oleh
Alisa Miradia Puspitasari, S.Kep.
NIM 122311101074
1. Kasus
Hemofilia
2.3 Klasifikasi
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
1. Hemofilia klasik
karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan
faktor pembekuan pada darah.
2. Hemofilia kekurangan faktor VIII
karena kekurangan faktor 8 ( Faktor VIII ) protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
b. Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama :
1. Christmas disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada
seorang yang bernama Steven Christmas asal Kanada.
2. Hemofilia kekurangan faktor IX : Terjadi karena kekurangan faktor 9 (
Faktor IX ) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
prosese pembekuan darah.
Menurut berat ringannya penyakit, Hemofilia diklasifikasikan menjadi
beberapa tingkatan yaitu:
a. Defisiensi berat:
1. Kadar faktor VIII 0-2% dari normal
2. Terjadi hemartros dan perdarahan berat berulang
b. Defisiensi sedang:
1. Kadar faktor VIII 2-5 % dari normal
2. Jarang menyebabkan kelainan ortopedik
3. Jarang terjadi hemartros dan perdarahan spontan
c. Defisiensi ringan:
1. Kadar faktor VIII 5-25 % dari normal
2. Mungkin tidak terjadi hemartros dan perdarahan spontan lain, tetapi
dapat menyebabkan perdarahan serius bila terjadi trauma / luka yg
tidak berat / proses pembedahan.
d. Subhemofilia
Kadar faktor 25-50% dari normal. Tidak mengakibatkaan perdarahan,
kecuali bila penderita mengalami trauma hebat dan pembedahan yang luas.
2.5 Etiologi
Berikut beberapa etiologi dari terjadinya hemofilia adalah:
a. Faktor kongenital
Bersifat resesif autosomal herediter, kelainan timbul akibat sintesis faktor
pembekuan darah menurun. Gejala timbul perdarahan yang berlebihan setelah
suatu trauma atau timbul kebiruan pada kulit. Pengobatan dengan memberikan
plasma normal atau konsentrat faktor yang kurang atu bila perlu diberikan
transfuse darah.
b. Faktor didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor dua (protrombin) yang
terdapat pada keadaan berikut:
1) Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum
sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II
mengalami gangguan. Pengobatan dengan vitamin K umumnya sembuh
sendiri.
2) Defisiensi vitamin K, dapat terjadi pada pasien ikterus obstruktif, vistula
biliaris, absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena
gangguan pertumbuhan bakteri usus.
3) Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia sindrom nefrotik dan lain-
lain
4) Terdapatnya zat anti koagulasi yang bersifat antagonistik terhadap
protombin.
5) Disseminated intrafaskuler koogulasi (DIC) pengobatan ditunjukkan
pada penyakit primernya, misanya vitamin K di samping itu dapat
diberikan darah, plasma atau lainnya (Price, 2005).
2.7 Patofisiologi
Darah dibawa ke seluruh tubuh dalam jaringan pembuluh darah. Ketika
jaringan-jaringan yang terluka, kerusakan pembuluh darah dapat mengakibatkan
kebocoran darah melalui lubang di dinding pembuluh. Pembuluh dapat
mematahkan dekat permukaan, seperti dalam memotong. Atau mereka dapat
mematahkan jauh di dalam tubuh, membuat memar atau perdarahan internal.
Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah. Setiap trombosit
kurang dari 1 / 10, 000 dari satu sentimeter dengan diameter. Ada 150-400
trombosit dalam satu liter darah normal.Trombosit memainkan peran penting
dalam menghentikan perdarahan dengan menggumpal bersama dan membentuk
plug, sehingga awal perbaikan pembuluh darah terluka. Faktor pembekuan seperti
faktor VIII dan IX yang kemudian diperlukan untuk lem pasang di tempat
sehingga membentuk gumpalan.
Ketika pembuluh darah rusak, ada empat tahap dalam pembentukan
bekuan normal. Lihat Gambar 2.5.1.
Gambar 2.5.1 Proses pembekuan darah
Sumber: Hans Otto, 2011
2.8 Pengobatan
Pengobatan hemofilia diberikan berdasarkan pada tingkat keparahan dan
untuk pasien dengan hemofilia A atau B melibatkan terapi penggantian faktor
pembekuan. Untuk itu, terdapat dua pendekatan yang dilakukan:
a. On demand yaitu memberikan pengobatan untuk menghentikan
pendarahan berkepanjangan ketika perdarahan terjadi. Hal ini lebih sering
terjadi pada penatalaksanaan pasien dengan hemofilia ringan.
b. Pengobatan pencegahan (profilaksis) pendekatan ini menggunakan obat
untuk mencegah episode perdarahan dan komplikasi selanjutnya, seperti
kerusakan sendi dan / atau otot. Lebih umum digunakan untuk pasien
dengan hemofilia sedang atau berat.
Dimasa lalu, satu-satunya penanganan untuk hemofilia adalah plasma segar
beku, yang harus diberikan dalam jumlah besar sehingga pasien akan mengalamu
kelebihan cairan. Sekarang sudah ada konsentrat faktor VIII dan IX di semua bank
darah. Konsentrat ini diberikan apabila psien mengalami perdarahan aktif atau
sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pemebedahan. Pasien
dan keluarga harus diajari cara memberikan konsentrat di rumah, setiap kali ada
perdarahan (Smeltzer dan Bare,2001).
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah:
a. Transfusi periodic dari plasma beku segar (PBS)
b. Pemberian konsentrat factor VIII dan IX pada klien yang mengalami
perdarahan aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi
dan pembedahan
c. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
d. Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
e. Bidai dan alat orthopedic bagi klien yang mengalami perdarahan otot dan
sendi.
Terapi suportif yang dapat diberikan pada penderita hemofilia adalah:
a. Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktor
anti hemophilia yang kurang.
b. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
c. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar
aktivitas factor pembekuan sekitar 30-50%
d. Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan
pertama seperti Rest, Ice, Compression, Elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan
1) Rest (istirahat), usahakan seseorang diistirahatkan dan tidak
melakukan apapun.
2) Ice (kompres dengan menggunakan es), kompres ini berguna untuk
menciutkan pembuluh darah dan es juga bisa berfungsi sebagai
penghilang nyeri.
3) Compression (ditekan atau dibalut), untuk mengurangi banyaknya
darah yang keluar.
4) Elevation (ditinggikan), usahakan daerah yang mengalami luka
berada pada posisi yang lebih tinggi.
e. Kortikosteroid, pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk
menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah
serangan akut hemartrosis. Pemberian prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari
selama 5-7 hari dapat mencegah terjadinya gejala sisa berupa kaku
sendi(artrosis) yang menggangu aktivitas harian serta menurunkan kualitas
hidup pasien hemofilia.
f. Analgetika. Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis
dengan nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak
mengganggu agregasi trombosit (harus dihindari pemakaian aspirin dan
antikoagulan)
Selain itu dapat diberikan terapi pengganti faktor pembekuan yaitu:
a. Pemberian factor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk
menghindari kecacatan fisik (terutama sendi) sehingga pasien hemophilia
dapat melakukan aktivitas normal. Namun untuk mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan factor anti hemophilia (AHF) yang cukup banyak dengan biaya
yang tinggi.
b. Terapi pengganti factor pembekuan pada kasus hemophilia dilakukan
dengan memberikan FVIII atau FIX, baik rekombinan, konsentrat maupun
komponen darah yang mengandung cukup banyak faktor-faktor
pembekuan tsb. Pemberian biasanya dilakukan dalam beberapa hari
sampai luka atau pembengkakan membaik, serta khususnya selama
fisioterapi.
Sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Memperhatikan perawatan gigi agar tidak mengalami pencabutan gigi.
b. Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
c. Gunakan alat bantu seperti tongkat bila kaki mengalami perdarahan.
d. Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitar dengan es.
e. Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami perdarahan tidak
bergerak (immobilisasi).
f. Letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada
dan letakkan diatas benda yang lembut.
2.11 Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut dari hemofilia adalah:
a. Hindari trauma
b. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit
yang berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam
salisilat, obat antiradang jenis nonsteroid, ataupun pengencer darah seperti
heparin.
c. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa
ia menderita hemofilia. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi
kecelakaan atau kondisi darurat lainnya, personel medis dapat menentukan
pertolongan khusus.
d. Pelihara kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut. Gigi dan mulut yang
sehat akan mengurangi risiko mencabut gigi. Jika tidak hati-hati, praktik
cabut gigi bisa menyebabkan pendarahan.
e. berhati-hatilah ketika beraktivitas. Jangan sampai terjatuh atau terluka.
Terutama bagi anak kecil.
3. PATHWAY
Faktor Acquired :
Faktor Kongenital : Defisiensi Vitamin K
Genetik Neonatus (prematur)
Penurunan sintesis
Gg. Pembentukan faktor II, VII, IX
faktor VIII dan IX Fungsi hati belum
sempurna
Gangguan cascade koagulasi
Faktor X tidak teraktivasi
Gg. Pembentukan
Luka tidak tertutup faktor II
Pemanjangan APTT
Perdarahan Defisiensi trombin
Fibrin tidak
sempurna
Stabilitas fibrin
tidak memadai Penutupan luka
tidak sempurna
Sisitem Pernafasan (B1) Sistem sirkulasi (B2) Sistem saraf (B3) Sistem perkemihan (B4)
Hb menurun (oliguri)
Sirkulasi darah ke Defisit faktor pembeku
jantung menurun
MK:
Resiko kekurangan
volume cairan
Iskemia miokard Nekrosis jaringan otak
Hipoksia
MK : Pola napas
tidak efektif Curah jantung menurun Letargi
MK : Gangguan Perfusi
jaringan MK : Resiko Cidera
Sistem pencernaan (B5) Sistem muskuloskeletal (B6) Psikososial
Ketidaktahuan
Gangguan Citra Edema Koping individu tidak
Sari makanan tidak Tubuh efektif
dapat diserap
Nyeri tekan
MK: Perubahan MK :
nutrisi kurang dari Ansietas
MK :
kebutuhan tubuh Kurang pengetahuan
Nyeri akut
4. ASUHAN KEPERAWATAN
x/menit; Suhu : 36 - 37 0C faktor VIII, IX sesuai indikasi diberikan pada klien sehingga
Betz, Cecily Lynn dan Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.Jakarta : Salemba Medika
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. (vol 2). Edisi 15. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedal Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.