PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana konsep medis Patent Ductus Arterious (PDA) dan
konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Patent Ductus Arterious (PDA).
BAB II
PEMBAHASAN
kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi
fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik
fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena
umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa
oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan
hanya sebagian yang diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. (Buku
ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan
fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya
perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
2.1.4
2.1.5
rubella,
pelepasan
prostaglandin
(6-
2.1.8
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada anak digolongkan menjadi 4 yaitu :
1. PDA Kecil
Biasanya bersifat asimtomatik, dengan tekanan darah dan tekanan nadi
dalam keadaan normal. Jantung tidak membesar, kadang teraba getaran bising
di iga II kiri sternum. Terdapat bising kontinyu (continuos murmur, machinery
murmur) yang khas pada PDA didaerah subklavia kiri.
2. PDA Sedang
Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien
mengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran nafas, namun
biasanya berat badan masih dalam keadaan normal. Frekuensi nafas sedikit
lebih cepat dibandingkan dengan anak normal. Dijumpai pulsus seler dan
tekanan nadi lebih dari 40 mmHg. Terdapat getaran bising di daerah sela iga III para sternal kiri dan bising kontinu disela iga II III garis parasternal kiri
yang menjalar kedaerah sekitarnya. Juga sering ditemukan bising middiastolik
dini.
3. PDA Besar
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien
sulit makan dan minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan
memuaskan, tampak dispneu dan takipneu, serta berkeringat banyak ketika
minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada
auskultasi terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising
middiastolik terdengar di apeks karena aliran darah berlebihan melalui katub
mitral (stenosis mitral relative). Bunyi jantung II tunggal dan keras. Gagal
jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian
bawah.
2.1.9
penutupan
duktus. Efek
yang
dapat
sampingnya
adalah
yang memanjang.
Hemates feses >+3.
Bukti klinis atau sinar-X.
Adanya enterokolitis nekrotik.
Bukti membesarnya perdarahan SPP.
Sepsis.
Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi
10
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perawatan Pra Bedah
1) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya,
biarpun hanya pembedahan jantung kecil, perbaikan PDA tetap
mengkhawatirkan bagi orang tua.
2) Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data kajian.
a) Hitung darah lengkap (CBC), urinalisis, glukosa serum, BUN.
b) Elektrolit garis dasar.
c) Koagulasi darah.
d) Golongan dan pencocokan darah silang.
e) Kajian foto thoraks, EKG.
3) Karena anak yang lebih besar biasanya berusia prasekolah, siapkanlah
anak sesuai umur, jangan katakan kepadanya bahwa pembedahan itu
akan membuatnya merasa lebih baik, karena anak tersebut biasanya
asimtomatik.
2. Perawatan Pasca Bedah
1) Pantau status jantung anak atau bayi (lihat bagian pengkajian
kardiovaskuler, Apendiks A)
a) Tanda-tanda vital (suhu, denyut apeks, frekuensi pernapasan,
tekanan darah).
b) Tekanan darah arteri dan tekanan vena sentral (CVP).
c) Nadi perifer-kualitas dan intensitas.
d) Waktu pengisian kapiler.
e) Adanya asites (jarang).
f) Aritmia.
2) Pantau dan laporkan adanya tanda dan gejala komplikasi.
a) Atelektasis.
b) Perdarahan.
c) Silotoraks.
d) Hemotoraks.
e) Pneumotoraks.
f) Kerusakan nervus frenikus.
g) Kerusakan nervus laringealis yang kambuhan.
11
12
2.2.1 Pengkajian
I. Data Subyektif
a. Anamnesa
1. Identitas
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih
banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan
sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom.
2. Keluhan
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
3. Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu
menderita infeksi dari rubella.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari
orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.
d) Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana
perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,
respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi tidak ada hubungan. Artinya imunisasi dasar
yang dilakukan klien (anak) tidak mempengaruhi timbul tidaknya
penyakit ini (PDA) karena seperti yang kita ketahui bahwa Patent
Duktus Arteriosus merupakan kelainan jantung bawaan. Namun,
14
Jenis
immunisasi
1.
BCG
2.
DPT (I,II,III)
3.
Polio
(I,II,III,IV)
4.
Campak
5.
Hepatitis
Waktu
pemberian
Frekuensi
Reaksi setelah
pemberian
Frekuensi
: .kg
2. Tinggi badan
:. cm.
. gigi tanggal
: bulan
2. Duduk
: bulan
3. Merangkak
: bulan
4. Berdiri
: tahun
5. Berjalan
: tahun
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
sering menderita
infeksi saluran nafas. Pada PDA besar berat badan tidak bertambah dengan
memuaskan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Nafas cepat, sesak nafas, adanya otot bantu nafas saat inspirasi,
retraksi.
b. B2 (Blood)
Jantung membesar, bunyi tambahan (marchinery murmur), hipertropi
ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai,
clubbing finger, sianosis.
c. B3 (Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d. B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
e. B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis, kesulitan
makan dan minum.
f. B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Analisis gas darah arteri
- Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru
-
overcirculation.
Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan
hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis
2.2.3 Perencanaan
1) Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
18
- Tujuan
- Kriteria hasil
curah jantung.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut 1) Permulaan gangguan pada jantung akan
jantung,
nadi
perifer,
warna
dan
kehangatan kulit.
ada
perubahan
tanda-tanda
vital,
sekunder
terhadap
ketidak
tanda-tanda
CHF
(gelisah,
edema,
oliguria,
dan
hepatomegali).
Kolaborasi
Kolaborasi
1) Obat
ini
dapat
mencegah
semakin
Rasional
Mandiri
19
nadi
perifer,
warna
dan
kehangatan kulit.
2) Atur posisi anak dengan posisi fowler.
memudahkan
pasien
dalam
bernapas.
2) Agar anak tidak tertular infeksi yang akan
memperburuk keadaan.
3) Menurunkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh.
4) Membantu
klien
untuk
memenuhi
oksigenasinya.
Kolaborasi
1) Berikan oksigen jika ada indikasi
Kolaborasi
1) Untuk deteksi dini terjadinya gangguan
pernapasan
Rasional
Mandiri
1)
1. Mandiri
tetap
3) Anggota
pengaruhnya
keluarga
sangat
terhadap
besar
proses
Intervensi
Rasional
Mandiri
1) Kaji
Mandiri
pemenuhan
kebutuhan
sakit.
membantu
memilih
makanan
Rasional
1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji
lebih lanjut.
21
kursi mandi.
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam
memilih periode.
6) Pola nafas tidak efektif b.d kelebihan cairan dalam pasru
- Tujuan
: Pola nafas teratur
- Kriteria hasil
: Nafas teratur, cairan dalam paru berkurang.
Intervensi
Mandiri
Rasional
Mandiri
1) Menyatakan
adanya
kongesti
dalam.
jalan
napas
dan
Kolaborasi
1) Berikan oksigen sesuai indikasi.
Kolaborasi
1) Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
pasien.
Rasional
Mandiri
1) Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan
infeksi
nosokomial.
Kolaborasi
22
tanda-tanda infeksi.
2) Antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme patogen.
8) Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
- Tujuan
: Kecemasan menurun.
- Kriteria hasil
: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanyatanya lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi
1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua.
Rasional
1) Pengetahuan
orang
mempengaruhi
2) Beri
penjelasan
tentang
keadaan
bayi/anaknya.
tua
persepsi
akan
dan
3) Libatkan
keluarga
dalam
perawatan
3) Akan membuat orang tua nyaman dan
bayinya.
orang
tua
tentang
cara-cara
anaknya.
4) Dukungan dan kasih sayang orang tua
akan mempercepat kesembuhan anak.
perawatan bayi dirumah sebelum bayi 5) Dengan menambah pengetahuan orang tua
pulang.
dalam
perawatan
mempermudah
proses
anaknya
perawatan
akan
dan
penyembuhan anak.
2.2.4 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Tahap 1 : persiapan
23
tindakan
keperawatan
meliputi
tindakan
independen,dependen,dan interdependen.
c. Tahap 3 : dokumentasi
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)
dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta
dan pembuluh darah besar pulmonal.
Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24
jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila
duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia
3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus
(DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar
dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA
besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi.
Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa
operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat
kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian
20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
3.2 Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi atau anak dengan PDA
diharapkan perawat selalu mengacu pada konsep medis dan konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan PDA sehingga dalam memberikan asuhan dengan baik dan tepat.
25