Uji ninhidrin merupakan uji umum untuk protein yang spesifik untuk asam
amino. Pada prinsip kerja uji ninhidrin ini, menguji ada atau tidaknya protein
dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen ninhidrin untuk mengetahui
jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung didalamnya, dimana asam
amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Sehingga, karena setelah dipanaskan warnanya berubah
menjadi ungu maka positif mengandung asam amino
Pada reaksi diatas ninhidrin ditambah asam alfa amino menghasilkan ninhidrin
tereduksi dan NH3, karbondioksida dan gugus aldehidnya lepas ke lingkungan.
Kemudian ninhidrin tereduksi dan NH3 ditambah ninhidrin baru diproses secara
kondensasi menghasilkan garam diketo-hydrihalide-diketo-hydramine yang
menyebabkan warna ungu (Hart, 2005)
Uji biuret
Uji biuret merupakan uji umum untuk protein yang spesifik untuk ikatan peptida
Pada prinsip kerja biuret, yaitu menguji ada atau tidak adanya protein dalam
suatu senyawa dengan penambahan reagen NaOH dan CuSO4 berdasarkan ada
atau tidaknya ikatan peptida (ikatan peptida harus 2 atau lebih). Dimana ion
Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks
berwarna biru hingga ungu (Azhar, 2010).
Jika hasil ujinya positif, dimana setelah direaksikan dengan reagen pada
permukaannya warnanya berubah menjadi ungu. Hal ini disebabkan karena
ketiganya memiliki ikatan peptida lebih dari dua sehingga bisa diidentifikasi
dalam uji biuret ini, dan hasil ujinya positif. Apabila warnanya ungu maka ikatan
peptidanya panjang, apabila warnanya kemerahmudaan maka ikatan peptidanya
pendek
Reaksi uji biuret :
kemudian ditambahkan dengan alkohol 95% maka larutan akan terlihat tetap bening namun
terdapat gelembung-gelembung udara. Ketika albumin dengan penambahan buffer asetat pH
4,7 kemudian ditambahkan dengan alkohol 95%, larutan berubah menjadi putih keruh.
Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan
protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari gugus
hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam dalam suasan
asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik.
Pada reaksi pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan
yang disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar)
didalam molekul protein dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan
albumin + NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak
keruh. Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik
isoelektrik merupakan pH dimana kelarutan protein minimum karena jumlah ion positif dan
ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton dan alkohol yang
bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan protein. Penambahan asam
berupa HCl menyebabkan larutan albumin kelihatan keruh akibat pH daripada larutan berada
dibawah pH buffer asetat pH 4,7. Sedangkan dengan penambahan basa menyebabkan larutan
albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin. Hal ini
berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein dalam suasana pelarut yang bersifat asam
akan bertindak sebagai basa dan dalam suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak
sebagai asam).