Anda di halaman 1dari 12

Opick: Bangsa kita sangat butuh kepada kalian!

Edisi 352 10 April 2013

Semester Olahraga Masisir


Semester ini berbagai event olahraga diadakan. Ribuan Pound dana mengalir demi kelancaran kegiatan-kegiatan ini...
Simak Laporan Utama hal 4

Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2 Sikap, Gerakan Tujuh Belas, Halaman 3 Laporan Utama, Semester Olahraga Masisir, Halaman 4 Laporan Utama, Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan, Halaman 5 Komentar Peristiwa, Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah, Halaman 6 Wawancara, Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!, Halaman 8 Seputar Kita, PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013, Halaman 9 Opini, Kekeluargaan dan Wajah PPMI, Halaman 10 Kolom, Dua Dunia, Halaman 11

Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi

TROBOSAN ADVERSITING

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.
Doc: www.facebook.com/anakbasketcairo

Sekapur Sirih
ujian, manusia pun pasti akan berbuat kesalahan dalam jalan hidupnya. Kesalahan bukanlah sebuah pukulan agar kita berhenti untuk mencoba dan berkarya, kesalahan justru sebuah tamparan agar kita terus mencoba dan berbuat. Seorang anak menyemprotkan selai kacang ke seantero ruang makan karena semprotan selainya rusak. Bukan marah yang ia dapatkan, justru seluruh keluarga itu tertawa dan memberinya semangat untuk terus mencoba. Itu adalah sedikit cuplikan dari film Meet the Robinson. Film tentang anak yang jenius namun aneh. Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari film itu adalah kita harus terus mencoba dan tidak menyerah karena kesalahan. Pada edisi kali ini kami mencoba untuk mengadakan riset ke hampir seluruh kekeluargaan. Ya, riset ini memang kami rasa berat dan melelahkan. Terlebih harus mengganggu para ketua kekeluargaan agar bersedia untuk diwawacara dan dimintai keterangan. Namun akhirnya keringat kami membuahkan hasil. Setidaknya, saat ini kami bisa menghidangkan kepada anda sebuah laporan tentang peringatan hari jadi masing-masing kekeluargaan disertai dengan jenis kegiatan dan keperluan dana dari masing-masing kekeluargaan. Ternyata, jika dikalkulasikan seluruh kegiatan peringatan hari jadi kekeluargaan bisa menghabiskan dana hingga seratus ribu pound lebih. Sebuah dana yang sangat besar untuk kegiatan komunitas Masisir. Survey lain kami lakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kekeluargaan dengan daerah masing-masing. Kami ingin menginformasikan kepada pembaca bahwa di seluruh penjuru Indonesia saat ini telah berdiri ikatan-ikatan alumni al-Azhar tempat para alumni al-Azhar berkiprah. Kami pun ingin menginformasikan sejauh mana kontribusi masing-masing pemeritah provinsi kepada putra daerahnya di negeri ini. Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu kami dalam penerbitan kali ini maupun dalam terbitan-terbitan lain. Selamat membaca! []

Permohonan Maaf
Kami segenap keluarga besar buletin TROBOSAN memohon maaf atas dimuatnya tulisan dalam buletin kami yang dikhawatirkan akan memicu ketidaknyamanan atau melukai perasaan beberapa pihak.

Belajar dari Kesalahan


Kami ucapkan selamat kepada kekeluargaan KSW dan KSMR yang telah berhasil menjuarai ajang olahraga bergengsi Jawa Cup dan Sumatera Cup. Semoga dengan adanya kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang bergengsi antar kekeluargaan, namun juga menjadi wahana untuk saling bersilaturahmi dan berkomunikasi antar kekeluargaan. Kami pun tak lupa mengucapkan selamat hari jadi kepada beberapa kekeluargaan yang baru saja memperingati hari jadinya. Semoga dengan bertambahnya umur organisasi anda semakin menjadikan ikatan kekeluargaan antar anggota dan kekeluargaan lain menjadi lebih kuat. Beberapa waktu lalu, salah seorang senior TROBOSAN berkunjung ke negeri ini. Zainur Rofieq, pemimpin redaksi buletin TROBOSAN tahun 1996-1997 dan Ketua PPMI tahun 19981999. Di tengah perbincangan antara tim TROBOSAN dengannya, ia sempat berbicara, Di TROBOSANlah saya mendapatkan pengalaman yang sebenarnya. Membaca lembaran-lembaran buletin TROBOSAN lama dalam arsip seolah membawa kami kepada zaman saat TROBOSAN menjadi penerobos kebekuan aktifitas jurnalistik di kala itu. Tidak terasa memang, buletin yang anda pegang saat ini hampir memasuki umur yang ke dua puluh tiga, bahkan mungkin umur buletin ini lebih tua dari umur sebagian pembaca. Namun bukan umur yang kami pentingkan. TROBOSAN tidak lain adalah tempat bagi kami untuk belajar, belajar menulis, belajar membaca dan belajar untuk peka terhadap masalah sosial. Tidak jarang, dalam masa pembelajaran manusia akan mendapatkan berbagai macam

RALAT
Pada buletin TROBOSAN edisi 351, 15 Maret 2013, rubrik Seputar Kita yang berjudul PPMI mengadakan Halaqoh Ilmiyah kedua, terdapat sebuah kesalahan. Di sana tertulis Syaikh Yusri Rusydi Jabar al-Husny. Seharusnya tertulis: Syaikh Yusri Rusydi Jabar al-Hasany. Kami memohon maaf yang sebesarbesarnya atas kesalahan ini.

Express Copy
Menerima segala jenis fotokopi Mahatthah Mutsallas, Hay `Asyir Building 102 Sweesry. Hp: 01001726484

Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septiani. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)

02

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Sikap

Gerakan Tujuh Belas


Angka tujuh belas telah menjadi warna sejarah tersendiri yang berperan dalam menghiasi mozaik perjalanan Masisir. Bagaimana tidak, angka tujuh belas adalah sejumlah angka yang mewakili perwajahan Masisir. Untuk merujuk pernyataan di atas, organisasi kekeluargaan adalah alasannya. Mereka yang berjumlah tujuh belas itu adalah mesin penggerak Masisir untuk meraup kekuatan anggotanya. Tujuh belas organisasi kekeluargaan yang hadir di hadapan kita bukanlah organisasi yang secara tidak sengaja menjadi perwakilan suara ataupun aspirasi. Mereka telah ada sejak lama, umurnya bukan lagi seumuran pohon jagung. Itu seharusnya menandakan mereka sebagai organisasi yang sudah mapan secara turun-temurun. Jika sebuah acara sekelas Masisir dijadwalkan, maka deretan utama yang akan mendapatkan undangan adalah tujuh belas alamat di atas. Hal ini dikarenakan mereka sebagai penggerak masa yang dianggap ampuh. Bahkan akhir-akhir ini merekalah pemain utama di panggung Masisir, organisasi lain tergeser perannya menjadi hanya pemeran figuran. Contoh yang bisa kita ambil adalah organisasi senat. Jika di Indonesia, senat adalah organisasi tulang punggung mahasiswanya. Namun tidak demikian dengan nasib senat di Masisir. Beberapa kali senat harus tepinggirkan karena keadaan alam sekitarnya. Landasan logisnya sederhana, karena dianggap tidak memenuhi kriteria organisasi ideal Masisir dianggap tidak bisa menjaring masa. Itulah dia alasan yang mungkin paling bisa ditangkap logika kita. Barangkali anggota bisa saja menunjukkan angka banyak, namun partisipasi aktif perlu dijadikan acuan untuk melihat besar tidaknya sebuah organisasi. Rasanya cukup patut menyorot sepak terjang tujuh belas sekawan di atas setelah kita melihat ketidakberdayaan organisasi yang terpinggirkan semisal tadi atau yang lainnya. Penting bagi kita melakukan usulan ini, setidaknya untuk mengukur sejauh mana roda peradaban Masisir ini melaju. Sudahkah program yang diadakan mereka searah dengan yang kita cita-citakan bersama? Atau malah jauh melenceng? Selama gelaran semester ini kita bisa melihat keadaan Masisir yang penuh dengan pergerakan di lapangan. Berbagai macam bentuk di lapangan bisa kita dapatkan. Semuanya itu diadakan dalam bentuk kegiatan Masisir. Misal pada perlombaan yang diadakan dalam rangka menyambut hari jadi organisasi terkait atau agenda rutinan yang diadakan atas nama organisasi. Misalkan saja Jawa Cup yang diadakan setiap tahun oleh forum Jawa, juga demikian Sumatera Cup. Sedangkan acara yang diadakan Namun akan sangat membahayakan, bahkan bisa menimbulkan virus yang mematikan jika seandainya gerakan menumbuhkembangkan kesadaran ikhlas guna membangun sosial semacam tersebut kemudian dibelokkan arahnya. Jika saja program dan kegiatan tersebut kemudian berseberangan dengan keyakinan individu, maka yang dirasakan adalah publik merasa tidak adanya kesesuaian dengan norma dasarnya. Terlebih akan sangat menakutkan, jika program ini dianggap menghianati kepercayaan dan kebutuhan publik. Menimbang. Masisir bergelora. Mungkin itulah yang pantas untuk kita apresiasikan atas nama rentetan kegiatan di atas yang begitu banyak, khususnya selama semester ini. Saking bergeliatnya Masisir kali tekadang kawan-kawan aktifis sampai rela begadang mengejar deadline. Sudah menjadi cerita lumrah karena seringnya cerita yang kita temukan semacam ini. Hampir setiap minggunya ada sebuah event besar di Masisir, khususnya olahraga. Pastilah ada kerja keras panitia maupun pihak yang bersinggungan di dalamnya. Maka bisa kita katakan, Masisir bergelora. Jika sebuah kata mutiara latin mengatakan: men sana in corpore sano (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat). Mungkin kutipan ini harus mempunyai porsi besar dalam pembicaraan kita kali ini. Sebuah slogan yang akan selalu melekat pada setiap insan yang menginginkan keselamatan jasmani dan rohani. Tapi benarkah slogan ini mutlak benar diterapkan tanpa menimbang bobot sebuah lazimnya kebutuhan? Komunitas sehat, komunitas idaman, demikian mungkin lanjutan slogan yang sesuai dengan arah kutipan di atas. Untuk memenuhi cita-cita luhur ini kita perlu menilik balik kegiatan Masisir sebagai cerminan usaha kita untuk mewujudkannya. Untuk itu seharusnya ada sebuah pertimbangan atas dasar kepentingan bersama, untuk mewujudkan cita-cita kita sebagai mahasiswa, ikon pembangunan. Jika seandainya data menunjukkan hal positif maka kita patut bersyukur. Namun jika harus berbanding terbalik dengan keseharusan, maka jidat perlu berkerut. Lalu bagaimanakah dengan laju kendaraan peradaban Masisir ini? Mari kita jawab bersama! []

oleh Doc: sleepy00.wordpress.com kekeluargaan misalkan Kambing Cup (KMB), KKS Cup dan KMM Cup. Tidak hanya olahraga sepakbola dan voli, ABC Cup hadir dalam gelora semangat olahraga basket. Pastinya data di atas menunjukkan betapa bertaringnya Masisir di dunia lapangan. Selama semester ini pertunjukkan seni di atas lapangan menjadi tontonan kita. Tidaklah sedikit pundi-pundi uang yang tergelontor untuk agenda-agenda ini. Ratusan pound bahkan ribuan adalah jumlah wajib yang pasti dikeluarkan. Intinya jumlah yang tidak sedikit ini memang telah keluar demi gelaran kompetisi olah raga. Lalu mengapa sampai demikian besarnya gengsi sebuah trofi di bidang olahraga ya? Yang menjadi tawaran sebuah organisasi mahasiswa adalah belajar memahami proses dari pengalaman. Tidak ada tawaran keuntungan yang lebih menarik selain satu hal tersebut, kecuali bagi mereka yang memang mengejar suatu hal lain di luar garis normal. Jika dilihat dari sisi non oportunis, pengorbanan adalah asas pokok yang selalu menghiasi pergerakan organisasi. Untuk itu, tidaklah mudah bagi Masisir untuk bergerak dalam ranah organsiasi jika khalayak ini masih terjangkit kegersangan rasa ikhlas. Bukankah menghindar dari ranah sosial adalah egoisme yang mengatasnamakan kepentingan pribadi? Masa depan misalnya.

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

03

Laporan Utama

Semester Olahraga Masisir


Solo adalah kota pertama yang menjadi saksi diadakannya Pekan Olahraga Nasional pertama (PON) pada tahun 1948. Pekan Olahraga Nasional, sebuah nama agenda olahraga yang diadakan selama sepekan sebagaimana namanya tersebut. Tepatnya, saat itu diadakan pada tanggal 8 sampai dengan 12 September 1948. Agenda olahraga yang dirancang untuk kurun waktu empat tahun sekali ini sudah diadakan hingga angka ke tujuh belas kalinya sampai saat ini. Jika pemerintah mengagendakan PON selama sepekan, tidak demikian dengan Masisir yang telah berhasil mengadakan kegiatan selama hampir satu semester. Berbagai macam olahraga diadakan di ranah Masisir seperti perlombaan voli, sepak bola, futsal hingga basket. Seandaianya kita harus menamakan semester Masisir kali ini, maka kita akan memberi nama dengan sebutan SOM (Semester Olahrga Masisir). Hal itu tidak lain karena semua agenda kejuaraan di bidang olahraga Masisir yang berjalan selama satu semester ini. Itu bisa kita rujuk dengan melihat agenda kegiatan olahraga Masisir yang tanpa henti. Perlombaan-perlombaan ini dihelat sesaat setelah ujian musim dingin selesai akhir Januari lalu. Tepatnya, pada tanggal 15 atau pertengahan Februari 2013 lalu, lonceng semester olahraga Masisir dibunyikan dengan diawali oleh kompetisi bola basket. Kompetisi ini diadakan oleh komunitas ABC (Anak Basket Cairo). Sejak tanggal tersebut acara olahraga yang melibatkan khalayak Masisir ini masih terus bergulir hingga berita ini diturunkan. Setidaknya terdapat enam kompetisi besar olahraga yang digulir secara berurutan. Kompetisi itu adalah, ABC Cup, Jawa Cup, Sumatera Cup, Kambing Cup, KMM Cup (Futsal dan Basket) dan yang terakhir adalah KKS Cup (Voli dan Sepakbola). Semua kompetisi di atas adalah kompetisi yang digelar terbuka untuk sekelas Masisir bahkan ASEAN. Berbagai format dan peserta kompetisi mewarnai ajang olahraga ini. Untuk ABC Cup, kompetisi diadakan untuk semua kalangan Masisir yang diwakili atas nama kekeluargaan. Meskipun pada kenyataannya perlombaan bola keranjang ini hanya diikuti oleh enam kekeluargaan saja, namun menilik dari profil ajang yang satu ini adalah untuk menjalin silaturahim. Tujuan diadakan ABC Cup adalah untuk menjalin silaturahim antara semua kekeluargaan, khususnya di bidang olahraga basket. Maka bermainlah basket dengan jiwa!, ungkap Haidar, ketua panitia ABC Cup tahun ini. Jika ABC Cup diperuntukkan bagi Masisir, maka Jawa Cup dan Sumatera Cup adalah kompetisi yang diadakan untuk mempererat satu kultur yang berada dalam suatu letak geografis (asal kekeluargaan). Misalkan, peserta tetap Jawa Cup adalah semua kekeluargaan yang berasal dari pulau Jawa dan Madura yang berjumlah enam kekeluargaan. Sedangkan untuk Sumatera Cup pesertanya yang berjumlah delapan kekeluargan yang berasal dari pulau Sumatera. Dua agenda di atas memang merupakan sebuah ajang silaturahim bagi peserta terkait. Hal senada juga pernah disampaikan oleh ketua Fosgama yang menjadi tuan rumah Jawa Cup tahun ini ketika diwawancarai tim TROBOSAN beberapa hari kemarin. Tujuan dari kegiatan ini tidak lain adalah sebagai ajang silaturrahmi. Masih menurut ketua Fosgama, sebenarnya Jawa Cup yang berisi kompetisi sepakbola ini merupakan salah satu agenda yang dicanangkan Forum Jawa. Kegiatan tersebut berisi tiga hal, pertama olahraga (Jawa Cup), kedua kesenian yang mana KPMJB menjadi tuan rumahnya tahun ini, sedangkan terakhir adalah keilmuan yang dipegang oleh Gamajatim. Kabarnya divisi keilmuan tahun ini mengagendakan untuk menerbitkan sebuah karya berupa buku, ungkap pria yang biasa disapa dengan panggilan Khodri ketika ditemui tim TROBOSAN di sekretariat Fosgama. Agenda dalam rangka menyambut hari jadi organisasi. Biasanya hari jadi sebuah organisasi memang erat kaitannya dengan perayaan. Hal ini juga terjadi dengan fenomena yang melanda organisasi di ranah Masisir. Selain ajang silaturahmi, kegiatan di lapangan ini juga merupakan kegiatan yang sengaja diadakan dalam rangka menyambut HUT organsasi. Kambing Cup, KMM Cup dan KKS Cup merupakan perlombaan yang diadakan kekeluargaan terkait dalam rangka menyambut hari jadi kekeluargaan. Kambing Cup merupakan agenda yang diadakan KMB dalam rangka menyambut hari jadi KMB yang ke-37. Menurut ketua KMB, ada dua Kambing Cup diadakan KMB. Yang pertama adalah kompetisi internal bagi paguyuban anggota KMB sendiri. Sedangkan Kambing Cup yang kedua diperuntukkan untuk khalayak Masisir yang diadakan pada tanggal 17 dan 18 Februari lalu. Semuanya ini merupakan rangkaian agenda yang diadakan dalam rangka menyambut hari jadi KMB.

HUT Kekeluargaan Dalam Angka

20.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KKS dan KPMJB

16.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh Gamajatim

15.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMB

12.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KSW

8.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMA

Selain KMB yang mengadakan dua Kambing Cup, KMM juga hadir dalam rangka menyambut hari jadinya yang ke-56. KMM sendiri memilih mengadakan dua kompetisi besar berupa kejuaraan futsal dan bola basket. Kedua perlombaan ini dihelat di Nadi Central Zahro. Sebagaimana terpampang di pamflet pengumuman, perlombaan sepak bola dan basket KMM ini merupakan agenda yang diadakan dalam rangka menyambut hari jadinya yang ke-56. Kekeluargaan selanjutnya adalah KKS yang mencoba unjuk diri dengan mengadakan perlombaan seperti di atas. KKS yang hari jadinya jatuh pada 17 April ini memilih untuk mengadakan berbagai macam perlombaan dalam rangka menyambut hari jadinya semisal, MHQ (Musabaqah Hifdzil Quran), Musabaqah Qiraatul Kutub, Cipta baca puisi dan lagu, terjemah langsung serta dua agenda besar yaitu perlombaan voli antar Masisir dan ajang sepak bola sekelas Masisir dan ASEAN. Ketiga kekeluargaan inilah yang memilih
Bersambung ke Hal. 7...

04

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Laporan Utama

Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan


Bagi sebuah organisasi, perayaan ulang tahun, merupakan momen yang paling tepat untuk ajang silaturrahim dan mempererat ukhuwah. Terlebih bagi organisasi kekeluargaan yang beranggotakan masisir dengan asal daerah dan kebudayaan yang sama. Suasana akrab bagai keluarga menjadi obat kerinduan tersendiri di negeri orang. Bermacam kegiatan pun digelar dalam rangka perayaan HUT. Masing-masing kekeluargaan berusaha sebaik mungkin memeriahkan dan berkreasi dengan kegiatan-kegiatan baru. Berikut laporan kami tentang HUT kekeluargaan dari 16 organisasi kekeluargaan yang berhasil kami wawancarai. Setiap kekeluargaan rata-rata mengadakan perayaan HUT setahun sekali. Seperti GAMAJATIM, KMB, KEMASS, IKMAL, KMKM, KKS dan lainnya. Namun beberapa mengadakan secara kondisional sesuai permintaan anggota atau juga tergantung kesiapan biaya seperti yang diakui oleh KMA. Lain lagi KMNTB yang selama 10 tahun belakangan sama sekali tidak merayakan HUT dengan alasan yang sama dengan KMA, dan ditambah jumlah senior yang sedikit. KPJ yang telah berdiri sejak tahun 1960-an dan mengadakan PRJ (Pekan Raya Jakarta) setiap tahunnya juga mengaku tidak adanya perayaan HUT. Setidaknya ada enam kekeluargaan yang merayakan HUT pada termin dua ini. Di antaranya KSW, KMB, KEMASS, KKS, KMKM dan KMM. Berbeda dengan KSW dan KMB yang merayakan HUT setiap tahun, baik internal sesama anggota maupun eksternal dengan melibatkan kekeluargaan lainnya. Tahun ini perayaan HUT semakin semarak dengan KEMASS dan KKS yang biasanya hanya internal namun tahun ini HUT dilaksanakan secara eksternal dengan bermacam rangkaian kegiatan. Sementara KMKM tetap mempertahankan tradisi HUT internalnya. Kegiatan yang diadakan dalam rangka perayaan HUT berkisar pada tiga bidang. Pertama, olahraga. Pertandingan olahraga tidak bisa dipisahkan dalam setiap perayaan HUT seluruh kekeluargaan. Misalnya GAMAJATIM dengan Airlangga Cup dan KMB dengan Kambing Cup-nya. Bermacam jenis olahraga dilombakan, mulai dari sepakbola, futsal, tenis meja, badminton, hingga catur dan PS. Bidang kedua adalah ilmiyah. Kegiatan ini diisi dengan talk show, perlombaan menulis cerpen, essay dan cipta puisi, musabaqoh tilawatil quran, musabaqoh hifzil quran, musabaqah syarhil quran, dan lomba qiraatul kutub yang diadakan oleh IKMAL dan KKS. Sedangkan bidang ketiga adalah keterampilan dan kebudayaan. Misalnya KSW dengan Talent Show-nya atau KMB dengan festival band dan budaya-nya. Sementara tahun ini KMJ tidak mengeluarkan banyak biaya untuk perayaan HUT yang sifatnya hanya seremonial, karena kekeluargaan itu tengah sibuk dengan penyambutan Gubernur Jambi untuk meresmikan Darul Hasan (DAHA), rumah daerah kekeluargaan Jambi, dan juga dibarengkan dengan pelantikan ketua kekeluargaan KMJ baru. Lama kegiatan pun bervariasi. Mulai dari KMJ yang mengaku hanya menghabiskan waktu satu malam untuk merayakan HUT secara seremonial. Lalu KMA dan KSMR selama satu hari. Disusul KPTS dan KMKM selama sepekan. Kekeluargaan yang merayakan HUT dengan melibatkan kekeluargaan lain biasanya memakan waktu lebih dari 2 pekan. Sebut saja KEMASS yang memulai rangkaian kegiatan dari tanggal 9 Februari dan berakhir tanggal 1 Maret. Lalu KSW melalui SMW (Sekolah Menulis Walisongo) yang mengadakan lomba menulis cerpen di pertengahan Februari dan berakhir di acara puncak tanggal 11 April. Hingga KKS yang rangkaian acaranya melebihi satu bulan lamanya, mulai dari bulan Februari dan direncanakan berakhir pada acara puncak tanggal 17 April. Untuk perayaan HUT internal, dana yang dihabiskan kekeluargaan tidak melebihi 10.000 Le. Misalnya saja FOSGAMA yang menghabiskan dana kurang lebih 1000 Le, berasal dari kas kekeluargaan dan proposal kepada anggota senior. Biaya yang dikeluarkan KSMR pun tidak jauh berbeda, 1200 Le. Begitu pula KPTS dan HMM, dua organisasi kekeluargaan yang berpisah pada masa Orde Baru ini juga menghabiskan dana lebih dari 1000 Le untuk penyelenggaraan HUT internal mereka. KPTS yang sering bekerja sama dengan HMM dalam kegiatan internal mereka ini menyatakan bahwa dana kegiatan mengandalkan dari temus dan senior yang bekerja di Arab Saudi. Sementara KMA yang merayakan HUT secara kondisional dan internal ini menghabiskan sekitar 6000-8000 Le di setiap pelaksanaannya. Untuk kekeluargaan yang merayakan HUT dengan melibatkan organisasi kekeluargaan lainnya, mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak. KSW mengaku menghabiskan dana sekitar 12.000 Le untuk 9 rangkaian kegiatannya. Dana itu diperoleh dari KBRI dan anggota senior KSW di Cairo. Sementara KMB yang telah mengajukan proposal ke KBRI namun tidak berharap banyak dari itu mengaku menghabiskan 15.000 Le untuk pelaksanaan Kambing Cup. Tidak kalah pula, GAMAJATIM yang harus merogoh kocek 16.000 Le untuk kegiatan perayaan HUT, internal dan eksternal. Lalu KPMJB dan KKS mengaku menghabiskan sekitar 20.000 Le untuk menyemarakkan HUT mereka. Beberapa kekeluargaan juga menyatakan bahwa dana yang mereka keluarkan berasal dari kas maupun iuran anggota ataupun sponsor. Hanya KMKM yang mengaku mendapat dana tambahan dari Pemda untuk perayaan HUTnya. Secara keseluruhan, masing-masing kekeluargaan mengaku bahwa mempererat ukhuwah dan sebagai ajang silaturrahim, terutama dengan anggota senior yang diaggap sebagai sesepuh adalah tujuan perayaan HUT mereka. beberapa kekeluargaan juga menambahkan bahwa selain dua hal tersebut, kegiatan-kegiatan dalam rangka perayaan HUT juga bertujuan untuk melatih berorganisasi, mengasah potensi peserta kegiatan, serta memperkenalkan budaya masingmasing daerah. Misalnya KPMJB yang turut mengundang tamu dari luar Indonesia seperti Malaysia dan Singapura. Menurut Annisa Fadhilah, Tahun ini perayaan HUT banyak yang diadakan dengan waktu yang hampir bersamaan. Tutur mahasiswi tingkat tiga jurusan Tafsir ini. Suatu kekeluargaan tengah menyiapkan perayaan HUTnya, sementara di sisi lain ia juga harus berpartisipasi dalam HUT kekeluargaan yang lain. sehingga pelaksanaannya menjadi tidak efektif. Tambahnya. Kurniawan Saputra ikut mengomentari hal ini, Sebaiknya peringatannya sekedarnya saja, tidak perlu mengadakan kegiatan yg banyak, lama dan melibatkan byk pihak, karena kalau semua institusi yang ulang tahun mengadakan kegiatan besar dalam satu waktu, bayangkan sendiri akibatnya Cholis Waidi berkomentar lain, Penyelengaraan HUT yang serentak sebenarnya punya dua kemungkinan; kemungkinan bahwa kekeluargaan itu sudah mulai hidup sendiri-sendiri sehingga tidak perduli padatnya agenda.Atau kemukinan kekeluargaan sudah mulai rapi menyusun jadwal HUT nya, agar tidak selama setahun penuh masisir hanya disuguhi acara -acara HUT dari 17 kekeluargaan. Ia melanjutkan, Kapan HUT itu dilaksanakan, kita lihat positifnya saja. Cuma jangan sampaikekeluargaan menjadikan HUT sebagai satu-satu Mega Acara disetiap priode.Kalau ini terjadi, berartipara pemuka kekeluargaan dari tahun ketahun tidak kreatif dan susah membuat trobosan kegiatan besar selain HUT tadi. Seperti yang kita tahu, selama ini skema agenda kekeluargaan kan sudah bisa ditebak. Mayoritas begini SPA (meliputi pemilihan dan pelantikan), Pengundian Temus, HUT dan SPA (meliputi LPJ). Begitu begitu saja kan. Ujarnya. [] Ainun.

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

05

Komentar Peristiwa

Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah


Kekeluargaan adalah tangan panjang dari pemerintah tiap-tiap provinsi untuk menjalin hubungan dengan putra daerahnya. Pemerintah daerah mengirimkan dan menitipkan para putra daerahnya kepada organisasi kekeluargaan dengan dukungan dana maupun moral agar kelak para putra daerah itu kembali ke daerah masing-masing dan mengabdi sesuai dengan kemampuan di bidang masing-masing. Maka, secara tidak langsung kekeluargaan dan pemerintah telah bekerjasama dalam mengayomi putra daerah sejak awal mereka berangkat ke negeri ini hingga mereka mengabdi di daerah masingmasing. Kali ini kami tim TROBOSAN berpencar ke berbagai kekeluargaan untuk mengadakan surfey tentang hal ini. Dari 17 organisasi kekeluargaan, hanya KMM (Sumatera Barat) yang tidak berhasil kami waancarai karena beberapa kesibukan yang dijalani oleh kekeluargaan itu. Kami mencoba untuk mengangkat sejauh mana hubungan tiap-tiap kekeluargaan dengan Pemerintah Provinsi pusat dan bagaimana kontribusi alumni terhadap daerah masing-masing. Berikut laporannya. Bentuk Hubungan dengan Pemerintah Provinsi Setiap kekeluargaan mempunyai tingkat dan bentuk hubungan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang berbeda-beda. Dari 16 kekeluargaan yang berhasil kami survei, mayoritas kekeluargaan mengatakan bahwa hubungan mereka dengan Pemerintah Daerah cukup baik. Di antaranya adalah KMNTB (Nusa Tenggara dan Bali) yang mana gubernur NTB yang menjabat sekarang, KH. DR. Moh. Zainul Majdi adalah alumni alAzhar. Dan beberapa bulan lalu ia sempat datang ke sini untuk sidang disertasi di alAzhar. Di antara sekian kekeluargaan, KEMMAS (Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka) dan KMJ (Jambi) mendapat kehormatan untuk menyambut kedatangan sang gubernur yang datang untuk peresmian rumah daerah akhir termin satu lalu. Datangnya gubernur menandakan baiknya hubungan kekeluargaan dengan pemerintah daerah. Ada juga beberapa kekeluargan yang bekerja-sama dengan Pemprov masingmasing dalam pembentukan ikatan alumni Al -Azhar. KMB (Banten) dan KPMJB (Jawa Barat) contohnya. KMB dan Pemprov Banten telah mendirikan YANSIB (Yayasan Alumni Mesir-Banten) yang mewadahi seluruh alumni warga Banten yang telah mengais ilmu di Negeri Piramida ini. Dan sejak dua tahun terakhir ini, KPMJB mendapat kemudahan lantaran Perkumpulan Alumni Timur Tengah di Jawa Barat difasilitasi langsung oleh Pemprov, salah satunya dengan memberikan lapangan pekerjaan. Kekeluargaan IKMAL (Lampung) juga memiliki hubungan yang bagus dengan Pemprovnya. Hal itu ditandai dengan peran Pemprov dalam pembentukan kekeluargaan IKMAL. Muhith Ali, ketua Ikmal saat ini menjelaskan, Pemprov juga andil besar dengan terbentuknya IKMAL, karna mereka juga ikut mendesak dan menyarankan agar mahasiswanya yang kuliah di Mesir untuk memisahkan diri dari kekeluargaan yang menampung para warga Lampung. Dukungan seperti ini adalah bukti bahwa keberadaan mahasiswa Lampung di Mesir ini diperhatikan oleh Pemprov. Lain halnya dengan KKS (Sulawesi). Selama ini hubungan mereka dengan Pemprov kurang begitu dekat. Ketua KKS, Laodhe Muhammad menyebutkan ada beberapa alasan, diantaranya karena KKS terdiri dari beberapa provinsi. Maka, Pemprov tidak langsung memberikan bantuan kepada kekeluargaan, karena anggotanya tercampur dengan anggota dari provinsi lain. Namun terlepas dari itu, KKS sanggup menunjukkan kemandiriannya dengan memiliki Baruga KKS, rumah daerah yang tidak berasal dari bantuan Pemprov. Dan pada tahun ini KKS pun mampu mengadakan kegiatan ulang tahun yang terbuka dan melibatkan berbagai kalangan di Masisir, bahkan beberapa negara ASEAN. Serupa tapi tak sama. KMKM (Kalimantan), meski warganya terdiri dari berbagai daerah di Kalimantan laiknya KKS, namun KMKM mendapatkan perhatian yang baik dari beberapa Pemprov. KMKM mendapatkan dana sekitar 2000 dolar dari Pemprov Kalimantan Selatan setiap tahunnya. Dan Pemprov Kalimantan Timur memberikan beasiswa sekitar 20 juta per tahun kepada masing-masing warganya. Sedangkan Pemprov Kalimantan Tengah dan Barat, kurang banyak mendukung KMKM karena warganya di sini masih sedikit. Namun meski begitu, para anggota yang berasal dari Kalteng dan Kalbar ikut bernaung dalam pendanaan yang diberikan oleh Pemprov Kalsel. Bahkan, meski biaya pendirian dan perawatan Wisma KMKM adalah bantuan dari Pemprov Kalimantan Selatan, namun rumah itu digunakan untuk semua warga Kalimantan yang bernaung di bawah KMKM. Fosgama (Madura) memiliki kendala yang berbeda. Selama ini Fosgama kurang memiliki hubungan khusus dengan Pemprov karena Fosgama sendiri hanya terdiri dari empat kabupaten yang berada di bawah naungan Pemprov Jawa Timur. Fosgama pun pernah mencoba untuk mengundang salah seorang Bupati, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak Pemerintah Kabupaten yang bersangkutan. Provinsi Sumatera Utara yang di dalamnya terdapat HMM (Medan) dan KPTS (Tapanuli dan sekitarnya) pun memiliki hubungan yang baik. Abdul Ghofur, ketua HMM menjelaskan bahwa antara HMM dan KPTS telah ada semacam MOU, sebuah kesepakatan jika terdapat hal yang berkaitan dengan hubungan antara Pemprov dan putra daerahnya maka keduanya menjadi satu atas nama Mahasiswa Sumatera Utara. Berbeda jika hubungan dilakukan dengan pemerintah kabupaten masing-masing, HMM dan KPTS memiliki pembagian masing-masing Pemkab mana yang berhubungan dengan HMM maupun KPTS. Pada tahun lalu, Gubernur Sumatera Utara pun sempat datang dan memberikan dana sebesar lima milyar untuk pembangunan asrama al-Azhar di Hay Sadis bersama Pemprov Jambi dan beberapa pihak lain. KMA (Aceh), Gamajatim (Jawa Timur), KSW (Jawa Tengah), KMSR (Riau), dan KPJ (Jakarta) mengungkapkan bahwa hubungan mereka cukup harmonis dan terjaga meski tidak begitu intens. Mengenai pendanaan rutin dari Pemprov untuk kekeluargaan, sebagian besar kekeluargaan menyebutkan tidak ada dana rutin tahunan yang diberi Pemprov. Hanya KMKM yang tiap tahun mendapat sekitar 2000 Dolar dari Pemprov Kalimantan Selatan untuk perawatan wisma dan kelangsungan kegiatan KMKM. Meski dana tahunan turun hanya dari Pemprov Kalsel, KMKM menggunakan dana tersebut untuk seluruh warganya. Pemprov Aceh pun pada awalnya memberikan dana tahunan untuk putra daerahnya yang berada di negeri ini, dana itu berbentuk beasiswa sebesar 400 Dolar setiap bulan untuk seluruh anggota KMA. Namun beasiswa ini berhenti sejak ada perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2006 lalu. KMNTB tahun lalu mendapatkan dana sebesar 1000 Dolar, namun pada tahun ini mereka belum menerima apa-apa. Pemprov Jambi tahun lalu menggelontorkan Rp. 4 milyar untuk ikut menyumbang pembangunan asrama di kawasan Hay Sadis. KEMASS juga menerima dana sebesar Rp. 5,6 Milyar untuk pengadaan rumah daerah dan

06

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Komentar Peristiwa
perpustakaan. Sedangkan kekeluargaan yang lain, mayoritas dana bantuan Pemprov mereka keluar hanya untuk pembelian rumah daerah. Dana Ahmad Dachlani, ketua Gamajatim menjelaskan bahwa Pemprov Jawa Timur hanya memberikan rumah daerah dan Graha Jatim, dan uang yang diperoleh dari Graha digunakan untuk kemaslahatan bersama warga Gamajatim. Ketua KSW pun juga menuturkan hal yang sama seperti Dana. Selain dana untuk rumah daerah, Pemprov Jawa Barat memberikan beasiswa bagi warganya. Untuk warga KPMJB yang hafal al-Quran lebih dari 10 juz, akan mendapatkan beasiswa khusus dari Pemprov. Sebagaimana Pemprov Kaltim yang memberikan beasiswa bagi seluruh warganya di negeri ini. Selain pendanaan untuk rumah daerah dan beasiswa, mayoritas kekeluargaan menggunakan biaya mandiri untuk
Sambungan dari Hal. 4...

menjalankan seluruh kegiatannya. Baik kegiatan kecil yang khusus untuk warganya maupun kegiatan besar yang mencangkup lingkup Masisir hingga ASEAN. Alumnus, Kekeluargaan dan Pemprov Sejauh yang kami amati dari hasil wawancara 16 kekeluargaan, rata-rata seluruhnya telah menjalin hubungan dengan Pemprov dan mendirikan sebuah wadah untuk alumni-alumni Al-Azhar. IKMAL misalnya, yang telah mendirikan IKAMLAMPUNG untuk mempermudah Pemprov mengusahakan lapangan pekerjaan untuk alumni Timur Tengah dan menyebar sebagian mereka untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi. KMA mempunyai IKAT, KMB memiliki Yansib, KMJ mendirikan IKATT, KEMASS memiliki IAAM, dan sisanya seperti KKS, Gamajatim, KMNTB, KPMJB, KPJ, KSW, KSMR dan beberapa kekeluargaan lain tidak menyebutkan nama ikatan alumni. Namun, semua ikatan alumni yang telah dilahirkan

dengan kerja sama kekeluargaan dan Pemprov ini sama-sama bertujuan untuk memberikan lapangan kerja dan meratakan misi dan visi dakwah. Sebagian dari para alumni ada yang mengajar di perguruan tinggi seperti IKMAL, ada juga yang menyebarkan alumni untuk mengajar di berbagai pesantren seperti yang dilakukan KEMASS bersama Pemprovnya. KPTS bergotong-rotong dengan pemerintah setempat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui buletin-buletin yang ditulis alumnialumni Timur Tengah lalu diberikan kepada masyarakat secara cuma-cuma. KMKM menjadikan para alumninya tidak hanya berdakwah dan mengajar namun juga menjadi dewan fatwa di berbagai media di daerah. Dan Pemprov NTB, telah membangung Islamic Centre yang dikelola oleh para alumni Timur Tengah dan merupakan markas bagi mereka berbagi ilmu dan wawasan. []Yaqin, Zai.

untuk mengadakan perlombaan ajang duel olahraga pada Semester ini dalam rangka menyambut hari jadi masing-masing. KMB yang berulang tahun pada 3 Maret mengadakan perlombaan dan agenda menyambut hari jadi sejak awal bulan pembukaan kegiatan semester ini akhirnya ditutup pada acara puncak 6 Maret lalu di American Future. Sedangkan KMM yang merayakan hari jadinya pada 23 Juni juga memilih agenda perayaannya pada waktu belakangan ini juga. Biaya besar untuk ajang yang besar pula. Ajang olahraga memang memerlukan dana yang besar, dan biasanya pengeluaran terbesar itu ditujukan untuk sewa lapangan. Pada perlombaan sekelas Masisir biasanya dana kegiatan olahraga selalu di atas angka ribuan. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh KMB untuk membeli kambing bagi pemenang mencapai 1500 L.E. Dana besar juga mengalir dari Jawa Cup yang mencapai angka 6.000 L.E. Sedangkan untuk gelaran Sumatera Cup, Panitia menjelaskan dana keseluruha mencapai 8.500. L.E. Ada berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan dana. Seperti yang diungkapkan ketua panitia Sumatera Cup, Edi Widodo mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan dana yang mencapai angka 8.500 L.E itu diambil dari iuran setiap kekeluargaan yang bergabung. Selain itu dana juga didapat dari sumbangan para senior kekeluargaan Jambi yang dulunya merupakan pemain di Sumatera Cup yang sekarang sudah berada di Indonesia. Yang terakhir dana diraih dengan cara penyebaran proposal kepada berbagai

pihak luar. Edi meneruskan, dana anggaran tersebut digunakan untuk biaya penyewaan lapangan selama 26 jam yang mencapai angka 3.650 L.E. Selain itu anggaran juga dialokasikan untuk biaya barang inventaris forum Sumatera, seperti jaring gawang, papan skor, dan papan pergantian pemain. Sedangkan untuk hadiahnya berupa piala bergilir. Juga ada piala tetap untuk pemenang pertama, kedua dan ketiga yang berupa bingkisan, piagam, dan mendali untuk para finalis. Kejuaraan ABC Cup tahun ini juga mencapai angka ribuan pound. Menurut panitia, dana yang digunakan untuk menyelenggarakan ABC Cup adalah sebesar 4.000. L.E. Dana tersebut diperoleh dari pihak KBRI dan iuran masing masing tim basket sebesar 200 L.E. Dengan demikian, dana yang dihabiskan untuk berbagai macam kegiatan olahraga ini mencapai angka puluhan ribu. Sebuah angka yang tidak sedikit. Melihat berbagai macam perlombaan Ahmad Hujaj, seorang mahasiswa fakultas Syariah Islamiyah memberikan komentar miring. Menurutku lomba-lomba yang diadakan di Masisir terbagi menjadi tiga: Pertama, lomba yang ada kaitannya kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, seperti lomba baca kitab kuning dan lomba debat berbahasa Arab. Ini sangat penting karena bisa menjadi tolok ukur kemampuan kita. Kan malumaluin kalau tidak bisa. Kedua, lomba yang sebenarnya tidak ada kaitannya sebagai mahasiswa Al-Azhar, tapi sangat penting mengingat kita akan membutuhkan itu. Misalnya lomba menulis, menerjemah dan sejenisnya.

Ketiga, lomba yang sebenarnya tidak dibutuhkan atas nama mahasiswa, dengan kata lain, lomba orang umum. Lomba-lomba itu sama sekali tidak mencirikan keberadaan kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga tidak akan ditanyakan nanti oleh masyarakat kita. Misalnya lomba-lomba yang berhubungan dengan musik dan olah raga. Masyarakat kita tidak akan pernah bertanya kita pernah bertanya kita juara berapa dalam lomba band, misalnya. Juga tidak akan ditanya apakah kita pernah menjadi pemain bola terbaik. Tidak. sama sekali tidak. Namun di lain pihak, Djazam Asfari, mahasiswa asal Jawa Tengah melihat hal berbeda lewat komentarnya. Menurutku sih dampak positifnya cukup banyak. Soalnya jalinan silaturahmi benar-benar terjalin, antar lain bisa saling kenal antar pemain. Selain itu juga menimbulkan respect untuk para juara atau pemain terbaik, dengan begitu suatu tim sepakbola akan dikenal begitu juga pemainya. Kalo yang saya sering kali pertandingan pasti berjalan panas, tapi kalo sudah selasai ya sudah. Hal yang sama juga disampaikan Khodri, ketua Fosgama yang melihat banyak sisi positif dari berbagai ajang olahraga semisal di atas. Bagus sekali itu, sebagai ajang silaturrahmi dan menjaga kesehatan jasmani. Harapan saya supaya kedepaanya lebih maju, sebagai wadah silaturrahmi, menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki, juga menjaga keutuhan NKRI. [] Tsabit, Erika, Heni .

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

07

Seputar Kita

Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!


Beberapa hari lalu Komite Nasional untuk Rakyat Palestina KNRP kembali menggelar Konser amal di negeri ini dengan Rafi`I sebagai Event Organizer. Dan kali ini, KNRP datang bersama Opick dalam rangkaian kegiatan yang bertajuk Opick Concert for Palestine. Salah seorang kru kami, Fahmi Hasan beserta beberapa kawan jurnalis lain berhasil mewawancarai Opick di sela konsernya. Berikut cuplikannya:

Tujuan anda sendiri datang ke negeri ini apa? Kita di Indonesia sudah beberapa kali membuat event yang sama, yaitu Opick Concert for Palestine yang bertujuan untuk penggaklangan dana. Kita sudah dapet uang banyak. Kemudian dari situ saya berfikir bagaimana kalau saya sendiri yang ikut mengantarkannya ke Gaza. Terus ada kemungkinan nggak kalo saya bisa nyanyi di sini? Di satu atau dua tempat lah. Dan alhamdulillah ternyata diijabah, wah aku seneng banget. Dari uang yang itu tadi, akhirnya akan dibawa langsung ke Gaza. Kita sudah membeli dua buah mobil ambulans, kemudian kita bawa uang untuk langsung dibagikan di sana. Tentunya KNRP sebagai badan penyelenggakranya, dan saya di sini hanya sebagai pelaku, berjalan dari satu daerah ke daerah lain kemudian mengumpulkan uang. Dan Alhamdulillah, ini sudah separuh jalan, dan setelah itu kita akan masuk ke Gaza.

Bagaimana kesan anda pertama kali datang ke negeri ini? Satu kebahagiaan sendiri saya bisa mengenal teman-teman. Ini adalah pertama kali saya ke sini. Karena memang orang seperti saya bisa masuk ke tempat kalian ini, Masya Allah, saya senang sekali. Apalagi di sini tempat orang soleh dan solehah semua. Ada satu puisi yang saya tulis: Ketika aku sampai di sini. Ya Allah, Engkau tidak pernah mengajak aku bicara terlebih dahulu. Engkau tidak pernah mengajak aku berunding terlebih dahulu. Seperti apa wajahku hari ini? Hitam? Putih? Gelap? Terang? Kaya? Miskin? Bodoh? Pintar? Kau lempar aku ke timur maka aku menjadi bulan. Kau lempar aku ke barat maka aku jadi matahari. Menjadi bintang, menjadi burung, menjadi ikan, menjadi daun kering. Menjadi apa saja yang engkau inginkan. Dan aku tak berdaya. Aku hanya berharap di penghujung umurku, aku hilang dalam cinta. Apa atau siapa yang mempengaruhi anda dalam berkarya? Kalo aku, aku polos banget. Aku hanya pengen tulis sesuatu yang bergolak dalam pikiran, itu saja. Ndak ikut cara penulisan, bebas, bisa dibilang merdeka banget. Ndak ada rujukan. Atau istilahnya, sastra ngawur. Karena memang gini, kalian itu sekolah, kalo aku ndak sekolah. Jadi cara berfikirku adalah cara berfikir seperti yang aku bisa, seperti yang aku mampu. Kalo aku berfikir seperti kalian, pake logika kalian, ya ndak bisa. Jadi aku lebih berfikir nggak pake otak kiri nggak pake otak kanan lagi. Saya lebih memilih majnun, ya belajar ndak pake otak. Karena belajar ndak pake otak, akhirnya aku belajar bagaimana hari-hari yang dijalani itu sak paringparinge Gusti Allah. Sediberinya Gusti Allah. Sedikasihnya. Nrimo. Jadi, dalam proses ilmu, pencapaian itu biasanya sampe tinggi dan akhirnya Doc: TROBOSAN

menemukan Dia. Tapi kalo saya ini susah, lah wong ndak sekolah. Akhirnya pencariannya ke ketiadaan. Ketidakberdayaanku hari ini, Ya Allah, ketidakmampuanku kebodohanku, hari ini mempertemukan diriku kepada diriMu. Kita terkadang banyak sibuk di ruangruang luar, terutama orang-orang yang sering berfikir hanya kepada teks. Begini, ada satu puisi yang unik dari guru saya: Wahai para sahabatku! Aku telah kenal Allah dari seribu kitab yang aku baca. Kemudian Allah aku kecilkan, aku taruh di lemari di sebelah rumahku dan aku suruhsuruh setiap hari. Wah, ekstrim banget kan? Bayangkan, kita tuh begitu sama Allah. Padahal Allah lebih luas lagi dari segala pemahaman di manusia. Allah! Proses perubahan anda dari awalnya seorang musisi rock menjadi musisi religi? Tiba-tiba seorang manusia diperjalankan lewat keburukan di hari-harinya, di masa lalu. Ini ternyata sebuah karunia, suatu a gift, suatu hal yang hebat yang diberikan oleh Allah. Lalu kemudian akhirnya pas di tengah perjalanan, dia inget bahwa ini nggak baik. Wah itu karunia lagi. Akhirnya dia bisa mengalami rasa seperti apa dia ketika jauh dari Allah, dan mengalami seperti apa ketika dekat dengan Allah. Itu adalah beda. Kamu merasakan pecel itu nikmat karena kamu sudah lama sekali tidak makan pecel. Nah itu, rasa nikmatnya itu di situ. Nah, di dalam pencarian si orang ini tadi, ada sebuah proses. Suatu saat, saya adalah seorang penulis, seorang musisi yang hebat menurut orang-orang. Seorang penyair, seorang pemain teater, yang menurut orang sudah mempunyai dedikasi yang hebat kepada dunia kesenian. Lalu saya bertemu dengan anak muda. Dia menangis di depan saya. Aku tanya Kenapa? Dia bilang, Aku tidak melihat manusia, aku melihat ada binatang hari ini yang ada di depanku. Aku kaget, aku seniman kok aku dibilang binatang? Dia bilang, Keinginan yang ada dalam hatimu hari ini telah mengikat dirimu dan merubah wajahmu menjadi binatang. Kauhalalkan segala cara untuk dirimu memuja dirimu sendiri. Akhirnya di situlah saya tulis lagu Istighfar. Anda ini kan seorang musisi religi. Kalau boleh tahu, orientasi anda dalam berkarir ini apakah demi dakwah atau semata mengikuti permintaan pasar? Kata orang aku ini tersesat ke jalan yang benar. Aku ini, kalo aku ngomong dakwah,

08

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Seputar Kita
nggakk pantes mas. Ilmu saya ndak cukup, pemikiran saya ndak cukup, kapasitas saya untuk berbicara tentang Allah itu ndak cukup. Kalo saya ngomong saya berdakwah, saya geer sama diri saya sendiri. Saya malu, walaupun berdakwah adalah cita-cita saya. Dakwah tuh cita-cita saya dan saya bangun, Ya Allah izinkan saya untuk bercerita tentang engkau sebanyak-banyaknya. Tapi lagi-lagi saya menemukan diri saya kosong, diri saya ndak bisa apa-apa. Ternyata saya menemukan saya seorang penyair, seorang seniman, seorang budayawan. Ya sudah, saya ndak usah mengakui apa-apa dalam hidup saya. Saya tulis saja apa yang saya tulis, saya buat saja apa yang saya buat. Ya Allah, terserah ya Allah. Ini apa namanya aku ndak mengerti, yang jelas aku ndak mau mengaku-aku. Karena ketika saya mengaku, banyak sekali orang yang mengaku kiyai, ajengan, tapi prilakunya ndak begitu. Sebenarnya yang betul itu namanya atau prilakunya? Ada orang kayanya ini orang pinter, ngakunya orang pinter, tapi prilakunya ndak begitu. Yang mana ini sebenarnya? Itulah, saya ndak milih, saya ndak milih semuanya. Pokoknya saya buat, saya tulis apa yang saya pikirkan, ya nafas saya nafas kecintaan saya kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada kebaikan kebaikan. Kenapa saya ngomong seperti itu? Karena sebenarnya saya ini sedang mengajari diri saya sendiri. Lagu saya itu adalah seperti prasasti yang saya tulis dalam hidup saya untuk mengingatkan saya dari hari ke hari tentang zaman, tentang waktu, tentang hidup yang saya jalani dalam pemikiran-pemikiran saya. Lagu ini adalah gambar saya wajah saya di saat itu, terus begitu. Semua ada ceritanya, semua ada alasannya. Dan saya ini orang bodoh, ndak bisa sebenarnya. Tapi kenapa saya ini bisa? Pasti ada suatu kekuatan yang memudahkan itu semua. Selama ini, kepuasan pribadi yang anda rasakan dari karir anda sendiri? Ya, jadi gini. Betapa saya dalam sujud saya tidak menangis. Allah ngasihnya kebanyakan sama saya. Ya Allah ini kok karuniamu banyak banget? Tapi ya saya sedih juga. Sedihnya kenapa? Karena orang menganggakp saya orang baik, orang menganggakp saya orang mulia, padahal saya tahu kartu saya sendiri. Di situ saya, minta ampun. Ajari aku mencintai, ajari aku merindukan-Mu, dalam lelah dan bosanku, di keadaan yang seperti ini. Apakah ada tokoh yang menginspirasi anda dalam bermusik atau bersastra? Aku senang sekali sama syaikh Fariduddin Atthar, kitab Mantiqutthayr. Ada juga kitab Tadzkirul Aulia. Mungkin juga Masnawi dan Jalaluddin Rumi, tapi itu cuma baca sekedarnya. Tapi yang saya serius membaca itu kitab Mantiqutthayr. Ada pengembaraan jiwa yang seperti itu. Saya menemukan diri saya ada dalam buku itu, dia memainkan hidup saya dalam buku itu. Kemudian kalo bahasa yang saya buat itu ya memang keseharian, tidak bisa acting. Bagaimana pandangan anda tentang dakwah lewat musik? Saya ingat ada ulama jaman dulu ketika saya masih kecil, kemudian saya juga ingat Rhoma Irama. Ulama itu tidak ada yang saya inget dalam ingatan saya, tapi Rhoma Irama, Judi, itu inget saya. Berarti nyanyian itu lebih abadi. Nah kalo nyanyiannya ada ruang kita kontemplasi kepada Allah, ada ruang pelajaran kepada hidup, ada ruang pelajaran kepada hati, kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Luar biasa. nah saya melihat poin di situ. Ya Allah terimakasih pada hari ini saya bisa ada di sini, menjadi seperti apa yang engkau inginkan, bukan yang aku inginkan. Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada para mahasiswa di sini? Saya berharap memang benar-benar di antara kalian nanti pulang ke Indonesia, benar-benar menjadi seseorang yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Bangsa kita sangat butuh kepada kalian. [] Fahmi.

PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013


dalam menyelesaikan masalah yang menjadi kepentingan bersama, 4) Mendorong terbentuknya ikatan alumni al-Azhar di ASEAN. Rentetan acara dilanjutkan dengan ASAPE, Asean Student Art Performance and Exhibition di Auditorium Shalah Kamil, Nasr City. Acara ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari kedutaan negara-negara ASEAN, ketua persatuan pelajar negaranegara ASEAN, tamu undangan dan para pelajar dari berbagai negara. Dalam acara ini ditampilkan beberapa kesenian khas dari negeri-negeri ASEAN, di antaranya Tapak Suci, Hadrah dan Angklung dari Indonesia, Nasyid dari Singapura, Muay Thai dari Thailand, Taekwondo dari Malaysia. Dalam acara ini pun dideklarasikan empat poin kesepakatan para ketua persatuan pelajar negara-negara ASEAN yang telah dirumuskan pada acara sebelumnya. Seluruh rangkaian acara ini menghabiskan anggaran sekitar 8.000 LE yang didapat dari kas PPMI, proposal dari KBRI, iuran dari seluruh persatuan pelajar negara ASEAN dan sumbangan dari beberapa donatur. Kegiatan ini diprakarsai oleh PPMI dan merupakan kegiatan yang pertama kali diadakan. Kegiatan ini mengambil tema Raising ASEAN Students Brotherhood, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa solidaritas dan persaudaraan antar pelajar ASEAN yang berada di Mesir. Muhammad Izdiyan Muttaqin selaku ketuapanitia mengungkapkan, Dengan adanya acara ini diharapkan para pelajar ASEAN bisa saling mengenal. Dan agar terjalin hubungan yang harmonis dan berkelanjutan antara pelajar negara-negara ASEAN yang memiliki kesamaan budaya dan daerah yang berdekatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa acara ini diadakan untuk menyambut ASEAN Global Community 2015, yaitu saat 10 negara anggota ASEAN menjadi sebuah komunitas yang bersatu dan saling berintegrasi satu sama lain khususnya dalam masalah ekonomi. Dalam sambutannya, Jamil Abdul Latief selaku presiden PPMI menjelaskan tujuan dari diadakannya acara ini yaitu untuk meningkatkan hubungan kecintaan dan kekeluargaan antara pelajar negara-negara ASEAN di Mesir. [] Fahmi.

Doc: Ahwazy Anhar

Pada hari Ahad (31/3) lalu, PPMI bekerjasama dengan beberapa persatuan pelajar negara-negara ASEAN mengadakan acara Asean Students Gathering 2013 yang dimulai dengan acara Konferensi Pelajar ASEAN pada hari Ahad (31/3) lalu di Aula Darul Hasan KMJ, Nasr City. Konferensi yang dihadiri oleh sembilan perwakilan ini menghasilkan empat butir kesepakatan yang akan dideklarasikan pada acara ASAPE yang diadakan seminggu setelahnya. Empat butir kesepakatan itu adalah: 1) Mendukung terciptanya komunitas ASEAN 2015, 2) Lebih menguatkan hubungan kerjasama pelajar ASEAN di Mesir dalam bidang pendidikan, sosial dan budaya, 3) Saling membantu

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

09

Opini

Kekeluargaan dan Wajah PPMI


Oleh: Hilmy Mubarok*
Geliat Masisir serasa tidak ada hentinya. Kegiatan demi kegiatan memadati hari -hari, hingga membuat satu minggu terasa hanya satu hari. Baik kegiatan tersebut berkaitan dengan peningkatan akademis, olahraga atau kegiatan lainnya. Yang jelas, tanpa kegiatan, Masisir mungkin bisa dianalogikan dengan air diam yang menjadi sumber penyakit. Selain kegiatan yang harus disoroti, juga lembaga yang mengadakan kegiatan tersebut pun harus diketahui, hingga kita mampu menyimpulkan lembaga mana yang aktif dalam kegiatan akademis, olahraga dan lain sebagainya. Karena sebagaimana yang kita ketahui, bahwa setiap lembaga atau organisasi yang ada di bawah naungan PPMI, selain berbeda-beda jenisnya, berbeda juga kegiatan yang disajikan, khususnya untuk anggotanya sendiri dan umumnya untuk Masisir. Maraknya organisasi ini menurut Desi Hanara dalam Modul ORMABA tahun 2009 menunjukkan dua hal. Pertama, menjadi saksi nyata akan kedinamisan Masisir dan kedua, menjadi salah satu pemicu disorientasi Masisir selaku insan akademik. Adapun klasifikasi organisasi yang ada di lingkungan Masisir bisa dilihat di Bab II pasal tiga dan empat di dalam UU Peraturan Organisasi. Pasal tersebut berbunyi bahwa organisasi yang dimaksud bisa diklasifikasikan menjadi lembaga otonom (LO) dan organisasi khusus (OK). Adapun yang termasuk LO yaitu lembaga kedaerahan, lembaga keputrian dan lembaga kefakultasan. Sedangkan yang termasuk dengan OK yaitu Organisasi Afiliatif, Organisasi Almamater dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan ini, kita menjadi lebih yakin bahwa Masisir bisa dikatakan sebagai ekosistem yang tidak pernah tidur. Jika mau ditelisik lebih dalam, Organisasi Kedaerahan atau lebih dikenal dengan istilah kekeluargaan termasuk organisasi yang ada di dalam ruang lingkup PPMI yang memiliki kontribusi lebih daripada organisasi lainnya. Hal ini salah satunya dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kekeluargaan yang ditujukan untuk warganya masing-masing, sehingga warga pun dapat mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan jenis kegiatan yang dilaksakan pun bisa dikatakan lebih positif daripada organisasi lain, termasuk organisasi induk, PPMI. Hal ini tidak sama sekali membuat PPMI menjadi buruk, akan tetapi image yang ada akan berubah menjadi positif, karena kekeluargaan bisa dikatakan wajah PPMI. Hal lain yang mempengaruhi penilaian di atas, karena sifat kekeluargaan itu sendiri. Artinya, Masisir lebih memilih untuk aktif dalam beberapa kegiatan yang dilaksakan kekeluargaan mereka daripada kegiatan di organisasi lain, termasuk kegiatan PPMI. Beberapa faktor mengapa sebagian besar Masisir aktif di kekeluargaan di antaranya, pertama, keanggotaan yang terikat bukan hanya karena asal daerah kedatangan, tetapi ikatan silaturahmi pun berpengaruh kuat. Dengan kata lain, emosional (red: perasaan) mereka lebih damai berada di kekeluargaan. Kedua, kekeluargaan termasuk organisai profit. Artinya, keaktifan seorang anggota di kekeluargaannya akan berbuah poin TEMUS. Ketiga, pentingnya sebuah relasi, baik di Mesir atau ketika sudah pulang ke tanah air, sehingga keaktifan di kekeluargaan, menurut sebagian Masisir mampu memperluas relasi. Namun di sisi lain, geliat kekeluargaan yang begitu rupa ini membuat lupa terhadap organisasi induknya, PPMI, khususnya terhadap elemen BPA (Badan Perwakilan Anggota) PPMI. Hal ini terlihat dari ketidakaktifan sebagian besar kekeluargaan dalam agenda yang dilaksanakan oleh BPA. Beberapa sidang yang dilaksanakan sebelumnya, tidak pernah dihadiri oleh seluruh perwakilan kekeluargaan. Artinya jumlah kekeluargaan yang aktif hanya sebagian kecil saja, bisa dihitung jari. Hal ini pun dirasakan oleh MPA, sebagai Majelis tertinggi, di mana pada Sidang Paripurna kemarin yang membahas LKS PPMI, hanya beberapa kekeluargaan saja yang mengirim delegasi. Tentunya hal ini bertabrakan dengan hukum SGS, karena pada dasarnya, sesuai dengan pasal 7 bab III dalam UU Peraturan Organisasi, meski kekeluargaan sebagai lembaga otonom, bebas berekspresi dalam melaksanakan kegiatannya, tapi ia pun memiliki beberapa kewajiban yang harus dipatuhi terhadap PPMI, salah satunya tertulis pada poin enam yang berbunyi, memilih utusan untuk BPA PPMI sebagai anggota tetap sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam ketetapan tersendiri. Dan sebagaimana kenyataannya, sebagian besar kekeluargaan lebih berkonsentrasi pada kegiatannya masing-masing dan melupakan kewajibannya. Asap tidak akan muncul, kecuali adanya api. Begitu pun permasalahan di atas, setelah ditelisik, ternyata kesalahan tidak berasal dari PPMI. Artinya, BPA sebagai Badan Legislatif dan Yudikatif PPMI sudah melaksanakan kewajibannya sebagai pelaksana sidang tersebut. Surat permohonan delegasi sudah diantarkan langsung ke setiap sekretariatnya satu minggu sebelum hari-H, pamflet sudah tersebar, khususnya di jejaring sosial Facebook, bahkan ketika hari-H, usaha untuk meminta kehadirannya via telepon pun dilakukan. Lantas apakah ini akan berakibat buruk? Tentu saja, karena beberapa sidang yang dilaksanakan BPA sebelumnya benar-benar memiliki pengaruh besar terhadap Masisir, salah satunya membahas Amandemen UU Pemilu Raya. Pembahasan tersebut dilaksanakan melihat masalah-masalah yang terjadi pada pemilu sebelumnya yang kebanyakan bersentuhan dengan kekeluargaan itu sendiri. Akan tetapi sangat disayangkan, ketika sidang tersebut dilaksanakan, hanya beberapa keluargaan saja yang hadir ketika itu. Padahal jika dihadiri oleh seluruh kekeluargaan, maka permasalahan yang muncul akan bisa dipecahkan dengan pendapatpendapat jernih yang datang dari setiap delegasi kekeluargaan tersebut. Namun hal lain yang lebih disayangkan adalah setelah sidang-sidang tersebut dilaksanakan, secara otomatis kekeluargaan yang tidak hadir tidak akan tahu permasalahan apa yang dibahas dan solusi untuk memecahkannya. Intinya, hak bersuara yang semestinya dimiliki oleh setiap kekeluargaan akan hilang, karena absennya. Kesepakatan atau ketentuan yang tidak sependapat dengannya, mungkin bisa saja didiskusikan lagi, bahkan dibatalkan karena pendapat yang mungkin lebih kuat, akan tetapi karena absennya, maka kesepakatan ini terus ditetapkan. Dan pada akhirnya, hal ini akan melahirkan kesalah fahaman dan tentunya berimbas negatif terhadap kekeluargaan yang tidak hadir. Permasalahan seperti ini sebenarnya permasalahan klasik yang sudah sering terjadi. Bahkan ada beberapa orang yang mengatakan bahwa sikap seperti ini dinilai sebagai karakter yang matre. Hal tersebut didasarkan dengan kenyataan, bahwa sidang pleno pembahasan Amandemen UU Pengaturan dan Pengurusan Tenaga Energik Mahasiswa untuk Syariah (TEMUS) yang berbau uang dihadiri begitu banyak delegasi yang datang hampir dari seluruh kekeluargaan. Sedangkan sidang pleno untuk membahas UU lain, seperti UU Pemilu Raya, dihadiri hanya beberapa delegasi yang datang dari sebagian kecil kekeluargaan. Meski buruk, tapi kesimpulan ini adalah nyata dan tentunya harus dihilangkan. PPMI benar-benar bukan milik siapapun, kecuali Masisir secara keseluruhan. Artinya jika bukan Masisir, siapa lagi yang akan menjaga eksistensi PPMI. Selain itu, perlu diketahui bahwa seluruh sidang yang diadakan BPA PPMI, hanyalah untuk kepentingan dan kebaikan Masisir. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kepada seluruh organisasi, khususnya kekeluargaan untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut, sehingga kepentingan Masisir bisa terpenuhi dan image PPMI yang baik akan terus terjaga. *Penulis adalah ketua BPA periode 2012 2013.

10

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Kolom

Dua Dunia
Oleh: Fahmi Hasan Nugroho*
Saya sedikit tersenyum ketika mengikuti acara Coffee Break tiga yang diadakan oleh PPMI di aula KEMASS beberapa waktu lalu. Acara itu sebenarnya adalah hal yang bagus untuk diadakan, terlebih saat itu terjadi dialog vertikal secara langsung antara mahasiswa dengan Bapak Duta Besar beserta beberapa pejabat KBRI. Namun sayangnya, saat itu kita terlalu banyak membuang waktu untuk membicarakan hal yang sebenarnya sudah lama kita bicarakan. Seingat saya, selama tahun 2012 sudah dua kali saya meliput tentang perkembangan proyek pembangunan asrama mahasiswa. Dan dalam dua liputan ini juga terdapat penjelasan tentang status asrama itu yang sebenarnya bukan merupakan Asrama Mahasiswa Indonesia, namun lebih tepat disebut Asrama Al-Azhar yang dibangun oleh Indonesia. Dan pada acara Coffee Break kemarin, proyek asrama itu kembali ditanyakan dan dibahas dalam forum, padahal saya rasa tulisan di dua edisi buletin TROBOSAN sudah menjelaskan hal itu. Tapi yah, mungkin saja penyebaran yang dilakukan oleh tim TROBOSAN kurang menyeluruh hingga tidak seluruh masisir membaca laporan itu. Atau bisa juga memang laporan yang mereka buat kurang bisa menjawab pertanyaan di benak Masisir. Atau mungkin juga karena buletin mahasiswa saat ini sudah tidak lagi menarik, hingga tidak terbaca dan hanya menjadi bungkus nasi atau alas makan. Dalam acara itu terdapat pula sedikit penjelasan tentang proses birokrasi mahasiswa baru. Seingat saya, apa yang dijelaskan saat itu juga telah dibahas panjang lebar dalam acara Warung Kopi yang diadakan oleh Rumah Budaya Akar, dan atas dasar itulah tim TROBOSAN mengangkat permasalahan Maba ini dalam rubrik Laporan Utama di buletin TROBOSAN edisi 349. Hal yang sama juga dibahas oleh buletin Informatika edisi 165 dalam rubrik Suara Mayoritas. Namun kembali ke paragraf sebelumnya, mungkin penyebaran yang dilakukan kedua tim itu kurang maksimal hingga informasi ini tidak bisa diketahui oleh seluruh masisir. Ini hal yang ingin saya pertanyakan, sejauh manakah peran media mahasiswa di dalam komunitas kita sekarang ini? Media mahasiswa itu berputar di dunia mahasiswa. Segala kejadian yang terjadi di dunia mahasiswa merupakan ladang bagi media itu untuk mengangkatnya. Karena namanya media mahasiswa, segala hal yang menyangkut kemahasiswaan itu boleh saja untuk diangkat tanpa perlu ada intervensi dari pihak luar. Maka, media mahasiswa seharusnya hidup di dunia mahasiswa. Namun saya merasakan bahwa media mahasiswa dan mahasiswa saat ini berada dalam dua dunia yang berbeda. Media berbicara apa, mahasiswa memperbincangkan apa. Media pergi ke mana, mahasiswa pergi ke mana. Ada atau tidaknya media mahasiswa tidak terlalu berpengaruh terhadap dunia mahasiswa, mereka akan tetap berjalan seperti biasa dengan ada atau tidak adanya media ini. Respon baru akan terasa ketika media itu sedikit menyinggung dunia mahasiswa yang kebetulan saat itu sedang tidak ingin disinggung. Saat itulah persinggungan antara dua dunia itu terasa. Apa yang ditulis media menjadi pembicaraan mahasiswa dan apa yang dibicarakan mahasiswa sedikit menyangkut dengan tulisan di media. Namun sayang, saat sebuah masalah terjadi antar dua dunia tadi, penyelesaian permasalahan itu justru menggunakan dua logika yang berbeda. Media menggunakan logika media dan mahasiswa pun menggunakan logika mahasiswa yang anehnya keduanya kok tidak bisa bertemu. Dua dunia ini terlihat berjalan damai, asalkan satu dunia tidak menyikut dunia yang lain. Misalkan saja dalam beberapa tahun terakhir. Hampir di setiap tahun para pimpinan media Masisir mendapatkan beberapa kali respon yang kurang baik dari pembaca. Bahkan bukan hanya redaksi media yang mendapatkan itu, beberapa penulis lepas pun pernah mendapatkan respon yang serupa. Respon tersebut bisa berupa pemanggilan terhadap beberapa kru redaksi ataupun hingga aksi pemukulan oleh beberapa pihak yang tersinggung dengan salah satu tulisan di media tersebut. Melihat kenyataan itu saya berfikir bahwa jelas sekali ada yang salah dalam hal ini. Namun di sisi lain saya pun berfikir, di mana letak kesalahan itu? Apakah media mahasiswa saat ini telah kehilangan fungsinya? Jika memang begitu, maka ada dua kemungkinan di sana. Bisa jadi karena fungsi itu disalahgunakan oleh insan media itu sendiri hingga mahasiswa di komunitas kita tidak lagi memandang penting terhadap media. Atau bisa juga karena fungsi media itu telah disalahartikan oleh anggota komunitas ini hingga apapun yang media lakukan maka tetap tidak akan merubah pandangan mahasiswa. Ya, media terkadang dianggap menjadi pemicu kerusuhan ketika mengangkat sebuah konflik antara dua pihak yang berseteru. Media pun terkadang dianggap mencari sensasi ketika memuat tentang suatu hal yang sensitif. Namun jika dipandang dari sudut pandang media, mengangkat sebuah konflik atau hal sensitif adalah sah-sah saja selama berdasarkan atas fakta dan disertai data-data yang valid. Terlebih lagi jika hal itu berhubungan dengan dunia mahasiswa yang mana merupakan ladang tugas bagi media mahasiswa. Selama kejadian atau perkara itu terjadi di sekitar dunia mahasiswa, maka media mahasiswa berhak untuk mengangkat ataupun menganalisanya tanpa harus ada intervensi dari pihak luar. Masukan ataupun kritikan kepada media pun sebenarnya tidak pernah habis, namun terkadang kritikan itu kemudian berubah menjadi sebuah intervensi hingga beberapa pihak ingin mengatur media agar mengangkat suatu hal dan meninggalkan hal lain. Inilah yang saya pandang kurang baik dari hubungan antara komunitas ini dengan medianya. Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan asas kebebasan pers atau hal-hal yang menyangkut idealisme pers, karena saya menilai pers mahasiswa itu memiliki sifatnya sendiri. Pers mahasiswa, khususnya di komunitas kita ini adalah anak kecil yang tak pernah kunjung dewasa, karena orang yang berkecimpung di dalamnya selalu berganti setiap tahunnya. Pers mahasiswa di komunitas kita ini tidak lain adalah tempat untuk belajar bagi mereka-mereka yang memiliki minat dalam bidang ini, bukan sebagai tujuan atau bahkan alat untuk mencari penghidupan. Maka, selama itu adalah tempat belajar, saya pun tidak terlalu peduli dengan nama baik ataupun harga diri media mahasiswa, karena sunnatullah dalam belajar adalah berbuat kesalahan. Jika memang saya bersalah ya saya meminta maaf, dan jika tidak ya saya akan terus belajar dan tidak perlu memikirkan embel-embel eksistensi, nama baik ataupun harga diri. Saya hanya berharap agar dua dunia yang terpisah ini bisa kembali menyatu. Media mahasiswa bisa hidup dan saling berinteraksi dengan mahasiswa layaknya kawan lama, bisa duduk bersama dan saling bertukar pikiran layaknya teman diskusi. Saya juga berharap agar media mahasiswa bisa kembali kepada asasnya, memberikan informasi bagi para pembaca dan menjadi mediator bagi opini para mahasiswa. Bukan hanya sebagai formalitas agar terlihat eksistensinya ataupun menjadi anak tiri yang tersingkir dari dunianya. Semoga bermanfaat. *Penulis adalah Mahasiswa al-Azhar fak. Syari`ah Islamiyah, Pemred Buletin TROBOSAN.

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

11

Email/YM: transferindo.mesir@yahoo.com FB: Tranferindo Mesir

12

TROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013

Anda mungkin juga menyukai