yang
akan
FAKTOR I fibrinogen
FAKTOR II protrombin
Dibentuk di hati, pembtkannya dibantu oleh vit.K
FAKTOR III Tromboplastin jaringan
FAKTOR IV Ion kalsium
Diperlukan utk aktivasi faktor IX
Membantu aktivasi faktor X oleh kompleks IXa-VIII
Membantu perubahan protrombin mjd trombin oleh faktor Xa
Polimerisasi monomer fibrin
FAKTOR V Proakselerin atau faktor labil
FAKTOR VII Prokonvertin, autoprotrombin I, asselerator konversi protrombin
serum (SPCA)
Memerlukan vit.K utk pembtkannya
FAKTOR VIII Faktor antihemifilia (AHF)
FAKTOR IX Faktor christmas,komponen tromboplastin plasma (PTC)
Memerlukan vit.K utk pembtkannya
FAKTOR X faktor stuart,stuart power
Memerlukan vit.K
Merupakan kunci dari semua jalur aktivasi faktor pembekuan
FAKTOR XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
FAKTOR XII Faktor Hagemen
FAKTOR XIII Faktor untuk menstabilkan fibrin
kontraktilnya yang berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang
mengandung berbagai faktor aktif; trombosit itu menjadi lengket sehingga melekat pada kolagen
dalam jaringan dan pada protein yang disebut faktor von willebrand yang bocor dari plasma
menuju jaringan yang trauma; trombosit menyekresikan sejumlah besar ADP, dan enzim enzim
membentuk tromboksan A2. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit yang
berdekatan, dan karena sifat lengket dari trombosittambahan ini maka akan menyebabkan
melekat pada trombosit semula yang sudah aktif.
Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembulu yang luak, dinding pembuluh yang rusak
menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya terus meningkat sehingga
membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini mulanya longgar, namun biasanya berhasil
menghalangi hilangnya darah bila luka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu, selam proses
pembekuan darah selanjutnya, benang benang fibrin terbentuk. Benang fibrin melekat erat
pada trombosit, sehingga terbentuklah sumbat yang kuat.
Pembekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15 sampai 20 detik. Bila trauma pada dinding pembuluh
sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil. Zat zat aktivator dari dinding
pembuluh darah yang rusak, dari trombosit, dan dari protein protein darah yang melekat pada
dinding pembuluh darah yang rusak, akan mengawali proses pembekuan darah.
Dalam waktu 3 sampai 6 menit setelah pembuluh ruptur, bila luak pada pembuluh darah tidak
terlalu besar seluruh bagian pembuluh yang terluka atau ujung pembuluh yang terbuka akan diisi
oleh bekuan darah. Setelah 20 menit sampai 1 jam, bekuan akan mengalami retraksi; ini akan
menutup tempat luka. Trombosit juga memegang peranan penting dalam peristiwa retraksi
bekuan ini.
Pembekuaan terjadi melalui tiga langkah utama:
1. sebagai respons terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara
kolektif disebut aktivator protrombin.
2. Aktivator protrombin mengatalisis pengubahan protrombin menjadi trombin
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darh, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Proses hemostasis dimulai melalui dua jalur:
Intrinsik : aktivasi kontak melibatkan faktor XII, faktor XI, faktor IX, faktor VII,
HMWK, PK, PF3, ion kalsium.
Ekstrinsik : aktivasi oleh tromboplastin jaringan , faktor VII, ion kalsium
Kedua jalur bergabung: melibatkan faktor X, faktor V, PF 3, prothrombin, fibrinogen
1.
2.
3.
1.
2.
kamar
-TT Memanjang
Kadar fibrinogen <100mg/ml
Fibrinogen abnormal
Inhibitor thrombin: heparin, FDP
2. Stabilitas bekuan darah dalam salin fisiologik dam 5 M Urea
3.TES KHUSUS
Tes khusus lanjutan, yaitu tes untuk mengetahui penyebab kelaianan faal
homeostasis
Tes faal trombosit
Tes ristocetin
Pengukuran faktor spesifik
Pengukuran alpha-2 antiplasmin
(Sumber: Bakti,made.2012. Hematologi klinik ringkas. Jakarta,EGC)
(sumber: Hastuti,Sri. 2009.Pemeriksaan homeostasis.Jakarta,Universitas Yarsi)
Pemeriksaan hemsotasis dapat digolongkan atas pemeriksaan penyaring dan pemeriksaan
khusus. Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah :
1. Percobaan pembendungan (Rumple Leede, Tourniquet)
kuat
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler dengan cara pembendungan
vena, sehingga tekanan darah di dalam vena meningkat. Dinding kapiler yang kurang
akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga
nampak titik merah kecil (petekia).
2. Masa Perdarahan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan vaskular dan trombosit unutk
menghentikan perdarahan. Prinsip pemeriksaan ini adalag menentukan lamanya
perdarahan pada luka yang mengenai kapiler. Terdapat 2 macam cara yaitu cara Ivy dan
Duke. Hasil pemeriksaan menurut cara Ivy lebih dapat dipercaya, apabila perdarahan
berlangsung lebih dari 10 menit dah hal ini diulang pada lengan yang lain hasilnya tetap
lebih dari 10 menit, hal ini membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme
hemostasis.
3. Hitung Trombosit
Hitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung. Dalam
keadaan
normal jumlah trombosit sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya dan
berkisar antara
150.000-400.000 sel/l darah. Pada umumnya jika morfologi dan fungsi
trombosit normal
perdarahan tidak terjadi jika jumlah trombosit > 100.000/l. Jikas fungsi
trombosit
normal,pasien dengan jumlah trombosit diatas 50.000/l tidak mengalami
perdarahan
kecuali terjadi trauma atau oprasi. Jumlah trombosit < 50.000/l digolongkan
trombositopenia berdat dan perdarahan spontan akan terjadi jika jumlah trombosit <
20.000/l.
4. Masa Protrombin plasma ( prothrombin time PT)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan
jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII,X,V, protombin dan fibrinogen. Selain itu juga
dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral.
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam
plasma
yang diinkubasi pada suhu 37C ditambhakan reagens tromboplastin jaringan dan
ion
kalsium. Hasil pemeriksaan ini dipengaruji oleh kepekaa tromboplastin yang dipakai. Jika
hasil PT memanjang maka penyebab mungkin kekurangan faktor-faktor pembekuan
dijalur estrinsik dan bersama atau adanya inhibitor.
PT memanjang jika :
o Defisiensi salah satu factor diatas
o Inhibitor
5. Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan
jalur bersama yaitu faltor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen,
XI,IX,VIII,X,V,protombin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur
lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin
parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 37C. Hasil memanjang bila terdapat
kekurangan faktor pembekuan di jalur intrinsik dan bersama atau bila terdapat inhibitor.
Pada hemofilia A maupun B, APTT akan memanjang, tetapi pemeriksaan ini tidak dapat
mebedakan kedua kelainan tersebut.
APTT memanjang pada :
o Defisiensi factor-faktor diatas
o Inhibitor
6. Masa Trombin (trombin time TT) ( N: 16-20 detik)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Prinsip
pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan pada suhu 37C bila ke
dalam plasma ditambahkan reagens trombin. Nilai normal tergantung dari kadar trombin yang
dipakai. Hasilnya dipengaruhi oleh kadar dah fungsi fibrinogen serta ada tidaknya
inhibitor. Hasilnya memanjang bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg/dl atau fungsi
fibrinogen abnormal atau bila terdapat inhibitor trombin seperti heparin atau FDP.
7. Pemeriksaan penyaring untuk faktor XIII
akan
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kemampuan faktor XIII dalam menstabilkan
fibrin. Prinsipnya faktor XIIIa mengubah fibrin soluble menjadi fibrin stabil karena
terbentuknya ikatak cross link. Bila tidak ada faktor XIII, ikatan dalam molekul fibrin
dihancurkan oleh urea 5M atau monokhlorasetat 1%.
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu penyakit. Pada
hemofilia A dilakukan Pemeriksaan faktor pembekuan VIII dan pada hemofilia B
dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan IX.
- Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama : Christmast desease, disebabkan karena
kekurangan faktor IX yang meneyebabkan masalah pada proses pembekuan darah
(sumber: Hoffbrand,AV.2005.HEMATOLOGI.Jakarta,EGC)
LO 2.2 Etiologi
Disebabkan oleh mutasi gen factor VIII atau factor IX yang dikelompokkan
sebagai
hemofilia A dan hemofilia B terletak pada kromosom X ,sehingga termasuk
penyakit
resesif terkait x oleh karena itu semua anak perempuan dari laki-laki yang
menderita
hemofilia adalah karier penyakit dan anak laki-laki tidak kena .anak laki-laki
dari perempuan yang karier memilki 50% kemungkinan untuk penyakit hemofilia .terjadi
homozigot pada wanita dengan hemofilia (ayah hemofilia,ibu karier),tetapi keadaan ini
sangat jarang terjadi,kira 33% pasien tidak memilki riwayat keluarga dan mungkin akibat
mutasi spontan.
LO 2.3 Epidemiologi
Penyakit ini bermanifestasi klinis pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A
sekitar 1 : 10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1 : 25.000 30.000 orang. Belum adat
data mengenai angka kejadian di Indonesia, namun diperkirakan sekitar 20.000 kasus dari 200
juta penduduk Indonesia saat ini. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai diobandingkan
kasus hemofilia B, yaitu berturut-turut mencapai 80 85%dan 10 15% tanpa
memandang ras, geografi, dan keadaan sosial ekonomi. Mutasi gen secara spontan
diperkirakan mencapai 20 30% yang terjadi pada pasien tanpa riwayat keluarga.
LO 2.4 Klasifikasi
Berdasarkan kadar/ aktivitas faktor pembekuan dalam plasma, hemofilia dapat
dibedakan:
1. Hemofilia berat, bila kadar faktor pembekuan < 1 %
Pada hemofilia berat dapat terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma ringan ( trauma
yang tidak berarti)
2. Hemofilia sedang, bila kadar faktor pembekuan 1-5 %
Perdarahan terjadi akibat trauma yang cukup kuat
3. Hemofilia ringan, bila kadar faktor pembekuan 5- 30 %
Jarang sekali terdeteksi kecuali pasien menjalani trauma cukup berat seperti eksraksi gigi,
sirkumsisi, luka iris dan jatuh terbentur (sendi lutut,siku dll)
Berdasarkan berkurangnya faktor pembekuan, hemofilia dapat dibedakan :
1. Hemofilia A adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya Faktor VIII
pembekuan fungsional dan mewakili 80% kasus hemofilia.
2. Hemofilia B adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya pembekuan
IX Faktor fungsional. Ini terdiri dari sekitar 20% kasus hemofilia.
3. Hemofilia C adalah gangguan genetik autosom (yakni''tidak''X-linked) melibatkan
kurangnya Faktor pembekuan fungsional XI. Hemofilia C tidak sepenuhnya resesif:
individu heterozigot juga menunjukkan perdarahan meningkat.
1. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII clotting activity (F VIIIC) dapat karena
sintesis menurun atau pembentukan F VIII.C dengan struktur abnormal. Dasar
abnormalitas pada hemofilia A adalah defisiensi/abnormalitas protein plasma yaitu faktor
anti hemofili (AHF = anti hemophilic factor/VIII).
Dalam keadaan normal, dalam plasma F.VIII bersirkulasi dalam bentuk ikatan dengan
faktor von Willebrand (vWF).Faktor vWF disebut juga F.VIII Antigen (F.VIIIAg)
berfungsi sebagai pembawa F.VIII. Fungsi F.VIII Pada hemofilia A, vWF di produksi
dalam kualitas normal dengan jumlah normal atau meningkat.
Pada hemofilia A didapatkan gangguan pada proses stabilisasi sumbat trombosit oleh
fibrin. Mutasi genetik yang ditemukan pada hemofilia A :
Transposisi basa tunggal : codon arginin menjadi stop codon yang menghentikan
sintesis F.VIII yang menyebabkan hemofilia berat.
Substitusi sam amino tunggal : menyebabkan hemofilia ringan.
Delesi beberapa ribu nukleotida : menyebabkan hemofilia berat.
jalur
faktor ekstrinsik.Sedangkan faktor VIII dan IX terdapat dalam darah, sehingga disebut
intrinsik.
Dalam proses ini, pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkan pengaktifan
bentuk penerusnya. Jalur intrinsik diawali dengan keluarnya plasma ataukolagen melalui
pembuluh yang rusak dan mengenai kulit.Faktor-faktor koagulasi XII, XI, dan IX harus
diaktifkan berurutan.Faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X
diaktifkan.Namun pada
penderita hemofilia faktor VIII mengalami defisiensi, akibatnya
proses pembekuan darah
membutuhkan waktu yang lama untuk melanjutkan ketahap
berikutnya.
Kondisi seperti inilah yang menghambat pengaktifan jalur intrinsik.Secara tidak langsung
juga menghambat jalur bersama, karena faktor X tidak bisa diaktifkan. Pembentukan
fibrin, walaupun dibantu oleh fosfolipid, trombosit tidak berarti tanpa faktor
Xa.Untaian
fibrin tidak terbentuk maka dinding pembuluh yang cedera
menutup.Dan perdarahan
pun sulit dihentikan, hal ini dapat diuji dengan
tingginya (lamanya) PTT (partial
tromboplastin time).
Semua anak perempuan akan menjadi pembawa sifat hemofilia (carrier), jika mereka
mewarisi kromosom X yang membawa sifat hemofilia dari sang ayah. Dan semua anak
laki - laki tidak akan terkena hemofilia, jika mereka mewarisi kromosom Y normal dari
sang ayah.
LO 2.6 Manifestasi
Klinis
Gejala
klinik
Hemofilia A dan B tidak
dapat
dibedakan.
Hemofili dijumpai pada
anak laki- laki,
sedangkan pada anak
wanita sebagian besar
carrier. Gejala klinik dapat timbul berupa
1. Bayi dapat menderita pendarahan pasca sirkumsisis atau mengalami pendarahan seni dan
jaringan lunak serta memar yang berlebihan
2. Hemartosis berulang yang terasa nyeri dan Hematom otot mendominasi perjalanan
penyakit pada pasien dengan sakit berat dan tidak diobati dengan baik, dapat
menyebabkan deformitas sendi yang progersif dan kecacatan
Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
Kelemahan otot
Gejala : kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
c. Eliminasi
Gejala : Hematuria
d. Integritas Ego
Depresi, menarik diri, ansietas, marah.
Gejala : Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
e. Nutrisi
Gejala : Anoreksia, penurunan berat badan.
f. Nyeri
Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
g. Keamanan
Hematom.
Gejala : Riwayat trauma ringan.
-Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa
nyeri dan terjadi bengkak.
-Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan menimbulakan Atropati hemofilia
dengan menyempitnya ruang sendi, krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
-Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang
berlebihan, dan juga perdarahan otak.
-Terjadi Hematoma pada Extrimitas.
-Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang/laboraturium
1. Tes penyaring
APTT memanjang (APTT tidak memanjang pada hemofilia ringan)
waktu pendarahan, PPT an waktu trombin normal.
Masa pembekuan memanjang
Masa pembekuan tromblopastin abnormal
2. Tes konfirmatif, terdiri atas
Pengukuran kuantitatif F.VIII an F.IX
Jika F.VIII defisiensi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan faktor Von
Willebrand
3.Pemeriksaan pada karier wanita juga menunjukkan F.VIIIC menurun
(Sumber: Bakti,made.2012. Hematologi klinik ringkas. Jakarta,EGC)
Untuk menentukan letak kelainan hemostasis diperlukan anamenesia yang baik dan teliti,
pemeriksaan dan evaluasi manifestasi klinik perdarahan yang cermat serta pemeriksaan
laboratorium yang tepat.
Hemofila A
Diagnosis ditegakkan bila pada pemeriksaan ini hasilnya abnormal:
1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) memajang.
2. Pemeriksaan faktor pembekuan VIII
Masa perdarahan dana masa protombin normal.
Hemofilia B
Hemofilia A
Pewarisan
X-linked recessive
Hemofilia B
Penyakit
vonWillebrand
X-linked recessive Autosomal
dominant
Sendi,otot,post
Mukosa,kulit post
trauma/operasi
trauma operasi
Lokasi
Sendi,otot,pascatrauma/operas
perdarahan
i
utama
Jumlah
Normal
normal
Normal
trombosit
Waktu
Normal
normal
Memanjang
perdarahan
PPT
Normal
normal
Normal
aPTT
memanjang
memanjang
Memanjang/normal
F VIII C
Rendah
normal
Rendah
F VIII AG
Normal
normal
Rendah
F IX
Normal
rendah
Normal
Tes ristosetin
Normal
normal
Terganggu
(Sumber: Bakti,made.2012. Hematologi klinik ringkas. Jakarta,EGC)
Diagnosis banding
-
Terapi Gen
Penelitian terapi gen dengan menggunakan vektor retrovirus, adenovirus dan
adeno-asociated virus memberikan harapan baru bagi pasien hemofilia. Saat ini
sedang intensif dilakukan penelitian invivo dengan memindahkan vektor
adenovirus yang membawa gen antihemofilia ke dalam sel hati. Gen F VIII rlatif
lebih sulit dibandingkan gen F IX, karena ukurannya (9 kb) lebih besar; namun
khir tahun 1998 para ahli berhasil memindahkan plasmid-based factor VIII secara
ex vivo ke fibroblas.
(sumber: Hoffbrand,AV.2005.HEMATOLOGI.Jakarta,EGC)
Pencegahan :
1. Hindari trauma
2. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang berfungsi
membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat, obat antiradang jenis
nonsteroid,ataupun pengencer darah seperti heparin.
3. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia menderita
hemofilia.
4. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau kondisi darurat lainnya,
personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.
LO 2.9 Prognosis
Baik dengan penganganan yang tepat, apa bila dalakuan terapi yang sesaui dan dengan
pengobatan yang pas, maka si pasien dapat bertahan hidup cukup lama, tetapi dengan
catatan si pasien harus melakukan pengobtan terus menerus, seperti tersedianya fasilitas
seperti darah segar, kriopresipitat dan factor VIII menyebabkan prognosis hemofila
menjadi baik.
Saat pengobatan, cepat dan sangat memadai dapat mengurangi risiko pendarahan yang
mengancam jiwa dan tingkat keparahan kerusakan jangka panjang untuk sendi, tetapi
kerusakan sendi tetap menjadi komplikasi kronis hemophilia.
Apabila keterlambatan penangan terhadap hemofilia ini
prognosisnya menjadi buruk dan bahkan kematian bagi sang penderita
dapat
menyebabkan