agitation ?
2 Why does the male had visual hallucination and
felt scarry about it ?
3 What is the relation of high fever ( typhoid fever )
and confusion?
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi
berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas
dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang
berakibat disfungsi otak
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit,
cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga
mengenai otak, atau sekunder, seperti pada
gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang
otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau
sistem tubuh4
4 What are the etiology of mental organic disorder ?
Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh
kerusakan
atau
trauma
otak,
penyakit
(disease),
ketidakseimbangan nutrisi.
Gambaran utama dari gangguan mental organik yaitu :
1.
Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir
(intelect), daya belajar (learning)
2.
Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan
perhatian (attention)
3.
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam
bidang :
persepsi (halusinasi)
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
Delirium
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok
adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak
dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif.1,3
Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab.
Semuanya mempunyai pola gejala serupa yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif
pasien. Penyebab utama dapat berasal dari penyakit
susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh epilepsi ),
penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksi.3 putus
obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak
terletak di luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan
hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah
asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang
terutama terkena adalah formasio retikularis.1
Penyebab Delirium
Penyakit intrakranial
1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang
2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
1. Gangguan vaskular
Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi,
Obat antiparkinson. Obat antipsikotik, Cimetidine,
Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine,
Ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan panca indera
Malnutrisi.3
Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal
502-540.
Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M, Catatan Kuliah Psikiatri, Edisi
keenam, cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta 1995. hal 28-42
http://eprints.undip.ac.id
9 How to diagnose the condition of the scenario ?
Diagnosis
Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:
1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan
kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan
kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau
mengalihkan perhatian.
2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang
singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan
cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.
1. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi,
gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan
persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang
telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang
sedang timbul.
1. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah
jika
delirium
menumpang
pada
3. Agnosia
(kegagalan
untuk
mengenali
atau
mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik
adalah utuh)
4. Gangguan
dalam
fungsi
eksekutif
(yaitu,
merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan, dan
abstrak)
1. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut :
b. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing
menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial
atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna
dan tingkat fungsi sebelumnya.
c. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya, peninggian
refleks tendon dalam, respon ekstensor plantar, palsi pseudo
bulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan pada satu
ekstremitas) atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif
untuk penyakit serebrovaskular (misalnya, infark multipel yang
mengenai korteks dan substansia putih di bawahnya) yang
berhubungan secara etiologi dengan gangguan.
d. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
Kode didasarkan pada ciri yang menonjol
1. Dengan delirium
demensia
:jika
delirium
menumpang
pada
10 What is therapy ?
Treatment
Delirium treatment :
Penalaksanaan
Menurut Maramis (1995; 182), pengobatan etiologik
harus sedini-dininya dan disamping ini faal otak dibantu
agar tidak terjadi kerusakan otak yang tetap. Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah),
bila perlu diberi stimulansia. Pemberian cairan harus
cukup,
sebab
tidak
jarang
terjadi
dehidrasi.
1) Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih ia sangat
gelisah, sebab ia berbahaya untuk diri sendiri (jatuh, lari
dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun
untuk
orang
lain.
2) Dicoba menenangkan penderita dengan kata-kata
(biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres
es, penderita mungkin menjadi lebih tenang bila ia
melihat orang tua, barang yang ia kenal dari rumah.
Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, penderita tidak
tahan terlalu di isolasi. Terhadap gejala-gejala psikiatrik,
bila sangat mengganggu dapat diberi neroleptika,
terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
3) Bila kondisi ini merupakan foksisitas antikolinergik
digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg IV atau im. (dosis
15-30
menit)
4) Dilakukannya terapi untuk memberi dorongan
perbaikan
fisik
sensorik
dan
lingkungan
5) Untuk gejala-gejala psikosis digunakan haloperidol 210
ms
6)
Insomnia
diobati
dengan
benzodiazepin.
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2000; 191), bila
kondisi ini merupakan toksisitas anti kolinergik,
digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg, iv atau im dengan
pengulangan dosis setiap 15-30 menit. Selain itu, perlu
dilakukan terapi untuk memberi dorongan perbaikan
pada fisik, sensorik, dan lingkungan. Untuk mengatasi
gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 mg im, yang
dapat diulang setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati
dengan benzodiazepin yang mempunyai waktu terapi
pendek.
Pengobatan
tergantung
pada
penyakitnya:
1.
Infeksi
diatasi
dengan
antibiotik.
2. Demam diatasi dengan obat penurun panas.
3. Kelainan kadar garam dan mineral dalam darah
diatasi dengan pengaturan kadar ciran dan garam dalam
darah.
Demensia Treatment :
Penatalaksanaan
Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat.
Secara umum, terapi pada demensia adalah perawatan
medis yang mendukung, memberi dukungan emosional
pada pasien dan keluarganya, serta farmakoterapi untuk
gejala yang spesifik. Terapi simtomatik meliputi diet,
latihan fisik yang sesuai, terapi rekreasional dan
aktivitas, serta penanganan terhadap masalah-masalah
lain.
Sebagai farmakoterapi, benzodiazepin diberikan untuk
ansietas dan insomnia, anti depresan untuk depresi,
serta anpsikotik untuk gejala waham dan halusinasi (Arif
Mansjoer,
2001;
192).
Sementara itu takrin telah digantikan oleh donepezil,
yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan
memperlambat perkembangan penyakit alzheimer
selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa
memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling
baik
jika
diberikan
pada
stadiun
dini.
(http://medicastore.com/index.php?
mod=penyakit&id=698)
11 What is the prognosis ?
12 What are the common symptom?
Klasifikasi Demensia
Menurut WF. Maramis (1997; 192) Demensia terbagi menjadi:
1. Demensia senilis
Adalah perubahan fisik akan mental yang terjadi pada orang lanjut
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada penyakit delirium adalah kesadaran yang
menurun. Gejala-gejala lain adalah penderita tidak mampu
mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung
atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama
berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan
inkoherent. Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom
putus obat merupakan jenis hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan
tanda-tanda otonom, seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi
pupil, nausca, mundan dan hipertermi. Orientasi waktu seringkali
hilang, sedangkan orientasi tempat dan orang mungkin terganggu
pada kasus yang berat. Pasien seringh mengalami Abromalitas
dalam berbahasa, seperti pembicaraan yang bertele-tele, tidak