Kelompok E6
102011014
2. Rebecca Yolanda
102011017
102011179
4. Ryan Gustomo
102011209
5. Alice Pratiwi
102011272
6. Hendra Sucipta
102011403
102011428
BAB II
LAPORAN KASUS
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah
sakit tipe B.Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya
sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya
adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal
dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi
menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari
tiga perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan rumah sakit anda.
Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah
benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang
sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter
tersebut . Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum
terhadap dokter tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologis
Beberapa hari yang lalu terdapat pelaporan dari warga sekitar mengenai kasus aborsi
yang dilakukan oleh seorang dokter ahli kandungan. Setelah diselidiki lebih lanjut, terdapat
tiga orang wanita yang berkunjung pada hari yang sama namun dengan jam yang berbeda
untuk menemui sang dokter. Dari hasil penyelidikan pula diketahui bahwa ada salah satu
dari kedua wanita tersebut yang sedang dalam keadaan mengandung.
Akhirnya, setelah diinterospeksi lebih lanjut, wanita tersebut mengaku bahwa pada
waktu ia sedang dalam keadaan hamil muda dan sangat putus asa dengan kehamilan
tersebut. Dari pengakuannya pulalah, wanita tersebut menyampaikan bahwa kehamilan ini
merupakan hasil dari suatu hubungan terlarang. Sang wanita mengaku pada hari dimana ia
pergi ke rumah sakit, ia ditemani oleh seorang pria yang diakuinya sebagai ayah dari anak
tersebut. Mengetahui bahwa hubungan gelapnya membuahkan hasil, pria tersebut
memaksa pacarnya untuk menggugurkan kandungannya.
Bukan hanya memaksa pacarnya saja untuk segera mengugurkan kandungannya,
tetapi ia pun juga memaksa sang dokter untuk melakukannya dengan ancaman kekerasan.
Mengetahui akan hidupnya yang terancam, dokter tersebut melakukan tindakan
penguguran kandungan.
B. Prosedur Medikolegal
Peraturan Medikolegal diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana). Dimana didalamnnya memuat tatalaksana bagaimana suatu perkara pidana itu
harus ditangani. Penanganan Kasus Pidana itu sendiri antara lain:
I.
II.
Penyelidikan
Yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknnya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang. Penyelidik yang dimaksud
adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang tertera didalam Pasal 4
KUHAP. Didalam Pasal 5 KUHAP disebutkan wewenang dan tindakan yang
dilakukan oleh penyelidik:
1. Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan
dan
penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik
4
Penyidikan
Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
Penyidikan dilakukan oleh penyidik yaitu pejabat polisi Negara RI dan pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
sebagaimana diatur di dalam pasal 6 KUHAP. Penyidik dapat meminta bantuan
seorang ahli dan didalam hal kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat
meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran forensik.
Kewajiban seorang dokter antara lain:
1. Melakuakan pemeriksaan kedokteran forensik atas korban apabila diminta secara
resmi oleh penyidik.
2. Menolak melakukan kedokteran pemeriksaan kedokteran forensik tersebut diatas
dapat dikenai pidana penjara, selama lamanya 9 bulan.
Kewajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang dokter forensik itu diatur
dalam asal 133 KUHAP dimana seperti yang disebutkan diatas penyidik berwenang
muntuk mengajukan permintaan keterangan ahli pada dokter forensik atau kedokteran
kehakiman. Untuk hak dokter menolak menjadi saksi/ahli diatur dalam Pasal
120,168,170 KUHAP. Sedangkan sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter diatur di
dalam Pasal 216, 222, 224, 522 KUHP. Untuk melakukan prosedur bedah mayat
klinis, anatomis, dan transplantasi oleh seorang dokter forensik diatur menurut
peraturan pemerintah No.18 Tahun 1981. Bagi seorang dokter forensik yang membuat
sebuah keterangan palsu didalam hasil akhir pemeriksaan dikenakan Pasal 267 KUHP
dan pasal 7 KODEKI.
IV.
Pemberkasan Perkara
Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya termasuk hasil
pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter. Hasil berkas perkara
ini diteruskan ke penuntut umum.
V.
Penuntutan
Persidangan
Didalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim, dimana di dalam
persidangan itu dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi, dan juga para
ahli. Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli
atau selaku dokter pemeriksan. Dokter pun berhak menolak menjadi saksi/ahli yang
sebagaimana diatur di dala pasal 120, 168, 179 KUHAP.
VII.
Vonis
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut:
Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana
C. Aspek Hukum
Pasal 299 KUHP berbunyi sebagai berikut :
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu
kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan
atau juruobat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya,
maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.
Dalam pasal 299 KUHP ini yang perlu dibuktikan adalah tentang memberitahukan dan
menimbulkan harapan terhadap wanita hamil tersebut. Juga perlu dibuktikan bahwa wanita
itu betul-betul mengandung, karena jika dalam hal itu salah dikira bahwa wanita itu hamil,
maka orang yang mengerjakannya itu tidak dapat dihukum, oleh karena tidak ada
kandungan atau objek yang diganggu.
pekerjaannya
dalam
mana
kejahatan
itu
dilakukan.
melanggar hukum dan terhadap pelaku aborsi, bagi dokter dapat diberlakukan ketentuan
pidana dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab X Pasal 80 ayat (1)
yang berbunyi :
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan (2),
dipidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00.
Pro dan kontra terhadap aborsi akan selalu ada, selama masyarakat masih perduli pada
kehidupan. Tetapi, dengan perkembangan dalam masyarakat saat ini, hak wanita untuk
aborsi juga terus diharapkan. Inti persoalan aborsi adalah adanya konflik antara dua
kewajiban antara kewajiban menghormati hidup baru dalam kandungan, dan kewajiban
membantu si ibu hamil beserta keluarganya.
Legalitas aborsi di negara-negara modern, di satu pihak memungkinkan profesi medis
membantu perempuan yang membutuhkan, dilain pihak berusaha melindungi kehidupan
yang belum dilahirkan dengan membatasi kemungkinan aborsi melalui syarat-syarat yang
ketat. Legalisasi aborsi dilakukan setelah mempertimbangkan semua nilai dan perundangan
yang berbeda, melalui proses pengambilan keputusan yang demokratis.
Jika penafsiran indikasi medis dari Undang-undang No. 23 Tahun 1992 diperluas secara
fisik juga psikis, maka korban perkosaan yang kemudian hamil dapat melakukan
pengguguran kandungan. Hanya saja, aborsi sebaiknya dilakukan pada usia dini kehamilan
yaitu sebelum janin berusia 120 hari, sesudah pembuahan terjadi. Karena, menurut ahli
medis hal itu merupakan usia kehamilan yang aman untuk di aborsi dan janin belum
memiliki jiwa.
Secara logis perlindungan hukum terhadap tindakan aborsi pada korban perkosaan haruslah
bisa diterapkan dengan menunjuk pada hukum positif, penerapan
Pasal 48 KUHP
pada tindakan aborsi pada korban perkosaan didefenisikan adanya suatu dorongan kondisi
dari pelaku tindak pidana (terdesak, terjepit diantara dua kepentingan yang sama buruknya)
sehingga aborsi dipilih sebagai satu-satunya jalan pembenaran atas tindakannya yang harus
dilindungi hukum.
UU Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa Ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan;
atau
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psokologis bagi korban perkosaan
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri
10
D. Pemeriksaan Medis
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang
resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan
pengguguran criminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik.2
I. Barang Bukti
Bottle Suction berisi darah suspect dari 3 wanita berbeda.
Dapat menemukan beberapa informasi, seperti :
-
Teknik suction biasa digunakan oleh dokter untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan
yang berumur 2-5 bulan.
II. Tersangka
Pada tersangka yang masih hidup perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
11
Tanda-tanda kehamilan
Perubahan pada payudara
Pigmentasi
Hormonal
Tanda-tanda kekerasan
Kekerasan mekanik local dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari
luar dapat dilakukan sendiri oleh ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik
berlebihan, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan yang langsung pada perut
atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. Perlu dibuktikan adanya usaha
penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna atau eksterna, daerah
perut bagian bawah. Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi.
Lakukan pula tes emboli udara pada vena cava inferior dan jantung. Periksa alat genitalia
interna apakah pucat, mengalami kongesti atau adanya memar. Kekerasan dapat pula berasal
dari dalam dengan melakukan:
Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun
atau air panas pada portio, aplikasi asam arsenic, kalium permanganate pekat
Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : pendarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
digoyang.
Pada pemeriksaan bimanual uterus membesar atau tidak sesuai dengan riwayat
haid dan tidak mendatar.
12
Riwayat
Ginekologi,
riwayat
penyakit/kelainan
ginekologi
serta
E. Pemeriksaan Laboratorium
Telah ditemukan darah pada botol, disini perlu ditentukan apakah darah tersebut
merupakan darah atau bukan darah.
Di dapatkan :
1. Tes penyaring (Benzidin tes)
Sepotong kertas saring digosokkan pada darah yang terdapat pada botol
kemudian di teteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin.
Hasil : timbul warna biru gelap pada kertas saring (+)
Interpretasi : mungkin merupakan darah
2. Tes penentu (reaksi teichman)
13
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1 butir
Kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan
dipanaskan.
Hasil :
Tampak Kristal hemin-HCl berbentuk batang berwarna coklat pada mikroskop (+)
Intepretasi : merupakan darah
3. Tes penentuan spesies (reaksi cincin)
Serum anti globulin manusia dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
kemudian dituangkan ekstrak darah perlahan melalui tepi tabung. Di diamkan selama
1 jam 30 menit.
Hasil : tampak cincing presipitasi keruh pada perbatasan kedua cairan (+)
Interpretasi : merupakan darah manusia
4. Golongan darah
Darah dalam botol :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari dalam botol)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum anti A
Interpretasi : golongan darah A
5. PA jaringan (mikroskopik )
Hasil : Pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dalam botol:
Interpretasi : jaringan dalam botol kemungkinan berasal dari jaringan sisa kuretase
yang mengindikasikan adanya kehamilan yang di terminasi karena ditemukan
14
trofoblas yang merupakan tanda kehamilan dan sel PMN yang merupakan tanda
intravitalitas.
Pemeriksaan Laboratorium pada wanita tersangka
1. Tes golongan darah
a) Pada wanita A :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari wanita
A)
Hasil :
terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum anti A
Interpretasi : golongan darah A
b) Pada wanita B :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari
wanita B)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum
anti B
Interpretasi : golongan darah B
c) Pada wanita C :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari
wanita C)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum
anti B
Interpretasi : golongan darah B
2. Pemeriksaan Lokia
Hasil : lokia berwarna merah terang berisi eritrosit.
15
Interpretasi : Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina selama seminggu atau lebih
pasca melahirkan.
perubahan yang terjadi di dalam endometrium. Selama 2-4 hari pertama setelah
kelahiran bayi, lokia mengandung sel darah, fragmen amnion dan korion (lokia rubra),
dan biasanya berwarna merah (awalnya merah terang, berubah menjadi merah gelap
kemudian cokelat akibat penurunan proporsi sel darah di dalam lokia). Dari hari ke-3
sampai ke-4, warna lokia berubah menjadi merah muda (lokia serosa) dan juga berisi
leukosit dan organisms. Kemudian lokia berubah menjadi rabas putih kekuningan
yang keluar antara hari ke-10 dan ke-14 pascanatal (lokia alba) (Blackburn & Loper,
1992). Perubahan ini dapat dilihat dengan memeriksa pembalut yang dikenakan oleh
ibu.
3. Tes B-HCG (urin)
a) Pada wanita A :
Hasil : timbul 2 garis pada alat
Interpretasi : sedang hamil/pasca abortus
b) Pada wanita B :
Hasil : timbul 1 garis pada alat
Interpretasi : tidak sedang hamil
c) Pada wanita C :
Hasil : timbul 1 garis pada alat
Interpretasi : tidak sedang hamil
4. Uji toksikologi (urin)
Pada wanita A :
Hasil : terdeteksi adanya aminopterin dalam urin
Interpretasi : menkonsumsi obat abortivum
5. Tes DNA
16
Bahan diambil dari jaringan yang tedapat dalam botol, di cocokan dengan sample
darah pada wanita A, yang sebelumnya pada tes darah telah diketahui memiliki
kecocokan golongan darah dengan darah pada botol
Hasil : ditemukan kecocokan DNA pada jaringan dengan sample darah wanita A
Interpretasi : jaringan dan darah dalam botol berasal dari wanita A
F. Visum et Repertum
17
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
3456-SK.III/2345/2-10
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Lala Marisa , dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Jakarta
Barat No. Pol.: B/111/VR/X/11/Serse tertanggal delapan Januari tahun dua ribu lima belas,
maka pada tanggal delapan Januari tahun dua ribu lima belas, pukul sepuluh lebih dua puluh
lima menit waktu Indonesia Barat telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan
nomor rekam medis nol satu nol lima tiga sembilan empat satu yang berdasarkan surat
tersebut------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama
: Nona Syahrini-------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin
: Perempuan-----------------------------------------------------------------------
Umur
Kewarganegaraan
: Indonesia-------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan
: Mahasiswa-----------------------------------------------------------------------
Alamat
: ------------------------------------------------------------------------------------
18
a. Perempuan tersebut adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dengan
kesadaran baik, gelisah, rambut rapi, penampilan bersih, sikap selama pemeriksaan
membantu-----------------------------------------------------------------------------------------------b. Pakaian rapi, tanpa robekan--------------------------------------------------------------------------c. Tanda kelamin sekunder sudah berkembang-------------------------------------------------------d. Keadaan umum jasmaniah baik, tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh
milimeter air raksa, denyut nadi sembilan puluh dua kali per menit, pernapasan dua puluh
kali per menit-------------------------------------------------------------------------------------------e. Luka-luka : tidak ditemukan adanya luka-luka pada korban------------------------------------f. Rambut : nampak bersih, tidak ada ketombe, hitam, lurus
g. Muka----------------------------------------------------------------------------------------------------
Conjungtiva
tidak
anemi---------------------------------------------------
Sklera
: tidak ikterus---------------------------------------------------
h. Mulut---------------------------------------------------------------------------------------------------- Stomatitis : tidak ada-------------------------------------------------------------------------------- Gigi : tidak ada caries-------------------------------------------------------------------------------i. Leher---------------------------------------------------------------------------------------------------- Pembesaran vena jugularis : tidak ada------------------------------------------------------------j. Payudara------------------------------------------------------------------------------------------------ Bentuk : simetris------------------------------------------------------------------------------------- Areola : Hyperpegmentasi-------------------------------------------------------------------------- Puting susu : menonjol------------------------------------------------------------------------------k. Perut------------------------------------------------------------------------------------------------------
Strie : Albican--------------------------------------------------------------------------------
Linea : Alba----------------------------------------------------------------------------------
19
Mulut alat kelamin: Pada kedua bibir kecil kemaluan tampak kemerahan------------
Selaput dara: tampak robekan pada selaput dara di beberapa tempat tanpa disertai
peradangan, hal ini dapat diakibatkan oleh trauma----------------------------------------
Mulut leher rahim :tampak perdarahan yang keluar dari mulut rahim-----------------
Rahim: dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis dan kavum uteri----
Dari pemeriksaan didapatkan tampak robekan pada selaput dara di beberapa tempat
tanpa disertai peradangan diakibatkan oleh trauma yang merupakan akibat dari proses
penghentian kehamilan (pengguguran kandungan)--------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan mengingat
sumpah jabatan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana------------------------
20
BAB IV
KESIMPULAN
Pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak
dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati.
Yang dianggap penting adalah sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan
tersebut masih hidup.
Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi kedalam abortus spontan dan abortus
provokantus, sedangkan untuk abortus provokantus terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu
abortus provokantus terapeutikus dan abortus provokantus kriminalis. Abortus provokantus
kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan
menurut hukum. Aspek hukum pada kasus tersebut ialah KUHP terutama pasal 346, pasal
347, pasal 348, pasal 349.
Pada korban hidup yang ingin diketahui apakah pernah melakukan tindakan aborsi maka perlu
dilakukan pemeriksaan medis seperti pemeriksaan fisik dan ginekologis. Perlu diperhatikan
tanda kehamilan misalnya perubahan payudara, pigmentasi,hormonal. Selain pemeriksaan
fisik diperlukan pula pemeriksaan toksikologik untuk mengetahui adanya obat atau zat yang
dapat menyebabkan abortus.
Hal-hal mengenai sebab dan mekanisme kematian telah tercantum dalam Visum et Repertum
berdasarkan temuan pemeriksaan luar serta bedah jenazah yang telah dilakukan sebaikbaiknya oleh dokter pemeriksa berdasarkan ilmu kedokteran.
21
DAFTAR PUSTAKA
1) Tim Penyusun. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Penerbit
FKUI; 1994.p. 40-1.
2) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p.175-6.
3) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 52.
4) Idries, AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum.1 st ed. Sagung
Seto. Jakarta : 2009.
22