terpenuhi,

selama nyeri akut.


d; Berikan

melancarkan

sehingga

metode

dalam

mengurangi nyeri.

menurunkan
juga

telah

menunjukkan

dapat

nyaman;

nonfarmakologi

lainnya

b; Ajarkan Relaksasi : Tehnik-

dan

relaksasi

klien
rencana

teraupetik.

1 - 2 jam setelah tindakanf; Analgetik

memblok

perawatan selama 1 - 2 hari.

lintasan
sehingga

nyeri,
nyeri

akan

berkurang.
g; Pengkajian

yang

optimal

akan

memberikan
data

yang

untuk
kemungkinan
dan

perawat
obyektif
mencegah
komplikasi
melakukan

intervensi yang tepat.

DAFTAR

PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta :


EGC.
Depkes.

RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan


Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.

Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan


Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.

dan

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai