Hemostatis adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan darah terlalu banyak bila terjadi
luka pada pembuluh darah dan agar darah tetap cair serta aliran darah berlangsung secara
lancar. Pengertian lain dari hemostasis adalah peristiwa berhentinya perdarahan sebagai
reaksi tubuh terhadap luka.
Fibrinolisis merupakan proses degradasi dari bekuan-bekuan fibrin secara enzimatis.
Yang memegang peranan pada sistem fibrinolisis adalah sistem plasminogen –
plasmin. Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolitik
sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolisis terdiri atas 3 komponen yaitu:
Plasminogen bentuk proenzim yg akn diaktifkan menjadi plasmin, aktifator
plasminogen, dan inhibitor plasmin.
Aktifator plasminogen substansi yg dapat mengaktifkan plasminogen menjadi
plasmin.
Inhibitor plasmin substansi yg dapat menetralkan plasmin, mngontrol aktifitas
plasmin.
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan sistim
pembekuan darah untuk menjamin lancarnya aliran darah ke organ perifer atau
jaringan tubuh. Fungsi mekanisme fibrinolisis :
Pembatasan pembentukan fibrin didaerah luka
Penghancurann fibrin didalam sumbat hemostasis
Usia
Proses fibrinolisis pada anak dan dewasa lebih cepat daripada orangtua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuandarah.
Merokok
Merokok dapat menaikkan fibrinogen darah, menambah agregrasi trombosit, menaikkan
hematokrit dan viskositas darah .
Aktivitas fisik
Pengaruh aktivitas fisik terhadap keseimbangan hemostasis pertama kali diamati
oleh John Hunter pada tahun 1794 dimana ia menemukan darah hewan yang tidak membeku
setelah lari jarak jauh. 150 tahun kemudian dilakukan penelitian ilmuah oleh Bigss dkk pada
tahun 1947 dimana ditemukan bahwa latihan fisik memacu aktivitas fibrinolisis darah.
Darah akan mengalami hiperkoagulasi (lebih encer) setelah seseorang mengadakan aktivitas
fisik. Ini disebabkan meningkatnya aktivitas 2 faktor yang dapat membuat darah lebih encer
yaitu : koagulan faktor VIII dan APTT (Activated Partial Prothrombin Time). Untuk memacu
hiperkoagulasi, faktor VIII harus meningkat banyak, sedangkan APTT harus mengalami
pemendekan.
3. Sistem Fibrinolisis
Jalur eksogen
Aktivator eksogen contohnya adalah urokinase yang dibentuk ginjal dan dieksresi
bersama urin, dan streptokinase yang merupakan produk streptokokus beta hemolitikus.
Inhibitor sistem fibrinolisis ada 2 macam yaitu: yang menghambat activator (plasminogen
activator inhibitor) dan yang menghambat plasmin (antiplasmin).
Plasminogen activator inhibitor ada 3 macam, yaitu :
Plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1)
Plasminogen activator inhibitor 2 (PAI-2)
Plasminogen activator inhibitor 3 (PAI-3)
Terdapat beberapa protein yang berfungsi sebagai antiplasmin, yaitu :
Alfa 2 antiplasmin
Alfa 2 makroglobulin
Alfa 1 antitripsin
Uji fungsi Koagulasi dan Fibrinolisis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Penetapan masa pembekuan dengan cara Lee & White.
Penetapan protrombin
Penetapan masa tromboplastin parsial (PTT) dan massa tromboplastin persial
teraktivitasi (Aptt).
Penetapan masa trombin.
Penetapanfaktor pembekuan.
Penetapan kadar fibrinogen.
Penetapan fibrin/fibrinogen degradation product(FDP)
Penetapan antagonis faktor bekuan.
5. Mekanisme Fibrinolisis
Seperti kita ketahui sebagian besar plasminogen terikat pada fibrin dan sebagian lagi
terdapat bebas di dalam plasma. Apabila plasminogen tersebut diaktifkan, akan terbentuk
plasmin bebas dan plasmin yang terikat fibrin. Plasmin bebas akan dinetralkan oleh
antiplasmin. Apabila plasmin bebas terdapat dalam jumlah berlebihan sehingga melebihi
kapasitas antiplasmin, maka plasmin bebas tersebut akan memecah fibrinogen, F.V dan
F.VIII.Plasmin merupakan enzim proteolitik yang akan memecah fibrin menjadi fragmen-
fragmen yang disebut fibrin degradation product atau FDP. Mula-mula fibrinogen diubah
menjadi fragmen X dengan memindah ikatan C-terminal pada 42 asam amino di rantai ß,
yang selanjutnya terpecah dan membentuk fragmen Y. Fragmen Y akan dipecah oleh
plasmin menjadi fagmen D dan E. dan dua fragmen D inilah yang selanjutnya dikenal
dengan nama D-dimer.D-dimer adalah produk degenerasi fibrin yang berguna untuk
mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan untuk
menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolitik.
Pada umumnya FDP merupakan inhibitor pembekuan darah terutama fragmen Y yaitu
dengan cara menghambat kerja trombin dan menghambat polimerisasi fibrin. Selain itu, FPD
juga mengganggu fungsi trombosit. Pada proses selanjutnya FDP akan dibersihkan dari
sirkulasi darah oleh hati dan RES. Dengan cara ini, fibrinolisis secara enzimatis mengatur
pembentukan fibrin sewaktu terbentuk di tempat pengendapan fibrin. Dalam hal ini,
fibrinolisis adalah bagian yang amat integral pada hemostasis normal. Plasmin memiliki
afinitas tinggi terhadap fibrinogen dan fibrin. Pembentukan plasmin terjadi dari plasminogen
protein plasma inaktif, dan proses ini dipicu oleh activator plasminogen. Activator –
activator ini dapat dirangsang oleh factor Hageman aktif (factor XIIa) dalam sistem
koagulasi, kalikrein, dan activator plasminogen lain yang dibebaskan oleh berbagai jaringan.
Aktivator plasminogen merupakan enzim proteolitik, kecuali streptokinase yang akan
mengikat plasminogen membentuk kompleks streptokinase-plasminogen yang mempunyai
aktivitas sebagai aktivator plasminogen. Activator plasminogen jaringan (tPA) mempunyai
afinitas tinggi terhadap fibrin. Suatu activator plasminogen jaringan (tPA) spesifik yang
dibebaskan di tempat kerusakan pembuluh darah mungkin merupakan activator paling
penting, mengubah plasminogen menjadi plasmin di dalam bekuan fibrin di tempat cedera.
Activator ini memiliki afinitas sangat tinggi terhadap fibrin dan bukan fibrinogen, sehingga
pengaktifan fibrinolisis terlokalisasi di dalam bekuan dan tidak di dalam darah yang
bersirkulasi. Plasma normal mengandung 10 sampai 20 mg/dl zat prekusor plasminogen.
Inhibitor plasmin adalah substansi yang dapat menetralkan plasmin dan disebut sebagai
antiplasmin. Bermacam-macan antiplasmin terdapat didalam plasma, seperti alfa-2 plasmin
inhibitor, alfa-2 makroglobulin, alfa-1 antitripsin dan AT. Yang kerjanya paling cepat adalah
alfa-2 plasmin inhibitor.Saat ini telah dikenal inhibitor yang bekerja terhadap aktivator
plasminogen yang disebut plasminogen activator inhibitor atau PAI, yang diberi nomer urut
oleh Internasional Committee on Trombosis and Haemostasis. PAI-1 atauendothelial cell-
type PAI adalah suatu glikoprotein yang disintesis oleh sel endotel. Di samping itu PAI-1
juga disintesis oleh kultur sel hati, sel melanoma, fibroblast paru-paru, sel fibrosarkoma, sel
granulose dan sel otot polos.
Di dalam trombosit inhibitor ini juga ditemukan di dalam granula alfa dan akan
dikeluarkan pada proses pelepasan. PAI-1 bekerja menghambat urokinase dan t-PA . Kadar
PAI-1 yang tinggi dijumpai pada beberapa kedaan seperti trombosit vena profunda, penyakit
jantung koroner dan pasca bedah, sehingga diduga PAI-1 ikut berperan dalam peningkatan
risiko trombosis pada keadaan ini. PAI-2 disintesis oleh plasenta dan bereaksi dengan t-PA
maupun urokinase. Inhibitor ini juga ditemukan pada granulosit, monosit dan makrofag.
PAI-3 ditemukan dalam urin dan identik dengan inhibitor terhadap protein C aktif. Inhibitor
lain adalah protease nexin 1 yang ditemukan dalam fibroblast, sel otot jantung dan epitel
ginjal.
Kesimpulan
Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin oleh system fibrinolotik sehingga
aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik merupakan system enzim
multikomponen yang menghasilkan pembentukan enzim aktif plasmin.
Macam – macam fibrinolisis yaitu :
Fibrinolisis sekunder adalah pembentukan fibrin yang diikuti dengan proses
penghancuran fibrin oleh plasmin.
Fibrinolisis primer adalah proses penghancuran fibrinogen oleh plasmin.
Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi fibrinolisis yaitu : usia, merokok, dan
aktifitas fisik. Pada sistem fibrinolisis, komponen yang berperan terdiri dari : plasminogen,
aktivator plasminogen, dan inhibitor plasminogen.
Pemeriksaan D-dimer bermanfaat untuk mengetahui pembentukan bekuan darah yang
abnormal atau adanya kejadian trombotik (indirek) dan untuk mengetahui adanya lisis
bekuan atau proses fibrinolitik (direk). Hasil pemeriksaan kadar D-dimer memiliki nilai
sensitifitas dan nilai ramal negatif yang tinggi untuk dua keadaan tersebut.