PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan
dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik
(normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak
merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu
penyakit organ reproduksi wanita.1
Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari
sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari
80% diantaranya adalah yang patologis. 2 Fluor albus yang patologis
diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah
yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus,
Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan
herpes genitalis.3
Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual. 2 Fluor albus
juga
dapat
disebabkan
oleh
neoplasma/keganasan,
benda
asing,
menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru
lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan,
mood/stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang
rutin.4
Secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita
dari berbagai usia, baik usia muda, usia reproduksi sehat, maupun usia
tua. Walaupun berdasarkan penelitian fluor albus lebih banyak menimpa
wanita dengan pendidikan dan sosial-ekonomi yang rendah, tidak
menutupi kemungkinan bagi wanita lainnya untuk tertular atau menderita
1
fluor albus patologis. Oleh karena itu, fluor albus merupakan kasus yang
cukup meresahkan bagi wanita.
Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi
sehingga disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan
seorang dokter meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien,
analisis penyebab serta memberikan terapi atau tindakan yang sesuai.
Fluor albus dapat dijumpai pada wanita dengan diagnosa vulvitis, vagitis,
servisitis, endometritis, dan adneksitis. Mikroorganisme patologis dapat
memasuki traktus genitalia wanita dengan berbagai cara, misalnya
seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan serviks, benda
asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan dan
abortus.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) bukan merupakan suatu penyakit
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi
dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya
berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut,
dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi
normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika
mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan
memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides,
Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan
dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus
Doderlin. 6,7
Fluor albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
ginekologik. Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor
albus fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada fluor albus patologik terdapat banyak
leukosit.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
fluor albus patologik, pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Fluor albus juga
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya
memasuki lumen saluran alat-alat genital. 7
2.2
Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial,
dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan
penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu
vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.7
2.3
Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.7
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
4
b) Anak saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor albus disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.6
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
I.
Infeksi
a. Bakteri :
1. Gonococcus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal
dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan
nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea
berbentuk pasangan dua-dua seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran
tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini
diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Bakteri ini
mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara
penularan penyakit ini adalah dengan senggama.
2. Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan
penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina dan
seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta
penderita HIV AIDS.
II.
Iritasi :
a.
b.
c.
d.
e.
Pembersih vagina.
f.
g.
IV.
Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan
prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.
V.
VI.
VII.
Radiasi
Fistula
Penyebab lain :
a.
b.
2.4
Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. 7
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,
lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. 7
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan
atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan
perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan
jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini
bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat
immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. 8
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi
perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan
Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit
misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin
juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus pada vaginosis bacterial. 7
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, pada perempuan dengan keadaan umum
yang jelek, higiene yang buruk, pada wanita dengan penggunaan pembersih (disinfektan)
vagina.
2.5
Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
10
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:6
-
eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat bengkak, merah
dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu
berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi
dan sekret mukopurulen.
11
12
13
14
2.6
Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
-
Anamnesis
Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi
dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi
15
lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
keganasan terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar
serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD
juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma
Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak
seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.
d. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama teman-temannya kemungknan
tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar.
Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk.
e. Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
f. Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada
keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
g. Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
rangsangan fisik
16
penyebabnya.
-
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a.
Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
-
Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup
spesifik.
b.
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10% dan garam
fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2
tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH
10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
-
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.
Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora) atau hifa semu.
Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan
dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan
banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel
ini disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c.
Perwarnaan Gram
-
d.
Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
e.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human
Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
f.
18
2.7
Penatalaksanaan
2.7.1
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya
penularan PHS termasuk AIDS.
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang
dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan
pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat
antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena
selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis
tersebut. Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum
19
pemakaian
barang-barang
yang
20
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
2.7.2
Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Bakteri
1. Gonorhoea
-
Amoksisiklin 3 gr im
Kanamisin 2 gram im
Spektinomisin 2 mg im atau
2. Gardnerella vaginalis
-
Metronidazole 2 x 500 mg
3. Klamidia trakomatis
-
4. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau
doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.
b. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Topikal
-
Flukonazol 1 x 150 mg
22
c. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg peroral
selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus
diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian kondom dan
pengobatan pasangannya. Selain itu juga dapat digunakan sediaan Klotrimazole
1x100mg intravaginal selam 7 hari.
d. Virus
1.
23
kauterisasi.
e. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi.
Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan
estrogen.
LEKORE
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN SPEKULUM DAN PEMERIKSAAN DALAM
SUSPEK:
TRIKOMONIASIS
VAGINOSIS BAKTERI
SUSPEK:
KANDIDIASIS
SUSPEK:
GONORE
KLAMIDIASIS
24
2.8
Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif. 7
25
BAB III
KESIMPULAN
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) bukan merupakan suatu penyakit
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah. Fluor albus merupakan gejala klinis yang paling sering dikeluhkan
oleh wanita.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
fluor albus patologik, pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Fluor albus juga
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya
memasuki lumen saluran alat-alat genital.
Terapi kausal merupakan terapi utama fluor albus. Pencegahan agar tidak terjadi fluor
albus adalah dengan menjaga higien genital, pemakaian pelindung, penggunaan obat
profilaksis, serta pemeriksaan dini.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramayanti.
Pola
Mikroorganisme
Fluor
albus
Patologis
yang
Wiki.
Kandidiasis
Santi
vaginalis
Martini.
pada
2006.
akseptor
Faktor
KB.
Resiko
Fakultas
Kejadian
Kesehatan
27