PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembesaran (struma) thyroidea sedang lazim ditemukan, tampil dalam
sekitar 10 persen dari semua wanita daam area geografi yang tidak
kekurangan yodium. Kebanyakan struma seluruh dunia akibat defisiensi
yodium, langsung atau akibat makan goitrogen dalam hal diet aneh pada area
dunia tertentu. Keadaan klinik ini tampil tanpa kesulitan dalam diagnosis atau
penatalaksanaan.
Banyak
bentuk
lain
pembesaran
thyroidea
yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang proses respirasi
b. Menambah pengetahuan mengenai penyakit pernapasan pada dewasa
yaitu TB Paru dan Efusi Pleura
c. Memberi pencerahan askep,farmakologi, penanganan medis atau
keperawatanya mengenai TB Paru dan Efusi Pleura.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai bahan diskusi di dalam tugas sistem respirasi
b.Sebagai pemenuhan tugas kepada pengampuh dengan hasi diskusi.
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan masiswa-mahasiswi
2. Tanggung jawab terhadap apa yang di tugas kepada pengampu secara
tertulis
3. Mempermudah dalam dokumentasi kegiatan diskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fungsi Tiroid
1
b. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini
dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah.
c. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut.
d. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan
dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat
berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada
setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid
tersebut.
SEL PARAFOLIKULER
a. Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa berupa kelompokkelompok sel ataupun hanya satu sel yang menempel pada basal membran
dari thyroid folikel. Sel ini mempunyai ukuran lebih besar dan warna lebih
pucat dari sel folikel.
b. Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat
menurunkan kadar kalsium darah.
Fisiologi Kelenjar Tiroid
hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena
jumlah reseptornya sedikit.
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin
(T4).Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar
berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung
dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi
menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang
terdapat
dalam
tyroglobulin
sebagai
monoiodotirosin
(MIT)
atau
a. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini
dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
b. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar
yang nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
c. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh
enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
d. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
e. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
f. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin.
Jika
dua
diiodotirosin
bergabung
akan
menjadi
tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak
larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut
protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon
tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini.
Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah.
(Guyton. 1997)
2. Mekanisme Umpan Balik Hormon dari Kelenjar Tiroid
hormone,
yang
menyebabkan
kelenjar
hipofisa
Umur
Pada umur dia atas 20 tahun, maka BEE akan menurun 2% setiap 10
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gender
Pertumbuhan
Tinggi badan
Masa otot
Temperatur
tahunnya.
BEE pada laki-laki > wanita (pada umur > 10 tahun)
BEE paling tinggi pada saat masa pertumbuhan (masa bayi dan remaja)
Orang yang lebih tinggi memiliki BEE yang lebih tinggi pula
BEE akan lebih tinggi pada masa otot yang lebih banyak
Setiap peningkatan temperature sebesar 10C (di atas temperature normal,
Tidur
Endokrin
hormone
tiroid.
Pada
hipotiroid
dapat
dijumpai
10
b. Etiologi
1.
2.
stroberi)
d) Autoimunoglobulin
c. Tanda dan gejala
1. SNNT
a)
b)
c)
d)
Masa dileher
Disfagia
Peningkatan TSH
T3 (tiroksin), T4(triiodotoronin) calsitonin menurun
2. SNT
a)
b)
c)
d)
e)
Peningkatan metabolisme
Suhu dan nadi meningkat
Dissters nafas hebat
Rasa takut
T3 (tiroksin), T4 (triiodotironin), calsitonin meningkat
d. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin
(T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
e. Klasifikasi struma
11
Derajat 0
Derajat 1a
12
c) Penyuntikan Lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc 0,8 cc.
d) Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan
operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya :
penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan
yang pasti akan dicurigai.
Penatalaksaan bedah
Indikasi untuk eksplorasi bedah glandula thyroidea meliputi :
1. Terapi.
Pengurangan
massa
fungsional
dalam
keadaan
hipertiroid,
penyakit
keganasan.
Biasanya
tiroidektomi
total
dengan
penekanan
mengganggu:
anaplastik,
metaplastik
atau
tumor
limfedematosa.
5. Reseksi subtotal akan dilakukan identik untuk lobus kanan dan kiri, dengan
mobilitas sama pada tiap sisi. Reseksi subtotal dilakukan dalam kasus struma
multinodular toksik, struma multinodular nontoksik atau penyakit grave.
Prinsip reseksi untuk mengeksisi sebagian besar tiap lobus yang memotong
pembuluh darah thyroidea superior ,vena thyroidea media dan vena thyroidea
inferior yang meninggalkan arteria thyroidea inferior utuh. Bagian kelenjar
yang dieksisi merupakan sisi anterolateral tiap lobus, isthmus dan lobus
13
14
15
Problem
Etiologi
Ketidakefektifan Pola Nyeri
DS :
-
pegunungan
Klien mengeluh nyeri saat menelan
Klien mengeluh sesak nafas
Klien mengeluh telapak tangan sering
berkeringat
Klien merasa cemas akan kehilangan
Ansietas
TD : 100/70 mmHg
N : 110 x/menit
RR : 21 x/menit
T3 dan T4 menurun
TSH meningkat
DS :
Resiko Infeksi
DO :
-
16
Prosedur Invasif
Rumusan Diagnosa
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan nyeri dan ansietas, di
tandai dengan Klien mengatakan tinggal di daerah pegunungan, klien
mengeluh nyeri saat menelan, klien mengeluh sesak nafas, klien mengeluh
telapak tangan sering berkeringat, TD : 100/70 mmHg, N : 110 x/menit, RR :
21 x/menit, T3 dan T4 menurun, TSH meningkat
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Intervensi
Tgl/ jam
20
No.
DP
Mei 1.
Tujuan
Intervensi
1. Monitor TTV
Rasional
1. Pasien dengan perubahan pola
2013
dapat dipertahankan
(nadi, suhu,
08.00
setelah dilakukan
pernapasan,
tindakan keperawatan
tekanan darah,
selama 2 x 24 jam,
SPO2) setiap 8
jam sekali
2. Monitor tanda-
tidak
berkeringat
- Klien tidak cemas
- TD : 110/70 - 120/80
mmHg
- N : 60-100 x/mnt
- RR : 16-20 x/mnt
tanda sianosis
17
dilakukan.
3. Karakteristik napas
menggambarkan usaha klien untuk
memenuhi oksigen dalam tubuh.
4. Pakaian hangat membantu
melindungi pasien dari udara
dingin (klien tinggal di
pegunungan)
5. Menghirup napas dalam di pagi
hari membantu membuka jalan
napas sehingga pola napas pasien
dapat teratasi dan suplai oksigen
terpenuhi karena udara pagi masih
nafas dalam
6. Kolaborasi
20
2011
Mei 2
tentang
pemberian
tubuh.
oksigen
1. Monitor luka, 1.Agar tindakan dapat dilakukan dengan
setelah dilakukan
jahitan drain,
tindakan keperawatan
dan keadaan
puss
Luka tidak berbau
Luka tetap kering
tangan
sebelum
kontak dengan
pasien
5. Lakukan
perawatan luka
(2 hri setelah
operasi).
6. Lakukan
perawatan
drain.
18
b) Batas :
Atas : Kartilago tiroid
Bawah : incisura jugularis
Medial : garis tengah leher
Lateral : M. Sternokleidomastoideus
Pada palpasi harus diperhatikan :
a.
b.
c.
konsistensi
d.
mobilitas
e.
f.
apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin
ada bagian yang masuk ke retrosternal)
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid
dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun,
mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves disease). Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.Struma
Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi
hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak.Histologik keadaan ini adalah
sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.Struma
endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan
mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
20
B. Saran
Sebagai perawat kita wajib mengetahui konsep penyaakit struma
sehingga mempermudaah dalam penatalaksanaanya di lapangan
DAFTAR PUSTAKA
1. Himawan, Sutisna. 1996. Patologi. Jakarta : Arthur C, Guyton. 1996.
Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC
2. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama F. Gary Cunningham. 2006. Obstetri William edisi 21 Vol.2. jakarta :
EGC
3. Andrianto,Petrus.1996.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Pwnyakit.jakarta:
EGC.
4. Ganong.Fisiologi Kedokteran.1988.Jakarta: EGC.
5. Dorlan. Kamus Saku Kedokteran.1998.Jakarta: EGC.
6. Santosa,Budi.Panduan Diagnosa Keperawatan.2005-2006.Jakarta: Prima
Medika.
7. http://www.emedicine.com/med/topic920.htm
21
22