Fluor Albus
Disusun oleh:
Ni Putu Dewi Sri W.
Aris Sudarwoko
09700265
09700
Pembimbing:
Dr. Moh. Ifnudin, Sp.KK
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari
SMF Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Dalam penyusunan referat yang berjudul Fluor albus ini kami
memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak. Adalah
tidak mungkin wujud tulisan ini tanpa peran dan bantuan mereka. Untuk itu
melalui kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua yang telah memberikan masukan, bantuan dan informasi
dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.
Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata, kami ingin
sekali agar referat ini berguna baik dalam bidang pendidikan maupun untuk
menambah pengetahuan masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari
vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan
ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit
melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita
(Ramayanti, 2004).
Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari
sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80%
diantaranya adalah yang patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis
diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih
proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia,
Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis (Koneman,
1992).
Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 1999).
Fluor albus juga dapat disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing,
menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir,
saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress,
penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin (Aulia, 2001).
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang
wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak
mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini
lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang rendah.
Fluor albus juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh
penderita DM dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama.
Masalah fluor albus ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman,
ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan kanker,
publikasi atau crita tetangga atau teman dari kantor tetantang akibat adanya fluor
albus ini menyebabkan sebagian kecil wanita meminta pertolongan pada seorang
dokter tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan
tradisional seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu.
Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga
disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter
meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab serta
memberikan terapi atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada
wanita dengan diagnosa vulvitis, vagitis, servisitis, endometritis, dan adneksitis.
Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan
berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan
serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan
dan abortus (Candran, 2002).
1.2
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
1.4
Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital
yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar
pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan
bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina
yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10
cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel
rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi
Corinebacterium,
Bacteroides,
Peptostreptococcus,
Gardnerella,
ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran
alat-alat genital.
2.2
Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi
perempuan yang mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir
seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu
gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan
indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi
kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis,
Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan
oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali
asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.
2.3
Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Janin saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor albus
disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang
tuanya.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
6
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri :
1. Gonococcus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih
dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang
mengandung Neisseria gonorrhea berbentuk pasangan dua-dua
seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran tersebut dapat
terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini
diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram.
Bakteri ini mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan
sinar matahari. Cara penularan penyakit ini adalah dengan
senggama.
2. Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal
dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada
cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai
dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan
inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina. Pada
pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel
akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah
dilacak.
3. Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak
spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme
normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk
bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella menghasilkan
asam
amino
yang
diubah
menjadi
senyawa
amin
yang
Pada pria sering tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan
menularkan pada istri atau pasangannya.
d. Virus
1. Virus Herpes
Virus herpes yang paling sering adalah virus herpes
simpleks tipe 2 yang juga merupakan penyakit yang ditularakan
melalui senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti
melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan
meimbulkan lka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.
2. Human Papilloma Virus
Human
Papilloma
Virus
meruapakn
penyebab
dari
pertumbuhan
sel
normal
yang
berlebihan
sehingga
2.4
a.
b.
Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi
normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina
yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
10
11
Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikan beberapa gejala fluor albus:
-
uretra eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat
bengkak, merah dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut
meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui
spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
12
13
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual.
14
15
Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis
Anamnesis
Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita
atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar
estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita
dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit
hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang
usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan
terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan
sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya
infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi
pada serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea,
Kondiloma Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu
16
vagina.
17
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
-
Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora) atau hifa semu.
c.
Perwarnaan Gram
-
18
d.
Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran.
e.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis
dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
f.
2.7
5.
Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat
19
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2.
3.
4.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
5.
20
vagina.
6.
7.
6. Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan
untuk menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Bakteri
1. Gonorhoea
-
Amoksisiklin 3 gr im
Kanamisin 2 gram im
Spektinomisin 2 mg im atau
2. Gardnerella vaginalis
-
Metronidazole 2 x 500 mg
21
3. Klamidia trakomatis
-
4. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau
doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.
b. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Topikal
-
22
c. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg
peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam
terapi harus diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya,
pemakaian kondom dan pengobatan pasangannya.
Selain itu juga dapat digunakan sediaan Klotrimazole 1x100mg
intravaginal selam 7 hari.
d. Virus
1.
23
2.8
Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan
BAB III
KESIMPULAN
1. Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari
vagina selain darah haid.
2. Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat
genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah.
3. Fluor albus: fisiologik (normal) dan patologik (tidak normal).
4. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian
bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh
infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human
papiloma virus, dan herpes genitalis.
5. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat
ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan
24
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North
Am,1995;79;1271-98
Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis
pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis
Colonitation of the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.
Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001.
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.
25
26
27