Anda di halaman 1dari 12

TROBOSAN ADVERTISING

Menuai Protes dari Berbagai Pihak


Edisi Reguler 368, 22 April 2015

TROBOSAN - Edisi Reguler 368 April 2015

Semoga

Beberapa pekan lalu, Masisir dibanjiri


pelbagai kegiatan pelatihan kepenulisan.
Baik penulisan ilmiah, jurnalistik, maupun
sastra.
Dinamika Masisir saat itu sangat
ramai dalam bidang tulis menulis, terutama di akun jejaring medsos. Karena saat
itu tengah digelar perlombaan menulis.
Tapi setelah even tersebut disapu waktu,
kegiatan positif semacam itu nyaris
hilang.
Terlepas dari itu semua, kita patut
mengapresiasi dengan bermunculannya
kegiatan pelatihan kepenulisan. Dan
semoga pada pekan berikutnya dunia tulis
menulis ini terus mewarnai dinamika
Masisir yang komplek.
Pada edisi kali ini, TROBOSAN berusaha mengorek isu yang tengah
berkembang di Masisir, yaitu isu mediator
yang memberangkatkan Maba ke Mesir
dengan nominal 30 Juta. Hal tersebut
apakah benar adanya? Temukan jawabannya di rubrik laporan utama.
Selain itu pula, kami mencoba menilik
nasib Media Cetak Masisir yang tengah
sakit-sakitan. Sementara sisi lain media
online menjadi sorotan Masisir. Apakah
dengan munculnya media online menjadi
alasan utama media cetak yang kian merosot? Temukan jawabannya di rubrik
komentar peristiwa.

Sekapur Sirih, Semoga

Dan masih terdapat


rubrikrubrik
lainnya,
yang tentunya tak
kalah menarik.
Akhirnya tak lupa
kami
ucapkan
selamat
menempuh ujian
termin
kedua
kepada
seluruh
Masisir. Semoga segala usaha dan upayanya dalam belajar akan menjadi buah
kesuksesan, amin.
Kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami
moral maupun materil, hingga kami pun
masih dapat eksis mewarnai dinamika
Masisir yang tdiak pernah tidur.
Setiap kritik dan saran akan kami
terima dengan lapang dada, dan tentunya
menjadi amunisi bagi kami untuk terus
berbuat.
Selamat membaca! []

RALAT
Pada buletin TROBOSAN edisi 367,
3 Maret 2015, rubrik Opini yang
berjudul [Tidak Butuh] Himbauan!
terdapat sebuah kesalahan.
Di sana tertulis identitas R. G. Brahmanto sebagai Pembimbing SMW
KSW
Seharusnya tertulis: identitas R. G.
Brahmanto sebagai Pembimbing
Walisongo Studi Club (WSC).
Kami memohon maaf yang sebesarbesarnya atas kesalahan ini.

Halaman 2
Sikap, Masisir Fobia Media (?)
Halaman 3
Laporan Utama, Dana Studi ke Mesir Mencapai
30 Juta, Salah Siapa (?)
Halaman 4,5,10
Komentar Peristiwa, Menengok Nasib Media
Cetak Masisir
Halaman 6,7, 10
Sketsa, Mumtaz dengan Gadget atau PS (?)
Halaman 8
Seputar Kita Jelang Ujian, IKRH Adakan Laga
Persahabatan
Halaman 9
Sastra, Palung Jiwa
Halaman 10
Opini, Tema, Roda, dan Kompleksitas Ironi
Halaman 11

Terbit perdana pada 21


Oktober 1990. Pendiri:
Syarifuddin Abdullah,
Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Abdul
Malik
Pemimpin
Redaksi: Fachry Ganiardi. Pemimpin Perusahaan: Difla Nabila,
Dewan Redaksi: M.
Hadi Bakri. Heni Septianing. Iis Istianah, Zammil Hidayat, Reportase:
Ikmal Al Hudawi, Muhammad Al-Khudori, Furna
Hubbatalillah, Rifai, Syaeful Anam, Muharridh
Iqomatuddin, Anugrah Abiyyu, Amrul Irsyadi,
Muhammad Irfan, Nuansa Garini, Nenden Wia
Darojatun. Editor: Ainun Mardiyah Tata Letak:
Abdul Malik Karikatur: Rijal W. Rizkillah Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat
Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 elWahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City CairoEgypt. Telepon: 22609228, E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan
Masisir. Untuk pemasangan iklan, pengaduan
atau berlangganan silakan menghubungi nomor
telepon
:
01117631707(Fachry),
01140957150 (Iis), 01156796475 (Difla),
01014759854 (malik).

Disadari atau tidak, beberapa pekan lalu


ada hal yang cukup serius terjadi dalam
dinamika Masisir kita. Salah satunya yaitu
konflik antar kekeluargaan daerah. Tersebutlah dua kekeluargaan yang asalnya berada dalam naungan satu provinsi. Sebut
saja kekeluargaan K dan H. Surat Keputusan
yang disebarkan dan dikeluarkan kekeluargaan K membuat organisasi itu resmi berganti nama. Pada akhirnya pergantian nama
itu berbuntut perseteruan dengan kekeluargaan H. Isu yang tersebar, konflik itu terjadi
karena perubahan nama itu mencaplok
kekeluargaan H.
Sementara
akhir-akhir
ini,
dua
kekeluargaan tersebut berusaha mengatasi
persoalan konfliknya secara eksklusif. Seluruh pintu informasi dan kabar mengenai
kelanjutan hubungan keduanya seperti ditutup rapat-rapat. Khalayak dibiarkan bergosip untuk menerka apa yang sebenarnya
tengah terjadi. Namun kabar terakhir yang
kami peroleh bahwa keduanya tengah
duduk bersama bermusyawarah di bawah
mediasi BPA PPMI. Tapi apa mau dikata,
meski mediasi tersebut telah digelar, sentimen kedaerahan tetap menyeruak di
belakang.
Demikian fenomena di atas merupakan
dari sekian potret dinamika Masisir yang
majemuk. Sayangnya, sikap eksklusif dalam
dinamika kita ini terasa ambigu dan kurang
bertanggung jawab. Bukan karena apa, namun jelas bahwa ada yang mengganjal dalam komunitas kita ini. Sungguh aneh jika
seseorang menyulut api di depan khalayak,
namun saat diminta untuk memadamkan, ia
bersembunyi.
Walau bagaimanapun, petuah yang berbunyi Its my life and not your business menjadi tidak tepat untuk diterapkan dalam
komunitas ini. Kalau boleh dikatakan, sensitivisme yang berlebihan telah mewabah
dalam dinamika kita. Pasalnya beberapa
persoalan-yang seharusnya menjadi hak
publik untuk diketahui, seringkali ditutupi
dan dihadapi segelintir orang. Sementara
peran publik termasuk media dan
sejumlah elemen lain seakan tidak
fungsional dalam menangani persoalan
tersebut. Urusan rumah tangga, boleh saja
ditutup-tutupi. Namun lain halnya ketika
ada yang memutuskan sebuah sikap dan

disebar di publik, namun menolak saat


dimintai klarifikasi.
Bukan perkara mudah menyelesaikan
perseteruan antara dua organisasi yang
berselisih.
Terlebih
perseteruan
itu
menyangkut sentimen kedaerahan. Pada
tahun lalu, peristiwa serupa terjadi pada
dua kekeluargaan lain. Bedanya, konflik itu
dilatarbelakangi oleh perdebatan tentang
Kepres (Keputusan Presiden) yang berkaitan dengan sistem keanggotaan dan SDM
mahasiswa baru. Namun-jujur saja, perselisihan tersebut masih menyisakan isak
kesal di dada.
Sebenarnya-dalam kasus-kasus tersebut, terdapat satu kesalahan yangbarangkali kurang disadari. Hal ini
berangkat
dari
pemahaman
bahwa
penyelesaian yang selama ini dilakukan,
membuahkan hasil yang kurang memuaskan. Letak kesalahan tersebut berada di
ketidak-transparan pokok permasalahan
yang tengah dihadapi. Di sinilah peran media selayaknya dimaksimalkan. Selanjutnya,
dengan adanya transparansi antar sesama
masyarakat Masisir diharapkan menjadi
hal yang memancing tindakan solutif.
Mengapa harus media turut ikut serta
dilibatkan? Peranan media sangat penting
dalam menjembatani aspirasi masyarakat,
Masisir. Hendaknya media dapat berperan
andil dan menjungjung tinggi netralitasnya
dalam segala persoalan yang diangkat. Sudah tidak asing lagi bahwa media merupakan cerminan masyarakatnya, yang memperlihatkan bentuk wajah masyarakat tersebut. Hal itu tidak lain karena-idealnyaapa yang ditulis oleh media tidak akan jauh
dari apa yang terlihat di sekitarnya. Di tangan media, dapat tergambar pola pikir dan
keadaan masyarakat, bahkan hingga kebobrokannya.
Kendatipun media menjadi cermin bagi
suatu masyarakat, masyarakat tetaplah
menjadi pengawas bagi media. Sehingga di
sini terjadilah semacam timbal balik antara
media dan masyarakat, saling memberi dan
mempengaruhi demi terwujudnya komunitas yang dinamis. Jika demikian, sudah
saatnya Masisir awas sekaligus peduli
dengan media, begitu juga sebaliknya. Meskipun kenyataannya, harapan demikian
cukup jauh dari fakta di lapangan.

Walau bagaimanapun peristiwa yang


telah disebutkan di awal, memberi gambaran separuh dari bentuk wajah Masisir
sekarang ini. Dalam konteks di atas, pada
dasarnya media berhak menganalisa serta
menyebarkan informasi kepada publik selama apa yang disajikan berdasarkan data
yang valid. Oleh sebab itulah dalam UUD
Kebebasan Pers, yakni dalam Pasal 5 ayat 1
termaktub; bahwa media berkewajiban
memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa
kesusilaan masyarakat serta asas praduga
tak bersalah.
Namun sayang, stigma negatif yang telah lebih dahulu mengakar di sebagian
Masisir terhadap media, menjadikan awak
media tak mudah memperoleh data yang
cukup. Keterbatasan informasi seringkali
menjadi kendala dan tantangan yang sulit
ditembus. Mulai dari yang berkelit-kelit saat
diwawancara, hingga narasumber yang
kucing-kucingan saat dihubungi. Fakta ini
cukup menggelitik, karena ternyata terbukti
bahwa dalam komunitas kita, masih terdapat manusia yang phobia akan media.
Boleh saja komunitas ini dikatakan tak
kunjung dewasa, karena terdapat persoalan
yang sengaja dimunculkan ke permukaan
dan sengaja disebar melalui jalur resmi.
Namun lucunya, saat diminta klarifikasi
oleh media, ditolaknya ajakan itu dengan
dalih persoalan yang terjadi terlalu sensitif.
Hal ini sebenarnya memancing pertanyaan
yang lebih besar, jika enggan tabayun,
mengapa persoalan itu mesti disebarkan
dan dibiarkan menjadi konsumsi publik
tanpa adanya upaya klarifikasi?
Sulit mengamini bahwa komunitas kecil
yang heterogen ini disebut sebagai komunitas terbuka yang transparan. Masih ada
sekat yang menjadi pemisah antara
masyarakat dan media. Berangkat dari hal
ini kita berharap bahwa masyarakat kita
dapat belajar untuk melek media sekaligus
bertanggung jawab atas apa yang diperbuat.
[]

Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSAN dan mewakili suara resmi dari TROBOSAN terhadap
suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

TROBOSANEdisi Reguler 368 April 2015

Masisir Fobia Media (?)

TROBOSAN - Edisi Reguler 368 April 2015

Dana Studi ke Mesir Mencapai 30 Juta, Salah Siapa (?)


BPA PPMI bentuk Pansus untuk
menginvestigasi kasus dugaan penipuan
terhadap lima orang pelajar baru dari Darul Quran yang datang ke Mesir di bawah
tanggung jawab Elfata (nama samaran).
Elfata dituding melakukan penipuan karena mematok biaya pemberangkatan ke
Mesir sebesar 30 juta, sedangkan fasilitas
yang diberikan kepada peserta brokernya
dinilai tidak sebanding dengan harga yang
dicanangkan. Hal ini diakui oleh Yusuf
(salah satu korban) saat diwawancara tim
TROBOSAN beberapa hari lalu.
Kabar ini pun beredar dari mulut ke
mulut di kalangan Masisir karena sampai
berita ini ditulis belum ada klarifikasi
secara umum kepada pihak-pihak yang
merasa dirugikan. Masisir berasumsi bahwa kasus ini merupakan penipuan karena
biaya pemberangkatan ke Mesir tidak lebih
dari 15 juta sesuai dengan peraturan BPA.
Berawal dari kabar simpang siur di
kalangan Masisir, tim TROBOSAN berusaha untuk menyelidiki kasus ini,
melihat sejauh mana penanganan yang
dilakukan Pansus, serta usaha apa yang
dilakukan Elfata terhadap dugaan
penipuan yang dituduhkan
kepadanya. Berikut laporan
kami.
Sebelum BPA PPMI
membentuk Pansus
untuk
menyelesaikan kasus
ini,
Presiden
PPMI
sudah
menduga bahwa isu
ini
akan terendus di kalangan Masisir.
Saat diwawancarai tim TROBOSAN
pun Presiden PPMI meminta untuk
tidak mengangkat isu ini terlebih dahulu, dikhawatirkan muncul fitnah dari
berbagai pihak karena ketidakjelasan
isu yang masih dalam tahap investigasi.
Namun ketika isu ini muncul PPMI tidak
tinggal diam, Presiden langsung bergerak
menyelidiki kasus ini setelah pelajar yang
bersangkutan tiba di Mesir. Ketika
mendapatkan informasi dari ketua Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ), dimana salah
satu pelajar baru yang terlibat kasus ini
berasal dari Jambi, pihak PPMI masih belum bisa memastikan wujud dari kasus ini.
Data-data sudah ada pada kita (Presiden)

dan tahapan-tahapan sudah kita lalui namun belum bisa dipastikan apakah ini penipuan, pemerasan ataukah bisnis belaka.
Ungkap Agususanto.
Awal mula kasus ini terungkap ketika
satu dari lima anggota keberangkatan yang
ditangani Elfata memisahkan diri dari rombongan yang saat itu bertempat tinggal di
daerah Abdu Basya. Karena merasa tidak
betah tinggal di daerah sana akhirnya pindah ke sekretariat Rumah Tahfiz Mesir
(RTM). Empat orang pindah ke RTM, satu
orang dari mereka pindah ke KMJ. Satu
orang yang pindah ke KMJ itu pun menceritakan masalah ini ke ketua kekeluargaanya. Kemudian ketua
KMJ
melaporkan
kasus
ini pada
saat

Doc: vgpparung.wordpress.com

perkumpulan forum ketua kekeluargaan


yang diselenggarakan oleh DPP PPMI.
Setelah kasus ini sampai di ranah PPMI,
akhirnya BPA dan MPA berkumpul untuk
membentuk Pansus yang kali ini ditangani
oleh Alfarobi. Presiden PPMI juga telah
memberikan surat panggilan kepada Elfata,
dan ia pun menyanggupi panggilan itu untuk menjelaskan kejadian tersebut.
Kronologi
Pada pertengahan tahun 2014 lima

santri Darul Quran menyampaikan


keinginannya kepada ust. Yusuf Mansur
untuk belajar di negeri Mesir. Kemudian
ust. Yusuf Mansur memerintahkan untuk
berkonsultasi kepada salah satu bawahannya yang nantinya segala keperluan
pemberangkatan akan diurusi olehnya.
Yandi, yang ditugasi oleh ust. Yusuf Mansur
berkomunikasi dengan Elfata mengenai
dana yang dibutuhkan untuk berangkat ke
Mesir beserta segala keperluannya.
Akhirnya Elfata merincikan dana dengan
jumlah nominal 30 juta. Saat itu mereka
dan orang tua masing-masing tidak tahu
berapa biaya pastinya untuk berangkat ke
Mesir, maka biaya 30 juta disetujui.
Pada bulan November 2014, 3 orang
pertama yaitu Zalkan, Lalu dan Labib
berangkat dengan persetujuan orang tua
mereka pada dana yang dianggarkan. Rombongan kedua
datang pada pertengahan
bulan Januari, yaitu
Yusuf
dan
Ical
dengan
biaya
yang
sama.Sebelumnya
kita dan orang tua
tidak pernah tahu berapa pastinya biaya ke
mesir makanya kita beranggapan jika biaya 30 juta itu
standar.Ujar Yusuf.
Tertulis dalam rincian dana tersebut
biaya pengurusan visa dan biaya masuk sekolah (mahad), sampai saat ini
mereka semua sudah daftar tapi
belum masuk mahad karena masih
menunggu turun nama. Dalam
rincian juga tertulis setiap orang
mendapatkan AC, kulkas serta
jalan-jalan ke berbagai tempat pariwisata di Mesir. Namun sampai saat ini mereka belum
mendapatkan fasilitas tersebut.
Dari perincian dana tersebut Elfata
menyebutkan bahwa 30 juta terbilang murah, karena membandingkan pada biaya
masuk ke Darul Quran yang mencapai 75
juta. Saya pikir dana segitu termasuk murah buat mereka, biaya masuk Darul Quran
aja 75 juta, dan orang tua pun rela dengan
harga segitu,kata Elfata.
Dalam hal ini Presiden PPMI menya-

sebesar 2 juta dengan rincian untuk makan,


rumah, pembimbing dan lain sebagainya.
Namun berdasarkan pengakuan Elfata
kepada tim TROBOSAN saat diwawancarai
pada tanggal 15 April 2014 lalu, ia memberikan beberapa klarifikasi mengenai kasus ini. Hal pertama ia menegaskan bahwa
dirinya bukan broker layaknya brokerbroker pemberangkatan mahasiswa lainnya.
Ia mengaku hanya membantu mahasiswa
yang ingin pergi ke Mesir. Saya bukan broker, hanya sebatas membantu orang yang
ingin ke Mesir dari santri ust. Yusuf Mansur.
Karena saya juga gak punya pengalaman
untuk memberangkatkan mahasiswa ke
Mesir,tegas Elfata.
Terkait masalah rincian dana yang mencapai 30 juta, ia mengakui benar adanya
karena dalam rincian tersebut ditulis juga
anggaran untuk jalan-jalan. Sebenarnya 15
juta pun cukup untuk berangkat ke Mesir,
tapi kita menambahkan anggaran untuk
rihlah,terang
Elfata.
Sebelum

takan bahwa ia telah menanyakan apakah


mereka sepakat akan adanya estimasi untuk
jalan-jalan atau tidak, jika tidak maka akan
dihapus.
Disamping itu, ia mengakui bahwa
dirinya tidak tahu adanya aturan BPA
mengenai biaya maksimal 15 juta untuk
pemberangkatan. Ditambah lagi dengan
tidak adanya sosialisasi PPMI mengenai
aturan tersebut pun dinilai berpengaruh.
Alhasil nominal 30 juta dianggarkan tanpa
mengacu pada aturan yang ada. Terus terang saya tidak tahu ada aturan ini, maka
saya anggarkan 30 juta. Disamping saya
bukan broker, PPMI juga tidak ada sosialisasi tentang aturan ini. Setidaknya kalau
ada pemberitahuan sebelumnya, saya akan
ikuti.lanjutnya.
Selain itu Elfata juga mengakui bahwa
sebagian anggaran sudah terpenuhi dan hak
-hak yang dijanjikan pun sudah diberikan.
Akan tetapi dari sisa anggaran yang belum
terlaksana seperti fasilitas rumah dan lainlain akan segera dipenuhi. Kecuali anggaran
rihlah, karena Presiden PPMI mengatakan
untuk sementara tidak dilaksanakan terlebih dahulu sebelum ada kesepakatan
dengan anak baru dan orang tua. Duit
sisa masih ada sama saya, saya
ngasih pilihan ke orang tua
mereka mau dibalikin
atau engga kalau
mau dibalikin
silahkan,
kalau
lanjut juga
oke. Tapi
mayoritas
orang
tua
menyuruh
untuk dilanjutkan,terangnya.
Namun
Alfarobi
menegaskan
bahwa
penyelesaian masalah ini
akan dilakukan dengan cara
menunaikan hak-hak yang telah
disepakati. Karena anak baru dan
orang tua mereka sudah sepakat di awal
mengajukan
akad. Terlebih Pansus akan mengawasi
rincian
Elfata dalam pemenuhan akad tersebut.
Doc: www.autisminvestigated.com
dana
Pansus akan membantu menyelesaikan
kepada
masalah ini dengan cara menuntut Elfata
para orang tua pelajar, Elfata juga menga- untuk memenuhi fasilitas yang menjadi hak
Lanjut ke halaman 10.

TROBOSANEdisi Reguler 368 April 2015

takan bahwa permasalahan bukan terletak


pada persetujuan orang tua atas biaya ini.
Namun karena BPA telah memilki aturan
biaya pemberangkatan ke Mesir maksimal
15 juta rupiah, maka jelas biaya 30 juta telah melebihi batas yang ada.
Presiden juga mengatakan kepada Elfata
untuk mengembalikan biaya yang tidak
perlu atau tidak penting di rincian yang ada.
30 juta ini rinciannya adalah rihlah-rihlah
ke tempat tempat wisata, mendapatkan
fasilitas-fasilitas mewah, dan harga rumah
jauh berbeda dengan Masisir lainnya. Jika
standar Masisir membayar rumah 1000
pounds mereka membayar 2500 pounds.
Fasilitas-fasilitas itu jika dilihat dari kewajaran mahasiswa tidaklah normal,kata Agus.
Lebih lanjut Presiden PPMI dan Pansus
akan menginvestigasi rincian biaya. Jika ada
yang tidak penting maka akan dikembalikan. Seminggu setelah pertemuan dengan
Elfata, dia diminta untuk menyerahkan rincian biaya tersebut. Dari hasil rincian baru
bisa diolah kecocokan antara rincian dana
dengan fasilitas yang telah diberikan.
Kemudian pelajar yang bersangkutan dipanggil untuk menjelaskan apa saja
yang telah mereka dapat dari rincian tersebut. Setelah diteliti ternyata memang terdapat banyak
perbedaan dengan apa yang
dijanjikan di Indonesia.
Investigasi sempat
terhenti karena Elfata
pulang ke Indonesia
untuk beberapa urusan. Namun dari investigasi yang telah
dilakukan, baik itu
memanggil Elfata, saksi
(korban), sudah didapatkan
benang merahnya. Terdapat
beberapa kejanggalan seperti,
semua anak harus membeli tabung gas,
penghangat ruangan dan kulkas. Sedangkan setelah ditinjau langsung, barangbarang seperti kulkas dan tabung gas adalah
milik tuan rumah, berarti tidak ada pembelian, jadi beberapa rincian dana tersebut
fiktif. Selain itu terdapat anggaran dana
administrasi laporan pendidikan sebesar
500 ribu padahal pada kenyataanya tidak
dipungut biaya. Bahkan mereka pun sampai
saat ini tetap harus bayar iuran bulanan

TROBOSAN - Edisi Reguler 368 April 2015

Menengok Nasib Media Cetak Masisir


Seiring berjalannya zaman, teknologi lumnya telah berdiri dengan nama Darussemakin berkembang pesat, kebutuhan salam Kairo.
manusia akan informasi tak dapat dinafiMeski media online mulai bermuncukan. Media-sebagai penyalur informasi juga lan, tetapi dengan terjadinya Revolusi 25
tertuntut untuk menyajikan informasi ak- Januari yang berbuntut adanya evakuasi
tual demi memenuhi keinginan khalayak bagi WNI di Mesir mau tak mau berimbas
selaku konsumen. Media harus berinovasi pula dengan dinamika media Masisir. Hal
dan mencari celah supaya informasi yang ini diakui oleh pengelola web KSW, (kita
didapat segera tersebar. Salah satu langkah red) mengalami vakum gara-gara tsauroh
inovatif dalam lingkup Masisir yang lalu setelah mereda kita kembali lagi hingdapat langsung dirasakan bagi pengguna ga saat ini. Di tahun-tahun berikutnya, hal
internet adalah kemunculan media online. yang sama dirasakan oleh KPJ, sebagaimaBerangkat dari titik ini, kami mencoba na yang diakui Nawa Syarif, penanggung
meliput fenomena munculnya media online jawab media KPJ. Bisa dibilang tidak hanya
di Masisir. Berikut liputan kami, selamat media online yang akhirnya membeku.
membaca!
Masih berdasarkan penuturan Nawa, media
Melacak awal mula berdirinya media cetak pun turut sepi, 2011-2012, dua meonline di lingkungan Masisir bukan perkara dia ini (cetak dan online,-red) mulai surut
mudah. Terlebih jika tidak ditentukan dan kurang aktif. TROBOSAN sendiri
standar dan bentuk media yang dimaksud. sebagai media cetak turut merasakan imMedia dalam bentuk milis misalnya. Jika basnya, berupa lemahnya geliat untuk tetap
dimasukkan dalam media online, maka survive. Begitu pula yang dialami oleh
sejak tahun 2000 KMNU (Komunitas Maha- Afkar, Muhammad Shofy, mantan Pimred
siswa Nahdhatul Ulama) sekarang men- Afkar ini mengaku,Intensitas Afkar dalam
jadi PCINU sudah memilikinya, begitu penerbitan semenjak Tsauroh mulai
pula PMIK (Perpustakaan Mahasiswa Indo- memudar seiring beberapa anggotanya
nesia Kairo). Akan tetapi jika yang dimak- yang pulang.
sud media online adalah media dalam benDari beberapa media online yang kami
tuk web ataupun blog, maka ia telah mulai pantau, masing-masing memiliki latar
muncul sekitar 2 atau 3 tahun sebelum belakang, tujuan dan target yang berbedameletusnya revolusi 25 Januari, empat ta- beda. Untuk KSW, dalam pemberitaannya,
hun lampau. Kekeluargaan KSW misalnya, media ini berusaha menyajikan berita akmengaku telah mencetusnya sejak
tual seputar Masisir yang cepat
2007. Sebagaimana yang didan aktual. Adapun KPJ
paparkan
oleh
Sitta
dan IKPM, mengaku
Alamun, Embrionya
bahwa medianya
diperkirakan
sejak
bertujuan
se2007 yang saat itu
bagai fasilitas
ketuanya Hartono
untuk menMuntohar. Mesampung
kipun akhirnya
tulisan dan
sempat
vakum
bakat angpasca Revolusi,
gotanya.
namun akhirnya
(Juga red)
dapat dihidupkan
untuk
ajang
kembali hingga saat
silaturrahmi
ini.
bagi semua warBeberapa
media
ga, tutur Nawa. Lain
online juga muncul dalam wakhalnya NU, yang pada
tu yang bervariasi. Web
awalnya berdiri sebagai
Doc:
fcp12-1.flatclassroomproject.org
Kekeluargaan KPJ misalmedia alternatif bagi warga
nya, sudah muncul sejak tahun 2010. Ada- NU yang ada di Indonesia dan negara lain.
pun web milik almamater IKPM, baru mun- Tujuannya lebih kepada memperluas
cul pertengahan tahun 2014 meski sebe- jangkauan media cetaknya.ujar Muhid.

Lantas, apakah media online tersebut


mendapat apresiasi tinggi dari Masisir? KPJ
mengatakan bahwa ramai tidaknya
pengunjung bergantung pada konten yang
diposting. Jika berkaitan dengan agenda
KPJ, pengunjung mencapai 30 perhari. Lain
halnya dengan media lain yang menghitung
berdasarkan satuan berita atau artikel yang
dimuat. Muhid mengatakan bahwa web
PCINU menerima kunjungan per artikel
paling banyak 600-an dan paling sedikit
130
pengunjung.
Sedangkan
KSW
mengaku, rata-rata jumlah pembaca sekitar
1800. Adapun IKPM meskipun tidak menyebutkan angka, mengaku bahwa jumlah
pembaca semakin meningkat, bisa
dikatakan lumayan banyak lah, dan
pengunjung kebanyakan adalah Masisir
ataupun warga indonesia di tanah air.
Tutur Khoirul Anam.
Adapun website PPMI, Ahmad Hujaj
Nurohim selaku wapres PPMI mengaku
bahwa media online milik organisasi induk
ini tidak hanya ramai pengunjung. Tetapi
pengunjungnya pun menembus benua lain.
Perhari 3000 atau 2000 pengunjung. Kebanyakan pengujungan yang pertama dari
Mesir, kemudian dari Indonesia dan terakhir Amerika.
Hal ini cukup wajar, mengingat media
online memang biasanya menyajikan berita
yang cepat dan aktual, meskipun berita itu
cepat basi. Sementara di masa kini, hal tersebut cukup bertolak belakang dari media
cetak yang mengandalkan distribusi door to
door. Lantas, dengan menjamurnya media
online, apakah hal ini berdampak bagi media cetak yang dimiliki Masisir?
KSW yang memiliki media cetak berupa
buletin Prestasi, mengaku hadirnya media
online sama sekali tidak membawa dampak
buruk bagi buletinnya. Tetapi justru saling
melengkapi, Kita saling melengkapi, seperti promosi (buletin red)Prestasi lewat
media online Ujar Sitta. Lebih lanjut Wais
Al-Qorni, Pimred Prestasi mengatakan,
Dengan adanya media online saat ini, jelas
mempermudah orang lain yang ingin membaca buletin Prestasi.
Hal yang tidak jauh berbeda diutarakan
oleh pengelola Web IKPM, Khoirul Anam. Ia
berujar bahwa terjadi simbiosis mutualisme antara media online dan cetak yang
dimiliki
organisasi
almamaternya.

cakupannya lebih luas. Hal tersebut turut


diamini oleh Hujaj, Supaya informasi lebih
cepat, karena perkembangan teknologi
semakin cepat. Hal ini karena website
berperan sebagai wadah informasi.
Akan tetapi, nyatanya terdapat alasan
lain di balik tidak diterbitkannya SP sebagai media cetak. Masih berdasarkan penuturan Imdad, kita mempunyai
kesulitan dalam
kaderisasi
dan

perekrutan
anggota, kecuali jika
PPMI
membentuk bidang yang
dikhususkan untuk Suara PPMI maka itu
akan mempermudah, terutama dalam hal
pengkaderisasian anggota.
Permasalahan kaderisasi juga diakui
oleh Pangeran, Pemred SP 2013-2014.
Menurutnya eksistensi media cetak Masisir
lain disebabkan adanya sistem kepengurusan, seperti kaderisasi dan perekrutan anggota. Dan inilah yang menjadi kendala bagi
SP. Karenanya, ia mengapresiasi adanya
website PPMI Mesir. Menurutnya web lebih
baik digunakan dari pada Suara PPMI dalam bentuk cetak, mengingat Masisir tidak
hanya berdomisili di Kairo, tetapi juga terdapat di kota-kota lain. Suara PPMI itu
terbit sekitar satu kali dalam dua minggu,
dan belum tentu dapat menjangkau semua
lapisan Masisir. Namun demikian, terkait
web PPMI, Pangeran memiliki masukan
tersendiri, Kalau bisa PPMI memberi dan
memfasilitasi kolom Masisir beropini untuk
menyatukan apresiasi dan sosialisai
Masisir. tutur mahasiswa asal Jakarta.
Mengenai efektifitas SP, Raushan Fikri,
Pemred Suara PPMI 2010-2011 ini mem-

iliki pandangan lain. Ia bercerita bahwa


pada masa jabatannya, SP terbit secara
stabil. Suara PPMI terbit sebanyak tujuh
kali dalam periode tersebut dan setiap kali
cetak paling banyak mencapai 400 examplar. Menurutnya, jika kembali merujuk
kepada fungsi Suara PPMI sebagai tempat
publikasi kinerja PPMI dan tempat
mengklarifikasi tudingan terhadap
PPMI lalu media ini
digantikan dengan website saja, maka seolaholah
PPMI
tidak
memiliki suara dan
kekuatan.
Ia
memiliki pandangan bahwa
Suara
PPMI
itu
harus tetap
ada sebagai
media
yang
menyampaikan
secara
Doc: savekpk.tk.org
menyeluruh
kepada
Masisir, terutama bagi yang kurang menyukai media online. Jika suara Suara
PPMI ini tidak ada, maka PPMI itu sendiri
sudah kehilangan wadahnya untuk klarifikasi dsb.
Sementara terkait penulis harian website Suara PPMI, Hujaj mengatakan bahwa
Bagian Infoteklah penanggungjawabnya.
Jadi ada bagian-bagiannya. Ada 2 orang:
Ust. Tirmidzi dan Ust. Muhidurrohman.
Tapi karna Ust. Muhid sedang fokus jadi
digantikan oleh Ust. Habib.ujarnya mahasiswa berdomisili KSW.
Namun pernyataan di atas sedikit bertolak belakang dengan jawaban yang
disampaikan Imdad. Ia berujar bahwa
semua anggota pengurus PPMI yang berperan andil dalam eksistensi website SP.
Maka yang berkewajiban untuk menulis
berita tersebut adalah siapa yang hadir
pada kegiatan tersebut, jadi semua anggota
pengurus PPMI berperan aktif dalam eksistensi web ini.jelasnya.
Kembali pada media online secara
umum, Muhammad Shofy, mantan Pemred
Afkar ini mengkritisi media online dari segi
pengarsipan. Memang media online sahsah saja keberadaannya, Tapi dalam pertimbangan pengarsipan agaknya media
Lanjut ke halaman 10.

TROBOSANEdisi Reguler 368 April 2015

Misalnya ketika buletin itu terbit, maka


berita nya nanti di upload di web IKPM.
Akan tetapi faktanya, hingga saat ini Pemred dan Pinum majalah La Tansa milik
IKPM mengakui bahwa majalah yang mereka kelola belum pernah terbit selama periode 2014-2015.
Muhid yang memegang web PCINU
justru menampik adanya dampak negatif
dari menjamurnya media online terhadap
media cetak. Meski demikian, ia tidak menampik melemahnya geliat media cetak NU.
Namun ia memiliki pandangan lain terkait
alasan terjadinya kelemahan tersebut, Lesunya media cetak NU
sekarang ini memang karena
atmosfer tulis-menulis sedang
loyo. Ia juga mengutarakan
kekecewaannya, jika Masisir
tidak bangkit sekarang.
Khususnya NU,ujarnya.
Adapun media cetak yang dimiliki KPJ, Nawa mengatakan bahwa
saat ini minat pembaca media cetak di
Masisir tergolong sedikit, Untuk masa ini
minat pembaca media cetak khususnya di
Masisir sedikit, jadi media online dirasakan lebih baik. Karena lebih mudah dan
jangkauannya luas. Dan dengan dasar itulah, media cetak (buletin Fajar red) yang
dimiliki KPJ bersatu dengan media online.
(Adapun red) di tahun 2013, karena beberapa alasan web KPJ dihapuskan dan
mulai beralih kepada blog. Jadi sampai
sekarang media yang hidup di KPJ hanya
blog. Jelas mahasiswa fakultas syariah
islamiyyah.
Nampaknya tidak hanya KPJ yang media cetaknya bermetamorfosa menjadi
media online. Suara PPMI (SP) yang menjadi corong organisasi induk Masisir ini kini
juga sudah lenyap. Nampaknya media
online menjadi pilihan tepat oleh organisasi yang saat ini dipimpin oleh Agususanto. Meski demikian, Imdad Azizy selaku
Sekjen PPMI memiliki alasan dibalik
hilangnya Buletin Suara PPMI. Menurutnya, cara penulisan berita di web tergolong
simple dan mudah, terlebih lagi PPMI
mempunyai segudang acara dan kegiatan
yang menuntut untuk dipublish. Selanjutnya ia juga beralasan bahwa adanya web
PPMI Mesir ini, dirasakan lebih efisien dan

Mumtaz dengan Gadget atau PS (?)


TROBOSAN - Edisi Reguler 368 April 2015

Oleh: Amrul Irsyadi*


ia seperti fatamorgana -menjauhkan yang
dekat dan mendekatkan yang jauh- dan
korbannya dari semua usia. Mahasiswa
Mungkin dari kita sudah ada yang ngebaru 2014 sebelum berangkat ke Mesir
but untuk mempersiapkan Ujian Termin II
mendapatkan Kiat sukses dari pihak IAAI,
nanti, membuat talkhisan atau mulai
tinggalkan BB, hp yang memiliki Android
menghadiri bimbel, atau bahkan baru saja
dan sejenisnya, bermain internet.ingat
membeli buku diktat-muqarrar.
cuman empat tahun anda di Mesir itulah
Ada dua tipe dari mahasiswa. Pertama, kiat pertama yang menjadi poin penting
mereka yang berjuang pergi ke kuliah,
ketika Pembekalan di Jakarta.
mengerahkan motivasi untuk menumpas
Tidak ada yang lebih berharga dakemalasan, belajar memahami
ripada umur dan tidak ada
muqarrar walaupun kurang
yang lebih berarti
paham serta mengulandaripada peluang
gi maddah pada
dan
kesemmalam
harinya.
patan. SeringKedua, mereka
kali kalimat
yang mencari
seandainya
tahdidan,
begini dan
menghafal dan
seandainya
mampu menjabegitu
wab soal Ujian.
hadir dalam
Kedua tipe itu
otak manumemang mampu
sia.
Begitu
mengantarkan
pula saat kegaseseorang pada gelar Lc
galan datang pada
dengan mulus, namun siapa
seseorang. Rasib atau
yang bermukim di tipe yang teratidak najah dalam ujian menkhir seperti itukah seorang
jadi musuh bagi mahasiswa
Doc: www.foszor.com
mahasiswa rencanakan disini ?.
mana saja, terutama mahasiswa al-Azhar.
Harus kita akui mahasiswa tidak
Sebagian menganggap ia berupa aib. Dan
semuanya tergolong dalam dunia kampus
munculah anggapan bahwa mereka yang
semata, atau mempunyai hobi ngedate
meraih predikat mumtaz itulah mereka
dengan kitab. Sebagian terjun di area
yang sukses, yang mampu terjun ke
organisasi, ada yang harus hidup dan
masyarakat dan menjadi rujukan dalam
menghidupi (bekerja) pun ada pula yang
setiap masalah di kampungnya, atau merehobinya hanya berkhalwat di depan Laptop
ka itulah yang kelak menjadi pemimpin
kesayangan. Selain mereka yang hobi negeri. Benar ?.
ngedate sama kitab sebagian mempunyai
Al Azhar tidak terlalu memperdulikan
hujah buat apa kuliah tiap hari, ya entar
predikat apa yang diperoleh santrinatijah juga tinggi saya atau santai aja lah santrinya. Lembaga yang sudah berusia
baru juga tiga minggu masuk kuliah, nanti
lebih 1000 tahun ini menginginkan mahalah kalau sudah keluar tahdidan baru belasiswa mengerti bagaimana Manhaj al Azhar
jar. Namun apakah Ilmu sekedar waraqot- yang sesungguhnya sehingga ia layak
waraqot yang menjadi kebanggaan ketika
mendapatkan gelar seorang Azhari. Selalu
pulang ?.
istiqomah dalam belajar dan mengulangi
Waktu seperti sungai, kamu tidak bisa
pelajaran karena mereka mengetahui bahmenyentuh air yang sama untuk kedua
wa hidupnya ilmu itu dalam mudzakarah
kalinya. Mahasiswa memang manusia
.)) Pepatah itu
sibuk, terkadang tangan tak bisa lepas dari
memang tak semudah yang dikatakan. Perlu
Gadget dengan berdalih cuman sebentar.
banyak latihan serta dan bimbingan dalam
Atau bagi sabagian laki-laki yang hobi ber- meniti Manhaj ini. Kemalasan menjadi rankmain PS mempunyai alasan Refreshing. Ituing pertama dalam setiap kesempatan. Palah kesibukan yang paling mainstream bagi dahal seseorang sama sekali tak pernah
sebagian mahasiswa terlebih yang pertama,
menyesali kenyamanan tubuhnya tak akan
"
(Syiekh Hasan As Syafii)

pernah menyesali apa yang terjadi dan yang


sudah terjadi kecuali jika ia tak menunaikan
hak-hak Allah yang sebenarnya.
Ilmu itu bukanya yang dihafal, tetapi
yang memberi manfaat (Imam Syafii).
Apakah Ilmu hanya sekedar lembaran lembaran ijazah saja?. Hampir
semua
menginginkan yang namanya ijazah. Tak
dapat dipungkiri memang. Walaupun semua
mahasiswa menyadari bahwa mereka belajar bukan semata-mata untuk diri mereka
saja, bukan semata-mata untuk kampung
halaman saja, atau untuk negeri tercinta
saja. Mereka menyadari bahwa belajar untuk khidmat kepada seluruh umat dan
berkhidmat kepada agama islam. Imam
Akbar Syeikh Abdul Halim Mahmud pernah
berkata:
,

...
Dan Syeikh Sholeh Al-Jafari berkata:
, , ,
,
.......)(
Anak muda yang akan sukses besar adalah dia yang fokusnya kuat, yang
tegas mengabaikan yang tidak penting
(Mario Teguh). Seperti yang telah kita
ketahui kendala sebagian mahasiswa ialah
Gadget dan juga PS. Mereka berdua
menduduki peringkat teratas dalam mengutarakan alasan mengapa tidak menelaah
kitab. Dan juga fasilitas internet yang sangat
mudah diakses membuat alasan baru; saya
belajar dengan membaca berita atau mencari cari maklumat di media. Dan dengan
alasan lainya yang menguatkan bahwa
mereka bermain dengan Gadget itu adalah
suatu pembelajaran. Namun muqarrar dianggap angker dan hanya ditelaah ketika
waktu keangkeran (ujian) itu tiba. Itu
semua tergantung dari pendandanan waktu
yang cantik dan mengabaikan pekerjaan
yang tidak penting. Karena Mahasiswa suatu saat akan kembali ke negeri mereka tinggal bukan untuk menunjukan lembaran itu
dengan predikat tinggi atau hanya berlabel
Azhari namun tak mengerti Manhaj Azhar.
Mereka kembali dengan membawa warisan
nabi. Wallahu Alam
*Penulis adalah Kru TROBOSAN

Doc: photo IKRH

Ahad (19/4), Ikatan Keluarga alRaudhatul Hasanah (IKRH) mengadakan


laga persahabatan futsal melawan Ikatan
Keluarga Pondok Modern (IKPM) di kawasan Nadi Syabab Souq Madrosah, Hay-10.
Pada pukul 14.00 CLT masing-masing tim

sudah
melakukan
pemanasan
sebelum
pertandingan
dimulai
sambil
menunggu
pemain yang
belum tiba di
lapangan.
Sebelum berlaga melawan
IKPM, IKRH
juga sempat mengadakan laga persahabatan
futsal melawan almamater Darul Arofah,
dan Kelompok Studi Mahasiswa Riau
(KSMR). Hal tersebut bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi antara
almamater, kekeluargaan dan sesama

anggota sendiri khususnya.


Tidak hanya itu, kegiatan ini juga
sebagai salah satu sarana untuk mejadikan
badan lebih vit sebelum menghadapi ujian,
sebagaimana yang diungkapkan Abdul Latif
Harahap selaku ketua IKRH saat diwawancarai, Mengingat ujian semakin dekat
perlu diadakannya olahraga, supaya ketika
kita belajar badan kita lebih fit, dan freshuntuk menerima pelajaran, paparnya.
Pertandingan dari awal hingga akhir
berjalan dengan lancar tanpa ada kontak
fisik antar sesama pemain. Sementara pertandingan itu berakhir pada pukul 16.30
CLT dengan hasil akhir skor 5-8 yang
dimenangkan oleh IKPM. [] (Ikmal)

TROBOSANEdisi Reguler 368 April 2015

Jelang Ujian, IKRH Adakan Laga Persahabatan

TROBOSAN - Edisi Reguler 368 April 2015

Palung Jiwa
Oleh: Lina Dewanto*
Menerka ialah ulah manusia..
Kala hembusan kiri menggadang..
Memancangkan papan
Di jantung berdenyut sembilu..
Umpama merih yang tertumpat
Mulailah mata belati tanpa arah
Menindas korban berlumur getah
Palung jiwa menyapa
Sudikah?
Meraih balok-balok kayu baisa
Menata zamrud mulia!
Atau,

Tatkala mahkota pijar berlari,


Kembali ke palung terendap sunyi
Mengerami selengkung senyum
Kala tersua atau tiada.
Sudahilah!
Penaka romansa tanpa pinta!
Bak menghulur berirama
Memeluk erat sejalan berpisah jiwa.
Hingga mesra mengecap sanubari.
Imbangan pelerai benalu prediksi.
*Penulis adalah Sekretaris FLP 2014hingga sekarang

Markaz At-Taqwa
Menerima segala jenis
fotokopi
Mahattah Gamik, Hay
Asyir
Hp: 01281551421

Lanjutan dari halaman 7.


cetak masih jadi primadona. Lebih lanjut ia
berharap, agar awak media cetak mampu
bertahan dalam berkompetisi. Kami yakin
media cetak masih menjadi primadona.
Ujarnya, optimis.
Sementara
itu,
menurut
Bapak
Musthofa Abdurrahman, Wartawan sebuah
harian nasional terkemuka untuk kawasan
Timteng, harus diakui bahwa media online
adalah media yang cepat akses, simple, dan
lebih akrab. Hal ini menjadi tantangan utama untuk media cetak. Untuk menghadapi
tantangan tersebut, media cetak harus
mampu berinovasi. Tantangan media online
pun terhadap media cetak adalah fenomena

global, tidak hanya di Masisir. Banyak media cetak di Amerika tutup gara-gara media
online. Maka media cetak mengantisipasi
fenomena baru ini dengan mendirikan media online juga. Untuk bisa bertahan hidup,
media cetak ini harus berinovasi diri,
bagaimana dia tampil beda dengan media
online. Terutama masalah pendalaman,
konferenshif, dan penyajiannya. Sehingga
media cetak mampu bersaing dengan media online. Pesannya.
Harus diakui, media online dengan
ragam karakternya memiliki berbagai
keunggulan dibanding media cetak. Hal ini
layak menjadi tantangan bagi media cetak

untuk terus bertahan dengan terus berinovasi. Jika tantangan ini dihadapi, media
cetak bisa bertahan. Namun jika menyerah
sebelum bertanding, apalagi yang bisa diharapkan?
[] (Ainun, furna, Khudlori, Nuansa,
Nenden, Anam, Abiyyu).

yang notabene sealmamater yaitu Darul


Quran, sedangkan ust. Yusuf Mansur menyerahkan seluruh pengurusan pemberangkatan kepada Elfata. Maka tidak ada
kaitannya kalau kita membawa kasus ini ke
Rumah Tahfiz atau ke ust. Yusuf Mansur,jelasnya.
Sampai saat ini proses penyelesaian
kasus yang terjadi masih berjalan.
Disamping Presiden PPMI memberi pesan
kepada Masisir, baik yang sudah pulang
atau masih disini agar lebih peduli dengan
generasi selanjutnya. Dalam hal ini peduli
dalam memberi info tentang studi di Mesir
termasuk pembiayaan agar ditransparansi-

kan. Karena saat ini jarak bukanlah halangan untuk memberi informasi sehingga
tidak ada kesalahpaham di berbagai pihak.
[] (Fachry, Ikmal, Muharridh, Rifai,
Irfan).

Lanjutan dari halaman 5.


mereka, ujar Alfarobi.
Ia juga berpendapat bahwa masalah ini
sebenarnya tidak besar, hanya karena ada
kesalahpahaman antara pihak yang bersangkutan. Masalah ini tidak besar, hanya
karena ada miss communication antara
Elfata dengan anak baru, karena Elfata belum melakukan transparansi terkait dana
yang dianggarkan.papar mahasiswa asal
jakarta.
Disamping ia menjelaskan bahwa kasus
ini tidak ada sangkut pautnya dengan Rumah Tahfiz Mesir (RTM) ataupun ust. Yusuf
Mansur, karena RTM dalam hal ini hanya
sebagai tempat tinggal sementara mereka

Oleh: Fardan Satrio W*


Opini- opini tentang dinamika Masisir,
khususnya perannya sebagai mahasiswa
senantiasa bergulir. Jika ada lomba menulis di jagad Masisir, tentunya tidak jauhjauh berkutat pada tema dinamika hidup
di Masisir.
Rutinnya tema tentang
dinamika Masisir yang sibuk mengantri
di setiap even perlombaan menulis menjadi
sebuah ironi tersendiri. Lantas, siapakah
pihak yang keliru dan bertanggung jawab
atas keberlangsungan beredarnya tema
ini? Sebuah tema yang memiliki potensi
menjadi tema abadi di jagad Masisir ini.
Media kah? Komunitas menulis kah? Atau,
Masisir itu sendiri?
Sebagai insan, kita tentunya senantiasa
menjunjung tinggi asas prasangka baik
kepada sesama. Ketimbang menyalahkan
salah satu pihak, alangkah baiknya jika hal
tersebut menjadi tanggung jawab bersama
Masisir. Lantas, Apa hubungan antara tema
yang sering diulang- ulang dan sebuah
tanggung jawab? Secara sekilas, mungkin
terkesan tema yang berulang merupakan
hal yang lumrah dan biasa. Namun, jika
mau terbuka dan dikaji lebih lanjut. Tema
yang sering diusung dalam perlombaan
menjadi salah satu indikator bahwa terdapat sesuatu yang keliru dalam dinamika
Masisir dan membuat tema tersebut senantiasa diulang.
Dalam hal ini, tidak berarti ketika tema
ini tidak diangkat berarti masalah yang ada
di Masisir telah usai. Dunia Masisir begitu
kompleks. Tidak diangkatnya tema ini hanya menjadi salah satu faktor yang menunjukkan bahwa rinai solusi telah tampak.
Namun hal ini juga masih bersifat spekulatif. Dalam artian tidak diangkatnya tema,
bisa jadi karena kejenuhan yang disebabkan tidak adanya gayung bersambut dari
Masisir. Lama- lama, kekhawatiran pun
muncul. Banyak orang yang akhirnya
beranggapan bahwa menulis bukanlah
salah satu instrumen perubahan keadaan
dan hal ini berakibat pada kelesuan intelektual. Ia hanya penghias rubrik- rubrik
yang meminta sesuap tulisan agar ia dapat
diterbitkan dan dipublikasikan. Sungguh
malang nasib tulisan yang seyogyanya
mampu menampung banyak gagasan.
Dinamika hidup di Masisir seperti halnya sebuah roda. Ruji- ruji pada roda saling
berkumpul pada lingkaran dalam roda.

Akhirnya menjadi satu kesatuan yang utuh


bernama roda. Mohon ini tidak dibawa
pada gagasan integralistiknya Cak Nur dalam agama yang ia analogikan dengan rujiruji juga. Ini sekedar analogi kehidupan
sosial, yang mendeskripsikan bahwa rujiruji itu seumpama masyarakat Indonesia di
Mesir yang masing- masing melangkah
diatas garis yang dipilihnya. Lantas lingkaran tempat bertaut antar ruji- ruji kita
analogikan sebagai Mesir. Dan roda itu
sendiri merupakan Indonesia. Sehingga
dapat kita gambarkan titik temu dari analogi tersebut sebagai berikut: Masisir merupakan roda atau Mahasiswa Indonesia, dan
merupakan ruji- ruji yang mana memilih
jalur hidupnya masing- masing, dan merupakan lingkaran sebagai masyarakat yang
hidup di Mesir.
Roda mampu berputar jika ia ditopang
oleh ruji- ruji dan lingkaran yang menjadi
obyek bertautnya ruji- ruji. Indonesia
mampu berjalan dengan baik, jika
didukung oleh Masyarakat di Mesir yang
bahu- membahu antara yang satu dengan
yang lain seperti halnya ruji-ruji yang saling menguatkan roda.
Penilaian seseorang terhadap suatu
obyek dilatarbelakangi oleh pengetahuan
yang ia dapatkan dari lingkungan yang
melingkupinya. Jika ia terbiasa hidup di
lingkungan akademisi, seperti sering talaqi
atau pun kuliah saja. Melihat kawan yang
sibuk dengan dunia organisasi atau pun
seni, merupakan dunia yang keliru baginya.
Begitu pula sebaliknya, kawan yang sibuk
dengan dunia organisasi atau pun aktif di
dunia literasi misalnya, menilai kawan
yang hanya fokus pada dunia kuliah saja,
kurang dapat memahami pola interaksi
dengan masyarakat. Dan masih banyak lagi
pandangan- pandangan yang terlahir dari
dunia dimana seseorang hidup.
Ah, mungkin anda terlampau menggeneralisir, tuan. Buktinya tidak sedikit yang
berpandangan bahwa kuliah itu penting,
talaqi tidak kalah penting, organisasi juga
demikian, begitu juga komunitas- komunitas penyalur hobi yang tumbuh dari rahim
Masisir. Tidak dapat dipungkiri bahwa
tidak sedikit yang berpendapat demikian.
Namun, terkait penyikapan seseorang terhadap kondisi yang ada, mengharuskan
dirinya lebih memprioritaskan apa yang ia

pandang hal itu merupakan yang terbaik


bagi dirinya selama di Mesir.
Masing- masing orang memiliki titik
prioritas yang berbeda antara satu orang
dengan orang lain. Kendati demikian,
alangkah bijaknya jika kita menggunakan
deskripsi analogi Masisir dengan sebuah
roda. Jalan manapun yang dipilih oleh masing- masing individu, alangkah eloknya jika
hal tersebut demi kebaikan bangsa Indonesia dengan memanfaatkan segala yang ada
di bumi Mesir. Karena jika kita mematok
satu standar, maka akan banyak kecenderungan yang harus dipupuskan. Misalnya,
jika kita patok semua harus kuliah di
Azhar. Masisir tidak hanya mahasiswa,
namun lebih luas dari itu.
Menentukan standar tentunya memandang siapa yang dijadikan obyeknya.
Jika ia seorang mahasiswa, maka ia dituntut untuk mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai seorang mahasiswa. Jika ia
menolak sembari berdalih,lho diri ini
urusanku, mas. Jangan diatur- atur begitu,
maka dalam posisi ini ia mengalami kekeliruan logika. Seperti halnya seorang hamba yang sudah mengerti bahwa Allah memberikan beban kepada dirinya dengan statusnya sebagai muslim. Maka ia harus
menaati tata aturan yang dikehendakiNya .
Begitu pula sebagai mahasiswa, ia memiliki
tata aturan tertentu yang merupakan
konsekuensi logis dari dunia yang ia pilih,
sebagai mahasiswa. Begitu juga dengan
dunia-dunia dan kecenderungan Masisir itu
sendiri. Mereka harus mampu mempertanggungjawabkan
pilihannya
sesuai
dengan tata aturan yang ada semampunya.
Hal yang paling urgen saat ini adalah
upaya redefinisi atau mengartikan kembali
peran yang yang dipilih oleh masing- masing individu. Agar setiap individu dapat
menyadari peranan dirinya, sehingga ia
mampu menjadi duta bangsa terbaik. Karena kita hidup di kumpulan ironi yag telah
kompleks. Kesadaran peranlah satu cara
melewati ironi- ironi yang ada.
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi
Majalah Sinar Muhammadiyyah periode
2013-2015.

TROBOSANEdisi Reguler 368 April 2015

Tema, Roda, dan Kompleksitas Ironi

Email/YM: transferindo.mesir@yahoo.com
FB: Tranferindo Mesir

Anda mungkin juga menyukai