ANTIKOAGULAN
Oleh
Fernando Wahyu
Pembimbing
Dr. dr. Salim Harris, Sp.S. K, FICA.
Dr. dr. Al Rasyid, Sp.S. K
dr. Taufik Mesiano, Sp.S. K
I.1 HEMOSTASIS
Hemostasis merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan pada
pembuluh darah yang cedera. Dalam proses tersebut berperan faktor-faktor pem-
buluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah. Dalam proses ini pembuluh
darah akan mengalami vasokonstriksi, trombosit akan beragregasi membentuk
sumbat trombosit. Selanjutnya sumbat trombosit oleh fibrin yang dibentuk melalui
proses pembekuan darah akan memperkuat sumbat trombosit yang telah terbentuk
sebelumnya.1 Hemostasis normal tergantung pada keseimbangan yang baik dan
interaksi yang kompleks, diantara paling sedikit 5 komponen-komponen berikut :2
1. Pembuluh darah
2. Trombosit
3. Faktor-faktor koagulasi
4. Inhibitor
5. Sistem fibrinolisis
I.3 ANTIKOAGULAN
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan
meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro
pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi. Antikoagulan oral dan heparin
menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk
mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam anti-
koagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena
mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan
gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya
mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya
emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.5
Gambar 2. Mekanisme kerja antikoagulan
FARMAKODINAMIK
Mekanisme Kerja
Heparin, LMWH, dan fondaparinux tidak memiliki aktivitas antikoagulan
intrinsik, tetapi obat ini mengikat antitrombin dan juga mempercepat laju berbagai
protease koagulasi termasuk faktor IIa (trombin), Xa, IXa, dengan cara membentuk
kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Antitrombin disintesis di
hati dan menghambat faktor koagulasi aktif yang terlibat dalam jalur intrinsik dan
memiliki aktivitas yang realtif sedikit terhadap faktor VIIa.2,5 Heparin yang terikat
dengan AT-III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai 1000 kali.
Bila kompleks AT-III protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk
selanjutnya membentuk ikatan baru dengan antitrombin.5
Hanya sekitar 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III.
Heparin berat molekul tinggi (5.000 – 30.000) memiliki afinitas kuat dengan
antitrombin dan menghambat dengan nyata pembekuan darah. Heparin berat
molekul rendah efek antikoagulannya terutama melalui penghambatan faktor Xa
oleh antitrombin, karena umumnya molekulnya tidak cukup panjang untuk meng-
katalisis penghambatan trombin..5
Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar
transfer lemak darah ke dalam depot lemak. Aksi penjernih ini terjadi karena
heparin membebaskan enzim-enzim yang menghidrolisis lemak, salah satu di
antaranya ialah lipase lipoprotein ke dalam sirkulasi serta menstabilkan
aktivitasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh protamin.5
FARMAKOKINETIK
Heparin, LMWH, fondaparinux tidak diabsorpsi di gastrointestinal oleh
karena itu harus diberikan secara parenteral. Heparin diberikan melalui infus
intravena berkelanjutan, infus intermiten setiap 4-6 jam, atau injeksi subkutan setiap
8-12 jam.
Waktu paruh (t ½) dari heparin dalam plasma trgantung dari dosis yang
diberikan. Ketika dosis 100, 400, atau 800 unit/Kg heparin disuntikkan secara
intravena, waktu paruh dari aktivitas antikoagulannya adalah 1, 2,5, dan 5 jam.
LMWH dan fondaparinux memiliki waktu paruh lebih lama dibandingkan dengan
heparin yaitu 4-6 jam dan 17 jam. Metabolisme heparin terutama di hati dan
metabolit yang inaktif akan diekskresikan melalui urin. Heparin diekskresi dalam
bentuk utuh melalui urin, dan obat ini akan terakumulasi pada pasien dengan gagal
ginjal sehingga dapat meningkatkan efek samping perdarahan. Baik LMWH dan
fodaparinux dikontraindikasikan pada pasien dengan bersihan kreatinin <30
ml/menit..5,6
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
Bahaya utama pemberian heparin adalah perdarahan. Meskipun dahulu
dilaporkan bahwa perdarahan terjadi pada 1%-33% pasien yang mendapatkan
heparin, penelitian akhir-akhir ini pada pasien tromboemboli vena yang mendapat
heparin IV terjadi pada kurang dari 3% pasien. Insidens perdarahan tidak meningkat
pada pasien yang mendapatkan heparin dengan berat molekul rendah (LMWH).
Kejadian perdarahan nampaknya meningkat dengan meningkatnya dosis total per
hari dan dengan adanya perpanjangan aPTT, meskipun pasien dapat mengalami
perdarahan dengan nilai aPTT dalam kisara terapeutik.
Efek samping lain dari heparin yaitu heparin yang menginduksi terjadinya
trombisitopenia (jumlah trombosit < 150.000/ml atau penurunan 50% dari jumlah
sebelum pemberian heparin), terjadi pada 0,5% pasien setelah 5-10 hari terapi
dengan heparin. Meskipun insidennya mungkin lebih rendah, trombositopenia juga
terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi dengan LMWH dan fondaparinux.
Selain trombositopenia efek samping lain dari pemberian heparin adalah
abnormalitas fungsi hati dan osteoprososis.5,6
Perbandingan UFH dan LMWH
Dibandingkan dengan UFH, LMWH memiliki kekuatan dalam menghambat
faktor Xa lebih besar dibandingkan dengan penghambatan pada faktor IIa
(Trombin). Karena faktor Xa bekerja lebih awal dalam kaskade koagulasi
dibandingkan trombin, maka dihipotesiskan bahwa LMWH menghasilkan sedikit
komplikasi perdarahan. Hal ini kemudian dikonfirmasi dalam uji klinis.12
Karena berat molekul rendah heparin bereaksi lebih sedikit dengan platelet
dibandingkan dengan heparin berat molekul tinggi sehingga LMWH lebih sedikit
menginduksi imuno-alergi trombositopenia yang dipersulit oleh adanya trombosis
arteri. Namun beberapa kasus trombositopenia yang terinduksi oleh heparin (HIT)
telah dilaporkan terjadi pada pasien yang menggunakan LMWH.12
Dalam prakteknya, keuntungan yang paling relevan dari LMWH adalah
peningkatan bioavailabilitasnya (lebih dari 90%, yaitu 2 kali lipat UFH) terutama
disebabkan oleh reaktivitas yang berkurang dengan faktor trombosit 4 (PF4).12
Protamin sulfat ialah suatu basa kuat yang dapat mengikat dan meng-
inaktivasi heparin, tetapi zat ini juga memiliki efek antikoagulan dan memper-
panjang waktu pembekuan karena protamin juga berinteraksi dengan trombosit,
fibrinogen dan protein plasma lainnya. Oleh karena itu jumlah protamin yang
diberikan untuk menetralkan heparin harus seminimal mungkin, umumnya sekitar
1 mg protamin untuk tiap 100 U heparin.5
1. Bivalirudin
2. Argatroban
3. Desirudin
4. Lepirudin
5. Flovagatran
A. Indirect Xa Inhibitors
1. Fondaparinux
2. Idrabiotaparinux
B. Direct Xa Inhibitors
1. Otamixaban
5. Drotrecogin alfa
II.2.1 WARFARIN
MEKANISME KERJA
FARMAKOKINETIK
Distribusi. Warfarin 99% terikat dengan protein plasma terutama dengan albumin
dan warfarin secara cepat didistribusikan
INDIKASI
EFEK SAMPING
Perdarahan
Perdarahan paling sering terjadi di selaput lendir, kulit, saluran cerna dan
saluran kemih. Hematuria sering terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal, dapat di-
sertai kolik dan hematom intrarenal. Gejala perdarahan yang mungkin timbul
ialah ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hemoptisis, perdarahan serebral, per-
darahan paru, uterus dan hati. Kurang lebih 25% dari kematian akibat penggunaan
antikoagulan kumarin disebabkan oleh perdarahan berat di saluran cerna, biasanya
berasal dari tukak peptik atau neoplasma.5
1. Root RK, Jacob R. Septicemia and septic shock. In: Wilson JD,
Braunwald E, Isselbacker KJ, et al. Eds. Harison’s Principles of
internal medicine. 12th ed. New York: McGraw-Hill, 1991. h : 502-7
2. Brozovic M, Mackiel. Investigation of Haemostasis. In: Dacie SJV,
Lewis SM, editors. Practical Haematology. Seventh ed.London :
Churchill Livingtone,1999. h: 279-84
3. Bithell TC. Blood coagulation. In: Lee GR, Bithell TC, Forester J,
Athens JW, Lukens JN, Editor. Wintrobe’s Clinical Hematology.
Volume 1, 9th ed. Philadelphia : Lea & Febriger, 1993. h: 556-615
4. Goodnight SH, Hathaway WE. Disorder of haemostasis & thrombosis
a clinical guide. Second ed. New York: McGraw-Hill, 2001
5. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor. Farmakologi
dan terapi, edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
6. Brunton LL, Lazo JS, Parker KL. Goodman and Gilman’s The
th
pharmacological basis of therapeutics. 11 rev. ed. New York:
McGraw-Hill, Medical Publishing Division; 2006.
7. Harter K, Levine M, Henderson SO. Anticoagulation Drug Therapy:
A Review. Western Journal of Emergency Medicine. January 2015.
DOI: 10.5811/westjem.2014.12.22933
8. Oberhuber VK, Filipovic M. New antiplatelet drugs and new oral
anticoagulants. British Journal of Anaesthesia. 2016. DOI:
10.1093/bja/aew214.
9. Webster E, Gil M. Advances in anticoagulation therapy. American
Academy of Physician Assistants. 2018. DOI:
10.1097/01.JAA.0000529772.90897.d6.
10. Garcia DA, Baglin TP, Weitz JI, Samama MM. Parenteral
Anticoagulants. Antithrombotic Therapy and Prevention of
Thrombosis, 9th ed: American College of Chest Physicians Evidence-
Based Clinical Practice Guidelines. 2012. DOI: 10.1378/chest.11-
2291.
11. Ahrens I, Bode C. New Parenteral Anticoagulants: Focus on Factor
Xa and Thrombin Inhibitors. Current Drug Discovery Technologies,
2012, Vol.9 No.2 .
12. Bounameaux H. Unfractionated versus low-molecular –weight
heparin in the treatment of venous thromboembolism. Vascular
Medicine 1998; 3: 41 – 46.
13. Schulman S, Kearon C, Kakkar A, et al. Dabigatran versus warfarin in
the treatment of acute venous thromboembolism. N Engl J Med 2009;
361:2342 – 2352.
14. Buller HR, Prins MH, Lensing A, et. Al. Rivaroxaban versus warfarin
in nonvalvular atrial fibrilaton. N.Engl J Med 2012; 366: 1287 -1297.
15. Schulman S, Kearon C, Kakkar A, et al. Extended use of dabigatran,
warfarin, or placebo in venous thromboembolism. N Engl J Med
2013; 368:709 – 718.
16. Granger C, Alexander J, McMurray J, et al. Apixaban versus warfarin
in patients with atrial fibrillation. N Engl J Med 2011; 365:981 – 992.
17. Connolly S, Ezekowitz M, Yusuf S, et al. Dabigatran versus warfarin
in patients atrial fibrillation. N Engl J Med 2009; 361:1139 – 1151.
18. Patel MR, Mahaffey KW, Garg J, et al. Rivaroxaban versus warfarin
in nonvalvular atrial fibrillation. N Engl J Med 2011; 365:883 – 891.
19. Miller CS, Grandi SM, Shimony A, et al. Meta-analysis of efficacy
and safety of new oral anticoagulants (dabigatran, rivaroxaban,
apixaban) versus warfarin in patients with atrial fibrillation. Am J
Cardiol 2012; 110:453– 460.
20. Ruff CT, Giugliano RP, Antman EM, et al. Evaluation of the novel
factor Xa inhibitor edoxaban compared with warfarin in patients with
atrial fibrillation: design and rationale for the effective anticoagulation
with factor xA next generation in atrial fibrillation-thrombolysis in
myocardial infarction study 48 (ENGAGE AF – TIMI 48). Am Heart
J 2010; 160:635 – 641.
21. Adam SS, McDuffie JR, Ortel TL, Williams JW. Comparative
effectiveness of warfarin and new oral anticoagulants for the
management of atrial fibrillation and venous thromboembolism a
systematic review. Ann Intern Med 2012; 157:796 – 807