Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan ke 4

Memahami Model dan Gambaran Umum Teori Komunikasi Massa


Oleh: Mutia Dewi

Pokok Bahasan: Model dan Gambaran Umum Teori Komunikasi Massa. Model Komunikasi
Massa (Model satu tahap, model dua tahap, model multi tahap, model kegunaan dan kepuasan,
model Wilbur Schramm, Model Maletzke, serta penghantar pada teori komunikasi massa)
Tujuan: mahasiswa mengerti, memahami dan mampu menjelaskan model dan Gambaran Umum
Teori Komunikasi Massa. Model Komunikasi Massa (Model satu tahap, model dua tahap, model
multi tahap, model kegunaan dan kepuasan, model Wilbur Schramm, Model Maletzke, serta
penghantar pada teori komunikasi massa)

Materi Modul
1. Pengertian Model
Membicarakan komunikasi sebagai sebuah ilmu maupun keterampilan,
menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas manusia yang terlepas dari komunikasi. Demi
eksistensi dan keberlangsungan hidupnya, manusia membutuhkan orang lain melalui
komunikasi nya. Kemudian semakin maju dan berkembangnya manusia maka semakin
luas pembahasan kommunikasi sebagai cabang ilmu. Aktivitas berkomunikasi yang
dilakukan individu, kelompok, maupun khalayak yang lebih luas sering disebut sebagai
fenomena komunikasi.
Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, kita perlu menggunakan modelmodel komunikasi. Dimana model merupakan representasi suatu fenomena baik nyata
maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Akan
tetapi perlu diingat model bukanlah fenomena itu sendiri. Akan tetapi peminat
komunikasi termasuk mahasiswa sering mencampuradukkan model komunikasi dengan
fenomena komunikasi. Model hanya digunakan sebagai alat untuk memudahkan kita
dalam melihat dan membahas fenomena komunikasi. Hanya saja model tersebut
sekaligus mereduksi fenomena komunikasi yang berarti ada nuansa komunikasi lainnya
yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan dalam model tersebut. Akibatnya jika kita
tidak hati-hati dalam menggunakan model, model dapat menyesatkan kita. Ini lah sisi
negative dari model (Mulyana, 2013:131).
Beberapa pendapat lain mengenai defenisi model seperti yang disebutkan oleh
Sereno dan Mortensen dalam (Ardiyanto dkk, 2007: 67) model komunikasi merupakan

deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Defenisi ini
mengantarkan kita pada sebuah pengertian bahwa model mewakili atau menunjukkan
komponen-komponen apa saja yang harus ada agar komunikasi dapat berjalan efektif.
Werner J.Severin dan James W. Tankard Jr menyebutkan bahwa model membantu
merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena itu hubungan antara model
dan teori begitu erat, sehingga sering sekali dicampur adukkan dengan teori. Melalui
defenisi yang dibuat oleh severin dan Tankard menjadi penguat pentingnya memahami
model komunikasi sebelum masuk pada pembahasan teori komunikasi.
Agar percampuradukkan tidak terjadi ketika memahami model dan teori, maka
perlu dipahami bahwa model dapat berfungsi sebagai basis bagi teori yang lebih
kompleks, alat untuk menjelaskan toeri, dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki
konsep (Mulyana, 2013:132).
Melalui beberapa kumpulan defenisi model, kita telah mendapatkan gambaran
bahwa model merupakan gambaran dari fenomena komunikasi, dimana akan melalui
model yang dibuat memudahkan kita memahami teori komunikasi.

s
tiv
k
a
K
(fe
n
u
m
o
)

s im
ia
n
u
lk
e
d
o
m
s
a
lk
p
tfo
n
e

ite
s
a
n
u
m
rk
o

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa ketidak hati-hatian dalam


menggunakan dan memasukkan variable dalam model komunikasi, akan mengarahkan
kita pada kesalahan dalam memahami teori komunikasi. Untuk itu perlu diingat, model
hanya membantu kita untuk memahami dan menguji temuan-temuan yang kita dapatkan
dalam aktivitas komunikasi (dunia nyata). Dengan demikian, model seperti juga defenisi
komunikasi ataupun teori komunikasi pada umumnya tidak akan pernah ada yang pasti
ataupun final.
Menurut Gordon Wiseman dan Larry Barker dalam (Mulyana, 2013:133)
mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. Melukiskan proses komunikasi
2. Menunjukkan hubungan visual
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Sedangkan DeVito menyebutkan dengan mempelajari model komunikasi akan ada
beberapa keuntungan yang diperoleh, diantaranya :
1. Model memiliki fungsi mengorganisasikan, artinya model dapat mengurutkan
dan menghubungkan suatu system dengan system lainnya serta dapat
memberikan gambaran yang menyeluruh.
2. Model membantu menjelaskan sesuatu dengan menyajikan informasi secara
sederhana, artinya tanpa model, informasi itu dapat menjadi sangat rumit.

3. Dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu


kejadian.
Dengan demikian dapat kita buat kesimpulan dengan memahami model
komunikasi akan membantu kita melihat fenomena komunikasi secara utuh sehingga
mendapatkan pengertian dari teori komunikasi yang ada.
2. Model Komunikasi Massa.
Setelah melihat penjelasan model komunikasi diatas, kita dapat melihat implikasi
model komunikasi dalam komunikasi massa. Untuk memahami fenomena komunikasi
massa, kita perlu memahami model nya sebagai reperesentasi dari fenomena alur
produksi dan pendistribusian pesan. Bagaimana kedudukan audiens massa maupun
komunikator massa berperan dalam menimbulkan efek komunikasi massa, sekaligus
bagaimana peran-peran komponen komunikasi massa lainnya dalam fenomena
komunikasi massa.
Sama halnya dalam model komunikasi, model komunikasi massa juga dijadikan
penuntun bagi kita untuk memahami teori komunikasi massa. Sebagaimana yang telah
kita bahas dalam modul-modul sebelumnya, bahwa sangat sulit rasanya saat ini untuk
memisahkan kehidupan manusia tanpa keterlibatan media massa didalamnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa komunikasi massa luar biasa berkembangnya dalam potret
kehidupan masyarakat.
Selanjutnya, membicarakan model komunikasi massa, sebenarnya tidak begitu
jauh bedanya dengan model komunikasi. Hanya saja, karena kompleksitas fenomena dan
komponen yang ada dalam komunikasi massa, menjadikan model komunikasi massa pun
menjadi lebih rumit dibandingkan model komunikasi antar pesona. Komunikasi massa
mempunyai model tersendiri dalam proses aliran-aliran pesannya.
Berikut diberikan pemahaman dasar untuk memahami model komunikasi massa.
Seperti yang dikutip dari Hiebert, Ungurait, dan Bohn dalam (Nurudin, 2007:138):
1. Partisipan (audience) dalam komunikasi massa berjumlah besar dan dapat
meningkat secara drastic setiap saat. Sebagai contoh, jumlah yang berlipatlipat itu bisa dilihat dari jumlah penonton televisi, bioskop, pembaca buku dan
surat kabar, dll. Akan tetapi yang lebih penting adalah pengirim pesan berasal
dari seseorang yang berada di dalam sebuah lembaga atau institusi media
dengan aturan tertentu.
Berikut diberikan bentuk V proses komunikasi dari Gerhart D. Wiebe.

Intra personalinterpersonal

group

mass

2. Pesan lebih personal, terspesialisasi, dan umum. Tahapan ini sangat mungkin
terjadi sebab penerima pesan berasal dari lapisan masyarakat yang jumlahnya
relatif besar.
3. Masing-masing audience secara fisik dan emosional dipisahkan oleh ruang
dan waktu dari komunikator dalam komunikasi massa. Berita surat kabar
misalnya dibaca oleh orang dengan perbedaan waktu dan tempat. Sementara
itu, komunikator dalam komunikasi massa, tidak secara pasti mengetahui
secara detail siapa pembaca surat kabar-nya. Ikatan emosional antara
komunikator dengan pembacanya pun sangat rendah.
4. Media massa menjadi syarat mutlak bagi saluran komunikasi massa. Bahkan
komunikasi massa itu sendiri tidak akan pernah terjadi tanpa organisasi yang
kompleks.
Melalui pemahaman dasar yang disampaikan diatas, dapat kita menyimpulkan
bahwa model komunikasi massa tidak berbeda jauh sebenarnya dengan model
komunikasi pada umumnya. Apalagi sekarang dengan kemajuan teknologi yang pesat,
menjadikan komunikasi antarpesona pun termediasi dengan alat (teknologi komunikasi).
Dimana dalam hal ini kita kategorikan dalam bentuk komunikasi massa dengan kategori
penggunaan alat.
Selanjutnya fenomena komunikasi massa yang kompleks tersebut perlu kita
pahami dengan representasi dalam model-model komunikasi massa berikut ini. Modelmodel ini dibuat berdasarkan pada era masyarakatnya sekaligus menuju pada era
perkembangan teknologi komunikasi.
a. Model komunikasi massa berdasarkan era perkembangan masyarakatnya
1. Model Komunikasi Massa Satu Tahap (one step flow model)
Model ini sebenarnya sudah jarang terjadi dalam fenomena komunikasi massa. Hanya
saja mahasiswa perlu memahami alur perkembangan model komunikasi massa, supaya
memahami era ini pernah terjadi dalam aktivitas komunikasi massa. Model komunikasi
satu tahap ini menjelaskan kepada kita bahwa media massa secara langsung memberikan
informasi nya kepada komunikan tanpa menggunakan perantara. Media masssa dalam
model ini dikatakan memiliki pengaruh yang sangat kuat kepada komunikan. Sementara
itu komunikan atau audience media dipandang sebagai pihak yang tidak memiliki

kekuatan dan kekuasaan dalam menghindari pesan-pesan media massa. Sejalan dengan
perkembangan masyarakat model ini pun menuai kritikan, karena dianggap tidak semua
masyarakat terkena pengaruh media massa, dan media massa bukanlah sumber informasi
utama bagi masyarakatnya.

Media Massa

Komunikan
(Audience
Media)

2. Model Komunikasi Massa Dua Tahap (Two Step Flow model)


Model ini terinspirasi melihat perkembangan media massa dan masyarakatnya. Sekaligus
model ini muncul dalam rangka menyempurnakan model komunikasi massa satu tahap
diatas. Model ini menjelaskan kepada kita bahwa pesan-pesan yang dibawa media massa
diterima oleh individu-indivvidu yang menaruh perhatian lebih pada media massa,
sehingga mereka menjadi orang yang terinformasi (well Informed). Model ini pertama
kali diperkenalkan oleh Paul Lazarfeld dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa
pesan media massa sangat kecil dalam mempengaruhi calon presiden yang dipilih oleh
masyarakat. Audience massa lebih banyak terpengaruh oleh pendapat-pendapat yang
dibawa oleh para pemimpin mereka atau orang yang lebih terinformasi secara baik.
Pemimpin-pemimpin dalam suatu masyarakat ini lah yang kemudian disebut sebagai
opinion leader. Masyarakat pada era ini lebih banyak mendapatkan informasi dari
pimpinan atau kepala sukunya. Biasanya tokoh masyarakat ini mendapatkan informasi
dari media massa, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat di suatu tempat. Akan
tetapi model ini pun mendapatkan kritikan karena dianggap model ini tidak cukup
mewakili kondisi masyarakat perkotaan yang sudah sangat terbiasa berinteraksi dengan
media massa dan jauh lebih percaya dengan media massa daripada opini seseorang.

m O ep di n i ai

M a s y a ra k a t

3. Model Komunikasi Massa Multi Tahap (Multi Step Flow model)


Menyikapi model komunikasi massa dua tahap yang tidak efektif terhadap masyarakat
yang tingkat buta huruf nya kecil dan masyarakat perkotaan, maka komunikasi massa

banyak tahap muncul sebagai representasi dari fenomena komunikasi massa. Model ini
mengatakan bahwa terjadi hubungan timbal balik dari media ke khalayak, dimana
khalayak juga berinteraksi dengan khalayak yang lain dengan menggunakan sebagaian
informasi yang didapatkan melalui media massa. Pada model ini memperlihatkan bahwa
khalayak atau audiens media bisa menerima pesan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari media massa. Tidak langsung menandakan masih ada nya peran tokoh atau
pemimpin masyarakat. Selanjutnya informasi yang diberikan oleh media massa juga bisa
digunakan oleh audiens untuk mempengaruhi oleh orang lain dalam hal ini untuk
memperkuat data-data. Sebaliknya para audiens media pun bisa memberikan umpan balik
kepada media massa atau menjadi sumberi informasi (refleksi) untuk media massa.

sum
ber

G
4

O
L

O
L

G
1

1
2

G
2
G
3

3
4
6

ket: sumber merupakan media massa, OL (opinion leader), G dan Angka-angka


menunjukkan audiens media.
b. Model komunikasi massa berdasarkan latar belakang keilmuwan, proses serta tujuan
dibuatnya model.
1. Model komunikasi massa Melvin De Fleur.
Model ini menekankan pada point penting bahwa media massa menjadi saluran
penting dalam penyampaian pesan. Sementara itu fungsi penerima pesan adalah
orang yang dikenai sasaran pesan yang disebarkan dan
penginterpretasian pesannya. Penekanan lain dari model ini
adalah bahwa dalam proses komunikasi massa tidak tertutup
kemungkinan untuk terjadinya gangguan. Dimana gangguan bisa
saja terdapat dalam semua komponen komunikasi massa.

2.

Pera
lata
n
med
ia
Pe
pen
mas
sum
ma
salu
eri
sa
ber
nca
ran
gan
ma
r
ggu
pe
pen
an
tuju
salu
ma
eri
an
ran
nca
Peralat
ma
r
an
umpan
balik
Model Komunikasi Massa HUB (Hiebert, Ungurait, Bohn)

tuju
an
sum
ber

Model ini menunjukkan pada kita bahwa proses dalam


komunikasi massa merupakan proses yang dinamis, sirkuler dan
terus menerus berkembang. Model ini dapat di analogikan
sebagai pemberitaan atau informasi yang disampaikan oleh
media massa saat ini tidak pernah statis, selalu ada perubahan
dari hari ke harinya. Hari ini bisa saja Jokowi merajai pemberitaan
media massa, atau sinetron Mahabarata dll, tetapi bulan depan
atau hari berikutnya bisa saja SBY atau sinetron-sinetron lainnya
menguasai segala aspek informasi pesan media massa. Jika kita
perhatikan model komunikasi massa ini yang seperti gelombang,
mengisyaratkan kepada kita bahwa informasi media massa
dapat menyebar luas. Seperti halnya kita melemparkan batu ke
dalam sebuah air, yang kemudian membentuk lingkaranlingkaran kecil hingga membesar. Pesan media massa pun
demikian, disebarkan kemudian oleh khalayak-khalayak lain,
informasi tersebut diteruskan hingga menjadi meluas. Selain itu
focus model ini juga menunjukkan bahwa pesan media massa
disusun oleh komponen yang sangat kompleks.

audiences

feedback

co
nte
nts

filters
regulators
media
gatekeepers
codes
ccccc
communicator
cc contents Media
amplification
co
nte
nts

3. Model Komunikasi Massa Bruce Westley dan Malcom Mclean


Model ini menekankan pada peran gatekeeper pada proses
komunikasi massa. Gatekeeper merupakan penyaring informasi
sebelum pesan tersebut disebar luaskan kepada khalayak yang
berasal dari institusi media. Dalam hal ini jika kita analogikan
dalam sumber daya yang ada didalam penerbitan surat kabar,
editor, pemimpin redaksi akan mengoreksi kelayakan berita yang
telah di peroleh oleh seorang reporter sebelum disebarluaskan
kepada khalayak.

fba

x1
x3

fca
fbc

x4
4. Model Komunikasi Massa Shannon dan Weaver
Model ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatannya. Pada model ini menjelaskan bahwa suatu
sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang
penerima yang menyandi balik atau mencipta-ulang pesan

tersebut. Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa


sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan
dari seperangkat pesan yang dimungkinkan.

Su
mbe
sinyal sinyal
trans
pen
r
tuju
mitte
erim
info
an
pesan r
pesan
a
rma
si
Sumber
ganggua
n

5. Model Komunikasi Massa Harold D.Laswell


Model ini menekankan pada bagaimana strategi yang dipakai
dalam proses komunikasi massa. Strategi ini berkaitan dengan
bagaimana penentuan komponen-komponen yang terlibat
sehingga terjadi ketepatan dalam menentukan khalayak sasaran.
Jika dilihat pada modelnya who (berkaitan dengan siapa
sumbernya) dimana ini nanti akan berperan dalam merangsang
pertanyaan mengenai pengendalian pesan. says what berkaitan
dengan topic yang akan diangkat dimana sebaiknya mengikuti
perkembangan masyarakatnya. In which channel berkaitan
dengan saluran komunikasi atau medianya. To whom berkaitan
dengan unsure penerima pesan dan unsur pengaruh with what
effect.

Who Sayswht

Inwhicael

Towhm Withwaeffc

6. Model Komunikasi Massa Dennis Mcquail


Model ini memberikan penekananan pada apa yang dilakukan
orang terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan

media disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi, audiens tidak


akan menggunakan media, jika dirasa tidak dapat memenuhi
kebutuhan nya. Pendorong kebutuhan untuk bermedia
dipengaruhi oleh berbagai factor, sehingga sampai pada tingkat
memutuskan mengkonsumsi media massa. Fenomena ini
dianggap mampu mewakili keadaan masyarakat kita saat ini.
Harap
Seseorang akan memilih tabloid
kumpulan resep masakan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya
terhadap hobby.
anSehingga fenomena ini menghantarkan pada munculnya
harap
beranekaragam tayangan, pemberitaan maupun bentuk media
Fakt
an
massa.

Berb
Mengh
or
terha
agai
asilkan
sosi
dap
Kebu
pola
gratifi
Konse
al
tuha
medi
pen
kasi
kuensi
n
psik
a
gah
kebutu
yang
lain
ologi
atau
ada
mela
han
yang
s
sumb
pan
hirka
(6)
tidak
men
er
med
n (2)
diingin
imb
lain
ia
Melalui model-modelyang
komunikasi massa yang kan
sudah
ulka
(5)
disebutkan
diatas,
diharapkan
setelah
memahaminya,
(7)
n (1)
meng
mahasiswa memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk
arahk
mempelajari teori komunikasi
massa.
an (34)

Pertanyaan diskusi:

1. Menurut anda model komunikasi massa manakah yang masih relevan


dengan kondisi riil sekarang? Jelaskan jawaban anda.
2. Mengapa model komunikasi massa perlu dipahami sebelum membahas
mengenai teori komunikasi massa?
3. Berikan contoh fenomena komunikasi massa yang mewakili masingmasing model?

Bahan Rujukan:

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala-Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa:Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Baran, Stanley J. 2010. Teori Komunikasi Massa, dasar pergolakan dan masa depan.
Jakarta: Salemba Humanika
DeVito, joseph A. 1996. Komunikasi Antar Pribadi. Alih bahasa: Agus Maulana. Jakarta: Profesional
books
Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa, Kontroversi, Teori dan Aplikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media
Werner J.Severin dan James W.Tankard,Jr.1992.Communication Theories: Origins,
Methods, and Use in the Mass Media. New York:Longman

Anda mungkin juga menyukai