Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR FAKTOR PEMBEKUAN DARAH

1. Faktor I (Fibrinogen )
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang
melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang fibrin
melalui proses yang diperankan oleh trombin. Seseorang yang mengalami
kekurangan fibriogen disebut afibrinogenemia atau yang lebih dikenal
dengan hypofibrinogenemia. Gejala kekurangan fibrinogen ini yaitu
terjadinya perdarahan yang memanjang. Fungsi fibrinogen sebagai
komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesis dalam hati dan
diubah menjadi fibrin.

Fibrinogen merupakan senyawa protein (polipeptida) yang karena adanya


enzim akan diubah menjadi fibrin. Fibrin ini bersama sumbatan trombosit
yang membentuk gumpalan membentuk sekitar 200-400 mg/dl. Fibrinogen
berada di dalam rangkaian pembekuan darah yang berada dalam jalur
bersama (common pathway). Fibrinogen akan diubah menjadi fibrin
berbentuk benang oleh adanya thrombin. Fibrinogen ini diproduksi di
dalam hati dan berperan sebagai protein phase akut. Dalam keadaan
patologis, fibrinogen meningkat terdapat pada penyakit jantung coroner,
myocardial infark, stroke, penyakit arterial peripheral.
Fibrinogen pada orang dewasa normal berkisar antara 200-400 mg/dl.
Atau sekitar 2-4 gram/L. pada bayi yang baru lahir jumlah fibrinogen
sekitar 125-300 mg/dl. Nilai kritisnya adalah < 100 mg/dl. Di dalam
kondisi tertentu, fibrinogen terjadi peningkatan pada keadaan inflamasi,
infeksi (rheumatoid arthritis, pneumonia, tuberkulosos). Infark myocardial
akut, penyakit jantung coroner, kehamilan dan preklamsia. Dalam keadaan
dimana kadar fibrinogen menurun ditemukan pada kondisi penyakit hati
(hepatitis, serosis), DIC, kanker, fibrinolysis primer, malnutrisis, transfuse
darah, kanker lanjut.

2. Faktor II (Prothrombin)
Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi menjadi bentuk yang
aktif berupa trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan aktivasi
faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan protrombin dapat
mengakibatkan hypoprothrombinemia.

Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang


melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi senyawa aktif
trombin (faktor IIa) melalui proses pembelahan yang mengaktifkan salah
satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur umum dari proses
pembekuan. Thrombin di dalam tubuh diproduksi di hati yang biasa
disebut prothrombin. Gene penanda prothrombin berada pada lokasi
kromosom #11.
Kekurangan faktor pembekuan dan vitamin K akan berakibat pada
perubahan prothrombin untuk merubah menjadi thrombin. Thrombin
berperan sebagai enzim dan hampir sebagian berat molekul adalah
prothrombin. Thrombin mengubah larutan plasma protein menjadi bekuan
fibrin yang komplek yang disebut benang fibrin.

3. Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin)


Faktor III atau thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi faktor
VII untuk membentuk trombin. Jaringan Tromboplastin koagulasi faktor
yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak
dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan
prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.

Jaringan Tromboplastin: merupakan salah satu faktor pembekuan darah


atau koagulasi yang berasal dari sejumlah sumber yang berbeda didalam
tubuh, misalnya seperti otak serta paru-paru. Jaringan Tromboplastin
sangat diperlukan dalam membentuk prothrombin ekstrinsik. Gene faktor
3 penanda faktor pembekuan faktor III biasa merupakan glikoprotein
permukaan. Faktor ini merupakan sel yang mampu menginisiasi proses
pembekuan darah, dan berfungsi sebagai afinitas reseptor yang kuat
terhadap faktor pembekuan faktor VII.

Hasil proses Komplek sebagai katalis yang bertanggung jawab terhadap


inisiasi pembekuan. Tidak seperti kofaktor yang lainnya enzim protease ini
yang bersirkulasi sebagai nonfungsional precursor. Faktor ini merupakan
inisiator yang khususnya berperan pada saat terbukanya pada permukaan.
4. Faktor IV (Ion Calcium)
Ion Kalsium adalah ion Ca 2+, yang mempunyai bilangan oksidasi 2 dan
termasuk logam alkali. Dalam system periodic unsur-unsur Kalsium
termasuk dalam gol. II A. Ion Kalsium bisa berikatan dengan ion OH-
membentuk senyawa Ca(OH)2 atau calsium hidroksida.

Dalam tubuh ion Kalsium terdapat di dalam system pembekuan darah,


yang termasuk faktor pembekuan faktor IV, yang ada di dalam darah dan
jaringan berbentuk ion bebas yang suatu saat bisa berikatan dengan ion
lainnya. Faktor IV atau ion kalsium adalah sejenis ion yang fungsinya
digunakan disemua proses pembekuan darah pada setiap jalur
pembekuan.Kalsium ini merupakan sebuah faktor koagulasi yang
diperlukan dalam fase pembekuan darah jalur pembekuan intrinsic, jalur
pembekuan ekstrinsik dan pada jalur pembekuan bersama dan berbentuk
ion yang setiap saat akan mudah berikatan dengan bentuk ion yang lain.

5. Faktor V (Proakselerin, Labil Factor)


Faktor pembekuan faktor V atau Proaccelerin merupakan salah satu faktor
pembekuan darah atau koagulasi dalam menyimpan panas, yang ada
didalam plasma, memiliki fungsi intrinsik dan ekstrinsik yang berada di
dalam jalur koagulasi. Proaccelerin melakukan katalisis atau pembelahan
prothrombin trombin yang masih aktif. Seseorang yang mengalami
kekurangan faktor ini, akan memiliki darah yang langka yang biasa
disebut dengan parahemophilia, pada tahapan yang parah disebut dengan
akselerator globulin.

Fungsi faktor V ini sebagai sistem intrinsik dan ekstrinsik dan juga sebagai
katalisis pembelahan protrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor
Proakselerin dapat mengakibatkan parahemophilia. Proaccelerin sebuah
faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang ada dalam
plasma, tetapi tidak ada di dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan
ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif
autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang
disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin

6. Faktor VI (unknown)
Faktor pembekuan faktor VI atau faktor yang belum diketahui (unknown),
Faktor ini sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti faktor
V.Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor
V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

7. Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor)


Faktor pembekuan faktor VII atau prokonvertin berfungsi sebagai sistem
yang bekerja di dalam jalur intrinsik.Proconvertin ini merupakan sebuah
faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter
(autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan
vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.

Proconvertin merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi


penyimpanan yang stabil dan panas serta ikut berpartisipasi dalam Jalur
koagulasi ekstrinsik. Proses ini melibatkan kalsium, dan bersama-sama
mengaktifkan faktor III dan faktor X.
8. Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin)
Faktor pembekuan faktor VIII atau antihemophilic faktor, faktor
antihemofilia A, globulin antihemofilia/ AHG). berfungsi sebagai sistem
ekstrinsik.Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi,
bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor
dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,
penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A.

Antihemophilic faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau


koagulasi penyimpanan yang labil serta berpartisipasi didalam jalur
intrinsik dari pembekuan darah atau koagulasi, biasanya bertindak sebagai
kofaktor didalam proses aktivasi faktor X. Defisiensi merupakan sebuah
resesif yang terkait dengan sifat X, yang menjadi penyebab hemofilia A
biasanya disebut juga dengan sebutan antihemophilic globulin serta faktor
antihemophilic A.

9. Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismas Factor)


Faktor pembekuan faktor IX atau Krismas faktor berfungsi sebagai sistem
ekstrinsik.Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di
hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Tromboplastin Plasma komponen, merupakan salah satu faktor
pembekuan darah atau koagulasi penyimpanan yang stabil sera melibatkan
diri dalam jalur intrinsik dari pembekuan darah atau koagulasi. Setelah
proses aktivasi diaktifkan, Defisiensi dari faktor X merupakan hasil pada
hemofilia B. Yang disebut juga dengan sebutan faktor Natal serta faktor
antihemophilic B.
10. Faktor X (Stuart-prower Factor)
Faktor pembekuan faktor X atau Stuart faktor berfungsi sebagai sistem
intrinstik dan ekstrinsik.Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan
ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum
dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan
kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini
dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin.
Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.

Stuart faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau


koagulasi penyimpanan yang stabil dan ikut berpartisipasi dalam faktor
intrinsik dan ekstrinsik pada jalur pembekuan darah atau koagulasi, yang
dapat menyatukan mereka untuk melakukan penbekuan darah atau
koagulasi pada jalur umum dari pembekuan. Setelah proses diaktifkan,
nantinya akan membentuk proses yang kompleks dengan melibatkan
fosfolipid, kalsium, serta faktor V, yang disebut prothrombinase. Proses
ini dapat membelah serta mengaktifkan prothrombin menjadi trombin.
Seseorang yang mengalami kekurangan pada faktor ini akan menyebabkan
gangguan pada koagulasi sistemik. Biasanya sering disebut juga dengan
sebutan Prower Stuart-faktor.

11. Faktor XI (Plasma Thromboplastin Antecedantfaktor antihemofilia


C)
Faktor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin Antecedant atau
antihemophilic C berfungsi sebagai sistem intrinsik.Tromboplastin plasma
yang di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik
dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Kondisi
dengan kekurangan faktor XI, Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Faktor XII (Hageman Factor, Contack factor)
Faktor pembekuan faktor XII atau Hageman faktor berfungsi sebagai
sistem intrinsik.Hageman faktor faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan
memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.

13. Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)


Faktor pembekuan faktor XIII atau yang disebut faktor stabilisasi fibrin
atau fibrinasi berfungsi sebagai penghubung silang filamen fibril.Fibrin-
faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut di
dalam, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor pembekuan ini memberikan kecenderungan seseorang
hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang
diaktifkan juga disebut transglutaminase.

Hampir semua factor pembekuan dibentuk di hati. Oleh karena itu, penyakit-
penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, dan acute yellow atropy kadang-kadang
dapat menekan system pembekuan sedemikian kuatnya sehingga pasien
cenderung mengalami perdarahan hebat. Penyebab lain yang menurunkan
pembentukan faktor pembekuan darah oleh hati ialah defisiensi vitamin K.
Vitamin K diperlukan untuk pembekuan lima faktor pembekuan yang penting di
hati, yaitu prothrombin, faktor VII, faktor IX, faktor X dan protein C. dalam
keadaan tanpa vitamin K, selanjutnya kekeurang faktor-faktor pembekuan dalam
darah tersebut dapat juga menjurus kea rah perdarahan yang serius.

Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri, sehingga defisiensi vitamin K
yang diakibatkan tidak adanya vitamin K dalam diet (kecuali pada bayi baru lahir
sebelum ususnya mengandung flora normal bakteri usus), jarang terjadi pada
orang normal. Namun, pada penyakit gastrointestinal, defisiensi vitamin K sering
terjadi pada orang yag mengalami gangguan absorpsi lemak pada traktus GI nya.
Alasannya adalah dikarenakan vitamin K bersifat larut dalam lemak dan biasanya
diabsorpsi ke dalam darah bersamaan dengan lemak. Salah satu penyebab paling
sering dari defisiensi vitamin K ialah kegagalan hati untuk menyekresi empedu ke
dalam traktus GI (yang terjadi akiba obstruksi duktus empedu atau akibat penyakit
hati). Kekurangan empedu akan mengganggu pencernaan dan absorpsi lemak dan
oleh sbab itu, menekan absorbsi vitamin K.

Jadi, penyakit hati sering mengakibatkan penurunan produksi prothrombin dan


beberapa faktor pembekuan lain karena terganggunya absorbsi vitamin K dan
karena sel-sel di hati yang rusak/ sakit. Dalam keadaan demikan, vitamin K
disuntukan kepada semua pasien yang menderita penyakit hati atau obstruksi
saluran empedu sebelum dilakukan suatu tindakan operasi. Biasanya, bila pasien
yang mengalami kekurangan vitamin tersebut diberi vitamin K dalam waktu 4-
8jam sebelum operasi dan paling sedikit separuh sel parenkim hatinya berfungsi
normal, maka akan terbentuk cukup banyak fakor-faktor pembekuan sehingga
perdarahan yang berlebihan selama operasi dapat dicegah.

Anda mungkin juga menyukai