Anda di halaman 1dari 9

SISTEM ADMINISTRASI INTERNAL

PEMERINTAHAN UMAR

Penulis : Muhammad Isa Anshory


Semester : III (tiga)
Dosen : Ust. Muhammad Jamaluddin

Ma’had Aly An-Nur Liddirosah Al-Islamiyah


Waru-Baki-Sukoharjo-Jawa Tengah
A. PENDAHULUAN
Berputarnya roda pemerintahan atau nasib suatu negara akan sangat
bergantung pada siapa yang memegang tampuk kepemimpinannya. Berlaku pula pada
peradaban suatu bangsa, pasti tak akan jauh nasib yang menimpanya dengan
kebijakan-kebijakan yang melekat pada diri bangsa tersebut. Pemegang kekuasaan
suatu pemerintahan bisa dikatakan semakna dengan fungsi nakhoda, kemanapun
nakhoda akan berlayar, kebijakannya menentukan haluan awak kapalnya. Seberapa
baik kemampuan pemimpin negara (dalam segala halnya), seberapa besar pula
peradaban yang ingin ia bangun bagi negaranya. Sudah banyak aktor sejarah yang
meninggalkan berbagai kisah kepemimpinan pada anak-cucunya, entah sebagai
pemimpin yang berhasil membangun peradaban maju yang besar pengorbanannya,
maupun mereka yang telah berjasa menutup usia bangsa mereka diakhir
kekuasaannya.

Dalam sejarah para khalifah, banyak pula yang memberi bukti keberhasilan
mengelola negara, dengan tetap menjaga kemajuan peradaban dunia, agar tetap berada
diatas eksistensi Islam. Salah satu contohnya, ada pada khalifah kedua Umar bin
Khattab, pengganti daripada Abu Bakar dan yang berjasa meletakkan berbagai
fondasi kemajuan peradaban Islam, yang nantinya menjadi estafet formula
pemerintahan bagi khalifah-khalifah selanjutnya.

Periode kekhilafahan Umar bin Khattab identik dengan masa keemasan dalam
perluasan wilayah Islam (the greatest conquest of Islam). Pada masa Abu Bakar, misi
ekspansi Islam terganggu dengan adanya konflik politik internal, yang ujung-
ujungnya mengarah pada disintegrasi bangsa, terutama yang dikobarkan para
pemberontak (ahl ar-riddah). Kontras keadaannya ketika pemerintahan beralih ke
tangan Umar, gelombang ekspansi semakin meluas, dan titik kulminasinya ketika
wilayah Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian besar Persia
dan Mesir. Berbagai konsekuensi logis dari adanya perluasan wilayah mulai
berdatangan dan menjadi pekerjaan baru bagi negara, dari munculnya problema baru,
lahir permasalahan sosial-politik yang kian kompleks, hingga masyarakat yang
semakin plural. Karenanya perlu pembenahan dan pembaruan sistem dari sistem
sebelumnya. Terutama pada administrasi internal pemerintahan.
Banyak problema negara terselesaikan oleh Umar dengan langkah-langkah
inovatif yang ia ambil, yang salah satu halnya dengan membangun sistem administrasi
internal baru, yang disebut-sebut dengan administrasi pemerintahan modern oleh
sebagian negarawan juga sejarawan setelah masanya, memimpin kekhilafahan Islam
dengan model praktik kenegaraannya, Umar ibn Khattab digaungkan sebagai “bapak
pemerintahan modern”. Makalah ini menjadi upaya untuk menyajikan gambaran ide
dan kontribusi Umar bin Khattab dalam membangun kemajuan peradaban
pemerintahan Islam.

B. PEMBAHASAN

I. Latar Belakang dan Kehidupan Umar


Namanya adalah Umar ibn Khattab ibn Naufal ibn Abdil Uzza ibn Rabah ibn
Qurth ibn Razah ibn ‘Adi ibn Ka’ab ibn Lu’ai. Ibunya bernama Hantamah. Umar
memiliki nasab keturunan yang terpandang dan beberapa julukan seperti, Amirul
Mu’minin, Abu Hafsh, Al-Qurasyi, Al-Adawi, Al-Faruq.1 Hubungan nasab dengan
nabi bertemu pada turunan yang ke delapan. Usianya tiga belas tahun lebih muda
dibanding nabi.

Terlahir ditengah-tengah marga yang memiliki posisi diantara kaum quraisy,


marga ‘Adiy, yang kepada marga ini dipercayakan fungsi penting dalam
mempersiapkan pengawal dan arbitrase dalam kasus perselisihan. Termasuk Umar,
yang pada masa mudanya sangat ahli dalam ilmu keturunan ini, menjadi seorang
prajurit yang punya kapabilitas tinggi dan pegulat serta ahli pidato yang punya
reputasi tinggi ditengah masyarakat.2

Umar ibn Khattab masuk Islam pada tahun keenam kenabian, pada usia 27
tahun. Memiliki peran besar dalam Islam baik pada masa hidupnya Rasulullah
‫ ﷺ‬maupun masa kekhalifahan Abu Bakar, hingga tanggal 22 Jumadil
Akhir tahun 13 Hijriyyah, kekhilafahan berpindah ke tangan Umar. Umar
menjalankan tugas kekhalifahan Islam yang dibebankan padanya dengan sebaik-
baiknya,3 yang pada masa kekuasaannya banyak terjadi penaklukan, banyak timbul
permasalahan luar negeri maupun dalam negeri dan mampu terselesaikan dengan

1
Shahih At-Tautsqi fi Sirah wa Hayah Al Faruq Umar bin Khattab, hal 15.
2
The Early Caliphate (khulafa-ur-rasyidin), hal. 70.
3
Tarikh Al-Khulafa’, hal. 142.
baik, sekaligus memiliki banyak kontribusi yang ia berikan pada Islam termasuk
membangun kemajuan peradaban Islam, yang menjadi estafet amal bagi masa-masa
setelahnya.

Usai pelantikan berlangsung, Umar berpidato dihadapan umat muslim untuk


menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakannya dalam
menjalankan kekhilafahan. Secara prinsip Umar melanjutkan garis kebijakan Abu
Bakar, namun konsekuensi dari kehidupan yang dinamis, permasalahan terus
berkembang dan seiring dengan perluasan wilayah Islam, Umar melakukan berbagai
kebijakan untuk menyelesaikan berbagai problema sebagai kepala pemerintahan,
meliputi pengembangan daerah kekuasaan Islam, pembenahan birokrasi negara,
peningkatan kesejahteraan rakyat, pembentukan departemen negara perbagian
maupun upaya peningkatan keamanan negara.

II. Pembentukan Dewan Pemerintahan dan Administrasi Negara


Pengertian kata administrasi, administrasi adalah usaha dan kegiatan yang
berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan.4

Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat-mencatat,


surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan sebagainya yang
bersifat teknis ketatausahaan.

Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana
tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.5

Sedangkan istilah administrasi negara diartikan sebagai suatu bahasan ilmu


sosial yang mempelajari tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi
lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan
publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik, administrasi
pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur penyelenggara negara.6
Termasuk keilmuan yang mengkaji tentang organisasi publik atau pemerintah, seperti
departemen-departemen, dan dinas-dinas, mulai dari tingkat kecamatan sampai
tingkat pusat. Kajian ini termasuk mengenai birokrasi; penyusunan,

4
Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Tim Reality Publisher, Surabaya, 2008.
5
Pengertian Dasar Administrasi, FKIP UNS
6
Ilmu Administrasi Negara, Suatu Bacaan Pengantar, 1986. Jakarta: PT gramedia. Hal :3-12
pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan publik; administrasi
pembangunan; kepemerintahan daerah dan good governance.

Dalam sistem pemerintahan yang dipimpinnya, Umar ibn Khattab memiliki 2


arah kebijakan yang saling menopang. Pertama, kebijakan internal, layaknya
kebijakan yang umar lakukan untuk membangun sistem administrasi pemerintahan
dengan membentuk departemen-departemen yang menangani masalah politik dan
berbagai kepentingan negara. Kedua, kebijakan eksternal, yaitu mengenai semua hal
yang berhubungan dengan perluasan penyebaran Islam, ekspansi wilayah, duta
politik, dan semua yang diluar wilayah Jazirah Arab.

Kondisi politik Islam pada masa kepemerintahan Umar ini berjalan stabil.
Usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang sangat gemilang. Namun,
Umar bin Khattab tidak lupa akan sebagian konsekuensi yang pasti akan datang,
dikarenakan proyek perluasan wilayah yang berjalan cepat, Umar segera membangun
administrasi negara, membentuk organisasi-organisasi pengelola negara. Yang terbagi
menjadi:

1. An-Nidhom As-Siyasy (Majelis Syura) 7

Secara etimologi, Majelis Syura adalah lembaga penengah dan pemberi


fatwa. Sedangkan menurut terminologi, adalah wakil-wakil rakyat yang duduk
sebagai anggota dewan pertimbangan, yang terdiri dari para ulama dan kaum cerdik
pandai (cendekiawan) yang menjadi pemimpin-pemimpin rakyat dan dipilih atas
mereka.

Dinamakan majelis syura bukanlah bentuk pembatasan wewenang khalifah


dalam memimpin kaum muslimin seperti dalam pengertian parlemen sekarang
ini, tetapi lebih kepada menekankan wewenang mereka guna menghapuskan dan
membatalkan. Penjelasan tentangnya merupakan deskripsi umum saja. Terpilihnya
mereka tidak terlepas dari pengalaman dan abdi mereka dalam islam juga mereka
yang memiliki keluasan wawasan dan dalamnya keilmuan tentang yurisprudensi dan
bidang keilmuan lain yang mereka miliki.

Umar membentuk Majelis Permusyawaratan yang bertugas membuat


keputusan dalam memutuskan masalah-masalah umum dan kenegaraan. Sedangkan

7
Ali Audah, Ali bin Abi Talib, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 2013), hlm.106.
Umar menempatkan dirinya sebagai Kepala Operasional atau Kepala Negara  dengan
membentuk berbagai organisasi di bawahnya.

Dalam masa pemerintahannya, Umar membentuk kelembagaan tersebut, yang


terdiri dari:

a. Dewan penasihat tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat terkenal, antara
lain, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Ali bin Abi Thalib, Mu’adz
bin Jabal, dan lain sebagainya.
b. Dewan penasihat umum. Berada satu tingkat dibawah dewan penasihat tinggi.
c. Dewan pertimbangan yang beranggotakan sebagian sahabat muhajirin dan
anshor, perannya insidental terpaut pada keadaan yang terjadi.
d. Al-Katib (terkait dengan sekretariat negara)
e. Al-Wizaarat, wazir yang membantu khalifah dalam urusan pemerintahan
(suatu jabatan setingkat menteri)
2. An-Nidhom Al-Idary, diantara tugas-tugasnya:
o Pemberian wewenang dan otonomi daerah kepada kepala daerah atau disebut
Amir.
o Sebagai lembaga pelayanan umum bagi masyarakat.
o Pembentukan diwan Al-Jund, yang bertugas memberi tunjangan kepada warga
yang berhak sesuai jumlah yang ditentukan, baik sipil maupun militer.
o Membentuk badan perhubungan atau disebut dengan Al-Barid.
o Membentuk badan penjaga keamanan negara atau disebut Al-Syurthah.
3. An-Nidhom Al-Maaly, diantara tugas-tugasnya:
o Bertanggung jawab atas pengelolaan kas negara.
o Pendataan pemasukan dan pengeluaran kas negara.
4. An-Nidhom Al-Harby (bidang kemiliteran)
o Membagi kesatuan militer yang terdiri dari pasukan kavaleri, pasukan
invanteri, pasukan intelijen, dan pelayan militer
o Membentuk armada laut dan menempatkan tentara di wilayah-wilayah kota
garis depan, membentuk suatu garnisun.
o Menjalankan urusan gaji tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-
asrama dan benteng-benteng pertahanan.
5. An-Nidhom Al-Qadha’i (Lembaga peradilan), diantara tugasnya:
o Memutuskan perkara baik dipemerintahan pusat maupun di daerah. Dengan
menetapkan seorang hakim yang akan menemani gubernur atau amir suatu
wilayah, disebut juga seorang qadhi atau hakim wilayah.

Pengembangan sistem pengelolaan pemerintahan yang dihasilkan oleh


pemikiran keras Umar bin Khattab ini diperoleh setelah berhasil memadukan sistem
yang ada di daerah perluasan wilayah dengan kebutuhan masyarakat yang sudah
mulai berkembang pada saat itu.

III. Sistem Pengelolaan Wilayah


Termasuk prestasi gemilang Umar bin Khattab dalam menciptakan
administrasi negara yang sebelumnya tidak ada, sebagai langkah dalam mengelola
wilayah Islam yang semakin meluas. Umar menetapkan untuk membagi kekuasaan
Islam yang berpusat di madinah kedalam beberapa provinsi, yaitu; Makkah, Madinah,
Suriah, Jazirah, Bashrah, Kufah, Mesir, dan Palestina. Sebuah langkah politik yang
strategis dan sangat tepat telah dilakukan Umar untuk membagi wilayah Islam yang
sangat luas, karena wilayah kekuasaan yang sudah begitu luas tidak mungkin untuk
diatur oleh pemerintahan Madinah secara langsung. Setiap provinsi daerah dipimpin
oleh para gubernur disetiap wilayah, sekaligus sebagai wakil khalifah di Madinah.

Untuk mengatur masyarakat yang berada di daerah kekuasaan Islam, Umar


lebih mengambil langkah perpanjangan tangan, dengan membentuk pemerintahan di
daerah, Umar mengangkat gubernur wilayah yang mempunyai otonomi yang luas.
Mereka menjadikan tugas dan fungsi sebagai pembantu khalifah, sebagaimana hanya
peradilan dipusat yang terpisah dari kekuasaan eksekutif. Lembaga peradilan juga
mulai berdiri sendiri dan terpisah dari kekuasaan eksekutif. Dibeberapa daerah juga
diangkat beberapa hakim yang bebas dari pengaruh – pengaruh gubernur dan khalifah.
Mereka melaksanakan peradilan yang bebas dan mandiri. Tiap provinsi memiliki
ibukota dan tiap kabupaten (iqlîm) masing-masing memiliki walikota atau ‘amîr
daerah.

Para gubernur provinsi dan para pejabat distrik (walikota) sering diangkat


melalui pemilihan. Pemerintahan Umar menjamin hak setiap orang dan orang-orang
menggunakan kemerdekaannya dengan seluas-luasnya. Khalifah tidak memberikan
hak istimewa tertentu. Tidak seorangpun memperoleh pengawal, tidak ada istana dan
pakaian kebesaran, baik untuk khalifah sendiri maupun bawahan-bawahannya. Tidak
ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, setiap waktu mereka dapat dihubungi oleh
rakyat.

IV. Desentralisasi Administrasi Wilayah


Secara garis besar, sistem pemerintahan yang dijalankan oleh ‘Umar dalam
teknis penyelesaian problema pemerintahan yang menyangkut kebijakan negara dan
atau maslahat orang banyak, masih bersifat sentralistik (markaziyah). Semuanya harus
berada dalam pangawasan, dan tiap daerah harus melaporkan serta mempertanggung
jawabkan segala program kerjanya kepada pemerintah pusat di Madinah.

Namun, bila kebijakan tersebut tidak menyangkut maslahat orang banyak,


juga bukan permasalahan yang menjadi urgen bagi negara, maka kebijakan sudah
diserahkan pada otonomi ‘amir dan hakim masing-masing wilayah. Dan kebijakan
Umar dalam pemberian hak otonom kepada ‘amir wilayah ini termasuk hal baru pada
masanya, dan menjadi kebijakan strategis yang menjadi fondasi tatanegara di masa-
masa setelahnya.

C. PENUTUP
Umar bin khattab, bukanlah sekedar prajurit besar. Dia juga sama ahlinya
dalam administrasi negara. Berbarengan dengan penaklukannya, dia memperagakan
kejeniusan yang unik dalam mengorganisir administrasi sipil dari wilayah yang
diperintahnya. Bila dia melalaikan bagian dari kewajibannya ini, pastilah terjadi
dalam waktu singkat negeri-negeri ini akan lenyap dari Islam. Tetapi, dia melakukan
segala perkara tidak dengan setengah hati.

Islam masuk ke negeri ini dan tetap tinggal disana salah satunya adalah
kontribusi kejeniusan Umar dalam mengelola negara dengan berbagai permasalahan
yang senantiasa muncul, administrasinya yang baik dan perlakuan bijak secara umum
pada masyarakat.dengan datangnya Islam, rakyat semakin sejahtera. Setiap negeri
dibagi dalam beberapa provinsi; pengukuran tanah dan sensus penduduk dilakukan;
kantor-kantor pemerintahan didirikan; dana publik dimulai, dan masih banyak lagi
yang berperan dalam proyek pengawetan sejarah, dan diperkenalkan.

Dikenal juga ia sebagai seorang negarawan legendaris yang mampu


menemukan aturan baru dalam sistem pemerintahan, ia juga mampu melakukan
pembenahan dan mengkaji ulang terhadap segala kebijakan yang muncul pada masa
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan masa kekhalifahan Abu Bakar, dan menyesuaikannya
dengan zaman yang selalu berkembang, tanpa menyelisihi syari’at Islam. Mengatur
segala persoalan dengan pandangan yang tajam dalam worldview yang luas.

REFERENSI

Ash-Shalabi, Muhammad, The great leader of Umar bin Al-Khathab, Jakarta: Pustaka


Al Kautsar Pertama, September 2008.

Muhammad Iqbal, FIQH SIYASAH, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2014

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Ali Audah, Ali bin Abi Talib, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 2013)

Muhammad, Ali Maulana, The early caliphate (khulafa-ur-rasyidin), Jakarta: Penerbit


Darul Kutubil Islamiyah, Maret 2007

Tarikh Al-Khulafa’

Shahih At-Tautsqi fi Sirah wa Hayah Al Faruq Umar bin Khattab

Ilmu Administrasi Negara, Suatu Bacaan Pengantar, 1986. Jakarta: PT Gramedia

Pengertian Dasar Administrasi, FKIP UNS

Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Tim Reality Publisher, Surabaya, 2008.

Anda mungkin juga menyukai