PEMBAHASAN
A. Anatomi
Katup jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteria
pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup pada saat yang tepat pada
saat jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung.
Katup atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas katup
trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta katup mitral atau
bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, sedangkan
katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kelainan katup mitral dibagi menjadi beberapa kategori berikut : prolaps katup
mitral, stenosis mitral dan insufisiensi atau regurgitas mitral. Kelainan katup aorta
dikategorikan sebagai stenosis aorta dan insufisiensi atau regurgitas aorta. Perbedaan
kelainan aorta tersebut menimbulkan berbagai gejala, tergantung beratnya, dan
mungkin memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi
masalah.
B. Definisi
Valvular heart disease - heart disease caused by stenosis of the cardiac valves and
obstructed blood flow or caused by degeneration and blood regurgitation
(Based on WordNet 3.0, Farlex clipart collection. 2003-2012 Princeton University,
Farlex Inc.)
Valvular heart disease is any disease process involving one or
more of the valves of the heart (the aortic and mitral valves on the
left and the pulmonary and tricuspid valves on the right). Valve
problems may be congenital (inborn) or acquired (due to another
cause later in life). Treatment may be with medication but often
(depending on the severity) involves valve repair or replacement
(insertion of an artificial heart valve). Specific situations include
those where additional demands are made on the circulation, such
as in pregnancy ( Bonow RO, Carabello BA, Kanu C, et al. (2006).
"ACC/AHA 2006 guidelines for the management of patients with
valvular heart disease: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (writing committee to revise the 1998 Guidelines for the
Management of Patients With Valvular Heart Disease): developed in
collaboration with the Society of Cardiovascular Anesthesiologists:
endorsed by the Society for Cardiovascular Angiography and
Interventions and the Society of Thoracic Surgeons". Circulation 114
(5): e84231.)
Penyakit Katup Jantung
Penyakit Katup Jantung diakibatkanlah
katup
atau
jantung,
dan
bisa
kongenitial
di
dapat,
dapat
mampu membuka secara penuh( dikenal dengan istilah stenosis ktup) atau tidak
mampu menutup secara penuh( dikenal dengan istilah insufisiensi katup atau
regurgitas katup).(wajan juni udjianti 2010).
C. Patogenesis
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hampir selalu
disebabkan oleh rematik, tetapi skarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup
jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup
degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orangorang yang hidup dinegara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara
berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik, namun
penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup yang
membutuhkan koreksi bedah. Demam rematik akut merupakan sekuele faringitis
akibat stereptokokus hemolitikus A. Demam rematik timbul hanya jika terjadi
respons antibody atau imunologis yang bermakna terhadap infeksi stereptokokus
sebelumnya. Sekitar 3% infeksi streptokokus pada faring diikuti dengan serangan
demam rematik(dalam 2-4minggu). Serangan awal demam rematik biasanya dijumpai
pada masa anak dan awal pada masa remajanya. Insiden infeksi streptokokus (dan
demam rematik akut) berkaitan lansung dengan faktor predisposisi perkembangan dan
penularan infeksi , faktor sosial ekonomi ( misalnya kecukupan hidup sehari-hari dan
terpenuhinya akses ke layanan kesehatan dan terapi antibiotik) juga berperan penting.
Demam rematik maupun stenosis mitralis tetap merupakan penyakit yang sering
terjadi di negara berkembang, dengan insiden lebih tinggi dikota yang miskin
daripada desa yang miskin. Baru-baru ini telah dihasilkan vaksin yang melindungi
terhadap infeksi stereptokokus pada nasofaring.
Patogenesis pasti demam rematik masih belum diketahui. Dua mekanisme
dugaan yang telah diajukan adalah (1)respons hiperimun yang bersifat autoimun
maupun alergi dan (2) efek lansung organisme streptokokus atau toksinya. Penjelasan
3
dari sudut imonologi dianggap sebagai penjelasaan yang paling dapat diterima,
meskipun demikaan mekanisme yang terakhir tidak dapatdikesampingkan selurunya,
reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus secara teori akan menyebabkan
kerusakan jaringan atau manifestasi demam rematik dengan cara :
1. Stertokokus grup A akan menyebabkan infeksi laring
2. Antigen streptokokus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada pejamu
yang hiperimun
3. Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptokokus, dan dengan jaringan
pejamu yang secara antigenik sama seperti steptokokus ( dengan kata lain
antibody tidak dapat membedakan antara antigen streptokokus dengan antigen
jaringan jantung).
4. Auto antibodi tersebut
bereaksi
dengan
jaringan
pejamu
sehingga
miokarditis dan valvulitis, relatif jarang terjadi. Perikarditis eksudatif yang disertai
penebalan lapisan perikardium merupakan ciri khas demam rematik akut. Perikarditis
biasanya timbul sebagi suatu gesekan walaupun dapat pula timbul efusi perikardium.
Hal ini jarang berkembang menjadi tamponade jantung.
Serangan awal karditis rematik biasanya akan mereda tanpa meninggalkan kerusakan
berarti. Namun serangan berulang akan menyebabkan gangguan progresif pada bentuk
katup. Perubahan patologis penyakit katup
penyembuhan yang disertai pembentukan jaringan parut, proses radang berulang dan
deformitas progresif yang disertai stress hemodinamik dan prosess penuaan.
Pada perjalanan penyakit katup rematik kronis, gejala biasanya tidak muncul sampai
bertahun-tahun setelah serangan awal. Periode laten ini dapat berlansung hingga
dekade ketiga, keempat atau kelima. Deformitas akhir yang menyebabkan stenosis
katup ditandai oleh penebalan dan penyatuaan daun katup disepanjang komisura
(tempat persambungan antara dua daun katup). Perubahan ini mengakibatkan
penyempitan lubang katup dan mengurangi pergerakan daun katup sehingga
menghambat majunya aliran darah. Korda tendinae katup antrioventrikularis (AV)
dapat juga menebal dan menyatu. Sehingga membentuk terowogan fibrosa dibawah
daun katup dan semakin menghambat aliran darah.
Lesi yang berkaitan dengan infusiensi katup terdiri atas daun katup yang menciut dan
retraksi yang menghambat kontak dan pemendekan antar daun katup, menyatukan
korda tendinae yang menghalangi gerak daun katup AV. Perubahan ini akan
mengganggu penutupan katup sehingga menimbulkan aliran balik melalui katup
tersebut.
Klasifikasi dan sklerosis jaringan katup akibat usia lanjut juga berperan dalam
perubahan bentuk katup akibat demam rematik. Penyakit kronis yang disertai
kegagalan ventrikel serta pembesaran ventrikel juga dapat mengganggu fungsi katup
AV. Bentuk ventrikel mengalami perubahan sehingga kemampuaan otot palpilaris
untuk mendekatkan daun-daun katup pada waktu katup menutup akan berkurang,
selain itu lubang katup juga melebar , sehingga semakin mempersulit penutupan katup
dan timbul insufisiensi katup. Jenis insufisiensi yang timbul akibat pembesaran ruang
jantung ini dikenal sebagai regurgitasi fungsional.
Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis, kemudian katup aorta.
Kecendrungan menyerang katup-katup jantung kiri dikaitkan dengan tekanan
hemodinamik yang relatif lebih besar pada katup-katup ini. Teori yang ada
menyatakan bahwa tekanan hemodinamik meningkatkan derajat deformitas katup.
Insiden penyakit trikuspidalis relatif rendah, penyakit katup pulmonalis jarang terjadi ,
penyakit katup trikuspidalis atau pulmonalis biasanya disertai dengan lesi pada katup
lainya, sedangkan penyakit pada katup aorta atau mitralis sering terjadi sebagai lesi
tersendiri.
Selain penyakit rematik dikenal beberapa penyebab lain yang semakin sering
menimbulkan perubahan bentuk dan mal fungsi katup: destruksi katup oleh
endokarditis bakterialis, defek jaringan penyambung sejak lahir, disfungsi atau ruftura
otot papilaris karena aterosklerosis koroner dan malpormasi kongenital.
Endokarditis infektif dapat disebabkan oleh banyak organisme termasuk bakteri,
jamur dan ragi.infeksi bakteri merupakan penyebab tersering akibatnya keadaan ini
disebut sebagai endokarditis bakterialis. Endokarditis dapat timbul secara akut atau
subakut. Endokarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi dengan organisme yang
bervirulensi tinggi (seperti stafilokokus) dan biasanya dengan perjalanan penyakit
yang fulminan dan kerusakan katup dini. Katup-katup yang normal juga dapat
terserang. Endokarditis bakterialis subakut disebabkan oleh organisme yang kurang
virulen( misal streptokokus) dengan manifestasi dan perjalanan klinis yang bertahap,
sering dilaporkan tanda dan gejala yang tidak spesifik seperti demam, nyeri sendi,
mialgia dan manifestasi pada kulit. Biasanya katup yang sebelumnya tidak normal
atau yang memakai alat bantu mekanis akan mudah terserang. Endokarditis
menimbulkan vegetasi disepanjang pinggir daun katupvegetasi-vegetasi ini dapat
meluas dan menyerang seluruh katup, bahkan miokardium, akibatnya daun katup
dapat mengalami fibrosis, erosi dan perforasi sehingga menimbulkan suatu disfungsi
katup regurgitan yang khas.
Prolaps katup mitralis adalah suatu sindromkongenital yang dicirikan dengan daundaun katup yang berlebihan dan elongasi korda tendinae. Daun-daun katup mengalami
prolaps atau mengembang ke dalam atrium dalam berbagai derajat selama sistol
ventrikel : dapat terjadi infusiensi mitralis. Perubahan-perubahan fungsional ini
disebabkan oleh struktur kolagen daun katup. Insiden pasti dari prolaps katup mitralis
6
diperkirakaan antara 5-10% perjalanan klinis sindromi dapat jinak, walaupun biasanya
diindikasikan pemberiaan profilaksis endokarditis.
Disfungsi atau ruptura otot papilaris dapat menimbulkan berbagai disfungsi katup,
gangguan otot papilaris dapat bersifat intermiten(yaitu akibat iskemia) dan hanya
menimbulkan regurgitasi episodik yang ringan, tetapi apabila terjadi ruptura otot
papilaris nekrotik setelah infrak miokardium, dapat terjadi insufisiensi mitralis akut.
Malformasi kongenital dapat terjadi pada setiap katup, misalnya sekitar 1-2%katup
aorta adalah katup bikuspidalis dan bukan trikuspidalis. Lesi-lesi katup tertentu sangat
menunjukkan penyebab disfungsi. Misalnya stenosis mitralis murni biasanya
disebabkan oleh rematik, sedangkan stenosis aorta murni biasanya disebabkan oleh
klasiikasi prematur dan degenerasi katup bikuspidalis kongenital. Lesi katup
pulmonalis atau trikuspidalis murni hampir pasti disebabkan oleh cacat kongenital.
Lesi katup gabungan biasanya disebabkan oleh rematik.
D. Tipe Gangguan Katup
Kelainan Katup Bikuspid
1. Sindrom Prolaps Katup Mitral
a. Definisi
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah-bilah katup mitral
yang tidak dapat menutup dengan sempurna dengan mengakibatkan regurgitas
katup, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Sindrom ini
kadang tidak menimbulkan gejala atau dapat juga berkembang cepat dan
menyebabkan kematian mendadak. Pada tahun-tahun belakangan sindrom ini
semakin banyak dijumpai, mungkin karena metode diagnostik yang semakin
maju.
b. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah primer, sebagai kelainan autosom
dominan. Kelainan terkait dengan kromosom Xq28 dan
16p11.2-p12.1.
Prolaps
katup
mitral
dapat
pula
terjadi
ostium
sekundum
dan
anomali
Ebstens.
Pada
akibat
atau
hanya
koinsinden
antara
keduanya.
menyebabkan
kematian
mendadak.
Pada
tahun-tahun
b. Etiologi
Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebah tiga jari. Pada kasus
stenosis berat terjadi penyempitan lumen sampai selebar pensil. Ventrikel kiri
tidak
terpengaruh,
namun
atrium
kiri
mengalami
kesulitan
dalam
permanen.
Alat
bantu
diagnostik
bagi
kardiologis
adalah
lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Oleh
karena itu terjadi peningkataan perbedaan tekanan antara kedua ruang tersebut,
dalam keadaan normal perbedaan tekanaan tersebut minimal.
Otot atrium kiri mengalami hipertropi untuk meningkatkan kekuatan
pemompaan darah, makin lama kontraksi atrium makin berperan aktif sebagai
faktor pembantu pengisiaan ventrikel. Atrium kiri kini tidak lagi berfungsi primer
sebagai penampung pasif tetapi berfungsi mengalirkan darah ke ventrikel.
Dilatasi atrium terjadi karena volume atrium kiri meningkat akibat ketidak
mampuaan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.
Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan kebelakang
kedalam pembuluh darah ,paru tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler
meningkat. Akibatnya terjadi kongesti paru-paru mulai dari kongesti vena yang
ringan sampai edemainterstisial yang kadang-kadang disertai transudasi cairan
kedalam alveoli.
Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat akibat
peningkataan kronis resistensi vena pulmonalis. Respon ini memastikan
perbedaan tekanan yang memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh
paru-paru. Namun demikian hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis. Ventrikel kanan berespons terhadap
peningkataan beban tekanan ini dengan hipertropi otot.
Pembuluh darah paru mengalami perubahan anatomis yang tampaknya
bertujuaan melindungi kapiler paru-paru terhadap tekanan ventrikel kanan dan
aliran darah paru yang meninggi. Terjadi perubahan struktur hipertropi lapisan
intima pada pada dinding arteri kecil dan arteriola. Mekanisme yang
menimbulkan respons anatomis ini masih belum diketahui dengan pasti.
Perubahan-perubahan ini menyempitkan lumen pembuluh dan meningkatkan
resistensi pembuluh paru. Konstriksi artiolar ini jelas meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis. Tekanan pulmonalis dapat meningkat progresif sampai setinggi
tekanan setinggi tekanan sistemik.
Ventrikel kanan tidak dapat memenuhi tugas sebagai pompa bertekanan
tinggi untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu ventrikel kanan akhirnya
11
klinis
dapat
bervariasi
bergantung
pada
gangguan
hemodinamik yang terjadi, tetapi biasanya gejala yang paling dini adalah sesak
nafas sewaktu bekerja. Dua perubahan hemodinamik yang disebabkan oleh kerja
kurang dapat ditoleransi pada stenosis mitralis yaitu:
1. Takikardi.
2. Peningkatan tekanan atrium kiri.
Takikardi akan mengurangi lama diastolik, yaitu waktu pengisian ventrikel
dari atrium. Lama diastolik ini sangat penting pada stenosis mitralis karena lesi
tersebut mengganggu pengisian ventrikel sehingga mempersulit pengosongan
atrium, takikardi menyebabkan lama pengisian ventrikel menurun, curah jantung
berkurang dan kongesti paru-paru meningkat. Peningkatan tekanan atrium kiri
sewaktu melakukan kegiatan fisik semakin memperberat kongesti paru-paru;
aliran darah mengalami hambatan sehingga peningkatan tekanan diteruskan ke
belakang ke paru-paru. Jadi dispnea yang timbul saat melakukan kegiatan fisik
terjadi akibat kongesti paru-paru, rasa lemah dan lelah juga merupakan gejala awal
yang sering ditemukan akibat curah jantung yang menetap jumlahnya dan
akhirnya berkurang.
12
14
e. Pathway
f. Penatalaksanaan
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan
kardiotonikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi komisurotomi untuk
membuka atau merobek
mengganti katup mitral dengan katup protesa. Pada beberapa kasus dimana
pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu
menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti
transluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala.
3. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
a. Definisi
Insufisiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat
saling menutup selama sistole.
b. Etiologi
Chordae tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat
menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi atau aliran balik
dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau
kedua bilah katup mitral mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak
sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga
setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagian darah kembali ke
atrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari
paru, menyebabkan atrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran
darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke
atrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada
gilirannya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran
mitral hanya kecil, namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel
kanan.
c. Manifestasi Klinis
Palpitasi jantung (berdebar), napas pendek saat latihan, dan batuk
akibat kongesti paru pasif kronis, adalah gejala yang sering timbul. Denyut
15
nadi mungkin teratur dengan volume yang cukup, namun kadang tidak teratur
akibat ekstra sistole atau fibrilasi atrium yang bisa menetap selamanya.
d. Patofisiologi
Regurgitasi mitralis memungkinkan aliran darah berbalik dari ventrikel
kiri ke atrium kiri akibat penutupan katup yang tidak sempurna. Selama
sistolik ventrikel secara bersamaan mendorong darah ke dalam aorta dan
kembali ke dalam atrium kiri. Kerja ventrikel kiri maupun atrium kiri harus
ditingkatkan agar dapat mempertahankan curah jantung.
Ventrikel kiri harus memompakan darah dalam jumlah cukup guna
mempertahankan aliran darah normal ke dalam aortas, dan darah yang kembali
melalui katup mitralis. Misalnya, curah ventrikel normal per denyut (volume
sekuncup) adalah 70 ml. Bila aliran balik adalah 30 ml per denyut, maka
ventrikel tersebut harus mampu memompakan 100 ml per denyut agar volume
sekuncup dipertahankan tetap normal. Beban volume tambahan yang
ditimbulkan
oleh
katup
yang
mengalami
insufisiensi
akan
segera
volume
dan
meningkatkan
kekuatan
kontraksi
atrium.
Kongesti
paru
Selanjutnya atrium mengalami hipertrofi untuk
meningkatkan
kekuatan
akan jauh berbeda dengan yang kronis. Insufisiensi mitralis akut sangat sulit
ditoleransi dalam keadaan normal atrium kiri relatif tidak lentur, sehingga
Aliran darah
Takikardi
17
Waktu Diastolik
Volume Sekuncup
Dilatasi/Hipertropi
Fibrilasi Atrium
Cepat lelah
Gejala paling awal pada regurgitasi mitralis adalah: rasa lemah dan lelah
Pembesaran
Vena sistemis
hepatomegali,
edena
perifer
danpemeriksaan
asites
2. Ekokardiografi
: memastikan
pembesaran
ruang
jantung,
aliran
darah dengan warna pada katup mitralis memberikan pola ganguan aliran
darah akibat regurgitas pada katup mitralis.
3. Elektrokardiogram : pembesaran atrium kiri (P mitrale) bila iramanya sinus
normal, fibrilasi atrium, hipertrofi ventrikel kiri.
4. Radiografi dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran ventrikel kiri, kongesti
pembuluh darah paru-paru dalam berbagai derajat.
5. Temuan Hemodinamik: : peningkatan tekanan atrium kiri dengan gelombang
V yang bermakna peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, berbagai
peningkatan tekanan paru-paru.
e. Pathway
18
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi
bedah meliputi penggantian katup mitral.
Kelainan Katup Aorta
1. Stenosis Katup Aorta
a. Definisi
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri
dan aorta.
b. Etiologi
Pada orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan bawaan atau
dapat sebagai akibat dari endokarditis rematik atau kalsifikasi atau kuspis
dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyempitan terjadi secara progresif
selama beberapa tahun atau beberapa puluh tahun. Bilah-bilah katup aorta
saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara jantung dan arota.
Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih
19
lambat tapi dengan energi yang lebih besar dari normal, mendorong darah
melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai
gagal dan munculah tanda-tanda klinis.
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke
vertikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung
menebal (hipertrofi) sebagai respon akibat besarnya obstruksi; terjadilah gagal
jantung bila obstruksinya terlalu berat.
c. Pathofisiologi
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
pada waktu sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi
ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar dapat
menghasilkan tekana yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer,
hal ini menyebabkan timbulnya selisih tekanan yang mmencolok antara
ventrikel kiri dan aorta. Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel,
dan dinding relatif menjadi kaku. Jadi meskipun curah jantung dan volume
ventrikel dapat dipertahankan dalam batas-batas normal, tekanan akhir
diastolik ventrikel akan sedikit mengingkat.
Ventrikel kiri mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar.
Misalnya, ventrikel kiri yang dalam keadaan normalmenghasilkan tekanan
sistolik sebesar 120 mmHg, dapat mengingkatkan tekanan itu menjadi 300
mmHg
selama
kontraksi
ventrikel.
Untuk
mengompensasi
dan
kerja
ventrikel,
efisiensi
mekanis
jantung
masih
dpat
20
21
22
e. Manifestasi Klinis
Pada kasus setnosis arota tingkat sedang sampai berat, pasien mulamula
mengalami
dispenusaat
latihan,
yang
merupakan
manifestasi
dengan
23
yang
berturut-turut
meningkatkan
kbeutuhan
oksigen
dan
25
LVEDV
Tekanan dinding ventrikel kiri
sistolik di kepala yang terjadi saat pembuluh darah kolaps di leher terisi
dengan cepat (atau tanda de Musset).
Gaga
26
d. Manifestasi Klinis
Insufisiensi aorta biasanya berkembang tanpa disadari dan manifestasi
awalnya adalah pasien merasakan debar jantung yang bertambah kuat.
Denyutan arteri dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium. Denyutan arteri
leher juga jelas terlihat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan dan
volume darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri yang mengalami hipertrofi.
Kemudian diikuti dipsnea saat latihan dan mudah letih. Tanda dan gejala gagal
ventrikel kiri meliputi sesak napas, terutama malam hari (ort
Opnu, paroksimal nokturnal dipsnea) dan hal tersebut terjadi disertai
regurgitasi sedang sampai berat.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik)
biasanya melebar pada pasien ini. Salah satu tanda khusus pada penyakit ini
adalah denyut nadi yang terasa di jari pada saat palpasi, terjadi secara cepat
dan tajam dan tiba-tiba kolaps ( denyut water-hammer ). Sifat gelombang
nadi seperti ini dapat dibedakan, karena meningkat dengan cepat mencapai
puncaknya dan segera kolaps.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa dapat ditegakkan dengan EKG, ekokardiogram, dan
kateterisasi jantung.
f. Penatalaksanaan
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang
tepat untuk pengantian katup masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan
pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada
atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung
kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya
pembedahan.
Penyakit Katup Trikuspidalis
Stenosis katup trikuspidalis akan menghambat aliran darah dari atrium
kanan ke ventrikel kanan selama diastolik. Lesi ini biasnya berkaitan dengan
penyakit katup mitralis dan aorta yang terjadi akibat penyakit jantung reumatik
berat. Stenosis trikuspidalis meningkatkan beban kerja atrium kanan, memaksa
pembentukan tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran melalui
katup yang tersumbat. Kemampuan kompensasi atrium kanan terbatas sehingga
atrium akan mengalami dilatasi dengan cepat. Peningkatan volume dan tekanan
27
28
29
Jantung Rematik
Stenosis Trikuspidalis
Hipertropi
e. Manifestasi klinis
1. Distensi vena jugularis
2. Hepatomegali dan splenomegali
3. Edema perifer dan asites
4. Auskultasi: Diastolik Murmur trikuspidal
5. Rontgen toraks, hipertrofi atrium kanan
6. EKG:
a. Hipertrofi atrium kanan
b. Gelombang P pulmonal (gelombang P tinggi dan lancip)
7. Kateterisasi jantung
a. Selisih tekanan yang melalui katup trikupidal
b. Peningkatan central venous presure
c. Peningkatan tekanan atrium kanan
f. Penatalaksanaan
1. Terapi Umum
a. Istirahat
b. Diet rendah garam
c. Medikamentosa
i. Obat pertama: Diuretik
ii. Obat alternative: Antibiotik bila perlu
30
d. Operasi
i. Komisurotomi
ii. Anuloplasti
iii. Pergatian katup
2. Terapi Komplikasi
b. Insufisiensi katup trikuspidalis
a. Definisi
Regurgitas katup mitral merupakan akbiat dari abnormalitas struktur anulus
mitral, katup, korda tendinea, atau otot palparis.
b. Etiologi
1. Gagal jantung kiri kronis
2. Hipertensi pulmonal kronis
c. Patofisiologi
Insufisiensi trikuspidalis yang murni biasanya disebabkan gagal jantung kiri yang
sudah lanjut atau hipertensi pulmonalis yang hebat, sehingga terjadi kemunduran
fungsi ventrikel kanan. Ketika ventrikel kanan gagal dan membesar, terjadilah
insufisiensi fungsional dari katup trikuspidalis. Insufisiensi trikuspidalis berkaitan
dengan gagal jantung kanan dengan karakteristik temua berikut ini (Price, 1995):
Auskultasi: murmur pansistolik
Elektrokardiogram: hipertrofi atrium kanan (gelombang P tinggi dan sempit
dikeal sebagai P pulmonal) bila irama sinus normal; fibrilasi atrium; dan
d. Pathway
e. Manifestasi klinis
1. Distensi vena jugularis
2. Hepatomegali dan splenomegali
3. Edema perifer dan asites
4. Auskultasi : murmur sepanjang fase diastolik
5. Rontgen toraks : hipertropi atrium dan ventrikel kanan
6. Kateterisasi jatung: refluks ke atrium kanan saat ventrikel kanan
disuntik zat kontraks pada fase sistolik.
f. Penatalaksanaan
Konservatif
31
katup yang telah selebaran tebal yang tidak membuka semua jalan.
supravalvar stenosis pulmonal - arteri paru-paru tepat di atas katup paru menyempit
stenosis pulmonal cabang perifer - arteri paru-paru kanan atau kiri menyempit
stenosis pulmonal ringan bisa memiliki sedikit atau tanpa gejala, atau mungkin tidak ada
sampai nanti di masa dewasa. Gelar sedang atau berat obstruksi dapat menjadi lebih buruk
dengan waktu.
Stenosis pulmonal adalah komponen dari setengah dari semua cacat jantung bawaan
yang kompleks. Stenosis pulmonal adalah cacat yang paling umum jantung kedua bawaan,
terdiri dari 5 persen menjadi 10 persen dari semua kasus.
b. Etiologi
Stenosis pulmonal kongenital terjadi karena pembangunan yang tidak tepat dari katup
paru pada 8 minggu pertama pertumbuhan janin. Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah
faktor, meskipun sebagian besar kali ini cacat jantung terjadi secara sporadis (secara
kebetulan), tanpa alasan yang jelas jelas untuk pembangunan.
Beberapa cacat jantung bawaan mungkin memiliki link genetik, baik yang terjadi
karena cacat pada gen, kelainan kromosom, atau paparan lingkungan, menyebabkan masalah
jantung terjadi lebih sering pada keluarga tertentu.
Stenosis pulmonal ringan mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Masalah dapat
terjadi ketika stenosis pulmonal adalah moderat sampai parah, termasuk yang berikut:
Ventrikel kanan harus bekerja lebih keras untuk mencoba untuk memindahkan darah
melalui katup paru ketat. Akhirnya, ventrikel kanan tidak lagi mampu menangani
beban kerja tambahan, dan gagal untuk memompa maju efisien. Tekanan menumpuk
di atrium kanan, dan kemudian di pembuluh darah membawa darah kembali ke sisi
kanan jantung. Retensi cairan dan pembengkakan dapat terjadi.
Ada kemungkinan rata-rata lebih tinggi daripada mengembangkan infeksi pada katup
jantung yang dikenal sebagai bakteri endokarditis.
c. Patofisiologi
Stenosis pulmonal dengan septum ventrikuler intak bisa
disebabkan oleh stenosis vaskuler, infundibular, atau
keduanya. Obstruksi infundibular disebabkan oleh jaringan
fibrosa yang seakan mengikat atau oleh hipertrofi otot.secara
normal lubang katup pulmo 0,5 cm dan akan membesar
seiring pertumbuhan badan. Sebagai akibat stenosis derajat
ringan,sedang dan berat terjadi perbedaan tekanan fase
sistole antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis. gangguan
hemodinamik biasanya terjadi kalau obstruksi katup pulmo
sudah mencapai 60% atau lebih. Pasien dengan perbedaan
tekanan puncak pada saat istirahat kurang dari 50 mmhg
termasuk stenosis ringan, antara 50 100 mmhg termasuk
33
beberapa
tanda
khas
yang
harus
diperhatikan
Takikardia
Keletihan
34
2.
Kelemahan
Gelisah
Anoreksia
Irama gallop
Kardiomegali
Takipnea
Dispnea
Retraksi ( bayi )
Ortopnea
Sianosis
Mengi
Kongesti paru
35
3.
Hepatomegali
Asites
f. Penatalaksanaan
Stenosis ringan dan sedang dapat dikelola tanpa operasi. Pada
pasien yang membutuhkan operasi deberikan antibiotik profilaksis. Pada
stenosis berat dapat dilakukan valvulotomi.
f. Insufisiensi pulmonal
a. Definisi
Katup pulmonal memiliki daun trikuspid yang berfungsi untuk mencegah
aliran balik pulmonelis ke ventrikel kanan. Katup yang insufisiensi tidak
dapat menjalankan fungsinya sehingga terjadi aliran balik tersebut.
b. Etiologi
Kejadian insufiensi pulmonal sangat jarang. Mortalitas dan morbiditas
ditentukan oleh kelainan yang mendasarinya. Tidak ada predileksi pada ras
atau etnis tertentu.
c. Patofisiologi
Pada pemerikasaan ekokardiogram dewasa, tidak jarang dijumpai satu
aliran-balik-fisiologis kecil selama fase diastole ventrikel kanan. Namun
demikian
kondisi
patologis
dari
insufisiensi
pulmonal
dapat
36
Darah
yang
masuk
dipompa
ke
vena
oleh
ventrikel
pulmonalis
kanan
melewati
berlebihan.
menyebabkan
Lama-kelamaan
penurunan
fungsi
hal
ventrikel
ini
akan
kanan
dan
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit jantung antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
USG
EKG
Foto toraks
Pengukuran doppler
LED
Ekokardiografi translokal (TTE)
Ekokardiografi transesofagus (TEE)
38
F. Intervensi Medis
1. Tindakan Pengobatan
Demam rematik dan endokarditis bakterialis subakut merupakan dua
penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah sehingga dapat menurunkan
insiden atau keparahan lesi katup didapat. Demam rematik dapat dihindari
denga melakukan deteksi dini dan pemakaian penisilin untuk mengobati
infeksi streptokokus bet heemolitikus grup A. Diagnosis dini dan pengobatan
demam rematik aakut juga penting dilakukan. Diagnosis demam rematik akut
mungkin sulit ditegakkan karena tidak ada satupungambaran klinis atau
penyakit ini non-spesifik.
Untuk menegakkan diagnosis ini juga perlu dibuktikn bahwa
sebelumnya penderita pernah terinfeksi streptokokus; pengingkatan kadar
antistreptolisin (ASO) sering dipakai untuk menentukan adanya antibodi
terhadap streptokokus.
Pengobatan demam rematik akut dilakukan secara paliatif ; yaitu :
a. Antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin, untuk membasmi organisme
streptokokus yang tersisa.
b. Antiradang seperti salisilat atau kortikosteroid.
c. Analgesik, jika ada indikasi nyeri artritis.
d. Pembatasan aktivitas fisik sesuai derajat karditis.
Gagal jantung yang mungkin timbul memerlukan pembatasan garam,
pemberian digoksin, dan deuretik. Obat penyekat saluran kalsium atau
penyekat beta mungkin bermanfaat bila diberikan bagi penderita irama sinus
yang mengalami gejala saat beraktivitas, saat gejala timbul dengan frekuensi
denyut jantung cepat.
Sesudah serangan awal demam rematik, kerentanan terhadap serangan
berulang sangat tinggi. Pencegahan denga antibiotik harus segera dimulai
begitu diagnosis ditegakkan. Suntikan penisilin sekali sebulan cukup efektif
dan lebih menguntungkan daripada pemberian oral setiap hari, akrena
membutuhkan kesadaran pasien yang tinggi. Pencegahan dengan antibiotik
harus diteruskan paling tidak sampai masa dewasa untuk menghindari
kemungkinan deformitas katup jantung akibat serangan demam rematik
39
41
Penggantian katup mitralis dilakukan dengan eksisi katup, korda tindinae, dan
otot papilaris.
b. Penyakit Katup Aorta
Penggantian katup dianjurkan pada regurgitasi aorta dan stenosis aorta
yang
mengalami
klasifikasi.
Valvulotomi
aorta
perkutan
dapat
42
antikoagulan
jangka
panjang.
Digunakan
pada
dan
pemindahan
melalui
plasenta
kejanin
dan
terhadap
endokarditis
bakterial
subakut.
Homograf
dari
jaringan
pasien
sendiri
dan
tidak
bersifat
prosedurnya
sendiri,
menyebabkan
pasien
dapat
ditujukan
pada
pemulihan
dari
anastesi
dan
44
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Ed. 8, Vol 2. Jakarta :
EGC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Price A. sylvia, Wilson M. Lorraine. 2005. Patofisiologi. Ed. 6. Jakarta : EGC
45