Anda di halaman 1dari 7

OVERVIEW PENYAKIT ANTRAKS

A.Guntur H.
SMF. / LAB. Ilmu Penyakit Dalam Subbagian Imunologi - Infeksi Tropik
Fak. Kedokteran UNS./ RSUD.Dr. Moewardi Surakarta

Pendahuluan
Antraks atau antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara"
dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.
Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.
Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun
tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.

Epidemi
Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena anthraks, dapat melalui
daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus
manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks

Infeksi antraks sering terjadi pada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan
antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di
negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk
penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah,
Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian
antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.

Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit
atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular
antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk
hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada
hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat

tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.
Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak,
kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

Penularan
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui
luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.
Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk
spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi
hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya
tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam
tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses
masuknya spora antraks dapat dengan tiga cara, yaitu :
1. inhaled antraks, dimana spora antraks terhirup dan masuk ke dalam saluran
pernapasan.
2. cutaneous antraks, dimana spora antraks masuk melalui kulit yang terluka. Proses
masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous antraks
(95% kasus).
3. gastrointestinal antraks, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak
dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

Phatogenesis
Faktor virulensi dari penyakit ini disebabkan oleh B. anthracis yang berasal dari kapsul dan
toksin.[3] Kapsul dari B. anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya
(non toksik) bagi dirinya sendiri.[3] Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan berfungsi
untuk melindungi sel dari fagositosis dan lisis.[3] Toksin yang dihasilkan oleh B. anthracis
berasal dari plasmid pX01 yang memiliki AB model (activating dan binding). Toksin dari B.
anthracis terdiri dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly Dglutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF).[3] Ketiga toksin ini tidak bersifat
racun secara individual, namun dapat bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih.

Toksin PA dan LF akan mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan
penyakit edema (nama lain dari penyakit antraks), toksin EF dan LF akan saling merepresi
(inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA, LF, dan EF), maka akan
mengakibatkan edema, nekrosis dan pada akhirnya mengakibatkan kematian (letal).[3]

Bila spora antraks masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah tersebar di dalam peredaran
darah, akan tercipta suatu mekanisme pertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya
sementara.[4] Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi dalam sistem limpa, maka
infeksi akan mulai terjadi.[4] Racun dari toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut
akan mengakibatkan pendarahan internal (internal bleeding) sehingga mengakibatkan
kerusakan pada beberapa jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah
tersebar, maka antibiotik apapun tidak akan berguna lagi.[4]

Klinis:

Antraks inhalasi merupakan illness bifasik. Diawali dengan gejala prodromal seperti
sakit yang disebabkan karena virus yaitu adanya panas, menggigil, dan mialgia
dengan discomfort dada pada 3-5 hari setelah menginhalasi spora antraks.
Bakteriamia umumnya ditemukan. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien sering menjadi
cepat memburuk dan krisis dengan panas tinggi, dyspnea, sianosis, sakit dada
substernal yang terasa remuk, dan syok.

Cutaneous antraks , lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit, kadang-kadang berupa
papula pruritus yang sedang (pada umumnya mengenai ekstremitas superior, leher
atau wajah) dan meluas menjadi lesi vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya.
Gelatinous halo mengelilingi vesikel yang akan berkembang menjadi ulkus, dan
eschar hitam dengan cepatnya berkembang diatas ulkus. Sedangkan, gejala antraks
tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi
borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi
gatal tetapi agak terasa sakit. Tipe kulit terjadi setelah mengomsumsi daging yang
terkena antraks.

Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak
nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang air
besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Daging yang terkena
antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.

Diagnosis :

Suspek antraks :
-

Apabila ada tanda-tanda kelainan pada individu yang ada riwayat kontak dengan
ternak yang tertular antraks.

Individu yang tinggal di daerah endemi antraks

Diagnosis klinik antraks kutaneus perlu dipertimbangkan apabila ditemukan


hilangnya rasa sakit yang secara relatif berhubungan dengan ukuran lesi.

Perkiraan diagnosis mikrobiologis dipertimbangkan apabila ditemukan basil grampositif pada preparat cairan Gelatinous halo yang mengelilingi ulkus atau dari
bawah eschar. Pada kultur darah ditemukan B. anthracis. Diagnosis definitif
tergantung pada identifikasi B. anthracis dari kultur lesi kulit ataupun kultur darah.

Suspek antraks inhalasi apabila pasien mengalami panas, nyeri dada, dan mediastinum
yang meluas disertai efusi pleura pada R foto thorax. Jika pada R foto thorax
ditemukan masih samar-samar, kemudian dilakukan CT/MRI thorax untuk
menunjukkan adanya pelebaran nodus limfatikus mediastinum. Adanya mediastinum
hemoragik, yang bukan community-acquired pneumonia (CAP) merupakan Diagnosis
klinik antraks inhalasi, tetapi harus didukung oleh adanya pengecatan gram dari cairan
pleura hemoragik yang menunjukkan basil gram-positip.

Pasien dengan antraks inhalasi sering menunjukkan hasil kultur darah yang positip
dan ini kemungkinan berhubungan dengan meningitis antraks. Jika menunjukkan
meningitis maka cairan serebrospinal (CSF) menunjukkan hemoragik dan pengecatan
gram pada CSF menunjukkan basil gram-positip, yang kemudian apabila dikultur
merupakan B. anthracis.

Pemeriksaan Laboratorium : Elisa, PCR yang akan dibicarakan lebih lanjut.

Terapi

B. anthracis kerentanannya terhadap hampir semua antibiotika sangatlah tinggi.

Pengalaman bioterrorist di USA tidak ada strain yang resisten terhadap antibiotik.

Penisilin digunakan pada pengobatan antraks pada umumnya, tetapi perlu


diperhatikan untuk strain bioterrorist yang resisten, lebih disukai menggunakan
doxycycline / quinolone. Tidak diperlukan penggunaan terapi ganda.

Bagaimanapun juga, clindamycin sendiri mempunyai aktivitas terhadap B. anthracis,


digunakan dalam kombinasi dengan agent lainnya sebab clindamycin mempunyai
potensi aktivitas anti-eksotoksin. Dari pengalaman beberapa pasien menunjukkan
respon yang lebih bagus ketika clindamycin 600 mg (iv)/ 8 jam atau 300 mg (po)/8
jam plus rifampin 300 mg (po)/ 12 jam ditambahkan pada quinolone atau
doxycycline.

Prognosis

Prognosis antraks kutaneus umumnya baik.

Untuk antraks inhalasi, prognosisnya berhubungan dengan dosis organisme yang


terhirup, keadaan underlying hostnya, dan kecepatan terapi antibiotik. Antraks
inhalasi merupakan penyakit infeksi dengan tingkat kematian yang tinggi, tetapi
dengan intervensi/ perawatan suportif seawal mungkin beberapa pasien akan tetap
hidup.

Pasien dengan meningitis antraks mempunyai prognosis yang buruk.

Vaksin
Siapa yang berhak mendapatkan vaksin?

Orang yang bekerja langsung di laboratorium

Orang yang bekerja dengan kulit atau bulu hewan yang diimpor atau di daerah di
mana standar tidak cukup untuk mencegah infeksi spora antraks.

People who handle potentially infected animal products in high-incidence areas

Orang yang menangani produk hewan yang berpotensi terinfeksi di daerah-daerah


insiden tinggi

Anggota militer yang dikerahkan ke daerah-daerah dengan risiko tinggi untuk terkena
organisme.

BioThrax/Antraks vaksin diserap


o Made by Bioport
o Rute eksposure tidak penting

Diberikan secara subkutan

o 5mL pada 0, 2, dan 4 minggu, dan pada 6, 12, & 18 bulan, & dosis tinggi pada
interval 1 tahun.

PA yang dilemahkan, nonencapsulated strain Sterne diserap ke aluminium hidroksida


o Tidak mengandung bakteri mati atau hidup dalam persiapannya
o Antibodi untuk PA mencegah mengikat dengan sel target & memberikan
perlindungan dari antraks.

Kepustakaan

1. Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Chemical / biological survival
card for civilians.
2. Centers for Disease Control and Prevention. 2006. Bioterrorist Agents. www.bt. CDC.
Golv.
3. Chamber HF. 2003. Infectious Disease : Bacterial & Chlamidial. Current medical
Diagnosis & Treatment. 1357-1359.
4. Chu M.C; Sharp S.E and Saubolle M.A. Basic Protocols for Levela Laboratories
Yerseria peptis. CDC YPE asm. CPO 42202.
5. Cunha B.A. 2002. Therapy Antraks. In Antibiotic essentials. Physicians Press. USA.
239.
6. Cunha B.A. 2006. Bioterrorisme Agents. In Antibiotic essentials. Physicians Press.
USA. 239.
7. Todar K. 2005. Bacillus anthracis and antraks. [terhubung berkala].
8. http://www.textbookofbacteriology.net/Antraks.html [31 Mei 2008].
9. Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, Hanna PC. 1999. Antraks. N Engl J Med.
341(11):815-26
10. Santamaria J, Toranzos GA. 2003. Enteric pathogens and soil. Int Microbiol 6:5-9.

Anda mungkin juga menyukai