KELOMPOK A10
MAHIRA BAYU ADIFTA
G0012125
PRISMA PUTRA G. A.
G0012165
G0012087
NADITA GITA O.
G0012145
G0012009
SHANTI PROBOSIWI
G0012209
G0012149
ROSA RIRIS S.
G0012193
NADIA NURFAUZIAH
G0012143
YUNINDRA KEN S.
G0012237
KARTIKA YULIANA P.
G0012103
SALSHA AMALIA
G0012203
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
NYERI PINGGANG DAN TIDAK BISA KENCING
Dokter IGD menerima pasien rujukan dari puskesmas, pasien seorang
laki laki, berusia 35 tahun. Sekitar 6 jam sebelumnya, pasien mengendarai sepeda
motor sambil bertelepon. Saat ada becak yang menyebrang jalan, karena kaget,
saat kecepatan tinggi, pasien menabrak pohon karena bermaksud menghindari
becak. Pasien terbentur setang motor pada pinggang kanan, lalu jatuh ke tanah
dengan panggul membentur batu besar. Pasien sadar, tampak pucat, mengeluh
nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dan tidak bisa kencing. Namun
dokter tetap tidak melakukan kateterisasi.
Dari pemeriksaan dokter IGD didapatkan kesadaran GCS 15, pupil
isokhor, refleks cahaya (+/+), lateralisasi (-), jalan nafas bebas. Didapatkan vital
sign: Nadi 120x/menit, tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 36 C, akral dingin dan
lembab, RR 24x/menit.
Terdapat jejas pada regio lumbal dekstra, nyeri ketok costovertebral (+),
keluar darah dari orificium urethra externum, serta terdapat hematom pada regio
perineum. Dari pemeriksaan rectal toucher didapatkan prostat melayang. Dalam
pemeriksaan stabilitas pelvis, tes kompresi (+), tes distraksi (+).
Dokter melengkapi pemeriksaan penunjang kemudian mengkonsulkan
pasien pada dokter spesialis yang berkaitan untuk menangani kasus ini.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jumps
a. Langkah I : Klarifikasi Istilah
Dalam skenario kali ini kami mengklarifikasikan istilah sebagai berikut :
1. Tes kompresi dan tes distraksi : pemeriksaan pelvis dengan cara
mendorong dan menarik pelvis.
2. Tes Kompresi : salah satu tes stabilitas pelvis yang dilakukan dengan
menekan bagian lateral pelvis pasien saat pasien tidur dalam posisi
miring.
3. Tes Disktraksi : salah satu tes stabilitas pelvis yang dilakukan dengan
menekan pelvis pada bagian depan dalam posisi pasien terlentang.
4. Prostat melayang : suatu kondisi dimana prostat tampak melayang
ketika pemeriksaan.
b. Langkah II : Menentukan / mendefinisikan permasalahan
Permasalahan yang ditemui dalam skenario ini adalah :
1. Apa hubungan waktu penangannan pasien (6 jam) dengan kondisi
pasien?
2. Hubungan kejadian kecelakaan yang dialami pasien dengan keluhan
nyeri pinggang, tidak bisa kencing dan nyeri perut bagian bawah?
3. Mengapa dokter tidak melakukan kateterisasi?
4. Mengapa puskesmas perlu melakukan rujukan ke IGD?
5. Organ apa sajakah yang berpeluang mengalami trauma pada daerah
yang mengalami jejas?
6. Bagaimana interpretasi GCS, pupil, dan vital sign?
7. Bagaimana interpretasi p(x) fisik pada pasien?
8. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan dalam kasus ini?
Gejala
Pusing,
ringan
takikardi
Gelisah,
keringat
dingin,
haus,
diuresis berkurang.
Gelisah,
pucat,
dingin, oligouria.
Pucat, sudah mulai
muncul
sianotik,
dingin,
takipnea,
anuria.
Pada skenario :
Pasien mengalami syok ringan, dikarenakan tekanan darah systole
pasien hanya 90 mmHg dan takikardi yang mencapai 120x/menit. Pada
Jawab:
Kontraindikasi
pemasangan
kateter
adalah
urethral
injury.
Biasanya ditemukan pada pasien dengan trauma atau fraktur pada pelvis
yang ditandai dengan adanya perdarahan pad meatus urethra, perineal
hematoma, dan prostat yang melayang. Jika dicurigai ada trauma pada
urethra perlu dilakukan urethroghrapy sebelum dilakukan kateterisasi.
Selain itu pada pasien dengan striktur urethra, pasca pembedahan
urethra atau vesica urinaria, serta pada pasien yang tidak kooperatif
juga tidak disarankan untuk dilakukan pemasangan kateter.
Pada skenario:
Hasil pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya darah yang
keluar dari orificium urethra externum, hematom pada regio perineum,
serta dari pemeriksaan rectal toucher didapatkan prostat melayang. Dari
hasil tersebut dicurigai pasien mengalami trauma pada urethra yang
merupakan salah satu kontraindikasi pemasangan kateter sehingga
dokter tidak melakukannya.
4.
5.
Organ didalamnya
Hypochondriaca dextra
Epigastrica
Hypochondriaca
sinistra
Lumbalis dextra
Umbilicus
Lumbalis sinistra
Illiaca dextra
Hypogastrica
Illiaca dextra
6.
Normal
15
Pada
skenario
15
Interpretasi
Pasien
dalam
keadaan
compos mentis. Tidak ada
cedera kepala atau cedera
Pupil
Isokhor
Isokhor
(+/+)
(+/+)
(-)
(-)
120 / 80
mmHg
90/60
mmHg
Nadi
70
80x/menit
120
x/menit
Suhu
36,6C
37,2C
16
20x/menit
36C
Reflek
cahaya
Lateralisasi
Tekanan
Darah
RR
24x/menit
kepala ringan.
Normal, tidak ada cedera
kepala yang mengakibatkan
rusaknya jaras neural mata.
Normal, tidak ada cedera
kepala yang mengakibatkan
rusaknya jaras neural mata.
Normal,
tidak
ada
perdarahan intrakranial.
Hipotensi, yang mungkin
terjadi
akibat
pasien
kehilangan banyak darah.
Tanda dari pre syok
hipovolemik.
Takikardi.
Merupakan
mekanisme
kompensasi
akibat
hipotensi
yang
dialami pasien. Tanda dari
pre syok.hipovolemik.
Normal.
Pasien
tidak
mengalami demam.
Takipnea. Pernafasan lebih
dari normal.
7.
Posterior
Bloody discharge
Retensio urine
Floating Prostat
peritoneal/urin infiltrate
*Trias ruptur uretra (anterior/posterior)
Prostat melayang pada pemeriksaan rectal toucher disebabkan oleh
ligamentum puboprostaticum yang menyangganya terlepas akibat
trauma yang terjadi sehingga prostat terangkat ke arah cranial dan
melayang diantara hematoma yang terjadi.
Tes kompresi dan tes distraksi (+) pada pemeriksaan stabilitas
pelvis dapat menjadi sebuah indikasi adanya trauma pada pelvis. Tes
kompresi dilakukan dengan menekan bagian lateral pelvis pasien saat
pasien tidur dalam posisi miring. Tes distraksi dilakukan dengan
menekan pelvis pada bagian depan dalam posisi pasien terlentang.
Tidak bisa kencing pada pasien disebabkan karena ada trauma pada
urethra. Produksi urin tetap ada sehingga urin tertampung di vesika
urinaria dan tidak bisa keluar. Pasien mengeluh nyeri perut bagian
bawah akibat distensi berlebihan dari vesika urinaria.
8.
kontusio
dengan
jelas,
memberikan
gambaran
Pasien ke Dokter
pada
pasien
tersebut
dan
apa
saran
tindakan
medik/pengobatan selanjutnya.
10.
Penatalaksanaan
awal
di
puskesmas
dan
IGD
dan
penatalaksanaan lanjutan?
a. Puskesmas
Sebelum melakukan penatalaksanaan awal di puskesmas hal
yang perlu dilakukan
pemeriksaan awal
adalah,
A (Airway)
pengeluaran urin
Fraktur pelvis
Dari pemeriksaan awal yang dilakukan, pasien suspek
fraktur pelvis yang nanti dibuktikan dengan radiologis,
maka sebelum hasil radiologis didapatkan pasien dicurigai
mengalami fraktur pelvis. Penatalaksanaan awal yang bisa
dilakukan di pusksemas untuk menolong fraktur pelvis
adalah
imobilisasi
pelvis
(sheet
pelvis).
resusitasi
Kompresi anteroposterior
Kompresi lateral
Trauma vertikal
Trauma kombinasi
Trombosis
vena
ilio-femoral,
komplikasi
ini
sering
Trauma
pembuluh
darah
besar
akan
menyebabkan
Komplikasi Lanjut
Skoliosiskompensatoar.
b. Trauma Ginjal
Ginjal terletak di rongga retroperitonium dan terlindung
oleh otot-otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ-
atau
ekstravasasi
urine.
Laserasi
yang
Gamb
ar: klasifikasi trauma ginjal
Diagnosis
Kecurigaan terhadap adanya trauma ginjal jika terdapat:
Hematuria.
berupa
perdarahan,
fistula
arteri-vena
renalis,
renalis,
dan
fistula
arterivena. Arteriografi
akan
yang
keberhasilan
jarang.
embolisasi
Beberapa
penulis
melaporkan
untuk
menangani
transkateter
pseudoaneurisma.
c. Trauma Uretra
Berdasarkan anatomi, ruptur uretra dibagi atas ruptur uretra
anterior yang terletak distal diafragma urogenital dan ruptur
uretra posterior yang terletak proksimal diafragma urogenital.
Ruptur Uretra Anterior
Mekanisme trauma
Trauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan trauma
uretra anterior. Trauma tumpul adalah diagnosis yang sering
pada segmen uretra pars bulbosa (85%), karena fiksasi uretra
pars bulbosa dibawah dari tulang pubis, tidak seperti uretra pars
pendulosa yang mobile. Trauma tumpul pada uretra pars bulbosa
biasanya disebabkan oleh straddle injury atau trauma pada
daerah perineum. Uretra pars bulbosa terjepit diantara ramus
inferior pubis dan benda tumpul, menyebabkan memar atau
laserasi pada uretra.
Tidak seperti trauma pada uretra pars prostatomembranous,
trauma tumpul uretra anterior jarang berhubungan dengan
trauma
organ
lainnya.
Kenyataannya,
straddle
injury
Klasifikasi
Klasifikasi ruptur uretra anterior dideskripsikan oleh
McAninch dan Armenakas berdasarkan atas gambaran radiologi
Incomplete
disruption
Uretrografi
menunjukkan
Complete
disruption
Uretrografi
menunjukkan
atau
vesika
urinaria.
Kontinuitas
uretra
seluruhnya terganggu.
Gambaran Klinis
Pada ruptur uretra anterior terdapat memar atau hematom
pada penis dan skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus
uretra merupakan tanda klasik cedera uretra. Bila terjadi rupture
uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak
terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah
suprapubik. Pada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih
yang penuh.
Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat
cedera kangkang atau instrumentasi dan darah yang menetes
dari uretra. Jika terjadi ruptur uretra beserta korpus spongiosum,
darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada fasia
Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada
penis. Namun jika fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan
darah hanya dibatasi oleh fasia Colles sehingga darah dapat
menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu
robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga
disebut butterfly hematoma atau hematoma kupu-kupu.
posterior
terputus
pada
perbatasan
prostat-
sebelah
proksimal
ikut
rusak.
Uretrografi
utuh. Disrupsi
dan
buli-buli
terpisah
dengan
uretra
pars
Mekanisme trauma
Topografi Organ
Diagnosis Awal
Penanganan di Puskesmas
Penatalaksanaan Awal
Mekanisme Rujukan
Penatalaksanaan Lanjutan
Primary Survey
Diagnosis
Fraktur Pelvis
Trauma Ginjal
Trauma Urethra
3.
4.
B (Breathing)
Pada skenario pasien sadar, dapat bernafas mandiri, maka tidak ada
masalah dengan breathing.
C (Circulation)
Pada pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa :
o Nadi : 120x/menit (takikardia)
o Tekanan darah : 90/60 mmHg (Hipotensi).
o RR: 24x/menit (Normal).
o Suhu Tubuh 36oC (normal)
Dari data pemeriksaan diatas pasien dicurigai presyok dan sangat
mungkin masuk menjadi syok sehingga perlu dilakukan tatalaksana
yang cepat dan tepat.
D (Disability)
Pada pemeriksaan didapatkan hasil:
2.
a. Periksa vital sign: nadi, tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi napas.
b. Pasang EKG
Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus
dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi. Hipotermia dapat
menampakkan gambaran disritmia.
c. Pasang kateter uretra
Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi
pemasangan kateter urine.
d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
e. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST
o Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral,
menggunakan mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat
kecurigaan trauma abdomen.
o Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai
menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat
dilakukan pada saat secondary survey.
3.
Secondary Survey
a. Anamnesis
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik
pada
secondary
survey
meliputi
ruptur
uretra
posterior
tidak
disertai
cedera
sistotomi
suprapubik.
Kira-kira
bulan
setelah
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulan pada
skenario ini pasien mengalami trauma tumpul abdomen berupa ruptur ren serta
fraktur pelvis yang mengakibatkan ruptur urethra pars posterior, keadaan tersebut
mengakibatkan perdarahan hingga syok hipovolemik.
BAB IV
SARAN
Pelaksanaan tutorial berjalan dengan cukup baik, namun diharapkan peran serta
mahasiswa lebih aktif lagi sehingga semua learning objectives dapat diselesaikan
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee on Trauma. 2008. Advanced Trauma
Life Support Eight Edition. Indonesia: Ikabi.
Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy Fifth Edition. Saint Louis: Mosby.
Odle,
Teresa.
2007.
Blunt
Abdominal
Trauma.
Available
from
Kevin
et
al.
2009.
Trauma
Urethral.
Available
from