tertentu, bahan makanan pokok yang dianggap penting pada kehidupan sehari hari
atau yang sering dikonsumsi harus juga kita kenali, seperti makanan pokok yang
merupakan sumber energy dan banyak mengandung karbohidrat dan protein yakni
seperti serealia dan kacang kacangan (Rozicaca, 2011).
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis serealia dan kacang-kacangan dengan
berbagai warna, bentuk, ukuran, dan varietas yang sebenarnya potensial untuk
menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Serealia umumnya sebagai
sumber karbohidrat (pati) sedangkan kacang kacangan umumnya sebagai sumber
protein, tak hanya protein dan karbohidrat namun dalam serealia dan kacang
kacangan ini juga terdapat lemak yang kadarnya berbeda beda. Konsumsi serealia
dan kacangan di Indonesia seringkali digunakan baik dalam dunia baking maupun
dunia masak karena produk ini bisa diolah menjadi tepung. Selain rasanya yang
enak serealia dan kacang-kacangan juga mengandung banyak vitamin dan mineral
yang penting untuk tubuh kita (Rozicaca, 2011).
Yang dimaksud dengan serealia yaitu biji-bijian dari family rumputrumputan (gramine) yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat menjadi makanan
pokok manusia, pakan ternak dan industry yang menggunakan karbohidrat
sebagai bahan baku. Jenis biji-bijian yang mengandung minyak misalnya jagung,
merupakan bahan baku industry minyak nabati (Muchtadi, 2013).
Biji-bijian yang tergolong dalam serealia antara lain padi (Oryza sative),
jagung (Zea mays), gandum (Triticum sp), cantel (Sorghum sp) dan yang jarang
dijumpai di Indonesia adalah barley (Horgeum vulgare), rye (Secale cereale), oats
(Avena sative). Satu sama lain mempunyai struktur kimia yang sangat mirip
(Muchtadi, 2013).
Kacang-kacangan ada yang memasukan dalam serealia. Kacang-kacangan
termasuk family Leguminosa atau disebut juga polongan (berbunga kupu-kupu).
Berbagai kacang-kacangan yang telah banyak dikenal adalah kacang kedelai
(Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogeal), kacang hijau (Phaseoulus
radiates), kacang gude (Cajanus cajan) dan masih banyak lagi. Kacang-kacangan
merupakan sumber utama protein nabati dan mempunyai daya guna yang sangat
luas. Kacang tanah dan kedelai merupakan sumber utama minyak di samping
komoditi lainnya (Muchtadi, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dalam pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacangkacangan adalah untuk mengetahui struktur dan sifat fisik yang berbeda dari
komoditi serealia dan kacang-kacangan.
Tujuan dalam percobaan uji bleaching adalah untuk mengetahui apakah
tepung terigu yang di uji telah di bleaching atau tidak di bleaching.
Tujuan dalam percobaan daya serap air tepung terigu adalah untuk
mengetahui besarnya daya serap air pada tepung serta kualitas tepung.
Tujuan dalam percobaan uji gluten adalah untuk mengetahui jumlah gluten
yang tergantung di dalam tepung terigu, dimana gluten tersebut merupakan
protein yang tidak dapat larut dalam air.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dalam pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacangkacangan adalah berdasarkan pengamatan terhadap warna dan bentuk, densitas
kamba, ukuran, struktur fisik yang meliputi irisan melintang dan irisan membujur,
dan rasio pengembangan.
Prinsip dalam percobaan uji bleaching adalah berdasarkan reaksi oksidasi
karoten oleh petroleum ether sehingga terjadi pengendapan dan terigu yang tidak
di bleaching menunjukan kuning pada supernatan.
Prinsip dalam percobaan daya serap air tepung terigu adalah berdasarkan
kemampuan tepung menyerap air, semakin rendah daya serap air tepung maka
semakin rendah kualitas tepung.
Prinsip dalam percobaan uji gluten adalah berdasarkan sifat gluten yang
merupakan protein yang tidak larut dalam air dan mempunyai sifat elastic dan
licin pada permukaannya.
II METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2) Alatalat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan daya serap air tepung terigu
adalah gelas kimia, gelas ukur dan plastik sampel.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan uji gluten adalah gelas kimia,
plastik sampel, pipet seukuran, cawan, timbangan digital dan oven.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan uji bleaching adalah gelas kimia,
gelas ukur.
2.3 Metode Percobaan
1.
6.
7.
8.
Jagung
Densitas kamba
39,7 g/mL
Ukuran
Panjang
0,835 cm
Lebar
0,565 cm
Berat
0,2 gram
Irisan melintang
Sifat fisik
Irisan membujur
Sumber: Kelompok H, Meja 3, (2014)
Beras putih
Berat utuh
1 gram
Berat awal
1 gram
1,6 gram
23,08%
Hasil
pengamatan
pengetahuan
bahan
pangan
percobaan
Beras putih
ta1
7 cm
ta2
6,9 cm
tb1
0,9 cm
tb2
1,7 cm
% Rasio pengembangan
85,25 %
rasio
Tepung Beras
Volume Air
20 mL
Berat Terigu
25 gram
80%
b. Air
Gluten Basah
2,7 gram
Gluten Kering
Gluten Basah
2,8 gram
Gluten Kering
Tepung Ketan
Hasil
Secara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian
utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip kap. Perikarp merupakan
lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses pembentukan biji.
Pada waktu kariopsis masih muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi sel-sel itu
berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu lapisan
ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau testa/aleuron yang
secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3% dari
keseluruhan biji (Suarni, 2014).
Lembaga merupakan bagian yang cukup besar. Pada biji jagung tipe gigi
kuda, lembaga meliputi 11,5% dari bobot keseluruhan biji. Lembaga ini sendiri
sebenarnya tersusun atas dua bagian yaitu skutelum dan porosembrio (embryonic
axis). Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%,
hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat dari bagian yang lunak (floury
endosperm) dan bagian yang keras (horny endosperm). Lembaga terdiri atas
plumula, radikel, dan skutelum, yaitu sekitar 10% dan perikarp 5%. Perikarp
merupakan lapisan luar biji yang dilapisi oleh testa dan lapisan aleuron. Lapisan
aleuron mengandung 10% protein (Suarni, 2014).
Setiap tip cap adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel.
Lapisan aleuron, perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang
berbeda. Lembaga juga mengandung lemak dan mineral (Suarni, 2014).
Beras merupakan salah satu serealia yang sering dikonsumsi oleh kita. Mutu
beras sangat bergantung pada mutu gabah yang akan digiling dan sarana mekanis
yang digunakan dalam penggilingan. Selain itu, mutu gabah juga dipengaruhi oleh
genetik tanaman, cuaca, waktu pemanenan, dan penanganan pascapanen.
Pemilihan beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen, ditentukan oleh
faktor subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau etnis, lingkungan,
pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Beras
yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan dengan selera
dan preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara tidak
langsung, faktor mutu beras diklasifikasikan berdasarkan nama atau jenis (brand
name) beras atau varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat
tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran
maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras.
Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu
beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan dibuktikan berdasarkan
sertifikat hasil uji (Suismono 2002). SNI untuk beras giling bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya manipulasi mutu beras di pasaran, terutama karena
pengoplosan atau pencampuran antarkualitas atau antarvarietas (Soerjandoko,
2010).
Sifat Fisik Serealia (Muchtadi, 2013).
Nama
Beras
Panjang
(mm)
5 10
Lebar
(mm)
1,5 5
Berat
(mg/biji)
27
Densitas kamba
(kg/ m2)
575-600
Gandum
58
2,5 4,5
37
790-825
Jagung
8 17
5 15
285
745
Sorghum
3 15
2,5 4,5
23
1360
Rye
4,5 10
1, 5 3,5
21
695
Oats
6 13
1-4,5
32
356-520
Berdasarkan ukuran beras dalam standarisasi mutu beras dikenal 4 tipe yaitu
(Rozicaca, 2011):
-
ditentukan
oleh
varietas
padi
dan
kadar
air
beras.
Mutu
masak
itu dapat menahan gelembung udara, karena adonan tepung akan lebih
mengembang (Winarno, 1992).
Pemucatan ini bertujuan untuk memperbaiki penampakan, disamping untuk
meningkatkan mutu tepung misalnya untuk meningkatkan daya kembang. Tepung
yang berwarna kekuningan bersifat kurang elastic. Pemakaian zat pemucat yang
berlebihan akan menghasilkan adonan yang pecah-pecah, butirannya tidak merata,
berwarna keabu-abuan dan volumenya menyusut (Winarno, 1992).
Sifat alkana (Petroleum Eter) dibagi menjadi dua yaitu secara fisika dan
kimia:
1.
2.
Fisika
a. Pada suhu kamar C1 C4 berwujud gas, C5 C14 berwujud cair, dan
b.
c.
masa jenis. Tetapi makin banyak cabang, makin rendah titik didih.
Sukar larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar missal tetra
(Zandrapm, 2013).
Petroleum eter dapat diganti dengan kloroform, n-hexan, alkohol. Namun
dalam praktikum kali ini kita menggunakan petroleum ether karena waktu yang
digunakan untuk bekerja lebih cepat dan akan lebih berbahaya jika pakai yang lain
terutama kloroform.
Supernatan adalah substansi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah,
sehingga posisi dari substansi ini berada pada lapisan atas dan berwarna bening
(Setianingrum, 2012).
Selanjutnya dalam praktikum ini juga terdapat uji gluten. Gluten adalah
protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam air. Glutein bisa
diekstrak dengan cara mencucinya dengan air hingga patinya hilang. Gluten yang
telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutenin
dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang
menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang
berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan (Parker, 2003).
Gluten merupakan salah satu dari jenis protein globuler, yaitu protein yang
berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih
mudah berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan
basa (Winarno, 1992).
Mekanisme terbentuknya glutein yaitu tepung yang mengandung gliadin
dan glutein apabila bereaksi dengan air (perendaman), lalu apabila dipanaskan
akan terjadi reaksi gelatinisasi sehingga membentuk gluten.
Pada percobaan gluten hasil dengan NaCl lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan air, hal tersebut dapat dilihat kembali dari sifat gluten yang tak larut
dalam air sehingga hasil nya pada air masih besar kandungannya, dibandingkan
dengan NaCl, NaCl dapat melarutkan gluten sehingga hasil gluten keringnya lebih
sedikit/kecil.
Daya serap air tepung terigu juga menunjukkan jumlah air yang dapat
diserap oleh bahan yang mencerminkan kebutuhan bahan akan air untuk
membentuk suatu adonan yang baik. Jenis gandum akan mempengaruhi daya
serap air tepung terigu yang dihasilkan. Daya serap air menunjukkan jumlah air
yang dapat diserap oleh bahan yang mencerminkan tingkat kelunakan bahan.
Parameter daya serap air juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah air yang
perlu ditambahkan pada saat penggolahan untuk mendapatkan mutu organoleptik
(penampakan dan tekstur) yang optimal. Tepung terigu yang terbuat dari gandum
keras (hard wheat) jenis hard spring dan hard winter mempunyai daya serap air
yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk pembuatan roti. Tepung terigu
yang berasal dari gandum lunak (soft wheat) mempunyai daya serap air yang
rendah. Daya serap air setiap jenis tepung terigu perlu diketahui untuk
penyusunan formula adonan dan ketepatan pemilihan jenis terigu sebagai bahan
dasar pembuatan produk pangan (makanan) (Rozicaca, 2011).
Tepung berdasarkan jumlah proteinnya dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
2.
3.
(Pratiwi, 2013).
Pengukuran densitas kamba yaitu hasil bagi antara berat bahan dan volume
bahan. Dan hasil dari pengukuran densitas kamba diperoleh hasil yang berbedabeda dari setiap bahan. Densitas kamba bahan yang diukur pada alat yang sama
tidak akan sama, hal yang mempengaruhi perbedaan ini adalah besar-kecilnya
serealia dan kacang-kacangan tersebut, semakin besar serealia dan kacang
kacangan tersebut maka densitas kamba yang didapat semakin kecil yang
disebabkan oleh banyak terdapat ruang kosong didalam bahan saat diukur, dan
semakin kecil ukuran serealia dan kacang-kacangan maka densitas kamba
semakin besar karena terdapat sedikit ruang kosong dalam bahan saat pengukuran
(Rozicaca, 2011).
Aplikasi densitas kamba pada industri pangan adalah kita dapat mengetahui
kapasitas dan jumlah mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi terutama
produk serealia dan kacang-kacangan, untuk mengetahui luas penyimpanan yang
dibutuhkan dan jumlah pengamasan yang harus dilakukan.
Pada pengamatan daya serap air pada suhu 800 C, berat awal dari bahan
adalah 1 gram. Setelah dipanaskan pada suhu 800 C dari berat semula diperoleh
peningkatan massa bahan. Penyerapan air oleh bahan dapat mengakibatkan
kerusakan bahan misalnya jika beras dimasak melebihi kadar air yang dibutuhkan
maka beras tersebut akan berubah menjadi bubur atau menjadi cairan kental.
Keadaan ini dapat membuat kita untuk menentukan kadar air untuk memasak
setiap bahan itu agar tidak menjadi rusak (Rozicaca, 2011).
Pada pengamatan rasio pengembangan, kekerasan suatu bahan serealia dan
kacang-kacangan sangat berpengaruh terhadap rasio pengembangan dan daya
serap bahan terhadap air. Bahan yang memiliki tekstur yang lembut seperti kacang
tanah lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan kacang kedelai yang
memilki tekstur yang keras. Banyak dan sedikitnya bahan menyerap air saat
dimasak mempengaruhi berat akhir bahan setelah dimasak, bahan yang telah
dimasak cendrung memiliki berat yang lebih besar dibandingkan dengan bahan
sebelum dimasak, hal ini terjadi akibat proses pemasakan yang mengakibatkan
bahan menyerap air. Proses pemasakan bahan juga mempengaruhi rasio
pengembangan bahan. Bahan yang banyak menyerap air selain mengakibatkan
pertambahan berat bahan juga mempengaruhi panjang, lebar, dan tebal bahan.
Bahan yang banyak menyerap air menyebabkan pertambahan panjang, lebar dan
tebal bahan yang lebih besar (Rozicaca, 2011).
kuning pucat dan bentuk lonjong pipih dengan densitas kamba sebesar 39,7
gram/mL, panjang sebesar 0,835 cm dan lebar sebesar 0,565 cm dengan berat
sebesar 0,2 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel beras putih pada percobaan
daya serap air memiliki daya serap air sebesar 23,08%.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel beras putih pada percobaan
rasio pengembangan memiliki rasio pengembangan sebesar 85,25%.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung beras pada percobaan
daya serap air tepung terigu memiliki daya serap air sebesar 80%.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung segitiga biru pada
percobaan uji gluten memiliki gluten basah menggunakan NaCl sebesar 2,7 gram
dan gluten basah menggunakan air sebesar 2,8 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa sampel tepung ketan pada percobaan
uji bleaching menghasilkan supernatan yang berwarna putih yang menunjukan
bahwa sampel dibleaching.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, praktikan memahami prosedur
dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan
yang benar, serta tidak keliru melakukan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Informasi Spesies Jagung. Diakses tanggal 20 November 2014.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301.
Buckle, K .A, R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1995. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Moehyl, S. 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara,
Jakarta.
Skala
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1.
2.
= 23,08%
Rasio Pengembangan
% Rasio Pengembangan =
Ket
ta1
ta2
tb1
tb2
Sampel
ta1
ta2
tb1
tb2
: Beras Putih
= 7 cm
= 6,9 cm
= 0,9 cm
= 1,7 cm
% Rasio Pengembangan =
3.
= 85,25%
Daya Serap Air Tepung Terigu
Sampel : Tepung Beras
Volume air = 20 mL
Berat terigu = 25 gram
Daya serap air tepung terigu (%) =
=
= 80%