Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2 Sikap, Gerakan Tujuh Belas, Halaman 3 Laporan Utama, Semester Olahraga Masisir, Halaman 4 Laporan Utama, Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan, Halaman 5 Komentar Peristiwa, Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah, Halaman 6 Wawancara, Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!, Halaman 8 Seputar Kita, PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013, Halaman 9 Opini, Kekeluargaan dan Wajah PPMI, Halaman 10 Kolom, Dua Dunia, Halaman 11
Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi
TROBOSAN ADVERSITING
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.
Doc: www.facebook.com/anakbasketcairo
Sekapur Sirih
ujian, manusia pun pasti akan berbuat kesalahan dalam jalan hidupnya. Kesalahan bukanlah sebuah pukulan agar kita berhenti untuk mencoba dan berkarya, kesalahan justru sebuah tamparan agar kita terus mencoba dan berbuat. Seorang anak menyemprotkan selai kacang ke seantero ruang makan karena semprotan selainya rusak. Bukan marah yang ia dapatkan, justru seluruh keluarga itu tertawa dan memberinya semangat untuk terus mencoba. Itu adalah sedikit cuplikan dari film Meet the Robinson. Film tentang anak yang jenius namun aneh. Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari film itu adalah kita harus terus mencoba dan tidak menyerah karena kesalahan. Pada edisi kali ini kami mencoba untuk mengadakan riset ke hampir seluruh kekeluargaan. Ya, riset ini memang kami rasa berat dan melelahkan. Terlebih harus mengganggu para ketua kekeluargaan agar bersedia untuk diwawacara dan dimintai keterangan. Namun akhirnya keringat kami membuahkan hasil. Setidaknya, saat ini kami bisa menghidangkan kepada anda sebuah laporan tentang peringatan hari jadi masing-masing kekeluargaan disertai dengan jenis kegiatan dan keperluan dana dari masing-masing kekeluargaan. Ternyata, jika dikalkulasikan seluruh kegiatan peringatan hari jadi kekeluargaan bisa menghabiskan dana hingga seratus ribu pound lebih. Sebuah dana yang sangat besar untuk kegiatan komunitas Masisir. Survey lain kami lakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kekeluargaan dengan daerah masing-masing. Kami ingin menginformasikan kepada pembaca bahwa di seluruh penjuru Indonesia saat ini telah berdiri ikatan-ikatan alumni al-Azhar tempat para alumni al-Azhar berkiprah. Kami pun ingin menginformasikan sejauh mana kontribusi masing-masing pemeritah provinsi kepada putra daerahnya di negeri ini. Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu kami dalam penerbitan kali ini maupun dalam terbitan-terbitan lain. Selamat membaca! []
Permohonan Maaf
Kami segenap keluarga besar buletin TROBOSAN memohon maaf atas dimuatnya tulisan dalam buletin kami yang dikhawatirkan akan memicu ketidaknyamanan atau melukai perasaan beberapa pihak.
RALAT
Pada buletin TROBOSAN edisi 351, 15 Maret 2013, rubrik Seputar Kita yang berjudul PPMI mengadakan Halaqoh Ilmiyah kedua, terdapat sebuah kesalahan. Di sana tertulis Syaikh Yusri Rusydi Jabar al-Husny. Seharusnya tertulis: Syaikh Yusri Rusydi Jabar al-Hasany. Kami memohon maaf yang sebesarbesarnya atas kesalahan ini.
Express Copy
Menerima segala jenis fotokopi Mahatthah Mutsallas, Hay `Asyir Building 102 Sweesry. Hp: 01001726484
Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septiani. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)
02
Sikap
oleh Doc: sleepy00.wordpress.com kekeluargaan misalkan Kambing Cup (KMB), KKS Cup dan KMM Cup. Tidak hanya olahraga sepakbola dan voli, ABC Cup hadir dalam gelora semangat olahraga basket. Pastinya data di atas menunjukkan betapa bertaringnya Masisir di dunia lapangan. Selama semester ini pertunjukkan seni di atas lapangan menjadi tontonan kita. Tidaklah sedikit pundi-pundi uang yang tergelontor untuk agenda-agenda ini. Ratusan pound bahkan ribuan adalah jumlah wajib yang pasti dikeluarkan. Intinya jumlah yang tidak sedikit ini memang telah keluar demi gelaran kompetisi olah raga. Lalu mengapa sampai demikian besarnya gengsi sebuah trofi di bidang olahraga ya? Yang menjadi tawaran sebuah organisasi mahasiswa adalah belajar memahami proses dari pengalaman. Tidak ada tawaran keuntungan yang lebih menarik selain satu hal tersebut, kecuali bagi mereka yang memang mengejar suatu hal lain di luar garis normal. Jika dilihat dari sisi non oportunis, pengorbanan adalah asas pokok yang selalu menghiasi pergerakan organisasi. Untuk itu, tidaklah mudah bagi Masisir untuk bergerak dalam ranah organsiasi jika khalayak ini masih terjangkit kegersangan rasa ikhlas. Bukankah menghindar dari ranah sosial adalah egoisme yang mengatasnamakan kepentingan pribadi? Masa depan misalnya.
03
Laporan Utama
20.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KKS dan KPMJB
16.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh Gamajatim
15.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMB
12.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KSW
8.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMA
Selain KMB yang mengadakan dua Kambing Cup, KMM juga hadir dalam rangka menyambut hari jadinya yang ke-56. KMM sendiri memilih mengadakan dua kompetisi besar berupa kejuaraan futsal dan bola basket. Kedua perlombaan ini dihelat di Nadi Central Zahro. Sebagaimana terpampang di pamflet pengumuman, perlombaan sepak bola dan basket KMM ini merupakan agenda yang diadakan dalam rangka menyambut hari jadinya yang ke-56. Kekeluargaan selanjutnya adalah KKS yang mencoba unjuk diri dengan mengadakan perlombaan seperti di atas. KKS yang hari jadinya jatuh pada 17 April ini memilih untuk mengadakan berbagai macam perlombaan dalam rangka menyambut hari jadinya semisal, MHQ (Musabaqah Hifdzil Quran), Musabaqah Qiraatul Kutub, Cipta baca puisi dan lagu, terjemah langsung serta dua agenda besar yaitu perlombaan voli antar Masisir dan ajang sepak bola sekelas Masisir dan ASEAN. Ketiga kekeluargaan inilah yang memilih
Bersambung ke Hal. 7...
04
Laporan Utama
05
Komentar Peristiwa
06
Komentar Peristiwa
perpustakaan. Sedangkan kekeluargaan yang lain, mayoritas dana bantuan Pemprov mereka keluar hanya untuk pembelian rumah daerah. Dana Ahmad Dachlani, ketua Gamajatim menjelaskan bahwa Pemprov Jawa Timur hanya memberikan rumah daerah dan Graha Jatim, dan uang yang diperoleh dari Graha digunakan untuk kemaslahatan bersama warga Gamajatim. Ketua KSW pun juga menuturkan hal yang sama seperti Dana. Selain dana untuk rumah daerah, Pemprov Jawa Barat memberikan beasiswa bagi warganya. Untuk warga KPMJB yang hafal al-Quran lebih dari 10 juz, akan mendapatkan beasiswa khusus dari Pemprov. Sebagaimana Pemprov Kaltim yang memberikan beasiswa bagi seluruh warganya di negeri ini. Selain pendanaan untuk rumah daerah dan beasiswa, mayoritas kekeluargaan menggunakan biaya mandiri untuk
Sambungan dari Hal. 4...
menjalankan seluruh kegiatannya. Baik kegiatan kecil yang khusus untuk warganya maupun kegiatan besar yang mencangkup lingkup Masisir hingga ASEAN. Alumnus, Kekeluargaan dan Pemprov Sejauh yang kami amati dari hasil wawancara 16 kekeluargaan, rata-rata seluruhnya telah menjalin hubungan dengan Pemprov dan mendirikan sebuah wadah untuk alumni-alumni Al-Azhar. IKMAL misalnya, yang telah mendirikan IKAMLAMPUNG untuk mempermudah Pemprov mengusahakan lapangan pekerjaan untuk alumni Timur Tengah dan menyebar sebagian mereka untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi. KMA mempunyai IKAT, KMB memiliki Yansib, KMJ mendirikan IKATT, KEMASS memiliki IAAM, dan sisanya seperti KKS, Gamajatim, KMNTB, KPMJB, KPJ, KSW, KSMR dan beberapa kekeluargaan lain tidak menyebutkan nama ikatan alumni. Namun, semua ikatan alumni yang telah dilahirkan
dengan kerja sama kekeluargaan dan Pemprov ini sama-sama bertujuan untuk memberikan lapangan kerja dan meratakan misi dan visi dakwah. Sebagian dari para alumni ada yang mengajar di perguruan tinggi seperti IKMAL, ada juga yang menyebarkan alumni untuk mengajar di berbagai pesantren seperti yang dilakukan KEMASS bersama Pemprovnya. KPTS bergotong-rotong dengan pemerintah setempat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui buletin-buletin yang ditulis alumnialumni Timur Tengah lalu diberikan kepada masyarakat secara cuma-cuma. KMKM menjadikan para alumninya tidak hanya berdakwah dan mengajar namun juga menjadi dewan fatwa di berbagai media di daerah. Dan Pemprov NTB, telah membangung Islamic Centre yang dikelola oleh para alumni Timur Tengah dan merupakan markas bagi mereka berbagi ilmu dan wawasan. []Yaqin, Zai.
untuk mengadakan perlombaan ajang duel olahraga pada Semester ini dalam rangka menyambut hari jadi masing-masing. KMB yang berulang tahun pada 3 Maret mengadakan perlombaan dan agenda menyambut hari jadi sejak awal bulan pembukaan kegiatan semester ini akhirnya ditutup pada acara puncak 6 Maret lalu di American Future. Sedangkan KMM yang merayakan hari jadinya pada 23 Juni juga memilih agenda perayaannya pada waktu belakangan ini juga. Biaya besar untuk ajang yang besar pula. Ajang olahraga memang memerlukan dana yang besar, dan biasanya pengeluaran terbesar itu ditujukan untuk sewa lapangan. Pada perlombaan sekelas Masisir biasanya dana kegiatan olahraga selalu di atas angka ribuan. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh KMB untuk membeli kambing bagi pemenang mencapai 1500 L.E. Dana besar juga mengalir dari Jawa Cup yang mencapai angka 6.000 L.E. Sedangkan untuk gelaran Sumatera Cup, Panitia menjelaskan dana keseluruha mencapai 8.500. L.E. Ada berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan dana. Seperti yang diungkapkan ketua panitia Sumatera Cup, Edi Widodo mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan dana yang mencapai angka 8.500 L.E itu diambil dari iuran setiap kekeluargaan yang bergabung. Selain itu dana juga didapat dari sumbangan para senior kekeluargaan Jambi yang dulunya merupakan pemain di Sumatera Cup yang sekarang sudah berada di Indonesia. Yang terakhir dana diraih dengan cara penyebaran proposal kepada berbagai
pihak luar. Edi meneruskan, dana anggaran tersebut digunakan untuk biaya penyewaan lapangan selama 26 jam yang mencapai angka 3.650 L.E. Selain itu anggaran juga dialokasikan untuk biaya barang inventaris forum Sumatera, seperti jaring gawang, papan skor, dan papan pergantian pemain. Sedangkan untuk hadiahnya berupa piala bergilir. Juga ada piala tetap untuk pemenang pertama, kedua dan ketiga yang berupa bingkisan, piagam, dan mendali untuk para finalis. Kejuaraan ABC Cup tahun ini juga mencapai angka ribuan pound. Menurut panitia, dana yang digunakan untuk menyelenggarakan ABC Cup adalah sebesar 4.000. L.E. Dana tersebut diperoleh dari pihak KBRI dan iuran masing masing tim basket sebesar 200 L.E. Dengan demikian, dana yang dihabiskan untuk berbagai macam kegiatan olahraga ini mencapai angka puluhan ribu. Sebuah angka yang tidak sedikit. Melihat berbagai macam perlombaan Ahmad Hujaj, seorang mahasiswa fakultas Syariah Islamiyah memberikan komentar miring. Menurutku lomba-lomba yang diadakan di Masisir terbagi menjadi tiga: Pertama, lomba yang ada kaitannya kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, seperti lomba baca kitab kuning dan lomba debat berbahasa Arab. Ini sangat penting karena bisa menjadi tolok ukur kemampuan kita. Kan malumaluin kalau tidak bisa. Kedua, lomba yang sebenarnya tidak ada kaitannya sebagai mahasiswa Al-Azhar, tapi sangat penting mengingat kita akan membutuhkan itu. Misalnya lomba menulis, menerjemah dan sejenisnya.
Ketiga, lomba yang sebenarnya tidak dibutuhkan atas nama mahasiswa, dengan kata lain, lomba orang umum. Lomba-lomba itu sama sekali tidak mencirikan keberadaan kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga tidak akan ditanyakan nanti oleh masyarakat kita. Misalnya lomba-lomba yang berhubungan dengan musik dan olah raga. Masyarakat kita tidak akan pernah bertanya kita pernah bertanya kita juara berapa dalam lomba band, misalnya. Juga tidak akan ditanya apakah kita pernah menjadi pemain bola terbaik. Tidak. sama sekali tidak. Namun di lain pihak, Djazam Asfari, mahasiswa asal Jawa Tengah melihat hal berbeda lewat komentarnya. Menurutku sih dampak positifnya cukup banyak. Soalnya jalinan silaturahmi benar-benar terjalin, antar lain bisa saling kenal antar pemain. Selain itu juga menimbulkan respect untuk para juara atau pemain terbaik, dengan begitu suatu tim sepakbola akan dikenal begitu juga pemainya. Kalo yang saya sering kali pertandingan pasti berjalan panas, tapi kalo sudah selasai ya sudah. Hal yang sama juga disampaikan Khodri, ketua Fosgama yang melihat banyak sisi positif dari berbagai ajang olahraga semisal di atas. Bagus sekali itu, sebagai ajang silaturrahmi dan menjaga kesehatan jasmani. Harapan saya supaya kedepaanya lebih maju, sebagai wadah silaturrahmi, menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki, juga menjaga keutuhan NKRI. [] Tsabit, Erika, Heni .
07
Seputar Kita
Tujuan anda sendiri datang ke negeri ini apa? Kita di Indonesia sudah beberapa kali membuat event yang sama, yaitu Opick Concert for Palestine yang bertujuan untuk penggaklangan dana. Kita sudah dapet uang banyak. Kemudian dari situ saya berfikir bagaimana kalau saya sendiri yang ikut mengantarkannya ke Gaza. Terus ada kemungkinan nggak kalo saya bisa nyanyi di sini? Di satu atau dua tempat lah. Dan alhamdulillah ternyata diijabah, wah aku seneng banget. Dari uang yang itu tadi, akhirnya akan dibawa langsung ke Gaza. Kita sudah membeli dua buah mobil ambulans, kemudian kita bawa uang untuk langsung dibagikan di sana. Tentunya KNRP sebagai badan penyelenggakranya, dan saya di sini hanya sebagai pelaku, berjalan dari satu daerah ke daerah lain kemudian mengumpulkan uang. Dan Alhamdulillah, ini sudah separuh jalan, dan setelah itu kita akan masuk ke Gaza.
Bagaimana kesan anda pertama kali datang ke negeri ini? Satu kebahagiaan sendiri saya bisa mengenal teman-teman. Ini adalah pertama kali saya ke sini. Karena memang orang seperti saya bisa masuk ke tempat kalian ini, Masya Allah, saya senang sekali. Apalagi di sini tempat orang soleh dan solehah semua. Ada satu puisi yang saya tulis: Ketika aku sampai di sini. Ya Allah, Engkau tidak pernah mengajak aku bicara terlebih dahulu. Engkau tidak pernah mengajak aku berunding terlebih dahulu. Seperti apa wajahku hari ini? Hitam? Putih? Gelap? Terang? Kaya? Miskin? Bodoh? Pintar? Kau lempar aku ke timur maka aku menjadi bulan. Kau lempar aku ke barat maka aku jadi matahari. Menjadi bintang, menjadi burung, menjadi ikan, menjadi daun kering. Menjadi apa saja yang engkau inginkan. Dan aku tak berdaya. Aku hanya berharap di penghujung umurku, aku hilang dalam cinta. Apa atau siapa yang mempengaruhi anda dalam berkarya? Kalo aku, aku polos banget. Aku hanya pengen tulis sesuatu yang bergolak dalam pikiran, itu saja. Ndak ikut cara penulisan, bebas, bisa dibilang merdeka banget. Ndak ada rujukan. Atau istilahnya, sastra ngawur. Karena memang gini, kalian itu sekolah, kalo aku ndak sekolah. Jadi cara berfikirku adalah cara berfikir seperti yang aku bisa, seperti yang aku mampu. Kalo aku berfikir seperti kalian, pake logika kalian, ya ndak bisa. Jadi aku lebih berfikir nggak pake otak kiri nggak pake otak kanan lagi. Saya lebih memilih majnun, ya belajar ndak pake otak. Karena belajar ndak pake otak, akhirnya aku belajar bagaimana hari-hari yang dijalani itu sak paringparinge Gusti Allah. Sediberinya Gusti Allah. Sedikasihnya. Nrimo. Jadi, dalam proses ilmu, pencapaian itu biasanya sampe tinggi dan akhirnya Doc: TROBOSAN
menemukan Dia. Tapi kalo saya ini susah, lah wong ndak sekolah. Akhirnya pencariannya ke ketiadaan. Ketidakberdayaanku hari ini, Ya Allah, ketidakmampuanku kebodohanku, hari ini mempertemukan diriku kepada diriMu. Kita terkadang banyak sibuk di ruangruang luar, terutama orang-orang yang sering berfikir hanya kepada teks. Begini, ada satu puisi yang unik dari guru saya: Wahai para sahabatku! Aku telah kenal Allah dari seribu kitab yang aku baca. Kemudian Allah aku kecilkan, aku taruh di lemari di sebelah rumahku dan aku suruhsuruh setiap hari. Wah, ekstrim banget kan? Bayangkan, kita tuh begitu sama Allah. Padahal Allah lebih luas lagi dari segala pemahaman di manusia. Allah! Proses perubahan anda dari awalnya seorang musisi rock menjadi musisi religi? Tiba-tiba seorang manusia diperjalankan lewat keburukan di hari-harinya, di masa lalu. Ini ternyata sebuah karunia, suatu a gift, suatu hal yang hebat yang diberikan oleh Allah. Lalu kemudian akhirnya pas di tengah perjalanan, dia inget bahwa ini nggak baik. Wah itu karunia lagi. Akhirnya dia bisa mengalami rasa seperti apa dia ketika jauh dari Allah, dan mengalami seperti apa ketika dekat dengan Allah. Itu adalah beda. Kamu merasakan pecel itu nikmat karena kamu sudah lama sekali tidak makan pecel. Nah itu, rasa nikmatnya itu di situ. Nah, di dalam pencarian si orang ini tadi, ada sebuah proses. Suatu saat, saya adalah seorang penulis, seorang musisi yang hebat menurut orang-orang. Seorang penyair, seorang pemain teater, yang menurut orang sudah mempunyai dedikasi yang hebat kepada dunia kesenian. Lalu saya bertemu dengan anak muda. Dia menangis di depan saya. Aku tanya Kenapa? Dia bilang, Aku tidak melihat manusia, aku melihat ada binatang hari ini yang ada di depanku. Aku kaget, aku seniman kok aku dibilang binatang? Dia bilang, Keinginan yang ada dalam hatimu hari ini telah mengikat dirimu dan merubah wajahmu menjadi binatang. Kauhalalkan segala cara untuk dirimu memuja dirimu sendiri. Akhirnya di situlah saya tulis lagu Istighfar. Anda ini kan seorang musisi religi. Kalau boleh tahu, orientasi anda dalam berkarir ini apakah demi dakwah atau semata mengikuti permintaan pasar? Kata orang aku ini tersesat ke jalan yang benar. Aku ini, kalo aku ngomong dakwah,
08
Seputar Kita
nggakk pantes mas. Ilmu saya ndak cukup, pemikiran saya ndak cukup, kapasitas saya untuk berbicara tentang Allah itu ndak cukup. Kalo saya ngomong saya berdakwah, saya geer sama diri saya sendiri. Saya malu, walaupun berdakwah adalah cita-cita saya. Dakwah tuh cita-cita saya dan saya bangun, Ya Allah izinkan saya untuk bercerita tentang engkau sebanyak-banyaknya. Tapi lagi-lagi saya menemukan diri saya kosong, diri saya ndak bisa apa-apa. Ternyata saya menemukan saya seorang penyair, seorang seniman, seorang budayawan. Ya sudah, saya ndak usah mengakui apa-apa dalam hidup saya. Saya tulis saja apa yang saya tulis, saya buat saja apa yang saya buat. Ya Allah, terserah ya Allah. Ini apa namanya aku ndak mengerti, yang jelas aku ndak mau mengaku-aku. Karena ketika saya mengaku, banyak sekali orang yang mengaku kiyai, ajengan, tapi prilakunya ndak begitu. Sebenarnya yang betul itu namanya atau prilakunya? Ada orang kayanya ini orang pinter, ngakunya orang pinter, tapi prilakunya ndak begitu. Yang mana ini sebenarnya? Itulah, saya ndak milih, saya ndak milih semuanya. Pokoknya saya buat, saya tulis apa yang saya pikirkan, ya nafas saya nafas kecintaan saya kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada kebaikan kebaikan. Kenapa saya ngomong seperti itu? Karena sebenarnya saya ini sedang mengajari diri saya sendiri. Lagu saya itu adalah seperti prasasti yang saya tulis dalam hidup saya untuk mengingatkan saya dari hari ke hari tentang zaman, tentang waktu, tentang hidup yang saya jalani dalam pemikiran-pemikiran saya. Lagu ini adalah gambar saya wajah saya di saat itu, terus begitu. Semua ada ceritanya, semua ada alasannya. Dan saya ini orang bodoh, ndak bisa sebenarnya. Tapi kenapa saya ini bisa? Pasti ada suatu kekuatan yang memudahkan itu semua. Selama ini, kepuasan pribadi yang anda rasakan dari karir anda sendiri? Ya, jadi gini. Betapa saya dalam sujud saya tidak menangis. Allah ngasihnya kebanyakan sama saya. Ya Allah ini kok karuniamu banyak banget? Tapi ya saya sedih juga. Sedihnya kenapa? Karena orang menganggakp saya orang baik, orang menganggakp saya orang mulia, padahal saya tahu kartu saya sendiri. Di situ saya, minta ampun. Ajari aku mencintai, ajari aku merindukan-Mu, dalam lelah dan bosanku, di keadaan yang seperti ini. Apakah ada tokoh yang menginspirasi anda dalam bermusik atau bersastra? Aku senang sekali sama syaikh Fariduddin Atthar, kitab Mantiqutthayr. Ada juga kitab Tadzkirul Aulia. Mungkin juga Masnawi dan Jalaluddin Rumi, tapi itu cuma baca sekedarnya. Tapi yang saya serius membaca itu kitab Mantiqutthayr. Ada pengembaraan jiwa yang seperti itu. Saya menemukan diri saya ada dalam buku itu, dia memainkan hidup saya dalam buku itu. Kemudian kalo bahasa yang saya buat itu ya memang keseharian, tidak bisa acting. Bagaimana pandangan anda tentang dakwah lewat musik? Saya ingat ada ulama jaman dulu ketika saya masih kecil, kemudian saya juga ingat Rhoma Irama. Ulama itu tidak ada yang saya inget dalam ingatan saya, tapi Rhoma Irama, Judi, itu inget saya. Berarti nyanyian itu lebih abadi. Nah kalo nyanyiannya ada ruang kita kontemplasi kepada Allah, ada ruang pelajaran kepada hidup, ada ruang pelajaran kepada hati, kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Luar biasa. nah saya melihat poin di situ. Ya Allah terimakasih pada hari ini saya bisa ada di sini, menjadi seperti apa yang engkau inginkan, bukan yang aku inginkan. Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada para mahasiswa di sini? Saya berharap memang benar-benar di antara kalian nanti pulang ke Indonesia, benar-benar menjadi seseorang yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Bangsa kita sangat butuh kepada kalian. [] Fahmi.
Pada hari Ahad (31/3) lalu, PPMI bekerjasama dengan beberapa persatuan pelajar negara-negara ASEAN mengadakan acara Asean Students Gathering 2013 yang dimulai dengan acara Konferensi Pelajar ASEAN pada hari Ahad (31/3) lalu di Aula Darul Hasan KMJ, Nasr City. Konferensi yang dihadiri oleh sembilan perwakilan ini menghasilkan empat butir kesepakatan yang akan dideklarasikan pada acara ASAPE yang diadakan seminggu setelahnya. Empat butir kesepakatan itu adalah: 1) Mendukung terciptanya komunitas ASEAN 2015, 2) Lebih menguatkan hubungan kerjasama pelajar ASEAN di Mesir dalam bidang pendidikan, sosial dan budaya, 3) Saling membantu
09
Opini
10
Kolom
Dua Dunia
Oleh: Fahmi Hasan Nugroho*
Saya sedikit tersenyum ketika mengikuti acara Coffee Break tiga yang diadakan oleh PPMI di aula KEMASS beberapa waktu lalu. Acara itu sebenarnya adalah hal yang bagus untuk diadakan, terlebih saat itu terjadi dialog vertikal secara langsung antara mahasiswa dengan Bapak Duta Besar beserta beberapa pejabat KBRI. Namun sayangnya, saat itu kita terlalu banyak membuang waktu untuk membicarakan hal yang sebenarnya sudah lama kita bicarakan. Seingat saya, selama tahun 2012 sudah dua kali saya meliput tentang perkembangan proyek pembangunan asrama mahasiswa. Dan dalam dua liputan ini juga terdapat penjelasan tentang status asrama itu yang sebenarnya bukan merupakan Asrama Mahasiswa Indonesia, namun lebih tepat disebut Asrama Al-Azhar yang dibangun oleh Indonesia. Dan pada acara Coffee Break kemarin, proyek asrama itu kembali ditanyakan dan dibahas dalam forum, padahal saya rasa tulisan di dua edisi buletin TROBOSAN sudah menjelaskan hal itu. Tapi yah, mungkin saja penyebaran yang dilakukan oleh tim TROBOSAN kurang menyeluruh hingga tidak seluruh masisir membaca laporan itu. Atau bisa juga memang laporan yang mereka buat kurang bisa menjawab pertanyaan di benak Masisir. Atau mungkin juga karena buletin mahasiswa saat ini sudah tidak lagi menarik, hingga tidak terbaca dan hanya menjadi bungkus nasi atau alas makan. Dalam acara itu terdapat pula sedikit penjelasan tentang proses birokrasi mahasiswa baru. Seingat saya, apa yang dijelaskan saat itu juga telah dibahas panjang lebar dalam acara Warung Kopi yang diadakan oleh Rumah Budaya Akar, dan atas dasar itulah tim TROBOSAN mengangkat permasalahan Maba ini dalam rubrik Laporan Utama di buletin TROBOSAN edisi 349. Hal yang sama juga dibahas oleh buletin Informatika edisi 165 dalam rubrik Suara Mayoritas. Namun kembali ke paragraf sebelumnya, mungkin penyebaran yang dilakukan kedua tim itu kurang maksimal hingga informasi ini tidak bisa diketahui oleh seluruh masisir. Ini hal yang ingin saya pertanyakan, sejauh manakah peran media mahasiswa di dalam komunitas kita sekarang ini? Media mahasiswa itu berputar di dunia mahasiswa. Segala kejadian yang terjadi di dunia mahasiswa merupakan ladang bagi media itu untuk mengangkatnya. Karena namanya media mahasiswa, segala hal yang menyangkut kemahasiswaan itu boleh saja untuk diangkat tanpa perlu ada intervensi dari pihak luar. Maka, media mahasiswa seharusnya hidup di dunia mahasiswa. Namun saya merasakan bahwa media mahasiswa dan mahasiswa saat ini berada dalam dua dunia yang berbeda. Media berbicara apa, mahasiswa memperbincangkan apa. Media pergi ke mana, mahasiswa pergi ke mana. Ada atau tidaknya media mahasiswa tidak terlalu berpengaruh terhadap dunia mahasiswa, mereka akan tetap berjalan seperti biasa dengan ada atau tidak adanya media ini. Respon baru akan terasa ketika media itu sedikit menyinggung dunia mahasiswa yang kebetulan saat itu sedang tidak ingin disinggung. Saat itulah persinggungan antara dua dunia itu terasa. Apa yang ditulis media menjadi pembicaraan mahasiswa dan apa yang dibicarakan mahasiswa sedikit menyangkut dengan tulisan di media. Namun sayang, saat sebuah masalah terjadi antar dua dunia tadi, penyelesaian permasalahan itu justru menggunakan dua logika yang berbeda. Media menggunakan logika media dan mahasiswa pun menggunakan logika mahasiswa yang anehnya keduanya kok tidak bisa bertemu. Dua dunia ini terlihat berjalan damai, asalkan satu dunia tidak menyikut dunia yang lain. Misalkan saja dalam beberapa tahun terakhir. Hampir di setiap tahun para pimpinan media Masisir mendapatkan beberapa kali respon yang kurang baik dari pembaca. Bahkan bukan hanya redaksi media yang mendapatkan itu, beberapa penulis lepas pun pernah mendapatkan respon yang serupa. Respon tersebut bisa berupa pemanggilan terhadap beberapa kru redaksi ataupun hingga aksi pemukulan oleh beberapa pihak yang tersinggung dengan salah satu tulisan di media tersebut. Melihat kenyataan itu saya berfikir bahwa jelas sekali ada yang salah dalam hal ini. Namun di sisi lain saya pun berfikir, di mana letak kesalahan itu? Apakah media mahasiswa saat ini telah kehilangan fungsinya? Jika memang begitu, maka ada dua kemungkinan di sana. Bisa jadi karena fungsi itu disalahgunakan oleh insan media itu sendiri hingga mahasiswa di komunitas kita tidak lagi memandang penting terhadap media. Atau bisa juga karena fungsi media itu telah disalahartikan oleh anggota komunitas ini hingga apapun yang media lakukan maka tetap tidak akan merubah pandangan mahasiswa. Ya, media terkadang dianggap menjadi pemicu kerusuhan ketika mengangkat sebuah konflik antara dua pihak yang berseteru. Media pun terkadang dianggap mencari sensasi ketika memuat tentang suatu hal yang sensitif. Namun jika dipandang dari sudut pandang media, mengangkat sebuah konflik atau hal sensitif adalah sah-sah saja selama berdasarkan atas fakta dan disertai data-data yang valid. Terlebih lagi jika hal itu berhubungan dengan dunia mahasiswa yang mana merupakan ladang tugas bagi media mahasiswa. Selama kejadian atau perkara itu terjadi di sekitar dunia mahasiswa, maka media mahasiswa berhak untuk mengangkat ataupun menganalisanya tanpa harus ada intervensi dari pihak luar. Masukan ataupun kritikan kepada media pun sebenarnya tidak pernah habis, namun terkadang kritikan itu kemudian berubah menjadi sebuah intervensi hingga beberapa pihak ingin mengatur media agar mengangkat suatu hal dan meninggalkan hal lain. Inilah yang saya pandang kurang baik dari hubungan antara komunitas ini dengan medianya. Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan asas kebebasan pers atau hal-hal yang menyangkut idealisme pers, karena saya menilai pers mahasiswa itu memiliki sifatnya sendiri. Pers mahasiswa, khususnya di komunitas kita ini adalah anak kecil yang tak pernah kunjung dewasa, karena orang yang berkecimpung di dalamnya selalu berganti setiap tahunnya. Pers mahasiswa di komunitas kita ini tidak lain adalah tempat untuk belajar bagi mereka-mereka yang memiliki minat dalam bidang ini, bukan sebagai tujuan atau bahkan alat untuk mencari penghidupan. Maka, selama itu adalah tempat belajar, saya pun tidak terlalu peduli dengan nama baik ataupun harga diri media mahasiswa, karena sunnatullah dalam belajar adalah berbuat kesalahan. Jika memang saya bersalah ya saya meminta maaf, dan jika tidak ya saya akan terus belajar dan tidak perlu memikirkan embel-embel eksistensi, nama baik ataupun harga diri. Saya hanya berharap agar dua dunia yang terpisah ini bisa kembali menyatu. Media mahasiswa bisa hidup dan saling berinteraksi dengan mahasiswa layaknya kawan lama, bisa duduk bersama dan saling bertukar pikiran layaknya teman diskusi. Saya juga berharap agar media mahasiswa bisa kembali kepada asasnya, memberikan informasi bagi para pembaca dan menjadi mediator bagi opini para mahasiswa. Bukan hanya sebagai formalitas agar terlihat eksistensinya ataupun menjadi anak tiri yang tersingkir dari dunianya. Semoga bermanfaat. *Penulis adalah Mahasiswa al-Azhar fak. Syari`ah Islamiyah, Pemred Buletin TROBOSAN.
11
12