Anda di halaman 1dari 23

LI 1.

Memahami dan menjelaskan plasmodium


LO 1.1 Jenis-jenis plasmodium
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu
sebagai berikut :
- Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria
tersiana.
- Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut
sebagai malaria tersiana.
- Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana karena
serangan demam berulang pada tiap hari keempat.
- Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malaria vivax.
Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri.

LO 1.2 Morfologi dan siklus hidup


MORFOLOGI
Spesies-spesies Plasmodium yang terdapat didalam sel darah merah, dapat
dibedakan Morfologi bentuk-bentuk stadiumnya yang khas bentuknya, yaitu bentuk
trofozoit, skizon dan dan bentuk gametosit.
Trofozoit. Plasmodium mempunyai trofozoit yang berbeda bentuknya antara
stadium yang masih baru terbentuk (trofozoit muda, early trophozoite) dan pada
stadium yang lanjut (trofozoit lanjut, late trophozoite).
Trofozoit muda Plasmodium vivax mula mula berbentuk cincin yang
mengandung bintik bintik basofil, kemudian berkembang menjadi trofozoit yang
berbentuk amuboid yang mengandung bintik bintik schuffner. Pada trofozoit lanjut,
selain tampak adanya pigmen parasit sering ditemukan lebih dari satu parasit (double
infection) di dalam satu sel eritrositnya.
Plasmodium falciparum mempunya trofozoit muda yang berbentuk cincin yang
mempunyai inti dan tampak sebagian dari sitoplasma parasit berada di bagian tepi
eritrosit (bentuk ini disebut accole atau form applique). Sering juga ditemui satu sel
eritrosit diinfeksi oleh lebih dari satu parasit yang mempunyai bintik kromatin ganda.
Trofozoit lanjut mengandung bintik bintik Maurer.
Plasmodium malariae trofozoit muda berbentuk cincin dan eritrositnya tidak
membesar. Trofozoit lanjut nya memiliki memiliki bentuk yang khas seperti pita (bandform) dan terdapat titik Ziemann.

Trofozoit Plasmodium ovale bentuknya mirip dengan trofozoit Pl. vivax, bentuk
khas eritrosit yang terinfeksi parasit ini yaitu selain agak membesar ukurannya juga
eritrosit mempunyai bentuk yang tidak teratur dan bergerigi.
dan

Skizon. Bentuk skizon setiap spesies Plasmodium mempunyai berbeda ukuran


jumlahnya maupun susunan merozoitnya. Khusus pada Pl. malariae skizon berukuran
sekitar 7 mikron, bentuknya teratur dan mengisi penuh eritrosit yang terinfeksi. Skizon
mempunyai merozoit berjumlah 8 buah yang tersusun seperti bunga mawar (roset).
Gametosit.
Pl. vivax mempunyai bentuk gametosit yang lonjong atau bulat, dengan eritrosit
yang membesar ukurannya dan mengandung bintik bintik Schuffner.
Gametosit Pl. falciparum mempunyai bentuk khas seperti pisang, dengan ukuran
panjang gametosit lebih besar dari ukuran diameter eritrosit.
Pl. malariae mempunyai gametosit yang berbentuk bulat atau lonjong dengan
eritrosit yang tidak membesar.
Gametosit Pl. ovale lonjong bentuknya, eritrosit yang terinfeksi parasit ini
berukuran normal, agak membesar atau sama dengan ukuran gametosit. Terdapat bintik
Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP


a. Plasmodium malariae
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit
plasmodium malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk anopheles
membuktikan stadium praeritrosit P.malariae. parasite ini dapat hidup pada simpanse
yang merupakan hospes reservoir yang potensial.
Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang,
merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi. P.malariae hanya akan menginfeksi sel darah
merah tua dan siklus eritrosit aseksual dimulai dengan periodisitas 72 jam. Stadium
trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda banyak dengan p.vivax, meskipun
sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemsa tampak lebih gelap. Sel darah
merah yang dihinggapi p.malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel
darah merah dapat tampak titik-titik yang disebut titik ziemann. Trofozoit yang lebih
tua bila membualat besarnya kira-kira setengah eritrosit. Pada sediaan draah tipis,
stadium sporozoit dapat melintang sepanjang sel darah emrah, merupakan bentuk
pita, yaitu bentuk yang khas pada p.malariae. butir-butir pigmen jumlahnya besar,
kasar dan berwarna gelap. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk
skizon matang yang mengandung rata-rata 8 buah merozoit. Skizon matang mengisi

hamper seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai susunan yang teratur
sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau disebut juga rosette.
Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang
disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya jarang melampui 10.000 parasit
per l darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72jam biasanya berlangsung sinkron
dengan stadium parasit di dalam darah. Gametosis p.malariae dibentuk di darah
perifer. Makrogametosis mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua berinti kecil
dan padat; mikrogametosis, sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan
lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.
Daur sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan waktu 26-28hari. Pigmen
di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.
a. Plasmodium falciparum
P.falciparum merupakan spesies yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase praeritrosit saja; tidak
ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps seperti pada infeksi P.vivax dan
P.ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.
Stadium dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran
30mikron pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah merozoit pada skizon matang
kira0kira 40.000 byah. Dalam darah bentuk cincin stadium trofozoid muda
P.falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran kira-kira 1/6 diameter eritrosit.
Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan
bentuk accole sering ditemukan, beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu
eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan
kromatin ganda dan infeksi multipel dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang
terinfeksi spesies plasmodium lain tetapi sifat ini lebih sering ditemukan pada
p.falciparum. hal ini penting untuk membantu diagnosis spesies. Bentuk cincin
p.falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadangkadang hamper setngah diameter eritrosit dan mungkin dapat di sangka p.malariae.
sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan
daur aseksual berikut pada umumnya tidak berlangsung dalam darah tepi, kecuali
pada kasus berat (pernisiosa). Adanya skizon muda dan skizon matang p.falciparum
dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi berat, sehingga merupakan indikasi
untuk tindakan pengobatan cepat. Stadium skizon muda p.falciparum dapat dikenal
dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen pada stadium skizon yang
lebih tua.
Bentuk cincin dan trofozoid tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan
tertahan di kapiler alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum
tulang, di tempat ini parasite berkembang lebih lanjut . dalam waktu 24jam parasite
didalam kapiler berkembang biak secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan
mengisi kira-kira dua per tiga eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit, dengan
jumlah rata-rata 16 merozoid. Skizon matang p.falciparum lebih kecil daripada skizon
matang parasite malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi

dari spesies lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/l darah. Dalam badan


manusia parasite tidak tersebar rata di kapiler alat dalam sehingga gejala klinis
malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal
disebabkan eritroit yang dihinggapi parasite menggumpal dan menyumbat kapiler.
Eritrosit yang mengandung trofozoid tua dan skizon mempunyai titik-titik kasar yang
tampak jelas (titik maurer) tersebar pada duapertiga bagian eritrosit.
Pembentukan gametosis juga berlangsung dikapiler alat-alat dalam, tetapi kadangkadang stadium muda dapat di temukan di darah tepi. Gametosit muda mempunyai
bentuk agak lonjong , kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya
mencapai bentuk khas seperti sabi atau pisang sebagai gametosit matang. Gametosit
untuk pertama kali tampak di darah tepi setelah beberapa generasi mengalami
skizogoni; biasanya 10hari setelah parasite pertama kali tampak dalam darah.
Gametosit betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih [anjang
daripada gametosit jantan atau mikrogametosis dan sitoplasmanya lebih biru dengan
pulasan Romanowsky/giemsa. Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan
butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametosit berbentuk lebih lebar dan
seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya
berwarna merah muda, besar dan tidak padat; butir-butir pigmen tersebar disitoplasma
sekitar inti. P.falciparum berbeda-beda, kadang-kadang 50.000-150.000/l darah;
jumlah ini tidak pernah dicapai oleh spesie plasmodium lain pada manusia.
Walaupun skizogoni eritrosit pada p.falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan
periodistasnya khas tersiana, seringkali terdapat dua atau lebih kelompok parasite,
dengan sporulasi yang tidak sinkron, sehingga periodisitas gejala menjadi tidak
teratur, terutama pada permulaan serangan malaria. Siklus seksual p.falciparum dalam
nyamuk umumnya sama seperti plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari
pada suh 20C; 15-17 hari pada suhu 25C dan 10-11 hari pada suhu 25-28C. pigmen
pada ookista berwarna agak hitam dan butir-butirnya relative besar, membentuk pola
pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai
lingkaran kecil di pusat atau sebagai garis lurus ganda, pada hari kedelapan pigmen
tidak tampak, kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
b. Plasmodium vivax
Dengan tusukan nyamuk anopheles betina sporozoit masuk melalui kulit ke
peredaran darah perifer manusia; setelah setengah jam sporozoit masuk dalam sel
hati dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Skizon hati
berukuran 45 mikron dan membentuk 10.000 merozoit. Skizon hati ini masih dalam
daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit primer yang berkembang biak secara aseksual
dan prosesnya disebut skizogoni hati.
Hipnozoit tetap beristirahat dalam sel hati selama beberapa waktu sampai aktif
kembali dan mulai dengan daur eritrosit (skizogoni darah). Merozoit hati pada
eritsosit tumbuh menjadi trofozoid muda yang berbentuk cincin, besarnya sepertiga
eritrosit. Dengan pulasan giemsa sitoplasmanya berwarna biru, inti merah,
mempunyai vakuol yang besar. Eritrosit muda atau retikulosit yang dihinggapi parasit
p.vivax ukurannya lebih besar dari eritrosit lainnya, berwarna pucat, tampak titik

halus berwarna merah, yang bentuk dan besarnya sama disebut titik schuffner.
Kemudian trofozoid muda menjadi trofozoid stadium lanjut yang sangat aktif
sehingga sitoplasmanya tampak berbetnuk ameboid. Pigmen parasite semakin
menjadi nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit
menggandung 12-18buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen
berkumpul di bagian tengah atau pinggir. Daur eritrosit pada p.vivax berlangsung 48
jam dan terjadi secara sinkron. Walaupun demikan, dalam darah tepidapat ditemukan
semua stadium parasite, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniform.
Sebagian merozoit tumbuh menjadi trofozoit yang dapat membentuk sel kelamin,
yaitu makrogamteosit dan mikrogametosit yang bentuknya bulat atau lonjong,
mengisi hamper seluruh eritrosit dan masih tampak titik schuffner di sekitarnya.
Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti kecil, padat
dan berwarna merah. Mikrogametosit biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru
kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butirbutir pigmen, baik pada makro ataupun mikrogametosit, jelas dan tersebar pada
sitoplasma.
Dalam nyamuk terjadi daur sexual (sporogoni) yang berlangsung selama 16hari
pada suhu 20C dan 8-9hari pada suhu 27 C. dibawah 15 C perkembangbiakan
secara seksual tidak mungkin berlangsung.
Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30-40 butir pigmen berwarna kuning
tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.
c. Plasmodium ovale
Morfologi p.ovale mempunyai persamaan dengan p.malariae tetapi perubahan
pada eritrosit yang dihinggapi parasite mirip p.vivax. trofozoid muda berukuran kirakira 2 mikron (sepertiga eritrosit). Titik schuffner (disebut juga titik james) terbentuk
sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan
granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen p.malariae. pada
stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong dan
pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik schuffner yang
menjadi lebih banyak. Stadium praeritrosit mempunyai periode prapatwn 9 hari;
skizon hati besarnya 70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan
siklus eritrosit aseksual pada p.ovale hamper sama dengan p.vivax dan berlangsung
50jam. Stadium skizpn berbentuk bulat dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit
yang letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok
ditengah.
Stadium gametosit brtina bentukmua bulat, mempunyai inti kecil, kompak dan
sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan mempunyai inti difus, sitoplasma
berwarna pucat kemerah-merahan, berbentuk hulat. Pigmen dalam ookista berwarna
coklat/tengguli tua dan granulanya mirip dengan yang tampak pada p.malariae. siklus
sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan waktu 12-14hari pada suhu 27 C

LI

2. Memahami dan menjelaskan vektor


malaria
LO 2.1 Morfologi
N

yamuk jantan
Anopheles

mempunyai

palpus

yang

ujungnya

membesar (clubshaped) dan antenanya plumose


(lebat). Nyamuk betinanya memiliki
ujung palpus tidak
membesar dan antenanya pilose (jarang). Berbeda dengan Aedes dan Culex, nyamuk ini
baik nyamuk jantan maupun betinanya mempunyai palpus yang sama panjang dengan
probosis. Scutellum toraks nyamuk dewasa ujungnya membulat, tidak mempunyai lobus.
Kaki-kaki Anopheles panjang dan langsing. Sedangkan abdomennya tidak mempunyai
bercak bercak sisik.
LO 2.2 Jenis dan habitat

No.
1.

Species
Anopheles sundaicus

2.

Anopheles subpictus

3.

Anopheles saconitus

4.

Anopheles barbirostris

Distribusi
Jawa, bali, NTT, NTB,
Kalimantan
Jawa, bali, NTT, NTB,
Bengkulu, Sulawesi
Jawa, Kalimantan, NTT,
NTB, sumatera, Sulawesi
Jawa, bali, sumatera, NTT,
NTB, Sulawesi

Habitat
Lagun berlumut kena sinar
(pantai)
Sama dengan sundaicus
Sawah, saluran irigasi
Sawah, saluran irigasi,
kolam, rawa-rawa

5.

Anopheles maculatus

Sumatera, jawa, bali, NTT,


NTB, Kalimantan, Sulawesi

6.

Anopheles balanacensis

Sumatera, jawa, Kalimantan

7.

Anopheles letifer

Kalimantan, Sumatera

8.

Anopheles sinensis

Kalimantan, Sumatera

9.

Anopheles nigerrimus

Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi

10.

Anopheles annullaris

11.

Anopheles vagus

Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, NTT, NTB
Sumatera s/d Papua

12.

Anopheles tessellatus

Sumatera s/d Maluku

13.

Anopheles umbrosus

Sumatera, Kalimantan

Sungai kecil atau mata air


yang kena sinar, ada
tanaman selada
Air tawar dalam hutan,
pinggiran sungai
genangan air dlm hutan yg
terlindung sinar matahari,
rawa-rawa
Sawah, kolam terbuka,
rawa-rawa
Sawah, rawa & air mengalir
perlahan, kolam yg
berumput, juga air payau
Sawah, kolam ikan air tawar
air kotor agak berlumpur,
Kubangan, kolam, Saluran
irigasi
sawah, kobakan, air
mengalir, kolam, dapat juga
air payau
rawa di hutan terlindung
dari sinar matahari

LI. 3 Memahami dan menjelaskan malaria


LO 3.1 Etiologi dan epidemiologi
a. Etiologi
Penyebab infeksi adalah plasmodium, yang juga dapat menginfeksi burungm
reptil dan mamalia. Plasmodium ini menginfeksi eritrosit pada manusia dan
mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu Anopheles betina.
b. Epidemiologi
Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 60 utara sampai dengan 32 selatan;
dari daerah dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia), sampai dengan daerah yang
letaknya 433 m di bawah permukaan laut (Deaad sea).
Daerah yang sejak semula bebas malaria adalah daerah pasifik tengah dan selatan
(hawaii dan selandia baru). D i daerah- daerah tersebut, daur hidup parasit malaria
tidak dapat berlangsung karena tidak adanya vektor yang sesuai.

Di indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan derajat
dan berat infeksi yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat ditemukan secara
autokton, impor, induksi, introduksi atau reintroduksi.
Di daerah yang autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena
adanya manusia yang rentan (suseptibel), nyamuk yang dapat menjadi vektor dan
parasitnya. Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat
diukur dengan berbagai cara seperti angka limpa (spleen rate), angka parasit (parasit
rate), dan angka sporozoit (sporozoit rate), yang disebut maliomeri.
Angka limpa adalah presentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu
masyarakat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara Hackett
dan cara Schuffner.
Pembesaran limpa yang diukur dengan cara Hackett :
0 = bila pada pernapasan dalam, limfa tidak teraba
1 = bila pada pernapasan dalam, limfa teraba
2 = limpa membesar sampai batas dari garis melalui arcus costae dan pusar /
umbilikulus
3 = limpa > sampai garis melalui pusar
4 = limpa > sampai batas dari garis melalui pusar dan simfisis
5 = limpa > sampai garis melalui simfisis
Daerah disebut hipo-endemik, jika angka limpa kurang daripada 10% pada anak
yang berumur 2-9 tahun.
Meso-endemik, jika angka limpa 10-50%
Hiper-endemik, jika melebihi 50%
Holo-endemik, jika melebihi 75%

ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM EPIDEMIOLOGI MALARIA


1. Angka parasit (parasit rate) : presentase orang yang sediaan darahnya positif pada saat
tertentu dan angka ini merupakan pengukuran malariometrik.
2. Slide positivity rate (SPR) : presentase sediaan darah positif dalam periode kegiatan
penemuan kasus (case detection activities) yang dapat dilakuakan secara aktif (active
case detection = ACD) atau secara pasif (Passive case detection = PCD).
3. Annual parasite index (API) : jumlah sediaan darah positif dari jumlah sediaan yang
diperiksa per tahun dalam per mil.
4. Annual Blood examination rate (ABER) : jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap
malaria per tahun dibagi dalam jumlah penduduk dalam persen.

5. Epidemi (wabah) : jika pada suatu waktu jumlah penderita meningkat secara tajam.
6. Stable malaria : jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara terus menerus sehingga
kekebalan tubuh penduduknya tinggi dan tidak mudah terjadi epidemi.
7. Unstable malaria : jika daerah itu transmisinya tidak tetap sehingga kekebalan
penduduknya lebih rendah dan mengakibatkan mudah terjadinya epidemi.
8. Berat ringannya infeksi malaria pada suatu masyarakat diukur dengan densitas parasit
(parasite density) : jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif.
9. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (parasite
count) yaitu jumlah parasit dalam 1 mm3 darah.
INTERAKSI ANTARA PLASMODIUM, HOSPES, VEKTOR, DAN
LINGKUNGAN YANG DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT

Sifat malaria juga dapat berbeda dari suatu daerah ke daerah lain, yang banyak
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Parasit yang terdapat pada pengandung parasit


Manusia yang rentan
Nyamuk yang dapat menjadi vektor
Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing

LO 3.2 Gejala
Penyakit malaria memiliki gejala yang cukup khas yaitu demam (panas dan
dingin), menggigil, nyeri persendian, sakit kepala, muntah-muntah dan kerusakan
retina. Gejala paling khas dari penyakit malaria adalah badan terasa dingin yang kemudian
diikuti dengan demam panas yang berlangsung sekitar empat sampai enam jam.Pada
banyak kasus, gejala penyakit malaria bisa sangat menyerupai beberapa gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit lain seperti tifus, dan demam berdarah, sehingga
memerlukan tes darah di laboratorium untuk mengetahui kepastian adanya parasit
plasmodium dalam darah. Ada pula gejala penyakit malaria yang sangat khas yang
merupakan ciri-ciri klinis
yang dapat membedakan demam malaria dengan demam yang
ditimbulkan penyakit lain
yaitu gejala pemutihan pada retina.
Gejala penyakit malaria bisa berbeda tergantung pada jenis parasit plasmodium
apa yang berada dalam sel darah seseorang. Untuk jenis plasmodium vivax dan ovale,
demam
akan
berlangsung
sekitar
dua
hari
sekali,
dan
untukplasmodium malariae demam akan berlangsung sekitar 3 hari sekali, sedangkan untuk
plasmodium yang paling
berbahaya yaitu falciparum, demam panas dingin dapat terjadi
berulang-ulang dalam beberapa jam. Pada anak-anak gejala khas ditunjukan oleh sikap yang

tidak normal (abnormal), yang dapat menjadi pertanda telah terjadi kerusakan cukup parah
pada jaringan otak, yang dapat berlanjut menjadi anemia akut selama perkembangan usia
anak tersebut.
Hampir semua kasus penakit malaria akut yang mengarah ke koma dan
kematian
disebabkan oleh jenis falciparum, dimana gejalanya timbul sekitar enam sampai
empatbelas hari setelah digigit nyamuk (infeksi). Penyakit malaria parah jika tidak
diobati
dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti pembengkakkan
pada hati
(liver) bahkan gagal ginjal. Penyakit malaria akut ini jika tidak ditangani dengan
baik dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam hitungan hari bahkan jam.
Berikut adalah gejala-gejala khusus pada dewasa dan anak-anak yang ditimbulkan oleh
tiap-tiap jenis plasmodium malaria :

Penyakit malaria tidak akut plasmodium vivax , ovale, dan malariare.


Gejala awal pada dewasa :
Demam panas dingin, menggigil.
Nyeri otot
Lesu dan lemas
Muntah

Gejala awal pada anak-anak :


Pernapasan dangkal dan cepat
Batuk
Demam yang disertai kejang

Penyakit malaria plasmodium falciparum akut.


Gejala awal pada anak-anak :
Koma, kejang-kejang, kejang otot yang menyebabkan tubuh melengkung.
Gagal ginjal, dan jumlah urin yang sangat sedikit (kurang dari 400ml per hari)
Cairan pada paru-paru
Pernapasan dangkal, dan kekurangan oksigen.

Komplikasi lanjutan pada orang dewasa :


Kencing darah
Demam tinggi (lebih dari 40 derajat celcius)
Kejang
Syok
Pendarahan
Koma

Gejala awal pada anak-anak :


Gula dalam darah sangat rendah
Kejang-kejang menyebabkan tubuh melengkung ke belakang

Koma
Lubang hidung membesar
Pendarahan

LO 3.3 Diagnosis
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan 3 kali dengan hasil negatif, maka dugaan malaria dapat
dikesampingkan.
-

Tetesan preparat darah tebal


Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria. Preparat dikatakan
negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700
1000 kali tidak ditemukan parasit.

Tetesan darah tipis


Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium
2. antigen : P-F test
Deteksinya sangat cepat yaitu 3-5 menit dan sensitivitasnya sangat baik
3. Tes Serologi

sebagai ala
parasitemia.

Berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
diagnostik karena antibodi baru terbentuk beberapa hari setelah

4. Pemeriksaan PCR

tapi masih

Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amolifikasi DNA, waktu yang
dibutuhkan hanya sebentar, dan sensitivitas maupun spesifisitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini adalah walaupun jumlah parasit sangat sedikit
dapat menghasilkan hasil positif.

LO 3.4 Diagnosis banding


Untuk malaria tanpa komplikasi, diagnosis bandinganya adalah infeksi virus pada
sistem pernafasan, influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengeu dan infeksi
bakterial lainnya.

Untuk malaria berat, diagnosa banding tergantung pada manifestasi malaria


beratnya. Pada malaria dengan ikterus, diagnosa bandingnya dalah demam tifoid dengan
hepatitis, kolesistitis, abses hati dan leptospirosis.

LO 3.5 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Malaria (Malaria Berat)
Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran
(apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan
dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering disertai
kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis,hipoglikemi, gangguan
ini dapat terjadi karena beberapa proses patologis.
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia
otak. Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa
tidak ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral
metabolic rate for oxygen pada pasien koma dibanding pasien yang telah pulih
kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral
yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar
laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila
terdapat >3 komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya
5-10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena
anoksia yang disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan
mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut;
sedang urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin < 20
mmol/L menunjukkan dehidrasi

Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya
GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.
Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah
negatif
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan
karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular. Ikterik
karena hemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita
dewasa hal ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan ringan serum
transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati dapat menyebabkan
hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas
kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan
dalam keadaan asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan
tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada paru-paru;
4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital) menekan pusat
pernafasan.
Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa
dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)
Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi
glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya
metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan
menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat
yang akan memperburuk prognosis malaria berat

Haemoglobinuria (Black Water Fever)

Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam,


hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal. Biasanya terjadi pada infeksi
P. falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina
yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau
kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian primakuin.
Malaria Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran
klinis keringat dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 C, kulit tidak elastis,
pucat. Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan sistolik tak
terukur dan nadi yang normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis.
Pada kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena
vasodilatasi.
Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria
menunjukkan prognosis buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan yang
buruk oleh karena hipovolemia yang akan menurunkan pengangkutan oksigen; 2)
Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin terutama
TNF-, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati yang berkurang, sehingga
mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga terganggunya ekresi
asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan
asam laktat, dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).
Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia.
Gangguan lain seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
LO 3.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Umum
1.

Istirahat :tidak perlu istirahat mutlak

2.

Diet : Makanan biasa

3.

Medikamentosa
- Obat pertama:
Klorokin basa :
o

Hari pertama 600 mg, disusul 300 mg setelah 6 jam.

Hari kedua dan ketiga masing-masing 300 mg atau dosis disedsrhanakan menjadi 2
x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg.
Pada plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama 14 hari
hari diberikan bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan pada P.
falciparum diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk mensterilkannya.

- Obat Alternatif
o

Amodiakin 3 x 200 mg hari pertama, disusul 2 x 200 mg pada 2 hari berikutnya.

Sulfadoksin-pirimetamin (Fansidar) dosis tunggal 2 3 tablet.

Kina (Quinine sulfat) 3 x 650 mg oral selama 7 14 hari

Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB, dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis
setiap 12 jam.

Halonfantrin dengan dosis 500 mg tiap 6 jam, total 1500 mg.

Qinghaosu, kinghaosu, dan Pironaridin.

Beberapa antimikroba dapat digunakan untuk malaria yaitu:


o

Tetrasiklin 4 x 250 mg/hari, 7 10 hari

Doksisiklin 2 x 100 mg/hari, 7 hari

Klindasimin 3 x 300 mg/hari, 7 10 hari

Spiramisin 3 x 500 mg

Rifampisin 1 x (450 600) mg

Flouroquinolon

Sulfanamid

Jenis pengobatan malaria :


A. Kemoprofilaksis : jarang dilakukan
B. Pada keadaan akut
1. Klorokin basa (lihat pada terapi umum di atas). Apabila terpaksa diberi obat
secara parentral, diberikan klorokin 200 mg IM/6 jam, maksimal 800 mg/hari.
2. Kina sulfas.
Kina HCl dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam infus dan
diulangi 12 jam kemudian, maksimal 1800 mg/24 jam.
C. Terapi supresif, agar tidak timbul serangan malaria. jenis obat yang digunakan :
Klorokin untuk :

Pendatang sementara ke daerah endemis. Dosis klorokin: 300 mg/minggu, 1


minggu sebelum berangkat, selama berada di lokasi sampai 4 minggu
setelah kembali.

Penduduk di daerah endemis dan penduduk baru yang akanm menetap


tinggal, dianjurkan menelan klorokin 300 mg/minggu selama 6 tahun atau
amodiakin 600 mg/2 minggu.

Semua penderita demam di daerah endemis diberi klorokin dosis tunggal


600 mg. Bila di daerah itu plasmodium falsiparum sudah resisten terhadap
klorokin, ditambahkan primakin sebanyak 3 tablet.

2. Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah
keluar dari daerah endemis tersebut.
3. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah
meninggalkan daerah tersebut.
4. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4
minggu setelah kembali.
5. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
D. Terapi radikal, untuk menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh, diberikan obat :
o

Klorokin, seperti terapi akut bersama dengan primakin 15 mg selama 14 hari.

Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) plus primakin.

E. Terapi kasus-kasus khusus


1. Malaria serebral, dirawat di ruangan perawatan intensif (ICU). Obat diberikan
parentral adalah :

Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam kemudian. Dosis maksimal 800 mg/hari,
hati-hati!

Kina hidroklorida dalam NaCl fisiologis/dextrosa 5% dalam waktu 4 jam,


diulangi 12 jam kemudian. Dosis maksimal 1800 mg/24 jam. kalau sudah
sadar diteruskan dengan pemberian peroral 3 x 650 mg 7 hari sejak hari
pertama pemberian.

Kinidin (isomer kina) 15 mg basa/kg BB dalam larutan seperti pada kina.


Dilanjutkan peroral setelah sadar.

Dekstran molekul rendah, 500 cc/24 jam

Bila ada hipoglikemi, diberikan 50 ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan
dekstrose 10%.

Ada yang berhasil dengan pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin

Bila kejang-kejang diberikan : fenobarbital 3,5 mg/kg BB: Diazepam 10 -20


mg/IV atau klorpromazin 50 100 mgIM

Pentoksifilin 600 mg/hari

Kinin + klindasimin

2. Gagal ginjal akut


Perlu dipertimbangkan hemodialisis secepatnya, pengaturan cairan dan elektrolit
3. Malaria biliosa
Tidak ada tindakan khusus. Kina dapat diberikan 20 mg/kg.
4. Hipoglikemi
Apabila kadar gula darah sangat rendah (40 mg%), segera berikan 40 50 ml
dekstrosa 40% bolus, lalu dilanjutkan glukosa 10%/infus. Dapat juga diberikan obat
yang menekan prodoksi insulin sepereti diazoxide, glukagon atau somastatin
analogue
5. Malaria Algid
Terutama ditujukan untuk mengatasi syok yang ada
6. Edema paru
Karena edema paru umumnya fatal, yeng terpenting adalah pencegahannya seperti :
pemberian cairan harus hati-hati, transfusi darah pelan-pelan, pemberian diuretika
7. Anemi berat
Transfusi darah pelan-pelan (lebih baik darah segar) bila Hb gr% atau hematokrit
turun
8. Black water fever

Harus istirahat

Menghentikan muntah dengan sedatif atau transkuiliser (klorpromasin,


diazepam)

Bila hipotensi, secepatnya diberi cairan plasma atau darah

Transfusi bila Hb gr% atau RBC juta/mm3.

Bila ureum 200 mg%, perlu hemodialisis

Bila parasitemi tinggi diberikan klorokin atau amodiakin. Bial resisten


diberikan sulfadoksin + pirimetamin.

9. Malaria pada ibu hamil

Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg >300 mg: 300 mg: 300 mg)

Pirimetamin + sulfadoksin (FANSIDAR) 1 x 3 tablet

(http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-padapenyakit-malaria.html)

LO 3.7 Pencegahan
I.

Berbasis Masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun
kampanye masal untuk mengurangi sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, dengan
mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang/wadah yang
memungkinkan sebagai tempat air tergenang
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik Anopheles
seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang dan resistensi terhadap
insektisida

II.

Berbasis pribadi
Pencegahan gigitan nyamuk antara lain
Tidak keluar rumah antara senja-malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya
menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk
lebih menyukai warna gelap
Menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalat atau zat anti-nyamuk
lainnya
Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa anti
nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela
Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide treated
mosquito net)
Menyemprotkan kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk
bakar
Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemi meliputi
Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk org
dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4
minggu setelah meninggalkan tempat tersebut
Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan
supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100
mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg, 3 tablet sekali minum
Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi
Klorokuin, bukan kontraindikasi

Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3


mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitif klorokuin
Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk
daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin
Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan
Informasi tentang donor darah. Calon donor darah yang datang ke daerah endemik
dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala
klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak dia datang.
Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobata profilaksis malaria dan telah
menetap didaerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan gejala klinis,
diperbolehkan mendonorkan darahnya selama 3 tahun. Banyak penilitian
melaporkan bahwa donor dari daerah daerah endemik malaria merupakan sumber
infeksi
LI 4.1 Memahami dan menjelaskan pengobatan anti malaria
4.1

Obat obat Anti Malaria

Beberapa keadaan yang digolongkan sebagai malaria berat yaitu:

Gangguan kesadaran ringan (GCS <15)


Kelemahan otot (tidak bisa duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologik)
Hiperparasitemia >5%
Ikterus (kadar bilirubin darah >3mg%)
Hiperpireksia (temperatur rektal >40C pada orang dewasa, 41C pada anak

Obat anti malaria dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan, yaitu
alkaloid alami, misalnya kina dan antimalaria sintetik. Obat obat antimaleria sintetik
yang sering digunakan adalah 9-aminoakridin (mepakrin) misalnya atabrin, kuinakrin,
4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin), 8-aminokuinolin (pamakuin, primakuin),
biguanid (proguanil, klorproguani) dan paramidin (pirimetamin). Obat anti malaria
lainnya adalah mefloquinine, halofantrin dan qinghaosu. Obat antimalaria yang dapat
diberikan dalam bentuk kombinasi adalah pirimetamin dan sulfadoksin yang dipasarkan
sebagai fansidar.
Klorokuin. Indikasi pemberiannya untuk mengobati malaria akut, malaria pada
anak, malaria dengan koma atau muntah dan untuk pencegahan malaria. Untuk
mengobati malaria falsiparum dan malaria malariae yang masih sensitif dapat diobati
dengan klorokuin saja, sedangkan untuk mengobati malaria vivax dan malaria ovale
pemberian klorokuin sebaiknya diikuti pemberian primakuin.

Klorokuin per oral diberikan pada orang dewasa dengan dosis total 1500 mg
(base) dalam waktu 3 hari, sedangkan untuk anak diberikan dosis total 25 mg (base)/kg
berat badan dalam waktu 3 hari
Klorokuin intravena hanya diberikan pada malaria berat atau penderita yang tidak
dapat menelan obat. Obat diberikan dengan dosis 10 mg (base)/kg berat badan selama 8
jam infus, diikuti 15 mg (base)/kgBB selama 24 jam.
Klorokuin intramuskuler atau subkutan diberikan dosis 2,5 mg(base)/kgBB/4 jam,
sampai tercapai dosis total 25 mg/kgBB.
Amodiakuin. Obat ini bekerja terhadap bentuk skizon semua spesies Plasmodium,
dengan dosis 600 mg yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Untuk terapi
pencegahan malaria amodiakuin diberikan 400 mg satu kali per minggu.
Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis
25 mg per oral satu kali per minggu. Tidak diajurkan untuk terapi radikal, karena lambat
bekerja sehingga ditakutkan mengalami resistensi.

25

Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis
mg per oral satu kali per minggu. Tidak dianjurkan untuk terapi radikal, karena lambat
bekerja sehingga ditakutkan terjadinya resistensi terhadap obat ini.

Pirimetamin-sulfadoksin (Fansidar). Kombinasi 500 mg sulfadoksin dan 25 mg


pirimetamin (1 tablet Fansidar) digunakan untuk mengobati malaria falsiparum akut
tanpa komplikasi. Penderita dewasa diberi 3 tablet Fansidar dosis tunggal, sedangkan dosis
anak antara 0,5 tablet sampai 2 tablet sesuai dengan berat badan anak. Kombinasi obat ini tidak
dianjurkan untuk pencegahan malaria karena adanya risiko alergi berat pada kulit juga t
idak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu yang menyusui anak. Hati-hati pengunaan
obat ini pada penderita gangguan berat pada fungsi ginjal dan hati.
Biguanid (proguanil). Proguanil hidroklorida digunakan untuk mencegah malaria
falciparum dengan dosis 100 mg per hari selama 5 hari atau 300 mg sebagai dosis tunggal
dengan dosis supresif 100 mg-300 mg perminggu. Dosis anak antara 50 mg/hari (umur
dibawah 1 tahun) sampai 200 mg/hari (umur 9-12 tahun). Proguanil dapat digunakan
untuk mencegah malaria pada perempuan hamil. Efek samping yang dapat terjadi adalah rasa
lemah, muntah, nyeri punggung, diare dan urtikaria. Proguanil tidak dapat digunakan
untuk mencegah kekambuhan pada malaria vivax.
Primakuin. Obat ini bekerja terhadap bentuk seksual dan bentuk eksoeritrositik
sekunder plasmodium. Obat ini satu satunya obat antimalaria yang efektif terhadap
bentuk hipnozoit Pl. vivax dan Pl ovale dengan dosis 2x7,5 mg(base) per hari selama 14 hari
setelah mendapatkan pengobatan radikal dengan klorokuin. Dosis anak 0,25
mg(dose)/kg/BB per hari selama 14 hari. Primakuin juga ditunjukan untuk memberantas
gametosit Pl. falciparum dengan dosis 45 mg(base) dosis tunggal, dan dosis anak 0,5-0,75
mg(base)/kgBB dosis tunggal. Primakuin merupakan 8-aminokuinolin yang paling efektif

dan rendah efek sampingnya, berupa sakit perut atau anemia ringan. Pada penderita
dengan
difisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, dapat menimbulkan anemia hemolitik
akut. Penderita penyakit ginjal atau penyakit hemolitik merupakan kontranindikasi pemberian
primakuin.
Kuinin. Adalah alkolid alami yang bersifat skisontosid terhadap semua spesies
Plasmodium termasuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadada klorokuin dan
obat lainnya. Kuinin juga efektif mengobati gametosit Pl. vivax, Pl. ovale dan malariae.
Kuinin
parenteral merupakan obat pilihan utama untuk menghambat malaria falsiparum
yang berat.
Didaerah malaria peka kuinin, kuinin sulfat diberikan pada orang dewas dan
perempuan hamil dengan dosis 600 mg 3x1 selama 7 hari. Dosis pada anak 10
mg(base)/kgBB 3x1 selama 7 hari. Di daerah malaria yang resiten terhadap kuinin sulfat
sebaiknya dikombinasi dengan tetrasiklin.
Efek samping kina disebut cinchonisme dengan gejala dan keluhan berupa
tuliringan, tinnitus, pusing dan sakit kepala, gangguan penglihatan dengan jantung tak
teratur dan gangguan lambung.
kuinin,
optika dan

Kontraindikasi bagi pemberian kina adalah penderita hipersensitive dengan


penyakit ginjal dan malaria berat pada ibu hamil dan anak, penderita neuritis
penderita dengan hemoglobulinuri.

Pemberian obat antimalaria pada penderita malaria berat


a) Pilihan utama derivat artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau
intramuskular dan artemeter intramuskular.
b) Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit atau
puskesmas perawatan, sedangkan arameter intramuskular untuk di lapangan atau
puskesmas tanpa perawatan. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil
trimester 1 dengan malaria berat
c) Artesunat parenteral tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunat dan pelart dalam ampul berisi 0,6 ml, namun bikarbonat 5%. Larutan
artesunat dibuat dengan mencampur serbuk dan pelarutnya, kemudian ditambah
larutan dekstrosa 5% sebanyak 3-5 ml. Obat diberikan dengan loading dose secara
bolus 2,4 mg/kgBB per IV, selama 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan
dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgBB per IV 1x sehari
sampai penderita minum obat. Larutan artesunat bisa diberikan secara
intramuskular dengan dosis yang sama. Bila penderita sudah bisa minum obat,
dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin, yaitu
pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
d) Artemeter IM tersedia dalam ampul berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak,
diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB IM. Selanjutnya, artemeter diberikan
1,6 mg/kgBB IM, satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila
penderita sudah bisa minum obat, dilanjutkan dengan regimen artesunat +

e)

f)

g)
h)

amodiakuin + primakuin yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa


komplikasi
Obat alternatif malaria berat adalah kina dihidrokloria parenteral. Bila tidak
tersedia derivat artemisin parenteral, obat ini dapat digunakan. Kina
dihidroklorida parenteral dapat diberikan kepada ibu hamil dan trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam ampul berisi 500 mg/2 ml. Obat diberikan dengan loading
dose 20 mg/kgBB dilarutkan dalam 500 ml dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Dosis
pemeliharaan seperti diatas diberikan sampai pasien dapat mengonsumsi kina
peroral. Bila pasien sudah sadar atau dapat minum obat, pemberian kina IV
diganti dengan kina tablet peroral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3x
sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina per infus pertama)
Bila tidak memungkinkan pemberian kina melalui infus, dapat diberikan kina
dihidroklorida 10mg/kgBB IM dengan masing masing dosis pada paha depan
kanan-kiri (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian IM kina diencerkan
dengan 5-6 ml NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml. Kina
tidak boleh diberikan secara bolus IV karena toksik bagi jantung dan dapat
menimbulkan kematian.
Penderita gagal ginjal, tidak dapat diberi loading dose dan doses pemeliharaan
kina diturunkan nya
Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kgBB

KEMOPROFILAKSIS

Bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi


maka gejala klinisnya tidak berat
Ditunjukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemik malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama seperti turis,peneliti, pegawai kehutanan dll
Untuk kelompok atau individu yang akan berpergian atau bertugas dalam jangka
waktu lama sebaiknya menggunakan personal protection seperti memakai
kelambu, repellnt, kawat kasa, dll
Karena Pl. falciparum merupakan spesies dengan virulensi tinggi, maka
kemoprofilaksis ditunjukan pada infeksi ini.
Kemoprofilaksis terhadap Pl. falciparum adalah pemberian doksisiklin setiap hari
dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu Doksisiklin tidak
boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak berusia <8 tahun
Kemoprofilaksis terhadap Pl. vivax adalah pemberian klorokuin dengan dosis
5mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemik sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak
menggunakan klorokuin lebih dari 3-6 bulan
4.2 Obat Malaria

1. Malaria falciparum:
a) Klorokuin: 1x600 mg selama 2 hari. Pada hari ke3 diberika 1x300 mg
b) Primakuin: dosis tunggal 15 mg sehari, diberikan selama 3 hari

2. Malaria lainnya:
a) Klorokuin: hari ke1 dan 2 diberikan 600 mg dosis tunggal. Hari ke 3 diberikan
300 mg
b) Primakuin: dosis 15 mg sehari diberikan selama 5 hari

3. Malaria falsiparum resisten klorokuin:


a) Fansidar (sulfadoksin + primetamin): dosis tunggal 3 tablet, ditambah
Primakuin dosis tunggal 45 mg hari ke1
b) Kina 3x400 mg sehari selama 7 hari, ditambah Primakuin dosis tunggal 45 mg
pada hari ke1
c) Amodiaquin: pada hari ke 1 diberikan 600 mg, diikuti 400 mg 6 jam
kemudian. Hari ke 2 dan 3 diberikan 400 mg, ditambah eritromisin 3x500
mg/hari selama 5 hari
d) Kina diberikan 3x400 mg selama 7 hari, ditambah Tetrasiklin 3x500 mg
selama 5 hari
Untuk malaria falsiparum yang sudah resisten terhadap brbagai jenis obat dapat
diberikan artesunate 200 mg diikuti dosis 100 mg/hari selama 4 hari.
4. Malaria pernisiosa (cerebral malariae)
a) Infus kina dihidroklorid, 600 mg dalam 500 ml garam faali diberikan selama 4
jam, yang dapat diulang setiap 8 jam
b) Klorokuin sulfat, 300 mg dalam 200 ml garam faali, diberikan per infus
selama 30 menit, dapat diulang setiap 8 jam. Bila penderita sadar, obat-obat
diberikan per oral sesuai dengan terapi radikal.
c) Artemeter dan artesunate yang merupakan turunan qinghaosu, diberikan
dengan dosis 160 mg artemeter intramuskuler diikuti 80 mg per hari selama 4
hari atau 120 mg artesunate infus intravena diikuti 60 mg per hari selama 4
hari

Anda mungkin juga menyukai