PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
TORCH merupakan satu dari antara penyakit infeksi yang diderita oleh
ibu hamil dan dapat menyebabkan kelainan congenital. Kurangnya informasi
tentang infeksi torch ini menjadi suatau pekerjaan rumah bagi pekerja medis agar
lebih memperhatikan hal ini. Penyebaran infeksi torch melalui hewan peliharaan
yang berada di sekitar rumah. Jadi setiap ibu mempunyai risiko untuk tertular
infeksi ini, diharapkan adanya antenatal care yang baik bagi setiap ibu hamil bisa
mengurangi risiko infeksi torch.
Vaksinansi perlu untuk mencegah tertular penyakit ini. Bila infeksi ini
mengenai ibu hamil pada trimester pertama akan menyebabkan 20% janin
terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, bila ibu terinfeksi pada trimester
ketiga 65% janin akan terinfeksi. Ibu hamil yang terinfeksi virus rubella pada tiga
bulan pertama berisiko mengalami gangguan pembentukan dan perkembangan
janin, sebesar 50-80% dan juga menyebabkan abortus spontan 20%.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara setiap
pasangan yang akan menikah dengan para medis untuk memeriksakan diri agar
sedini mungkin dapat mengetahui apakah sedang terinfeksi torch atau tidak,dan
pencegahan serta terapi dapat diberika
B. TUJUAN
Penulisan referat ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
tentang infeksi TORCH dalam kehamilan agar dapat mendiagnosa lebih dini dan
penatalaksanaan yang tepat apabila menjumpai pasien dengan infeksi TORCH.
C. MANFAAT
Diharapkan referat ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
memberikan wawasan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya Obstetri dan
Ginekologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari
empat
jenis
penyakit
infeksi
yaitu
TOxoplasma,
Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, samasama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. TORCH
(toksoplasma,
rubela,
cytomegalovirus/CMV, dan
herpes
simplex) adalah
sekolompok infeksi yang dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya. Infeksi
ini biasanya tidak bergejala, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan
melakukan tes serum darah. Infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen
keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran,
retardasi mental serta kebutaan.
B. Etilogi
1.
2.
3.
4.
5.
Toksoplasma
Other (sifilis, streptococcus group B, mumps, hepatitis B dll)
Rubella
Cytomegalovirus (CMV)
Herpes Simplex Virus (HSV I dan II)
Pembawa penyakit ini adalah hewan peliharaan seperti kucing,
anjing, burung merpati, kelinci, ayam dan tikus.
C. Klasifikasi
1. Toksoplasma
a. Definisi
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii. Parasit ini merupakam suatu protozoa interseluler yang termasuk
kedalam phylum A picomplexa dan subklas coccidian. 6
Jika parasit ini menginfeksi wanita yang sedang hamil, maka parasit akan
menginfeksi janin melalui plasenta yang akan menyebabkan gangguan pada
mata, otak dan jaringan si janin.
b. Pathogenesis
Protozoa ini memiliki siklus hidup seksual dan aseksual. Hospes primer
(definitive) dari protozoa ini adalah filidae (kucing), hanya pada hospes
primer bisa berlangsung siklus seksual. Sememntara hospes kedua yang bisa
terjadi siklus aseksual dari prozoa ini adalah burung dan manusia.
Dalam epitel usus kecil tikus berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur
seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan
melalui tinja. Bila ookista tertelan oleh hospes perantara maka pada berbagau
jaringan akan terjadi pembelahan cepat menjadi takizoid kemudian
berreplikasi pada seluruh sel kecuali di eritrosit bradizoit (masa infeksi
laten) stadium istirahat (kista jaringan)
Pada manusia takizoid ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap
sel yang beriniti. Takizoit pada manusia adalah parasit obligat intraseluler.
takizoit berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh
dengan takizoit maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel sekitarnya
atau di fagositpsis oleh makrofag. Kista jaringan dibentuk didalam hospes bila
takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Kista jringan ini bisa
bertahan seumur hidup terutama diotak, otot jantung dan otot lurik. 5
Bila kista jaringan yang mengandung bradizoit atau ookista yang mengandung
sporozoit tertelan oleh hospes, parasit akan bebas dari kista kemudian didalam
eritrosit, parasit transformasi, peningkatan invasive takizoit kemudian parasit
menyebar ke jaringan limfatik, otot lurik, miokardium, retina, plasenta dan
SSP terjadi infeksi berreplikasi invasi ke sel sekitar . Kematian
sel ekor kucing yang terinfeksi dan nekrosis fokal dan inflamasi akut. 5
Pada hospes imunokompromise atau pada janin , faktor faktor imun yang
dibutuhkan untuk mengontrol penyebaran
darah
janin
guna
mendeteksi
antibdi
IgM
janin
spesifik
(antitoksoplasma).
e. Skirining prenatal
Umumnya pada orang orang dengan respon imun yang baik, adanya T.
gondii dalam tubuh tidak menimbulkan gejala. Namun pada wanita hamil
yang memiliki faktor risiko perlu dilakukan skrining sehingga jika benar
terdapat infeksi, diagnosis dan penanganan yang tepat dapat menurunkan
risiko infeksi congenital.5
f. Tatalaksana
Ketika terjadi infeksi akut pada ibu dilakukan terapi dengan pemberian
spiromisin 3 gr perhari (oral) dibagi dalam empat dosis.
Dapat
juga
diberikan
pyrimethamin
yang
dikombinasikan
dengan
f.
Pencegahan
Cara yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi.
Saat ini
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
cytomegalovirus.
Cytomegalovirus termasuk virus asam deoksiribonukleat dan sensitifiter
dan juga merupakan golongan virus DNA, hal ini berdasarkan struktur dan
cara virus CMV berreplikasi. Virus ini menyebabkan pembengkakan sel
yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar (sitomegali) dan tampak
sebagai gamabaran mata burung hantu.
Dinegara maju CMV adalah penyebab infeksi congenital yang paling utama
dengan angka kejadian 0,3 2 % dari kelahiran hidup. Dilaporkan pula 1015% bayi lahir yang terinfeksi secara congenital adalah simptomatis yakni
dengan manifestasi klinis akibat terserangnya susunan saraf pusat dan
berbagai organ lainnya. Hal ini menyebabkan kematian perinatal 20 30%
serta timbulnya cacat neurologic berat lebih dari 90% pada kelahiran.
Manifestasi dapat berupa hepatosplenomegali , mikrosefali, retardasi
mental, gangguan psikomotor, ikterus, petechie, koriorerinitis, dan
kalsifikasi serebral.
Sedangkan 10-15 % bayi yang terinfeksi bersifat tampa gejala
(asimptomatis) serta Nampak normal pada saat lahir. Kemungkinan bayi iini
mendapatkan cacat neurologis seperti retardasi mental atau gangguan
pendengaran dan penglihatan diperkirakan 1 2 tahun kemudian. Dengan
alas an ini sebenarnya infeksi CMV adalah penyebab uatama kerusakan
system saraf pusat pada anak anak.10
b. Pathogenesis
Penularan CMV berlangsung secara horizontal, vertical dan hunbungan
seksual. Trnasmisi horizontal terjadi melalui droplet infection dan kontak
dengan air ludan dan air seni. Sedangkan transmisi vertical adalah proses
infeksi maternal ke janin. Infeksi CMV congenital umumnya terjadi karena
primer.
Infeksi
primer
berlangsung
simptomatis
ataupun
asimptomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu
yang tidak terbatas. Selanjutnya virus masuk kedalam sel sel dari berbagai
macam jaringan. Proses ini disebut infeksi laten.10
Pada keadaan tertentu eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai
multiplikasi virus. Keadaan tersebut misalnya terjadi pada individu yang
mengalami supresi imun karena infeksi HIV atau obat obatan yang
dikonsumsi penderita transplatasi organ ataupun dengan keganasan. 10
Infeksi rekuren yang dimungkinkan karena penyakit tertentu serta keadaan
supresi imun yang bersifat iatrogenic dapat diterangkan sebagai berikut
bahwa kedua keadaan tersebut menekan respon sel limfosit T sehingga
stimulasi antigenic yang kronis. Dengan demikian terjadi reaktivasi virus
dari periode laten disertai berbagai sindroma.
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan dan infeksi
pada umur kehamilan kuran 16 minggu menyebabkan kerusakan yang
serius. Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu pada ibu hamil dengan
pola imunologis seronegatif dan non primer bila ibu hamil dalam keadaan
seropositif. Sedangkan infeksi endogenus adalah hasil suatu reaktivasi virus
yang sebelumnya dalam keadaan paten. Infeksi maternal primer akan
memberikan akibat klinis yang jauh lebih buruk pada janin dibandingkan
infeksi rekuren.
c. Manifestasi klinis
Mononukleus CMV disertai dengan demam tinggi yang teratur selama 3
minggu atau lebih (orang dewasa). Infeksi CMV yang terdisemisasi bisa
menyebabkan korioretinitis, koloitis atau ensefalitis. Infeksi pada bayi usia
3
bulan
biasanya
terjadi
asimptomatis/
disfungsi
hepatic,
Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan dan infeksi pada
usia kehamilan < 16 minggu menyebabkan kerusakan yang serius. Infeksi
congenital berasal dari eksogenus dan endogenus.
d. Diagnosis
Infeksi primer pola kehamilan dapat ditegakkan baik dengan serologis
maupun virologist. Dengan serologis dapat dilihat dari perubahan
seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV)
sebagai hasil pemeriksaan serian dengan interval 3 minggu. Sedangkan
dengan metode viremia dapat ditegakkan dengan menggunakan uji
imunofluoresen. Uji ini menggunakan monklonal antibody yang mengikan
Pp65 suatu protein dari CMV didalam sel lekosit dalam dalah ibu.
Diagnosis prenatal harus dilakukan terhadap ibu dengan kehamilan yang
menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu.
Dengan demikian diagnosis prenatal dapat mencegah terminasi kehamilan
yang tidak perlu terhadap janin yang sebenarnya tidak terinfeksi sehingga
kehamilan tersebut tetap terus berlangsung.
e. Tatalaksana
Tidak ada terapi yang memuaskan yang bisa diterapkan khususnya
pengobatan congenital. Infeksi primer yang terjadi pada umur kehamilan
kurang 20 minggu setelah memperhatikan hasil diagnosis prenatal
kemungkinan dapat dipertimbangkan adanya terminasi kehamilan. Obat
yang digunakan untuk anti CMV untuk saat ini adalah ganciclovir,
foscarnet, cidovofir, dan valaciclovir. 9
4. Herpes simplex virus (HSV)
a. Definisi
Infeksi ini disebabkan virus herpes simpleks (HSV). Ada dua jenis HSV
yaitu HSV I dan HSV II. HSV I biasanya dikaitkan dengan herpes oral, dan
HSV II dikaitkan dengan herpes genital. HSV tipe II ini dapat berada dalam
- Jaundice
- Retardasi mental
- Hepatosplenomegali
- Convultion
- Trombositopenia
- Ensefalitis
- Sianosis
- DIC
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium karena gambaran
klinisnya sangat bervariasi. Lesi dibuka dan dikultus dengan media spesifik.
Uji yang paling akurat adalah uji yang berdasarkan glikoprotein G1 dan G2
yang spesifik terhadap HSV, untuk mendiagnosis adanya HSV I dan HSV II
secara berturut turut.
e. Penatalaksanaan
Asiclovir sistemik 200mg/5 kali sehari (oral) selama 7-10 hari atau sampai
mencapai kesembuhan secara klinis. Asiclovir topical sebenarnya kuran
efektif dibandingkan dengan sistemik.
BAB III
KESIMPULAN
Torch adalah singkatan dari toksoplasma, other, rubella , cytomegalovirus
dan herpes simplex virus. Infeksi maternal oleh mmikroorganisme tersebut dapat
menyebabkan kelainan congenital, persalinan preterms, IUFD, infeksi neonatal.
Selain itu infeksi maternal juga dapat menyebabkan pneumonia, kelainan mata,
infeksi SSP pada neonatal, kelainan jantung dan tuli.
DAFTAR PUSTAKA
1. S. Van der weiden et al. Is routinw torch screening and urine cmv culture
warranted in small for gestational age neonatus?. Early human development 87
(2011) 103-107
2. Sarah logan & laura price. Infectious disease in pregnancy. Obstetrics, gynecology
and reproductive 21:12. 2011
3. Catherine Okeefe et al. Viral infection in neonatus. Division of pediatric infectious
disease and school of nursing, creigton university, omaha , 2010
4. Calvin tjong. Infeksi torch (article). Pondok indah health care group. 2010
5. Sylvia MD. Toxoplasmosis. 2001. Elsevier science inc., all right reserved
6. Alyson K toxoplasmosis. Diagnosis, treatment, adn prevention in congenitally
exposed infants. National assotiation of pediatric nurse practitioners. Published by
elsevier inc.2011
7. Jennifer m. Rubella. Seminar in fetal & neonatal medicine (2007) 12, 182e192.
Elsevier journal.
8. American academy of pediatric: reviewed article of rubella.2006
9. Gail j. Congenital cytomegalovirus ; public health action towards awareness,
prevention and treatment. Joournal of clinical virology 46S (2009) S1-S5
10.
11.
Helen varney. Dkk. 2004. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC