OLEH :
KELAS A
KELOMPOK II
1. BATINIAR
2. CHAERUL
3. CICI ALAM
4. DEWI ASTUTI SADAKI
5. DWY SULTRIANA
6. ETA RODIAN
7. FRANSISKUS MANEK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemostatis adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan darah terlalu
banyak bila terjadi luka pada pembuluh darah dan agar darah tetap cair serta
aliran darah berlangsung secara lancar. Bila pembuluh darah mengalami
cedera atau pecah, hemostatis terjadi melalui beberapa cara, antara lain :
Bila celah pada pembuluh darah berukuran sangat kecil (dan setiap
hari terbentuk lubang yang sangat kecil) maka lubang itu biasanya ditutup
oleh sumbat trombosit, bukan oleh bekuan darah.
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter
2-4m. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang
sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang yang
memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah
memasuki kapiler darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler
paru. Tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih 4000 trombosit (Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II). Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang
untuk memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit ialah antara 150.000
sampai 350.000 per mikroliter. Volume rata-ratanya 5-8fl. Dalam keadaan
normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu ada di limpa.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah tepi selalu
kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan mekanisme kontrol oleh bahan
humoral yang disebut trombopoietin. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh
akan
mengeluarkan
trombopoietin
lebih
banyak
yang
merangsang
trombopoiesis
1.2 Tujuan penulisan
Untuk mengetahui proses mekanisme dari hemostasis dan
fibrinolisis serta fungsi masing masing.
1.3 Rumusan masalah
1. Pengertian hemostasis dan fibrinolisis
2. Mekanisme hemostasis dan fibrinolisis
3. Fungsi mekanisme hemostasis dan fibrinolisis
BAB II
PEMBAHASAN
2. Merokok
Merokok dapat menaikkan fibrinogen darah, menambah agregrasi
trombosit, menaikkan hematokrit dan viskositas darah .
3. Aktivitas fisik
Pengaruh aktivitas fisik terhadap keseimbangan hemostasis
pertama kali diamati oleh John Hunter pada tahun 1794 dimana ia
menemukan darah hewan yang tidak membeku setelah lari jarak jauh. 150
tahun kemudian dilakukan penelitian ilmuah oleh Bigss dkk pada tahun
1947 dimana ditemukan bahwa latihan fisik memacu aktivitas
fibrinolisis darah. Darah akan mengalami hiperkoagulasi (lebih encer) setelah
seseorang mengadakan aktivitas fisik. Ini disebabkan meningkatnya aktivitas
2 faktor yang dapat membuat darah lebih encer yaitu : koagulan faktor VIII
dan APTT (Activated Partial Prothrombin Time). Untuk memacu
hiperkoagulasi, faktor VIII harus meningkat banyak, sedangkan APTT harus
mengalami pemendekan.
faktor. Setelah adesi terombosit maka akan terjadi sekresi bahan-bahan antara
lain ADP.
ADP dan trombosan A2 sebagai hasil sintesa dari prostagladin
yang berasal dari fosfolipid membran trombosit, akan mempengaruhi
agregasi dari trombosit. Dipermukaan trombosit yang mengadakan agregasi
akan dihasilkan fosfolipid membran (platelet faktor) yang berperan pada
pembekuan darah.
Dengan adanya agregasi trombosit akan terbentuk suatu trombosit
yang tidak stabil, sumbat trombosit ini kemudian menjadi stabil dengan
adanya fibrin sebagai hasil akhir adanya proses koagulasi sehingga akhirnya
terbentuk sumbat menjadi stabil.
Aktifasi menjadi plasmin dapat terjadi melalui tiga jalur yaitu :
1. Jalur intrinsik, melibatkan aktifasi dari proaktifator sirkulasi melalui faktor
XIIa dan kalikrein, yang aktivatornya berasal dari plasma (dalam darah).
2. Jalur ekstrinsik, dimana aktivator-aktivator dilepaskan ke aliran darah dari
jaringan yang rusak, endotel, sel-sel atau dinding pembuluh darah (
semua aktifator juga protease).
3. Jalur eksogen, dimana plasminogen diaktifasi dengan aktivator yang
berasal dari luar tubuh seperti streptokinase (bakteri) yang dibentuk oleh
Streptokokkus-hemoliticus dan urokinase (urin).
Proses pembekuan darah terjadi oleh karena aktivitas sistem
intrinsik dan sistem ekstrinsik. Pada permukaan membran sel trombosit
terdapat glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari
pelekatan pada endotel normal dan justru melekat pada dinding pembuluh
yang terluka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan bahkan melekat
pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam pembuluh. Membran
juga mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan
berbagai hal dalam proses pembekuan darah.
Pada sistem intrinsik, semua bahan yang diperlukan untuk proses
pembekuan terdapat dalam sirkulasi darah. Bahan-bahan ini beredar dalam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemostatis adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan darah terlalu
banyak bila terjadi luka pada pembuluh darah dan agar darah tetap cair serta
aliran darah berlangsung secara lancar.Pengertian lain dari hemostasis adalah
peristiwa berhentinya perdarahan sebagai reaksi tubuh terhadap luka.
Fibrinolisis merupakan proses degradasi dari bekuan-bekuan fibrin
secara ensimatis. Yang memegang peranan pada system fibrinolisis adalah
sistem plasminogen plasmin.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah supaya penyembuhan luka terjadi
permanen harus diperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Boedhianto,F.X. 1986. Patologi Klinik. Universitas Airlangga. Surabaya
Kamus
Kedokteran
Dorland
Edisi
26.
Buku
Kedokteran
EGC:
1996http://puskesmas peusangan.blogspot.com/http://nanchay.blogspot
com/2008/11/pemahaman-fungsi-jantung.html