Anda di halaman 1dari 22

Makalah Kelompok Blok 30

PENGGUGURAN KANDUNGAN SECARA ILEGAL

Kelompok E6

1. Yoda Desika Kolim

102011014

2. Rebecca Yolanda

102011017

3. Baby Ventisa Kenenbudi

102011179

4. Ryan Gustomo

102011209

5. Alice Pratiwi

102011272

6. Hendra Sucipta

102011403

7. Farah Waheeda Binti Patul Muin

102011428

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna 6 Jakarta Barat, 11510 Jakarta.

Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731.


BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum adalah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.
Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau
mati. Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan,
kandungan tersebut masih hidup.
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan
pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya
faktor usia kehamilan.
Kita mengetahui bahwa abortus menurut pengertian kedokteran terbagi ke dalam
Abortus spontan dan Abortus provokatus. Abortus provokatus terbagi lagi ke dalam Abortus
provokatus terapeutkus dan Abortus provokatus kriminalis.
Abortus provokatus kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian
kandungan menurut hukum. Pengguguran kandungan menurut hukum diatus dalam KUHP
pasal 346, KUHP pasal 347, KUHP pasal 348, KUHP pasal 349, KUHP pasal 283, KUHP
pasal 299.

BAB II
LAPORAN KASUS
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah
sakit tipe B.Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya
sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya
adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal
dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi

menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari
tiga perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan rumah sakit anda.
Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah
benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang
sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter
tersebut . Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum
terhadap dokter tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologis
Beberapa hari yang lalu terdapat pelaporan dari warga sekitar mengenai kasus aborsi
yang dilakukan oleh seorang dokter ahli kandungan. Setelah diselidiki lebih lanjut, terdapat
tiga orang wanita yang berkunjung pada hari yang sama namun dengan jam yang berbeda
untuk menemui sang dokter. Dari hasil penyelidikan pula diketahui bahwa ada salah satu
dari kedua wanita tersebut yang sedang dalam keadaan mengandung.
Akhirnya, setelah diinterospeksi lebih lanjut, wanita tersebut mengaku bahwa pada
waktu ia sedang dalam keadaan hamil muda dan sangat putus asa dengan kehamilan
tersebut. Dari pengakuannya pulalah, wanita tersebut menyampaikan bahwa kehamilan ini
merupakan hasil dari suatu hubungan terlarang. Sang wanita mengaku pada hari dimana ia
pergi ke rumah sakit, ia ditemani oleh seorang pria yang diakuinya sebagai ayah dari anak
tersebut. Mengetahui bahwa hubungan gelapnya membuahkan hasil, pria tersebut
memaksa pacarnya untuk menggugurkan kandungannya.
Bukan hanya memaksa pacarnya saja untuk segera mengugurkan kandungannya,
tetapi ia pun juga memaksa sang dokter untuk melakukannya dengan ancaman kekerasan.
Mengetahui akan hidupnya yang terancam, dokter tersebut melakukan tindakan
penguguran kandungan.

Beberapa hari setelahnya, seorang anggota polisi berpangkat pembantu letnan II


datang menggeledah tempat praktik dokter tersebut dan akhirnya membawa sebuah botol
berukuran dua liter ke sebuah rumah sakit terdekat untuk diperiksa lebih lanjut.

B. Prosedur Medikolegal
Peraturan Medikolegal diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana). Dimana didalamnnya memuat tatalaksana bagaimana suatu perkara pidana itu
harus ditangani. Penanganan Kasus Pidana itu sendiri antara lain:
I.

Penemuan dan Pelaporan


Penemuan dan pelaporan dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat, mengethui
atau mengalami suatu kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Pelaporan
dilakukan ke pihak yang berwajib dan dalam hal ini yaitu Kepolisian RI, dll.
Pelaporan juga bisa dilakukan melalui instansi pemerintah terdekat seperti RT (Rukun
Tetangga) atau RW(Rukun Warga). Hak dan kewajiban pelaporan ini diatur didalam
pasal 108 KUHAP.

II.

Penyelidikan
Yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknnya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang. Penyelidik yang dimaksud
adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang tertera didalam Pasal 4
KUHAP. Didalam Pasal 5 KUHAP disebutkan wewenang dan tindakan yang
dilakukan oleh penyelidik:
1. Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan

dan

penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik
4

2. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan


sebgaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan b kepada penyidik.
III.

Penyidikan
Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
Penyidikan dilakukan oleh penyidik yaitu pejabat polisi Negara RI dan pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
sebagaimana diatur di dalam pasal 6 KUHAP. Penyidik dapat meminta bantuan
seorang ahli dan didalam hal kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat
meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran forensik.
Kewajiban seorang dokter antara lain:
1. Melakuakan pemeriksaan kedokteran forensik atas korban apabila diminta secara
resmi oleh penyidik.
2. Menolak melakukan kedokteran pemeriksaan kedokteran forensik tersebut diatas
dapat dikenai pidana penjara, selama lamanya 9 bulan.
Kewajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang dokter forensik itu diatur
dalam asal 133 KUHAP dimana seperti yang disebutkan diatas penyidik berwenang
muntuk mengajukan permintaan keterangan ahli pada dokter forensik atau kedokteran
kehakiman. Untuk hak dokter menolak menjadi saksi/ahli diatur dalam Pasal
120,168,170 KUHAP. Sedangkan sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter diatur di
dalam Pasal 216, 222, 224, 522 KUHP. Untuk melakukan prosedur bedah mayat
klinis, anatomis, dan transplantasi oleh seorang dokter forensik diatur menurut
peraturan pemerintah No.18 Tahun 1981. Bagi seorang dokter forensik yang membuat
sebuah keterangan palsu didalam hasil akhir pemeriksaan dikenakan Pasal 267 KUHP
dan pasal 7 KODEKI.

IV.

Pemberkasan Perkara
Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya termasuk hasil
pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter. Hasil berkas perkara
ini diteruskan ke penuntut umum.

V.

Penuntutan

Yaitu tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan


negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.
VI.

Persidangan
Didalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim, dimana di dalam
persidangan itu dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi, dan juga para
ahli. Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli
atau selaku dokter pemeriksan. Dokter pun berhak menolak menjadi saksi/ahli yang
sebagaimana diatur di dala pasal 120, 168, 179 KUHAP.

VII.

Vonis
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut:
Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana

dan bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut


Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang
sah yang diatur dalam pasal 184 KUHAP (keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk, keterangan terdakwa)

Hubungan dengan kasus:


Pada kasus ini yang termasuk dalam prosedur medikolegal yaitu, penemuan, pelaporan,
penyelidikan, dan penyidikan. Pada kasus diketahui bahwa seorang anggota polisi
membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari sebuah alat
suction curret milik seorang dokter, ke laboratorium rumah sakit. Dokter disangka telah
melakukan pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam botol tersebut terdapat
campuran darah dan jaringan hasil suction. Penyidik juga membutuhkan pemeriksaan
laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi penguguran kandungan
dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang diperiksa di kebidanan adalah
perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut.

C. Aspek Hukum
Pasal 299 KUHP berbunyi sebagai berikut :

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu
kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan
atau juruobat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya,
maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.
Dalam pasal 299 KUHP ini yang perlu dibuktikan adalah tentang memberitahukan dan
menimbulkan harapan terhadap wanita hamil tersebut. Juga perlu dibuktikan bahwa wanita
itu betul-betul mengandung, karena jika dalam hal itu salah dikira bahwa wanita itu hamil,
maka orang yang mengerjakannya itu tidak dapat dihukum, oleh karena tidak ada
kandungan atau objek yang diganggu.

Pasal 346 KUHP berbunyi sebagai berikut :


"Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun."
Pasal 347 KUHP berbunyi sebagai berikut :
(1). Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
(2). Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Dalam hal ini berarti wanita hamil itu berada dibawah pengaruh daya paksa.
7

Pasal 348 KUHP berbunyi sebagai berikut :


(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya seorang
wanita dengan izin wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Dalam pasal 348 ini, aborsi dilakukan dengan persetujuan dari wanita hamil itu sendiri.
Pasal 349 KUHP berbunyi sebagai berikut :
Jika seorang dokter, bidan atau ahli obat-obatan membantu melakukan kejahatan yang
tersebut dalam pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal-pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut haknya untuk
menjalankan

pekerjaannya

dalam

mana

kejahatan

itu

dilakukan.

Unsur-unsur dalam pasal ini ditujukan terhadap dokter/bidan/tabib/ahli obat-obatan yang


bersalah atau membantu kejahatan dalam pasal 346,347,dan 348 KUHP. Sebaliknya,
apabila dokter dan sebagainya itu menggugurkan kandungan sesuai dengan indikasi medis,
untuk menolong jiwa perempuan atau menjaga kesehatannya, tidak dihukum.
Pasal 535 KUHP berbunyi sebagai berikut :
Barang siapa secara terang- terangan mempertunjukan suatu sarana untuk menggugurkan
kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan sarana atau
pertolongan untuk menggugurkan kandungan, ataupun secara terang-terangan atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menyatakan bahwa sarana atau pertolongan yang
demikian itu bisa didapat, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pelaksanaan aborsi diluar syarat-syarat yang telah ditetapkan termasuk perbuatan
8

melanggar hukum dan terhadap pelaku aborsi, bagi dokter dapat diberlakukan ketentuan
pidana dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab X Pasal 80 ayat (1)
yang berbunyi :
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan (2),
dipidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00.
Pro dan kontra terhadap aborsi akan selalu ada, selama masyarakat masih perduli pada
kehidupan. Tetapi, dengan perkembangan dalam masyarakat saat ini, hak wanita untuk
aborsi juga terus diharapkan. Inti persoalan aborsi adalah adanya konflik antara dua
kewajiban antara kewajiban menghormati hidup baru dalam kandungan, dan kewajiban
membantu si ibu hamil beserta keluarganya.
Legalitas aborsi di negara-negara modern, di satu pihak memungkinkan profesi medis
membantu perempuan yang membutuhkan, dilain pihak berusaha melindungi kehidupan
yang belum dilahirkan dengan membatasi kemungkinan aborsi melalui syarat-syarat yang
ketat. Legalisasi aborsi dilakukan setelah mempertimbangkan semua nilai dan perundangan
yang berbeda, melalui proses pengambilan keputusan yang demokratis.
Jika penafsiran indikasi medis dari Undang-undang No. 23 Tahun 1992 diperluas secara
fisik juga psikis, maka korban perkosaan yang kemudian hamil dapat melakukan
pengguguran kandungan. Hanya saja, aborsi sebaiknya dilakukan pada usia dini kehamilan
yaitu sebelum janin berusia 120 hari, sesudah pembuahan terjadi. Karena, menurut ahli
medis hal itu merupakan usia kehamilan yang aman untuk di aborsi dan janin belum
memiliki jiwa.
Secara logis perlindungan hukum terhadap tindakan aborsi pada korban perkosaan haruslah
bisa diterapkan dengan menunjuk pada hukum positif, penerapan
Pasal 48 KUHP
pada tindakan aborsi pada korban perkosaan didefenisikan adanya suatu dorongan kondisi
dari pelaku tindak pidana (terdesak, terjepit diantara dua kepentingan yang sama buruknya)

sehingga aborsi dipilih sebagai satu-satunya jalan pembenaran atas tindakannya yang harus
dilindungi hukum.
UU Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa Ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan;
atau
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psokologis bagi korban perkosaan
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri
10

c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan


d) Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
perundang-undangan.

D. Pemeriksaan Medis
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang
resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan
pengguguran criminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik.2
I. Barang Bukti
Bottle Suction berisi darah suspect dari 3 wanita berbeda.
Dapat menemukan beberapa informasi, seperti :
-

darah manusia atau bukan


golongan darah
DNA mitokondria dalam darah tersebut.

Teknik suction biasa digunakan oleh dokter untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan
yang berumur 2-5 bulan.

II. Tersangka
Pada tersangka yang masih hidup perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
11

Tanda-tanda kehamilan
Perubahan pada payudara
Pigmentasi
Hormonal
Tanda-tanda kekerasan
Kekerasan mekanik local dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari
luar dapat dilakukan sendiri oleh ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik
berlebihan, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan yang langsung pada perut
atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. Perlu dibuktikan adanya usaha
penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna atau eksterna, daerah
perut bagian bawah. Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi.
Lakukan pula tes emboli udara pada vena cava inferior dan jantung. Periksa alat genitalia
interna apakah pucat, mengalami kongesti atau adanya memar. Kekerasan dapat pula berasal
dari dalam dengan melakukan:

Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun
atau air panas pada portio, aplikasi asam arsenic, kalium permanganate pekat

atau jodium tinktur.


Pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks
Manipulasi serviks dengan jari tangan
Manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion. Pemecahan
selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup

panjang dan kecil melalui serviks.


Manipulasi uterus dengan penyuntikan kedalam uterus. Penyuntikan atau
penyemprotan biasa dilakukan dengan menggunakan Higginson Syiringe,
sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau dengan air biasa/air
panas. Penyemprotan ini dapat menyebabkan emboli udara.

Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva : pendarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium atau tidak bau busuk dari vulva.


Inspekula : ostium uteri masih terbuka atau sudah tertutup ada atau tidak cairan

dan jaringan berbau busuk yang keluar dari ostium.


Colok vagina : portio masih terbuka atau sudah tertutup tidak nyeri saat portio

digoyang.
Pada pemeriksaan bimanual uterus membesar atau tidak sesuai dengan riwayat
haid dan tidak mendatar.

12

Riwayat

Ginekologi,

riwayat

penyakit/kelainan

ginekologi

serta

pengobatannya dapat memberikan keterangan penting, terutama operasi yang


pernah dialami. Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, dan
menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih normal.
Jikalau haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu juga ditanyakan tanggal
haid. Perlu juga diketahui riwayat tiap kehamilan sebelumnya. Apakah
berakhir dengan keguguran, ataukah dengan persalinan, apakah persalinannya

normal atau operasi.


Tindakan abortus provokatus yang dilakukan menggunakan pelbagai cara
selalu mengandung resiko kesehatan baik bagi si ibu atau janin. Untuk
mengenali adanya tindakan abortus provokatus, dapat ketahui dari adanya

Penentuan usia kehamilan/umur janin


Umur janin maupun usia kehamilan juga penting untuk diketahui sekalipun dalam
undang-undang tidak mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan
kadang diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan.

E. Pemeriksaan Laboratorium
Telah ditemukan darah pada botol, disini perlu ditentukan apakah darah tersebut
merupakan darah atau bukan darah.
Di dapatkan :
1. Tes penyaring (Benzidin tes)
Sepotong kertas saring digosokkan pada darah yang terdapat pada botol
kemudian di teteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin.
Hasil : timbul warna biru gelap pada kertas saring (+)
Interpretasi : mungkin merupakan darah
2. Tes penentu (reaksi teichman)

13

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1 butir
Kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan
dipanaskan.
Hasil :
Tampak Kristal hemin-HCl berbentuk batang berwarna coklat pada mikroskop (+)
Intepretasi : merupakan darah
3. Tes penentuan spesies (reaksi cincin)
Serum anti globulin manusia dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
kemudian dituangkan ekstrak darah perlahan melalui tepi tabung. Di diamkan selama
1 jam 30 menit.
Hasil : tampak cincing presipitasi keruh pada perbatasan kedua cairan (+)
Interpretasi : merupakan darah manusia
4. Golongan darah
Darah dalam botol :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari dalam botol)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum anti A
Interpretasi : golongan darah A
5. PA jaringan (mikroskopik )
Hasil : Pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dalam botol:

Terlihat adanya kerusakan pada jaringan


Terlihat sel trofoblas
Ditemukan sel PMN

Interpretasi : jaringan dalam botol kemungkinan berasal dari jaringan sisa kuretase
yang mengindikasikan adanya kehamilan yang di terminasi karena ditemukan

14

trofoblas yang merupakan tanda kehamilan dan sel PMN yang merupakan tanda
intravitalitas.
Pemeriksaan Laboratorium pada wanita tersangka
1. Tes golongan darah
a) Pada wanita A :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari wanita
A)
Hasil :
terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum anti A
Interpretasi : golongan darah A
b) Pada wanita B :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari
wanita B)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum
anti B
Interpretasi : golongan darah B
c) Pada wanita C :
1 tetes serum anti A , anti B , dan serum anti AB di teteskan pada obyek glass
kemudian di tambahkan 1 tetes darah (di ambil dari darah pada ujung jari
wanita C)
Hasil : terjadi penggumpalan (aglutinasi ) pada obyek glass yang berisi serum
anti B
Interpretasi : golongan darah B
2. Pemeriksaan Lokia
Hasil : lokia berwarna merah terang berisi eritrosit.
15

Interpretasi : Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina selama seminggu atau lebih
pasca melahirkan.

Perubahan warna dan jumlah lokia menggambarkan adanya

perubahan yang terjadi di dalam endometrium. Selama 2-4 hari pertama setelah
kelahiran bayi, lokia mengandung sel darah, fragmen amnion dan korion (lokia rubra),
dan biasanya berwarna merah (awalnya merah terang, berubah menjadi merah gelap
kemudian cokelat akibat penurunan proporsi sel darah di dalam lokia). Dari hari ke-3
sampai ke-4, warna lokia berubah menjadi merah muda (lokia serosa) dan juga berisi
leukosit dan organisms. Kemudian lokia berubah menjadi rabas putih kekuningan
yang keluar antara hari ke-10 dan ke-14 pascanatal (lokia alba) (Blackburn & Loper,
1992). Perubahan ini dapat dilihat dengan memeriksa pembalut yang dikenakan oleh
ibu.
3. Tes B-HCG (urin)
a) Pada wanita A :
Hasil : timbul 2 garis pada alat
Interpretasi : sedang hamil/pasca abortus
b) Pada wanita B :
Hasil : timbul 1 garis pada alat
Interpretasi : tidak sedang hamil
c) Pada wanita C :
Hasil : timbul 1 garis pada alat
Interpretasi : tidak sedang hamil
4. Uji toksikologi (urin)
Pada wanita A :
Hasil : terdeteksi adanya aminopterin dalam urin
Interpretasi : menkonsumsi obat abortivum
5. Tes DNA

16

Bahan diambil dari jaringan yang tedapat dalam botol, di cocokan dengan sample
darah pada wanita A, yang sebelumnya pada tes darah telah diketahui memiliki
kecocokan golongan darah dengan darah pada botol
Hasil : ditemukan kecocokan DNA pada jaringan dengan sample darah wanita A
Interpretasi : jaringan dan darah dalam botol berasal dari wanita A

F. Visum et Repertum
17

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

PRO JUSTITIA

Jakarta, 8 Januari 2015

VISUM ET REPERTUM
3456-SK.III/2345/2-10
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Lala Marisa , dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Jakarta
Barat No. Pol.: B/111/VR/X/11/Serse tertanggal delapan Januari tahun dua ribu lima belas,
maka pada tanggal delapan Januari tahun dua ribu lima belas, pukul sepuluh lebih dua puluh
lima menit waktu Indonesia Barat telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan
nomor rekam medis nol satu nol lima tiga sembilan empat satu yang berdasarkan surat
tersebut------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama

: Nona Syahrini-------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin

: Perempuan-----------------------------------------------------------------------

Umur

: Sembilan belas tahun-----------------------------------------------------------

Kewarganegaraan

: Indonesia-------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Mahasiswa-----------------------------------------------------------------------

Alamat

: ------------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan ditemukan:

18

a. Perempuan tersebut adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dengan
kesadaran baik, gelisah, rambut rapi, penampilan bersih, sikap selama pemeriksaan
membantu-----------------------------------------------------------------------------------------------b. Pakaian rapi, tanpa robekan--------------------------------------------------------------------------c. Tanda kelamin sekunder sudah berkembang-------------------------------------------------------d. Keadaan umum jasmaniah baik, tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh
milimeter air raksa, denyut nadi sembilan puluh dua kali per menit, pernapasan dua puluh
kali per menit-------------------------------------------------------------------------------------------e. Luka-luka : tidak ditemukan adanya luka-luka pada korban------------------------------------f. Rambut : nampak bersih, tidak ada ketombe, hitam, lurus
g. Muka----------------------------------------------------------------------------------------------------

Cloasma gravidarum : tidak ada-------------------------------------------------------

Conjungtiva

tidak

anemi---------------------------------------------------

Sklera

: tidak ikterus---------------------------------------------------

h. Mulut---------------------------------------------------------------------------------------------------- Stomatitis : tidak ada-------------------------------------------------------------------------------- Gigi : tidak ada caries-------------------------------------------------------------------------------i. Leher---------------------------------------------------------------------------------------------------- Pembesaran vena jugularis : tidak ada------------------------------------------------------------j. Payudara------------------------------------------------------------------------------------------------ Bentuk : simetris------------------------------------------------------------------------------------- Areola : Hyperpegmentasi-------------------------------------------------------------------------- Puting susu : menonjol------------------------------------------------------------------------------k. Perut------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembesaran : terdapat bekas pembesaran------------------------------------------------

Strie : Albican--------------------------------------------------------------------------------

Linea : Alba----------------------------------------------------------------------------------

Luka perut : tidak ada luka bekas SC-----------------------------------------------------

l. Alat kelamin dan kandungan:

19

Mulut alat kelamin: Pada kedua bibir kecil kemaluan tampak kemerahan------------

Selaput dara: tampak robekan pada selaput dara di beberapa tempat tanpa disertai
peradangan, hal ini dapat diakibatkan oleh trauma----------------------------------------

Liang senggama :tampak terbuka----------------------------------------------------------

Mulut leher rahim :tampak perdarahan yang keluar dari mulut rahim-----------------

Rahim: dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis dan kavum uteri----

Pada pemeriksaan tes kehamilan PPT hasilnya negative Pemeriksaan laboratorium


toksikologi positif. Dalam urin ditemukan adanya sitostastika (aminopterin) yang
dapat menyebabkan penghentian kehamilan-----------------------------------------------

m. Benda bukti yang diserahkan kepada polisi:---------------------------------------------------n. Kesimpulan


``

Dari pemeriksaan didapatkan tampak robekan pada selaput dara di beberapa tempat
tanpa disertai peradangan diakibatkan oleh trauma yang merupakan akibat dari proses
penghentian kehamilan (pengguguran kandungan)--------------------------------------------

Demikian Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan mengingat
sumpah jabatan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana------------------------

Jakarta, delapan Januari tahun dua ribu lima belas


Dokter yang memeriksa,

dr. Lala Marisa


NIP 13028769

20

BAB IV
KESIMPULAN
Pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak
dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati.
Yang dianggap penting adalah sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan
tersebut masih hidup.
Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi kedalam abortus spontan dan abortus
provokantus, sedangkan untuk abortus provokantus terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu
abortus provokantus terapeutikus dan abortus provokantus kriminalis. Abortus provokantus
kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan
menurut hukum. Aspek hukum pada kasus tersebut ialah KUHP terutama pasal 346, pasal
347, pasal 348, pasal 349.
Pada korban hidup yang ingin diketahui apakah pernah melakukan tindakan aborsi maka perlu
dilakukan pemeriksaan medis seperti pemeriksaan fisik dan ginekologis. Perlu diperhatikan
tanda kehamilan misalnya perubahan payudara, pigmentasi,hormonal. Selain pemeriksaan
fisik diperlukan pula pemeriksaan toksikologik untuk mengetahui adanya obat atau zat yang
dapat menyebabkan abortus.
Hal-hal mengenai sebab dan mekanisme kematian telah tercantum dalam Visum et Repertum
berdasarkan temuan pemeriksaan luar serta bedah jenazah yang telah dilakukan sebaikbaiknya oleh dokter pemeriksa berdasarkan ilmu kedokteran.

21

DAFTAR PUSTAKA
1) Tim Penyusun. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Penerbit
FKUI; 1994.p. 40-1.
2) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p.175-6.
3) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 52.
4) Idries, AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum.1 st ed. Sagung
Seto. Jakarta : 2009.

22

Anda mungkin juga menyukai