PENDAHULUAN
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting di
dalam kehidupan sehari- hari. Sifat asam basa suatu larutan dapat diketahui
dengan mengukur pH-nya. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7 sedangkan
larutan basa memiliki pH lebih dari 7.
(1,2)
menilai
status
asam
basa
tubuh
yang
disebut
metode
BAB II
KESEIMBANGAN ASAM BASA
H+ + Cl-
H2SO4 2H+ + SO42Basa ; ialah zat yang rumusnya mengandung OH dan dalam air dapat
melepas ion hidroksida (OH-)
Misalnya : NaOH, Ca(OH)2 dsb.
NaOH Na+ + OHReaksi asam-basa menurut Arrhenius disebut netralisasi ;
H+ (asam) + OH- (basa) H2O
a. Jenis Senyawa Asam Basa
1) Jenis senyawa asam dikelompokkan sebagai berikut :
monoprotik,
yakni
asam
yang
dapat
poliprotik,
yakni
asam
yang
dapat
Kondisi
Asam
Tetap Merah
Menjadi Merah
Basa
Menjadi Biru
Tetap Biru
Cl- + NH4+
Melepas H+ (asam)
Menerima H+ (basa)
Contoh :
OH- + NH4+
NH3
(bs.2)
(bs.1)
(as.2)
Cl
Cl
x x
x x
Cl
H
Cl
(asam)
(basa)
Cl B : N
Cl
x x
x x
x x
+ OH-
H
5
(basa)
(asam)
dan
menyimpan
ion-ion
bikarbonat
untuk
membantu
BAB III
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
7
pada
protein
plasma,
menurunkan
ionisasi
plasma,
sehingga
vasospasme
koroner.
Pada
pulmonal,
alkalosis
respiratori
keadaan
ini
dikelompokkan
Definisi
Asidosis metabolik adalah gangguan klinis yang ditandai oleh rendahnya
Etiologi
Penyebab utama dari asidois metabolik adalah gagal ginjal, asidosis
(misalnya
bikarbonat)
melalui
saluran
pencernaan
karena
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala asidosis metabolik beragam bergantung pada
keperawatan asidosis. Tanda dan gejala ini dapaat mencakup sakit kepala, kelam
pikir, mengatuk, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan,mual dan
muntah. Vasodilatasi perifer dan penurunan curah jantung terjadi ketika pH turun
di bawah 7. Temuan pengkajian fisik tambahan termasuk penurunan tekanan
darah, kulit dingin dan kusam, adanya distrimia, dan manifestasi syok.
D.
Evaluasi Diagnostik
Pengukuran gas darah arteri sangat berguna dalam mendiagnosis asidosis
10
B. Etiologi
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam
jumlah
yang
banyak
mempengaruhi
kemampuan
ginjal
dalam
secara
primer
dimanifestasikan
oleh
gejala-gejal
yang
11
karbondioksida
akan
mengkompensasi
meningkat
kelebihan
karena
bikarbonat
paru-paru
dengan
menahan
berupaya
untuk
karbondioksida.
Hipoventilasi ini lebih menonjol pada pasien-pasien semi-sadar, tidak sadar, atau
lemah dibanding dengan pasien yang sadar. Pasien semi-sadar dapat mengalami
hipoksemia jelas sebagai akibat hipoventilasi. Hipokalemia dapat menyertai
alkalosis metabolik. Kadar klorida urin dapat membantu dalam mengidentifikasi
penyebab alkalosis metabolik jika riwayat pasien tidak memberi informasi yang
adekurat. Alkalosis metabolik adalah suatu situsi dimana konsentrasi klorida urin
mungkin perkiraan yang lebih akurat dibanding dengan konsentrasi natrium urin.
Konsentrasi klorida urin membantu untuk membedakan antara muntah-muntah
atau
mengkonsumsi
diuretik
atau
salah
satu
penyebab
kelebihan
PaCO2,
hipoventilasi
biasanya
menyebabkan penuraunan
12
ARDS. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi pada penyakit yang merusak otootot pernapasan yakni distrofi muskular, miastenia grafis, dan syndrome guillianbare. Ventilasi mekanik dapat berkaitan dengan hiperkapnea jika frekuensi
ventilasi alveolar yang efektif tidak adekurat. Ventilasi terpaku pada pasien ini dan
CO2 meningkat.
B. Etiologi
Over dosis obat, trauma dada dan kepala, edema paru- paru, obstruksi
jalan nafas dan PPOK.
C. Manifestasi Klinik
1. Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan
dengan H2O menyebabkan meningkatnya HCO3.
2. H2CO3 akan berdisosiasi menjadi H+ dan HOO sehingga dalam
analisa gas darah didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
3. pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah
sehingga mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga
saturasi turun.
4. PCO2 meningkat,
CO2 jaringan
dan
otak
juga
meningkat.
13
14
B. Etiologi
Pernafasan
yang
cepat
dan
dalam
disebut hiperventilasi,
yang
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin
C. Manifestasi Klinis
Tanda klinis terdiri dari rasa pusing karena vasokontriksi dan penurunan
aliran darah serebral, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, kebas dan
kesemutan karena penurunan ionisasi kalsim, tinitus, dan kehilangan kesadaran.
1. Penurunan PaCO2 berakibat Penurunan H2CO3, penurunan H+ dan
HCO3 -, serta meningkatkan pH darah sehingga AGD: PH naik,
PaCO2 turun dan HCO3 turun
2. Meningkatnya K+ dalam serum, H+ intrasel keluar dan diganti K
yang ada dalam ekstrasel. H+ bergabung dengan HCO3- menjadi
H2CO3 yang berakibat pH semakin rendah. AGD: pH turun,
HCO3 naik dan K turun
3. Hipokapnia akan merangsang Carotik dan aortik dan aortic
bodiea----- frekuensi denyut jantung naik tanpa naiknya tekanan
darah, perubahan EKG dan kelelahan
4. Pada saat yang bersamaan, terjadi vasokonstriksi cerebral dan
tururnnya perfusi darah ke otak dengan gejala: Kecemasan,
dispnea, keringat dingin, pernafasan cheyne stokes, pusing dan
kesemutan.
5. Jika hipokapnia lebih dari 6 jam, ginjal akan meningkatkan sekresi
HCO3 dan menurunkan ekskresi H+
6. Keadaan PaCO2 yang turun terus
menerus
menyebabkan
15
Evaluasi Diagnostik
Analisis gas-gas darah arteri membantu dalam mendiagnosis alkalosis
respiratorik. Pada keadaan akut, pH naik diatas normal sebagai akibat rendahnya
PaCO2 dan kadar bikarbonat (ginjal tidak dapat merubah kadar bikarbonat dengan
cepat). Pada fase kompensasi, ginjal sudah mempunyai waktu yang cukup untuk
menurunkan kadar bikarbonat hingga mendekati kadar normal. Evaluasi elektrolit
serum di indikasikan untuk mengidentifikasi semua penurunan kalium karena
hidrogen ditarik keluar sel dalam pertukaran dengan kalium. Penurunan kalium,
karena alkalosis berat menghambat ionisasi kalsium sehingga mengakibatkan
spasme karkopedal dan tetani atau penurunan pospat karena alkalosis, sehingga
menyebabkan ambilan pospat oleh sel meningkat.
BAB IV
TEORI HENDERSON-HASSELBACH & TEORI STEWART
TEORI HENDERSON-HASSELBACH
Fungsi sel di dalam tubuh manusia akan berlangsung optimal jika pH
lingkungan sedikit alkalis, yaitu 7.40 atau konsentrasi ion hidrogen sebesar 10
16
mmol/l. Oleh sebab itu keseimbangan ion hidrogen diatur secara ketat (tightly
regulated) oleh tubuh. Sebagai contoh, meski sehari-hari produk metabolisme sel
tubuh menghasilkan kurang lebih 300 liter CO2 dan mengkonsumsi ratusan
mEq/liter asam dan basa kuat pada waktu yang bersamaan namun konsentrasi ion
hidrogen tubuh dapat dipertahankan diantara 36-44 mEq/liter.(6)
Regulasi terhadap keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru sebagai
komponen respirasi dan ginjal sebagai komponen metabolik. Kedua komponen ini
berinteraksi secara simultan sehingga keseimbangan ion hidrogen selalu stabil.(7)
Penilaian adanya gangguan terhadap keseimbangan asam basa tubuh telah
dikenal formula Hendersen-Hasselbach. Formula ini dimulai dengan persamaan
reaksi hidrasi CO2 yaitu :
+
CO2(d) + H2O < = > H2CO3 < = > HCO3 + H
CO2(d) adalah gas CO2 yang terlarut (dissolved). Nilai CO2(d) dapat
diambil dari nilai tekanan parsial CO2 (PCO2) dengan mengalikannya dengan
konstanta kelarutan (0.03). Mengingat konsentrasi dari [H 2CO3] sangat kecil dan
proporsional terhadap CO2, maka persamaan tersebut dapat disederhanakan lagi
menjadi; (7)
+
pCO2 + H2O < = > [HCO3 ].[H ]
17
+
Dari persamaan diatas terlihat nilai pH/[H ] semata-mata hanya
tergantung pada ion bikarbonat/[HCO3 ]. Selain itu H-H hanya mendeskripsikan
reaksi hidrasi CO2 pada kondisi pCO2 40 mmHg (normal), sehingga jika pCO 2
diluar normal, persamaan tersebut menjadi tidak relevan. Namun yang lebih
penting lagi adalah persamaan tersebut tidak dapat menemukan buffer lain
didalam plasma selain HCO3. (9)
Persamaan ini tidak bisa disebut metode kuantitatif, sebab yang disebut
metode kuantitatif harus mempunyai hubungan sebab akibat (cause and effect),
sedangkan persamaan H-H hanya didasari oleh hubungan empirik (relationship)
semata. Persamaan H-H memang dapat memprediksi nilai Y dari nilai X yang
sudah ada namun tidak dapat menjelaskan mekanisme yang mendasari hubungan
tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa persamaan tersebut hanya
dapat menyebutkan komponen mana yang menyebabkan perubahan pada pH
darah, sedangkan efek, penyebab serta mekanisme terjadinya tidak dapat
dijelaskan.(7)
Persamaan Henderson-Hasselbach digunakan berdasarkan anggapan
bahwa pada plasma normal, bikarbonat merupakan penyangga yang paling
penting. Menurut persamaan ini terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
pH, yaitu konsentrasi bikarbonat dan pCO2. (8)
Persamaan ini menunjukkan hubungan antara variabel respirasi (pCO2),
variabel metabolik [HCO3-] dan pH sebagai resultan. Peningkatan pCO2 akan
menyebabkan peningkatan juga pada HCO3-. (8)
TEORI STEWART
Beberapa studi terbaru mengenai fisiologi asam basa saat ini tertuju pada
metode atau pendekatan secara fisika kimia kuantitatif. Analisa ini pertama kali
diperkenalkan oleh Peter Stewart pada tahun 1978, dalam tulisannya; Stewart,
P.A. Independent and Dependent variables of acid-base control. Resphyration
Physiology 33:9-26. Dilanjutkan dengan analisanya yang lebih rinci dalam
18
pCO2
19
Jika hanya ketiga ion-ion kuat (strong ion) ini yang ada dalam
suatu larutan, maka untuk mencapai keseimbangan netralitas elektron,
nilai SID harus sama dengan 0. Namun karena pada umumnya cairan
biologis juga mengandung asam lemah, maka SID tidak bisa 0, maka
dalam larutan tersebut terdapat ion lemah lain yang bermuatan.
Di dalam plasma, rumus untuk menentukan SID adalah:
+
+
++
++
SID = { [Na ] + [K ] + [Ca ] + [Mg ] } { [Cl ] + [anion kuat lain]
lemah membentuk suatu molekul baru menjadi misalnya NaOH atau NaCl
namun ion-ion tersebut berdiri sendiri-sendiri sebagai bentuk ion
bermuatan. Karena sifatnya yang demikian maka ion-ion ini sangat kuat
mempengaruhi larutan (sistim) dimana ion tersebut berada dan regulasinya
diatur oleh mekanisme dari luar sistim, yaitu ginjal.
+ Ion-ion kuat in-organik seperti Na , Cl pada umumnya diabsorpsi
dari usus dan dikeluarkan melalui sistim ekskresi ginjal. Sedangkan ionion kuat organik (laktat, keto-anion) di produksi dan dimetabolisme di
jaringan dan dieksresi lewat urin. Konsentrasinyapun tidak ditentukan oleh
reaksi di dalam larutan (sistem) tersebut namun diatur sepenuhnya melalui
mekanisme dari luar sistem.
Jika dalam suatu larutan kita mempunyai nilai ion kuat tersebut
maka kita dapat menghitung SID yang juga disebut sebagai SIDa
(apparent SID) yaitu:
+
+
++
++
SIDa = { [Na ] + [K ] + [Ca ] + [Mg ] } {[Cl ] + [laktat ]
Nilai SID normal berkisar 40-42 mEq/l (didapat dari 140 100),
+
sebab hanya Na dan Cl yang konsentrasinya tinggi dibanding ion kuat
lain sehingga ion-ion ini dianggap mewakili. Bila nilai SID yang
didapatkan kurang dari 40 mEq/l maka disebut alkalosis, sedangkan bila
nilai SID didapatkan lebih dari 42 mEq/l maka disebut asidosis.
+
Lebih spesifik lagi dapat dikatakan bahwa karena [Na ] berperan
penting pada tonisitas maka peran [Cl ] menjadi lebih dominan dibanding
+
[Na ] dalam menentukan pH cairan ekstrasel (ECF).
Ion- ion kuat yang paling banyak dibahas dalam praktek klinis seharihari contohnya Na+, K dan Cl-. Ketidakseimbangan juga dapat terjadi pada
ion- ion tersebut. (11)
a. Ketidakseimbangan Natrium (Normal: 135 148 mmol/L)
HIPONATREMIA
21
Penyebab:
Diabetes insipidus; asidosis diabetikum
Muntah, diare gastrointestinal
Kehilangan cairan tubuh yang ekstrim (hyperhidrosis karena OR, demam,
luka bakar hebat, dermatitis eksfoliativa)
Tenggelam dalam air tawar
Terapi diuretik tinggi, nefrokalsinosis (miksi berkali kali)
Hiperglikemia sehingga terjadi diuresis (sering miksi)
Asupan Na yang kurang
Gambaran Klinis:
Tanda/gejala:
Na+ serum < 125 mEq/L
Anoreksia
Rasa pengecap terganggu
Kejang otot
Na+ serum = 115mEq/L 120 mEq/L
Temuan Laboratoris:
Na+ serum < 135 mEq/L
Osmolaritas serum < 287 mOsmol/kg
Hb, Hematokrit, Protein, dan Urea Plasma meningkat
Berat Jenis, Urea dan Kreatinin urine meningkat
22
HIPERNATREMIA
Penyebab:
Asupan air yang tidak cukup
Kehilangan air yang berlebihan (demam, luka bakar, diare, diabetes
insipidus, diuresis osmosis)
Bertambahnya natrium (tenggelam, pemberian garam natrium IV atau
absorbsi)
Terapeutik dengan garam hipertonik tidak sengaja
Tanda/gejala:
Neurologik:
Awal: lemah, lemas, iritabel
Berat: agitasi, delirium, kejang, koma reflek tendon dalam meningkat ,
kaku kuduk
Haus
Meningkatnya suhu tubuh
Kulit yang kemerah dan teraba panas
Mukosa mulut kering dan lengket
Lidah kasar, merah dan kering
Temuan Laboratoris:
Na+ serum > 145mEq/L
Osmolaritas serum >295 mOsmol/kg
b.
HIPOKALEMIA
Penyebab :
Asupan K+ dari makanan yang menurun (alkoholisme, kelaparan)
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (muntah, diare, ileostomy, fistula)
Kehilangan K+ melalui ginjal (obat diuretik: tiazid, furosemid, beberapa
penyakit ginjal, asidosis diabetik, luka bakar luas, antibiotic karbenisilin
dan aminoglikosida)
23
Temuan Laboratoris:
K+ serum < 3,5 mEq/L
pH serum > 7,45; peningkatan bikarbonat serum
HIPERKALEMIA
Sebab-sebab terjadinya:
Asupan yang berlebihan (infus cepat yang mengandung kalium)
Berpindahnya K+ keluar dari sel menuju ECF (asidosis metabolik, luka
bakar luas)
Nefritis
24
Gambaran Klinis:
Tanda/gejala:
Neuromuskular (lemah otot, parestesia wajah, lidah, kaku, tangan)
Saluran cerna (mual, kolik usus, diare)
Ginjal (oligouria yang dapat berlanjut menjadi anuria)
Kardiovaskular (disritmia jantung, bradikardi, fibrilasi ventrikel sampai
dengan henti jantung)
Temuan Laboratoris :
Kadar K+ serum > 5,5 mEq/L
c.
HIPOKLOREMIA
Penyebab: muntah, diare, demam, pneumonia, diabetes
Gejala: Kejang, nyeri lambung
HIPERKLOREMIA
Penyebab: Nefritis, hipertensi, gangguan jantung
Gejala: terjadi gangguang ginjal
3. Total konsentrasi asam lemah [ATot]
Menggambarkan jumlah total konsentrasi asam lemah non-volatile
dalam sistim. Secara kolektif semua asam-asam lemah dalam sistim
dipresentasikan sebagai HA. Reaksi disosiasinya adalah:
+
HA <=> H + A
25
2-
] + [HPO4
] + [H2PO4 ] + [H3PO4]}
Tot.
26
1. pCO2 adalah variabel independent pertama yang diatur oleh kontrol sistim
respirasi
2. SID adalah variabel independen kedua yang diatur oleh ginjal, dan
+
diestimasi sebagai ([Na ] - [Cl ])
3. ATot adalah variabel independen ketiga yang diatur oleh hati dan diestimasi
sebagai [Alb].
B. Variabel dependen, yaitu H+, HCO3-,OH (disebut sebagai ion-ion lemah)
Variabel ini dipengaruhi oleh variabel indenpenden, dengan kata lain nilai
variabel ini tergantung perubahan pada variabel independen. Sebaliknya variabel
independen tidak terpengaruh oleh perubahan pada variabel dependen. Menurut Stewart
semua variabel dependen hanya dapat dihitung jika variabel independen diketahui, dan
+
+
karena [H ] merupakan variabel dependen, maka jelas [H ] dapat dihitung asalkan nilai
dari variabel independen diketahui.
Cairan tubuh adalah larutan encer yang mengandung beberapa ion-ion kuat
(inorganik dan organik) dan ion lemah (yang volatile; sistim CO 2/HCO3 dan
asam lemah non volatile HA). Seperti diketahui bahwa variabel independen yang
menentukan pH cairan tubuh adalah pCO2, SID dan [ATot], sedangkan variabel+
variabel seperti H , OH , HCO3 dan [A ] sangat tergantung pada nilai-nilai dari
ketiga variabel independen. Stewart menegaskan bahwa ada 6 persamaan yang
+
secara simultan dperlukan untuk menemukan [H ].
1. Keseimbangan disosiasi air;
27
+
a. [H ] x [OH ] = Kw
2. Persamaan elektro netraliti
+
2
a. [SID] + [H ] = [HCO3 ] + [A ] + [CO3 ] + [OH ]
3. Keseimbangan disosiasi asam lemah
+
a. [H ] x [A ] = KA x [HA]
4. Hukum kekekalan massa untuk A
a. [ATot] = [HA] + [A ]
5. Persamaan keseimbangan pembentukan ion bikarbonat
+
a. [H ] x [HCO3] = KC x pCO2
6. Keseimbangan pembentukan ion carbonat
+
2
a. [H ] x [CO3 ] = K3 x [HCO3 ]
oleh hati, dan perubahan pada konsentrasi protein lebih lambat dibanding SID,
sehingga pada gangguan keseimbangan asam basa SID lebih banyak berperan.
Dengan kata lain, jika ATot konstan, maka perubahan pada SID dan pCO 2
merupakan penyebab gangguan keseimbangan asam basa. (11)
29
BAB V
KESIMPULAN
30
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep konsep Inti Jilid 2
Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Suminar Setiati Achmadi. Jakarta:
Erlangga.
2. Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas
XI, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
3. Guyton A. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC,
2010.
4. Utama, Budi. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program
Ilmu Alam.
Nasional.
5. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC,2002.
6. Walden A. An Introduction to Acid Base Physiology. Available at :
http://www.frca.co.uk/article.aspx?articleid=100919.
7. Leblanc M, Kellum JA. Biochemical and Biophysical Principles of
Hydrogen Ion Regulation. In: Critical Care Nephrology. Kluwer
Academic Publishers, Dordrecht, The Netherlands, 1998. pp 261277.Ronco C, Bellomo R (eds).
8. Watkinson P. Acid Base: Stewart Hypothesis and Hyperchloremic
Acidosis.
Available
at
http://www.frca.co.uk/article.aspx?
articleid=100924.
9. Wilkes P. Acid-base lecture in Acid-base management. University of
Ottawa Departemen of Anesthesiology, Physics and Fluids Core
Program, october 11,2001.
10. Kellum JA. Determinants of Blood pH in Health and Disease. Critical
Care 2000;4:6-14.
11. Jones NL: A quantitative physciochemical approach to acid-base
physiology. Clin Biochem 1990; 23:89-195.
12. Schalkwyk JV. A Basic Approach to Body pH. Available on;
http://www.anaesthetist.com/icu/elec/ionz
13. Morfei J. Stewarts Strong Ions Difference Approach to Acid-Base
Analysis. Respir Care 1999;44(1):45-52.
31
32