Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandigan luas membran timpani dan
tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis
dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.(tambahan anfis: ari + aan). Gelombang
bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh
ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa
yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan
ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan
menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambutsel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan
sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di
dalam otak melalui saraf pendengaran.
Cara kerja indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini
akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan
ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
yang terjadi pada keadaan sadar/ bangun dasarnya mungkin organic,fungsional,psikotik ataupun histerik
( Maramis,19990).
Oleh karena itu,secara singkat hulusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan ( halusinasi optic ):
Apa yang dapat dilihat seolah olah berbentuk : orang,binatang, barang, atau benda.
Apa yang dilihat seolah olah tidak berbentuk : sinar,kilatan,atau pola cahaya.
Apa yang dilahat seolah olah berwarna atau tidak berwarna .
b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik - Halusinasi yang seolah olah mendengar suara manusia,suara
hewan,suara barang,suara mesin,suara musik, dan suara kejadian alami.
c. Hulusinasi olfaktori ( halusinasi penciuman) Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau
tertentu.
d. Halusinasi guatatorik ( halusinasi pengecap ) Halusinasi yang seolah olah mengecap suatu zat atau
rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi taktil ( halusinasi peraba ) - Halusinasi yang seolah olah merasa badannya bergerak di
sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
f. Halusinasi kinestik ( halusinasi gerak ) Halusinasi yang seolah olah merasa di raba
raba,disentuh,di colek colek , ditiup,dirambati ulat,dan disinari.
g. Halusinasi visceral Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah olah ada perasaan tertentu yang
timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk tusuk jarum ).
h. Halusinasi hipnagogik persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal,terjadi
tepat sebelum bangun tidur.
i. Halusinasi histerik Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
PROSES TERJADINYA PERSEPSI
Persepsi melewati tiga proses, yaitu :
a. Proses fisik ( kealaman) objek stimulus reseptor atau alat indra.
b. Proses fisiologis Stimulus saraf sensoris otak.
c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang di terima
Jadi,syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologi,dan psikologi. Secara bagan dapat
di gambarkan sebagai beriku:
OBJEK STIMULUS RESEPTOR
SARAF MOTORIK
PERSEPSI
Isolasi
Disebut juga dengan intelektualisasi. Mekanisme dengan cara mengalihkan emosi dan kenangan yang
menakutkan. Sebuah keluarga yang saling berselisih menjadi tenang dan mampu berkumpul bersama
karena kondisi darurat, namun setelah keadaan pulih, mereka kembali bercerai berai. Orang cenderung
merasa dekat kalau ada salah satu anggota keluarga yang meninggal. Para dokter dan perawat bersikap
ramah dan hangat kepada pasien untuk menutupi rasa jijik pada darah dan luka pasien yang dirawat.
Remaja pengemar film horor akan sering tampil ke hadapan orang banyak yang tujuan sebenarnya adalah
menghilangkan rasa takutnya sendiri.
Penggantian
Mekanisme dengan mengalihkan ke target pengganti. Jika seseorang merasa nyaman dengan hasrat dan
nafsu yang dirasakan, tapi orang lain yang akan dijadikan sasaran perasaan tersebut malah merasa
terancam, maka orang tersebut dapat mengganti dengan orang lain atau benda lain yang dijadikan target
simbolik.
Seorang anak membenci ibunya akan menekan perasaan itu, tapi juga mengarahkannya pada yang lain,
misalnya, wanita secara umum. Orang yang tidak merasa nyaman dengan hasrat seksualnya dengan orang
lain melampiaskan dengan boneka.
Melawan Diri Sendiri
Bentuk mekanisme penggantian yang paling khusus, di mana seseorang menjadikan diri sendiri sebagai
target pengganti. Biasanya sebagai target melampiaskan rasa benci, marah dan keberingasan. Mekanisme
ini dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah dan depresi akibat kemarahan yang ditahan.
Seorang anak yang dimarahi orang tua akan memukul-mukul kepalanya sendiri karena tidak mungkin dan
sangat berbahaya jika memukul orang tuanya yang sedang marah tersebut.
Proyeksi
Sumber-sumber ancaman adalah dari dunia luar dan bukan bersumber pada impuls-impuls primitifnya.
Pengubahan menjadi lebih mudah karena ketakutan neurotis dan ketakutan moral itu kedua-duanya
bersumber dari dunia luar. Proyeksi memiliki tujuan rangkap yaitu mengurangi ketegangan dan alasan-
alasan (yang sebenarnya pura-pura) mempertahankan diri agar dalam posisi aman.
Dalam proyeksi seseorang mengatakan: Dia membenci saya sebagai pengganti Saya membenci dia.
Seorang suami yang baik dan jujur merasa tertarik dengan wanita tetangga. Tapi dia tidak menyadari atau
mengakui apa yang dirasakan, namun malah menuduh istrinya selingkuh dengan pria lain.
Tawanan Altruistik
Seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin, tapi dengan memanfaatkan orang
lain. Contoh dari mekanisme ini adalah orang yang berusaha keras membuat orang lain bersahabat dan
menjalin hubungan permanen. Sehingga dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
Pembentukan Reaksi
Penggantian impuls-impuls atau perasaan yang membuat kecemasan menjadi lebih aman dan tidak
berbahaya. Mekanisme ini adalah mengubah dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima menjadi
kebalikannya (dapat diterima). Perasaan benci diganti dengan perasaan cinta
Seorang anak marah pada ibunya akan berubah secara dramatis menjadi sangat baik dan patuh. Anak
yang dimarahi itu mungkin malah lari dan memeluk ibunya. Seseorang yang tidak bisa menerima
dorongan homoseksual dalam dirinya akan berubah menjadi penentang gerakan gay. Seorang koruptor
yang terlihat aktif mendukung gerakan anti korupsi. Anak perempuan akan menceritakan betapa jeleknya
kaum pria, sementara itu perasaan yang sebenarnya bukan begitu (berpura-pura). Seorang suami yang
membenci istrinya, membelikan hadiah ulang tahun.
Penghapusan
Mekanisme ini mencakup ritual yang bertujuan menghapus pikiran atau perasaan yang tidak
mengenakkan. Tindakan-tindakan yang bersifat melupakan, atau tindakan meminta maaf, tapi tindakan
melupakan ini tidak disadari sama sekali.
Seorang ayah pemabuk, memberikan hadiah berlimpah untuk anak-anaknya saat hari raya. Ketika suasana
hari raya habis, dan anak-anak telah terkecoh dengan tipuan, dia kembali lagi pada kebiasaannya mabukmabukan, kemudian bercerita pada orang lain betapa keluarganya tidak memiliki rasa terima kasih sama
sekali atas kebaikan ayahnya.
Introjeksi (Identifikasi)
Mekanisme dengan membawa kepribadian orang lain masuk ke dalam diri sendiri, karena dengan begitu
dapat menyelesaikan masalah perasaan yang mengganggunya. Mekanisme ini sangat penting dalam teori
kepribadian Psikoanalisa sebagai mekanisme yang dibentuk oleh Super Ego.
Anak-anak remaja sering mengidentifikasi diri dengan bintang-bintang favorit, musisi, artis, atlet, dan
sebagainya, untuk meneguhkan identitas diri. Mekanisme identifikasi secara ekstrim, yaitu seorang
wanita setelah suaminya meninggal, dia mulai memakai pakaian suaminya, yang tentu saja tidak pantas.
Kemudian mengerjakan kebiasan-kebiasaan mendiang ketika hidup, seperti merokok. Para tetangga
mengatakan tingkahnya aneh dan harus dihentikan, namun wanita tidak menghiraukan. Perilaku aneh ini
berakhir dengan sendirinya setelah menikah lagi.
Identifikasi Pada Penyerang
Mekanisme introjeksi yang terfokus pada pengadopsian. Pada saat Sindrom Stockholm terjadi, para
tawanan tidak marah dengan penangkapan mereka, tapi malah memiliki rasa simpati yang besar kepada
pembajak pesawat.
Regresi
Mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, di mana seseorang
mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau kecemasan, perilaku sering
menjadi kekanak-kanakan atau mundur seperti di masa lalu pada saat mengalami kenyamanan. Seorang
anak akan menghisap jempolnya lagi atau ngompol di kasur seperti pada masa balita, saat dibawa ke
dokter untuk disuntik. Anak remaja putera tersenyum malu-malu saat akan dibawa ke sebuah kegiatan
yang melibatkan remaja putri. Seorang mahasiswa membawa mainan masa kecilnya ke asrama.
Mekanisme regresi muncul pada saat mengalami frustasi karena kesulitan dalam menghadapi fase-fase
perkembangan kelanjutan. Proses regresi biasanya ditentukan oleh fiksasi yang telah dialami lebih
dahulu. Beberapa pendapat mengatakan bahwa regresi dan fiksasi lebih tepat disebut sebagai infantilisme.
Rasionalisasi
Mekanisme rasionalisasi adalah usaha distorsi kognitif terhadap "kenyataan" dengan tujuan kenyataan
tersebut tidak lagi akan memberi kecemasan. Mencoba memaafkan diri sendiri dan kesalahan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia menyatakan bahwa
skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang
luas serta akibat yang tergantung pada perimbangan antara pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
B.
Etiologi
Karena belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia , maka sampai saat ini etiologi
skizofrenia masih belum jelas dan masih dan penelitian para sarjana. Kemungkinan besar skizofrenia
adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor
psikososial yang mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan
tertentu dari lingkungan akan timbul gejala skizofrenia . Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua
kelompok teori yaitu :
1). Teori Somatogenetik
Teori yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia karena factor kelainan organik atau
badaniyah .
2). Teori Psikogenik
Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional. Dan penyebab
utamanya adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang mengecewakan .Selain itu
banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia. antara lain teori yang menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia . Dan ada pula teori yang
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan inborn error of
metabolissm
Penatalaksanaan Skizofrenia
1.
--- -
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk
mngobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).3,4,5,6
a.
---
Antipsikotik Konvensional3,4,5,6
-Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun
sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat
antipsikotik konvensional antara lain :
Haldol (haloperidol)
Stelazine ( trifluoperazine)
Mellaril (thioridazine)
Thorazine ( chlorpromazine)
Navane (thiothixene)
Trilafon (perphenazine)
Prolixin (fluphenazine)
----
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli
lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
b.
---
Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine)
Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.
c.
----
Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril
dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.
Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasuskasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara
reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang
lebih aman tidak berhasil. Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran1,2,3,8
No Nama generik
1.
Klorpromazin
injeksi 25 mg/ml
2.
Haloperidol
Injeksi 5 mg/ml
Sediaan
Tablet 25 dan
Dosis
100 mg,
3.
Perfenazin
Tablet 2, 4, 8 mg
12 - 24 mg/hari
4.
Flufenazin
10 - 15 mg/hari
5.
Flufenazin dekanoat
6.
Levomeprazin
Injeksi 25 mg/ml
7.
Trifluperazin
Inj 25 mg/ml
25 mg/2-4 minggu
Tablet 25 mg
25 - 50 mg/hari
Tablet 1 mg dan 5 mg
10 - 15 mg/hari
8.
Tioridazin
9.
Sulpirid
Tablet 200 mg
Injeksi 50 mg/ml
10.
Pimozid
Tablet 1 dan 4 mg
11.
Risperidon
2.
Terapi Psikososial
Tablet 1, 2, 3 mg
1 - 4 mg/hari
2 - 6 mg/hari
a. Terapi perilaku2
---
untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus
untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga2
----
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan
remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu
mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps
tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
---
-Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
---
-Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia
telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu
konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan
terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya
ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.
---
-Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan
pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,
perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai
daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan
atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha
untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
E.
Patofisiologi
Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalahkepribadian.
Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar padakepribadian, distorsi
perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal.Meskipun demikian kesadaran
yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu,mengalami hendaya berat dalam menilai
realitas (pekerjaan, sosial dan waktu senggang).
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetic dan lingkungan. Faktor geneticdan
lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia.Neurotransmitter yang
berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide,norepinefrin (Price, 2006). Pada
pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem
mesolimbik berkaitan dengan gejala positif, danhipodopaminergia pada sistem mesocortis dan
nigrostriatal bertanggungjawab terhadap gejalanegatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine
yang terlibat adalah reseptor dopamine-2(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada
jaringan otak pasienskizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik
yangbertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik
akanmenurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadapgejala
negatif
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan skizofreniform
Klien memperlihatkan gejala skizofrenia tetapi selama kurang dari enam bulan yang diperlukan
untuk kriteria diagnostik skizofrenia, gangguan fungsi sosial atau okupasional mungkin terjadi atau
mungkin tidak.
Gangguan psikotIk singkat
Klien mengalami awitan mendadak minimal satu gejala pikotik misalnya waham, halusinasi,atau
disorganisasi bicara atau perilaku yang berlangsung dari satu hari sampai satu bulan. Episode gejala
inidapat diidentifikasi atau dapat dialami setelah melahirkan.
Berpura-pura atau Gangguan buatan
Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang sesuai pada
pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang telah menipu
menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap
mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien
tersebut biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang
mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan
(factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu
eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah
sakit.
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat pada
gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan
skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu
bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang
tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak
kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika
sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah
ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena tersedianya
pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia
harus relative singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status
mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya
membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia; gangguan
kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling
mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat
ditemukannya gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam
PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberiperintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang
sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat
membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari
pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang
lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain
pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah.
Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang
dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
(onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary),
namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu
selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa
tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (selfabsorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol.
Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary
delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination)
hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.
3. Skizofrenia Katatonik
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya
gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk
memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik,
pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe
residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak
disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
- gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir
biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya
perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan
keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam
pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang
menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak
berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala
yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform
didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis
delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media
skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi
diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan
diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang
sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai
contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian
schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau
gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga
dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien
sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah
skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam
pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat
keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu
penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam
pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau
adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak
sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan,
fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis.
Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang
seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka
mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang.
Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu
asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai
dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu
pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan
(blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek
kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan
respon buruk terhadap pengobatan.
Prognosis
Prognosis baik berhubungan dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal, pencetus
lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya konfusi, riwayat untuk
gangguan afek, dan system dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusive. Skizofrenia Tipe I tidak
selalu mempunyai prognosis yang lebih baik disbanding Skizofrenia Tipe II. Sekitar 70% penderita
skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam satu tahun. Untuk itu, terapi
selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus