Trofozoit Plasmodium ovale bentuknya mirip dengan trofozoit Pl. vivax, bentuk
khas eritrosit yang terinfeksi parasit ini yaitu selain agak membesar ukurannya juga
eritrosit mempunyai bentuk yang tidak teratur dan bergerigi.
dan
hamper seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai susunan yang teratur
sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau disebut juga rosette.
Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang
disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya jarang melampui 10.000 parasit
per l darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72jam biasanya berlangsung sinkron
dengan stadium parasit di dalam darah. Gametosis p.malariae dibentuk di darah
perifer. Makrogametosis mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua berinti kecil
dan padat; mikrogametosis, sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan
lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.
Daur sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan waktu 26-28hari. Pigmen
di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.
a. Plasmodium falciparum
P.falciparum merupakan spesies yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase praeritrosit saja; tidak
ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps seperti pada infeksi P.vivax dan
P.ovale yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati.
Stadium dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran
30mikron pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah merozoit pada skizon matang
kira0kira 40.000 byah. Dalam darah bentuk cincin stadium trofozoid muda
P.falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran kira-kira 1/6 diameter eritrosit.
Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan
bentuk accole sering ditemukan, beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu
eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan
kromatin ganda dan infeksi multipel dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang
terinfeksi spesies plasmodium lain tetapi sifat ini lebih sering ditemukan pada
p.falciparum. hal ini penting untuk membantu diagnosis spesies. Bentuk cincin
p.falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadangkadang hamper setngah diameter eritrosit dan mungkin dapat di sangka p.malariae.
sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan
daur aseksual berikut pada umumnya tidak berlangsung dalam darah tepi, kecuali
pada kasus berat (pernisiosa). Adanya skizon muda dan skizon matang p.falciparum
dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi berat, sehingga merupakan indikasi
untuk tindakan pengobatan cepat. Stadium skizon muda p.falciparum dapat dikenal
dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen pada stadium skizon yang
lebih tua.
Bentuk cincin dan trofozoid tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan
tertahan di kapiler alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum
tulang, di tempat ini parasite berkembang lebih lanjut . dalam waktu 24jam parasite
didalam kapiler berkembang biak secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan
mengisi kira-kira dua per tiga eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit, dengan
jumlah rata-rata 16 merozoid. Skizon matang p.falciparum lebih kecil daripada skizon
matang parasite malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi
halus berwarna merah, yang bentuk dan besarnya sama disebut titik schuffner.
Kemudian trofozoid muda menjadi trofozoid stadium lanjut yang sangat aktif
sehingga sitoplasmanya tampak berbetnuk ameboid. Pigmen parasite semakin
menjadi nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit
menggandung 12-18buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen
berkumpul di bagian tengah atau pinggir. Daur eritrosit pada p.vivax berlangsung 48
jam dan terjadi secara sinkron. Walaupun demikan, dalam darah tepidapat ditemukan
semua stadium parasite, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniform.
Sebagian merozoit tumbuh menjadi trofozoit yang dapat membentuk sel kelamin,
yaitu makrogamteosit dan mikrogametosit yang bentuknya bulat atau lonjong,
mengisi hamper seluruh eritrosit dan masih tampak titik schuffner di sekitarnya.
Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti kecil, padat
dan berwarna merah. Mikrogametosit biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru
kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butirbutir pigmen, baik pada makro ataupun mikrogametosit, jelas dan tersebar pada
sitoplasma.
Dalam nyamuk terjadi daur sexual (sporogoni) yang berlangsung selama 16hari
pada suhu 20C dan 8-9hari pada suhu 27 C. dibawah 15 C perkembangbiakan
secara seksual tidak mungkin berlangsung.
Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30-40 butir pigmen berwarna kuning
tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.
c. Plasmodium ovale
Morfologi p.ovale mempunyai persamaan dengan p.malariae tetapi perubahan
pada eritrosit yang dihinggapi parasite mirip p.vivax. trofozoid muda berukuran kirakira 2 mikron (sepertiga eritrosit). Titik schuffner (disebut juga titik james) terbentuk
sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan
granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen p.malariae. pada
stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong dan
pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik schuffner yang
menjadi lebih banyak. Stadium praeritrosit mempunyai periode prapatwn 9 hari;
skizon hati besarnya 70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan
siklus eritrosit aseksual pada p.ovale hamper sama dengan p.vivax dan berlangsung
50jam. Stadium skizpn berbentuk bulat dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit
yang letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok
ditengah.
Stadium gametosit brtina bentukmua bulat, mempunyai inti kecil, kompak dan
sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan mempunyai inti difus, sitoplasma
berwarna pucat kemerah-merahan, berbentuk hulat. Pigmen dalam ookista berwarna
coklat/tengguli tua dan granulanya mirip dengan yang tampak pada p.malariae. siklus
sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan waktu 12-14hari pada suhu 27 C
LI
yamuk jantan
Anopheles
mempunyai
palpus
yang
ujungnya
No.
1.
Species
Anopheles sundaicus
2.
Anopheles subpictus
3.
Anopheles saconitus
4.
Anopheles barbirostris
Distribusi
Jawa, bali, NTT, NTB,
Kalimantan
Jawa, bali, NTT, NTB,
Bengkulu, Sulawesi
Jawa, Kalimantan, NTT,
NTB, sumatera, Sulawesi
Jawa, bali, sumatera, NTT,
NTB, Sulawesi
Habitat
Lagun berlumut kena sinar
(pantai)
Sama dengan sundaicus
Sawah, saluran irigasi
Sawah, saluran irigasi,
kolam, rawa-rawa
5.
Anopheles maculatus
6.
Anopheles balanacensis
7.
Anopheles letifer
Kalimantan, Sumatera
8.
Anopheles sinensis
Kalimantan, Sumatera
9.
Anopheles nigerrimus
Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi
10.
Anopheles annullaris
11.
Anopheles vagus
Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, NTT, NTB
Sumatera s/d Papua
12.
Anopheles tessellatus
13.
Anopheles umbrosus
Sumatera, Kalimantan
Di indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan derajat
dan berat infeksi yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat ditemukan secara
autokton, impor, induksi, introduksi atau reintroduksi.
Di daerah yang autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena
adanya manusia yang rentan (suseptibel), nyamuk yang dapat menjadi vektor dan
parasitnya. Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat
diukur dengan berbagai cara seperti angka limpa (spleen rate), angka parasit (parasit
rate), dan angka sporozoit (sporozoit rate), yang disebut maliomeri.
Angka limpa adalah presentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu
masyarakat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara Hackett
dan cara Schuffner.
Pembesaran limpa yang diukur dengan cara Hackett :
0 = bila pada pernapasan dalam, limfa tidak teraba
1 = bila pada pernapasan dalam, limfa teraba
2 = limpa membesar sampai batas dari garis melalui arcus costae dan pusar /
umbilikulus
3 = limpa > sampai garis melalui pusar
4 = limpa > sampai batas dari garis melalui pusar dan simfisis
5 = limpa > sampai garis melalui simfisis
Daerah disebut hipo-endemik, jika angka limpa kurang daripada 10% pada anak
yang berumur 2-9 tahun.
Meso-endemik, jika angka limpa 10-50%
Hiper-endemik, jika melebihi 50%
Holo-endemik, jika melebihi 75%
5. Epidemi (wabah) : jika pada suatu waktu jumlah penderita meningkat secara tajam.
6. Stable malaria : jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara terus menerus sehingga
kekebalan tubuh penduduknya tinggi dan tidak mudah terjadi epidemi.
7. Unstable malaria : jika daerah itu transmisinya tidak tetap sehingga kekebalan
penduduknya lebih rendah dan mengakibatkan mudah terjadinya epidemi.
8. Berat ringannya infeksi malaria pada suatu masyarakat diukur dengan densitas parasit
(parasite density) : jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif.
9. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (parasite
count) yaitu jumlah parasit dalam 1 mm3 darah.
INTERAKSI ANTARA PLASMODIUM, HOSPES, VEKTOR, DAN
LINGKUNGAN YANG DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT
Sifat malaria juga dapat berbeda dari suatu daerah ke daerah lain, yang banyak
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1.
2.
3.
4.
LO 3.2 Gejala
Penyakit malaria memiliki gejala yang cukup khas yaitu demam (panas dan
dingin), menggigil, nyeri persendian, sakit kepala, muntah-muntah dan kerusakan
retina. Gejala paling khas dari penyakit malaria adalah badan terasa dingin yang kemudian
diikuti dengan demam panas yang berlangsung sekitar empat sampai enam jam.Pada
banyak kasus, gejala penyakit malaria bisa sangat menyerupai beberapa gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit lain seperti tifus, dan demam berdarah, sehingga
memerlukan tes darah di laboratorium untuk mengetahui kepastian adanya parasit
plasmodium dalam darah. Ada pula gejala penyakit malaria yang sangat khas yang
merupakan ciri-ciri klinis
yang dapat membedakan demam malaria dengan demam yang
ditimbulkan penyakit lain
yaitu gejala pemutihan pada retina.
Gejala penyakit malaria bisa berbeda tergantung pada jenis parasit plasmodium
apa yang berada dalam sel darah seseorang. Untuk jenis plasmodium vivax dan ovale,
demam
akan
berlangsung
sekitar
dua
hari
sekali,
dan
untukplasmodium malariae demam akan berlangsung sekitar 3 hari sekali, sedangkan untuk
plasmodium yang paling
berbahaya yaitu falciparum, demam panas dingin dapat terjadi
berulang-ulang dalam beberapa jam. Pada anak-anak gejala khas ditunjukan oleh sikap yang
tidak normal (abnormal), yang dapat menjadi pertanda telah terjadi kerusakan cukup parah
pada jaringan otak, yang dapat berlanjut menjadi anemia akut selama perkembangan usia
anak tersebut.
Hampir semua kasus penakit malaria akut yang mengarah ke koma dan
kematian
disebabkan oleh jenis falciparum, dimana gejalanya timbul sekitar enam sampai
empatbelas hari setelah digigit nyamuk (infeksi). Penyakit malaria parah jika tidak
diobati
dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti pembengkakkan
pada hati
(liver) bahkan gagal ginjal. Penyakit malaria akut ini jika tidak ditangani dengan
baik dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam hitungan hari bahkan jam.
Berikut adalah gejala-gejala khusus pada dewasa dan anak-anak yang ditimbulkan oleh
tiap-tiap jenis plasmodium malaria :
Koma
Lubang hidung membesar
Pendarahan
LO 3.3 Diagnosis
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan 3 kali dengan hasil negatif, maka dugaan malaria dapat
dikesampingkan.
-
sebagai ala
parasitemia.
Berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
diagnostik karena antibodi baru terbentuk beberapa hari setelah
4. Pemeriksaan PCR
tapi masih
Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amolifikasi DNA, waktu yang
dibutuhkan hanya sebentar, dan sensitivitas maupun spesifisitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini adalah walaupun jumlah parasit sangat sedikit
dapat menghasilkan hasil positif.
LO 3.5 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Malaria (Malaria Berat)
Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran
(apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan
dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering disertai
kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis,hipoglikemi, gangguan
ini dapat terjadi karena beberapa proses patologis.
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia
otak. Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa
tidak ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral
metabolic rate for oxygen pada pasien koma dibanding pasien yang telah pulih
kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral
yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar
laktat >6 mmol/L memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila
terdapat >3 komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya
5-10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena
anoksia yang disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan
mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut;
sedang urin yang pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin < 20
mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya
GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.
Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah
negatif
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan
karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular. Ikterik
karena hemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita
dewasa hal ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan ringan serum
transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati dapat menyebabkan
hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas
kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan
dalam keadaan asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan
tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada paru-paru;
4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital) menekan pusat
pernafasan.
Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa
dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)
Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi
glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya
metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan
menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat
yang akan memperburuk prognosis malaria berat
2.
3.
Medikamentosa
- Obat pertama:
Klorokin basa :
o
Hari kedua dan ketiga masing-masing 300 mg atau dosis disedsrhanakan menjadi 2
x 300 mg/hari. Dosis total 1500 mg.
Pada plasmodium vivax ditambahkan primakin 15 mg/hari selama 14 hari
hari diberikan bersama atau setelah pemberian klorokin, sedangkan pada P.
falciparum diberikan 3 sampai 5 hari saja untuk mensterilkannya.
- Obat Alternatif
o
Meflokoin 15 sampai 25 mg/kg BB, dosis tunggal peroral atau terbagi dalam 2 dosis
setiap 12 jam.
Spiramisin 3 x 500 mg
Flouroquinolon
Sulfanamid
2. Mepakrin 100 mg/hari dimulai 2 minggu sebelum sampai hingga 4 minggu setelah
keluar dari daerah endemis tersebut.
3. Pirimetamin (Daraprim) 50 mg/minggu sampai dengan 4 minggu setelah
meninggalkan daerah tersebut.
4. Proguanil 100 mg/hari atau 300 mg dosis tunggal/minggu sampai dengan 4
minggu setelah kembali.
5. Kina 1 tablet (250 mg)/hari sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan lokasi
D. Terapi radikal, untuk menghilangkan seluruh parasit malaria dalam tubuh, diberikan obat :
o
Klorokin 200 mg IM, diulangi 6 jam kemudian. Dosis maksimal 800 mg/hari,
hati-hati!
Bila ada hipoglikemi, diberikan 50 ml glukosa 40% IV, lalu diteruskan dengan
dekstrose 10%.
Ada yang berhasil dengan pentoksifilin 600 mg/hari plus kini dan klindasimin
Kinin + klindasimin
Harus istirahat
Klorokin
Dosis seperti terapi umum di atas (600 mg >300 mg: 300 mg: 300 mg)
(http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-padapenyakit-malaria.html)
LO 3.7 Pencegahan
I.
Berbasis Masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun
kampanye masal untuk mengurangi sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, dengan
mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang/wadah yang
memungkinkan sebagai tempat air tergenang
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik Anopheles
seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang dan resistensi terhadap
insektisida
II.
Berbasis pribadi
Pencegahan gigitan nyamuk antara lain
Tidak keluar rumah antara senja-malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya
menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk
lebih menyukai warna gelap
Menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalat atau zat anti-nyamuk
lainnya
Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa anti
nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela
Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide treated
mosquito net)
Menyemprotkan kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk
bakar
Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemi meliputi
Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk org
dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4
minggu setelah meninggalkan tempat tersebut
Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan
supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100
mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg, 3 tablet sekali minum
Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi
Klorokuin, bukan kontraindikasi
Obat anti malaria dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan, yaitu
alkaloid alami, misalnya kina dan antimalaria sintetik. Obat obat antimaleria sintetik
yang sering digunakan adalah 9-aminoakridin (mepakrin) misalnya atabrin, kuinakrin,
4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin), 8-aminokuinolin (pamakuin, primakuin),
biguanid (proguanil, klorproguani) dan paramidin (pirimetamin). Obat anti malaria
lainnya adalah mefloquinine, halofantrin dan qinghaosu. Obat antimalaria yang dapat
diberikan dalam bentuk kombinasi adalah pirimetamin dan sulfadoksin yang dipasarkan
sebagai fansidar.
Klorokuin. Indikasi pemberiannya untuk mengobati malaria akut, malaria pada
anak, malaria dengan koma atau muntah dan untuk pencegahan malaria. Untuk
mengobati malaria falsiparum dan malaria malariae yang masih sensitif dapat diobati
dengan klorokuin saja, sedangkan untuk mengobati malaria vivax dan malaria ovale
pemberian klorokuin sebaiknya diikuti pemberian primakuin.
Klorokuin per oral diberikan pada orang dewasa dengan dosis total 1500 mg
(base) dalam waktu 3 hari, sedangkan untuk anak diberikan dosis total 25 mg (base)/kg
berat badan dalam waktu 3 hari
Klorokuin intravena hanya diberikan pada malaria berat atau penderita yang tidak
dapat menelan obat. Obat diberikan dengan dosis 10 mg (base)/kg berat badan selama 8
jam infus, diikuti 15 mg (base)/kgBB selama 24 jam.
Klorokuin intramuskuler atau subkutan diberikan dosis 2,5 mg(base)/kgBB/4 jam,
sampai tercapai dosis total 25 mg/kgBB.
Amodiakuin. Obat ini bekerja terhadap bentuk skizon semua spesies Plasmodium,
dengan dosis 600 mg yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Untuk terapi
pencegahan malaria amodiakuin diberikan 400 mg satu kali per minggu.
Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis
25 mg per oral satu kali per minggu. Tidak diajurkan untuk terapi radikal, karena lambat
bekerja sehingga ditakutkan mengalami resistensi.
25
Pirimetamin. Obat ini hanya diberikan sebagai terapi pencegahan, dengan dosis
mg per oral satu kali per minggu. Tidak dianjurkan untuk terapi radikal, karena lambat
bekerja sehingga ditakutkan terjadinya resistensi terhadap obat ini.
dan rendah efek sampingnya, berupa sakit perut atau anemia ringan. Pada penderita
dengan
difisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, dapat menimbulkan anemia hemolitik
akut. Penderita penyakit ginjal atau penyakit hemolitik merupakan kontranindikasi pemberian
primakuin.
Kuinin. Adalah alkolid alami yang bersifat skisontosid terhadap semua spesies
Plasmodium termasuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadada klorokuin dan
obat lainnya. Kuinin juga efektif mengobati gametosit Pl. vivax, Pl. ovale dan malariae.
Kuinin
parenteral merupakan obat pilihan utama untuk menghambat malaria falsiparum
yang berat.
Didaerah malaria peka kuinin, kuinin sulfat diberikan pada orang dewas dan
perempuan hamil dengan dosis 600 mg 3x1 selama 7 hari. Dosis pada anak 10
mg(base)/kgBB 3x1 selama 7 hari. Di daerah malaria yang resiten terhadap kuinin sulfat
sebaiknya dikombinasi dengan tetrasiklin.
Efek samping kina disebut cinchonisme dengan gejala dan keluhan berupa
tuliringan, tinnitus, pusing dan sakit kepala, gangguan penglihatan dengan jantung tak
teratur dan gangguan lambung.
kuinin,
optika dan
e)
f)
g)
h)
KEMOPROFILAKSIS
1. Malaria falciparum:
a) Klorokuin: 1x600 mg selama 2 hari. Pada hari ke3 diberika 1x300 mg
b) Primakuin: dosis tunggal 15 mg sehari, diberikan selama 3 hari
2. Malaria lainnya:
a) Klorokuin: hari ke1 dan 2 diberikan 600 mg dosis tunggal. Hari ke 3 diberikan
300 mg
b) Primakuin: dosis 15 mg sehari diberikan selama 5 hari