Anda di halaman 1dari 23

acLAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS GASTRITIS


A. Konsep dasar keluarga
1. Pengertian
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya
dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
2. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
1). Keluarga Tradisional
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang

hidup dalam rumah tangga yang sama.


Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang

yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.


Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada

anak yang tinggal bersama mereka.


Bujang dewasa yang tinggal sendiri
Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri

tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.


Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota

yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.


2). Keluarga non tradisional
Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah

(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).


Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup

bersama sebagai pasangan yang menikah


Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber

dan mempunyai pengalaman yang sama.


b. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga tradisional

Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,

dan anak kandung atau anak angkat


Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,

paman, dan bibi


Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang

berusia lanjut
2) Keluarga non tradisional
Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah
Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah


Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam

satu rumah tangga


c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan

hidup secara bersama-sama.


Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam struktur, diantaranya :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu dususun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial, ekonomi,
dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap,
yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, yaitu kebutuhan penhgajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator
keluarga sejahtera tahap I
b. Keluarga Sejahtera tahap I
Adalah keluarga yang telah memeuhi kebutuhan dasar secara minimal serta
memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga
Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal atau transportasi
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta
telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan menjadi pengurus
lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan
dan sebagainya.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III (Plus)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang bersifat
dasar, sosial, psikologis, pengembangan, serta telah mampu memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut
Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif

Fungsi

afektif

merupakan

fungsi

keluarga

dalam

memenuhi

kebutuhan

pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.


b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
5. Ciri-ciri Keluarga
a.

Diikat dalam suatu tali perkawinan

b.

Ada hubungan darah

c.

Ada ikatan batin

d.

Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya

e.

Ada pengambilan keputusan

f.

Kerjasama diantara anggota keluarga

g.

Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

h.

Tinggal dalam suatu rumah

6. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri
d. Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik, fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan yang baik.
7. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Pengertian
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan masyarakat yang
ditunjukkan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur
(Friedman, 2010).
b. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan, karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesame anggota
keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
(Friedman, 2010) :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengembalikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan prantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
keehatan masyarakat
c. Status penyakit dan kemiskinan dalam keluarga
Dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap keluarga lebih ditekankan
kepada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Keadaan

sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai
masalah kesehatan yang mereka hadapi, disebabkan karena ketidakfahaman dan
ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.
Masalah kemiskinan akan sangat mempengaruhi kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan
dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebuthan lainnya. Jelas
kesemuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit.

Berikut ini merupakan penyakit yang menimbulkan kemiskinan :


Penghasilan rendah

Produktifitas berkurang

Daya tahan tubuh lebih peka

Kecemderungan yang terjadi :


Kurang gizi
Lingkungan jelek
Pendidikan rendah
kebiasaan kesehatan

Daya tahan tubuh terhadap penyakit

d. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga. Keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam
bidang kesehatan meliputi :

1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :

Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah

Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi kesehatan


sendiri

Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga


dengan penyakit keturunan

2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil :

Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun

Mendeita kekurangan gizi/anemia

Menderita hipertensi

Perimpra atau multipora

Riwayat persalinan dengan komplikasi

3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

Lahir premature/BBLR

Berat badan sukar naik

Lahir dengan cacat bawaan

ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi

Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam


jiwa bayi

4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga

Anak yang tidak dihendaki dan pernah dicoba untuk


digugurkan

Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan


sering timbul ketegangan

Ada anggota keluarga yang sering sakit

Salah satu orang tua meninggal atau cerai

e. Prinsip-prinsip Keperawatan Keluarga


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga :
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan

2) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai


peningkatan kesehatan keluarga
3) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama
4) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluaruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kreatif dan rehabilitatif
6) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga
7) Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
adalah

penyuluhan

kesehatan

dan

asuhan

keperawatan

kesehatan

dasar/perawatan di rumah
10) Diutamakan terhadap keluarga uang termasuk resiko tinggi
f. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Alasan keluarga disebut suatu system adalah sebagai berikut :
1) Keluarga mempunyai subsistem anggota peran, aturan, budaya dan lainnya
yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem
3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang mempengaruhi suprasistemnya.
Keluarga

sebagai

system

mempunyai

karakteristik

dasar

yang

dapat

dikelompokkan sebagai berikut :


1) Keluarga sebagai system terbuka yang mempunyai kesempatan dan mau
menerima/memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya

2) Keluarga sebagai system tertutup merupakan suatu system yang kurang


mempunyai kesempatan, kurang atau mau menerima/memberi perhatian
kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.
g. Peran dan Fungsi Perawat
Perawat yang memberikan askep keluarga mempunyai peran dan fungsi sebagai
berikut :
1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien (keluarga)
dengan menggunakan proses keperawatan
2) Sebagai advokad klien (keluarga) perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien dan membantu keluarga untuk memenuhi
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional
3) Sebagai

pendidik

klien,

perawat

membantu

klien

meningkatkan

kesehatannya, pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan


kesehatan/tindakan medik yang diterima sehingga keluarga dapat menerima
dan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahui
4) Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan
potensi yang ada baik materi maupun kemampuan keluarga secara
terkoordinir sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang
tindih
5) Sebagai kolabolator, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lai dengan
keluarga

dalam

menentukan

rencana

maupun

pelaksanaan

asuhan

keperawatan guna memenui kebutuhan dasar keluarga


6) Sebagai pembaharu, perawat menyebabkan inovasi dalam cara berfikir,
bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan keluarga agar
mampu sehat
7) Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan
yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan kepuasan
perawat dalam melaksanakan tugas.
B. Konsep dasar gastritis
1. Pengertian
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal ( Price & Wilson, 2005)

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak
dan swasirna merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal ( Price
& Wilson, 2005)
Gastritis berasal dari bahasa yunani yaitu gastro yang berarti perut atau lambung
dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Jadi gastritis adalah peradangan atau
inflamasi pada lambung (http://health.detik.com. Diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain (http://medicastore.com diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
2. Anatomi Fisiologi

Anatomi
Saluran pencernaan dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus
halus ( duodenum, yeyenum dan ileum ), usus besar ( seikum, kolon asendens,
kolon transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid ), rectum, dan anus
( Setiadi, 2007).
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu
bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan
pipi. Sedangkan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus ). Faring terdiri dari bagian superior ( nasofaring ) yang
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga dan
bagian media ( orofaring ) berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
Gaster / ventrikulus merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster yang terdiri bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di
bawah diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus
uteri.
Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum. Intestinum minor terdiri dari
duodenum / usus 12 jari berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri yang terdapat
pancreas, yeyenum dan ileum yang melekat pada dinding abdomen posterior

dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai


mesentrium.
Intestinum mayor / usus besar terdiri dari seikum yang dibawahnya terdapat
appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing, kolon asendens terletak di
bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati, kolon
transversum membujur dari kolon asendens sampai kolon desendens berada di
bawah abdomen sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis, kolon desendens terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur
dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung
dengan kolon sigmoid, kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S,
ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os

koksigis. Anus adalah bagian yang menghubungkan rectum dengan dunia luar.
Fisiologi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di
bawah diafragma. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J,
dan apabila penuh berbentuk seperti buah pir raksasa yang kapasitasnya adalah 1
sampai 2 L. Secara anatomis lambung terdiri dari :
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum

kardium dan biasanya penuh berisi gas.


Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium suatu lekukan pada bagian bawah

kurvatura minor.
Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal

membetuk spingter pylorus.


Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum

kardiak sampai kepilorus.


Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurpatura minor terbentang dari sisi kiri
osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai sampai
kepilorus inferior. Ligamentum gastro linealis terbentang dari bagian atas

kurvatura mayor sampai ke limpa.


Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esophagus bagian abdomen

masuk lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik ( Setiadi, 2007)
3. Klasifikasi Gastritis (Price & Wilson, 2005)
1. Gastritis Akut

Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan


penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang
manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosit
atau gastritis hemoragik. Disebut Gastritis hemoragik karena pada penyakit ini
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada mukosa lambung tersebut.
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan diet yang sembrono.
Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Penyakit lain dari Gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluk, empedu, atau
terapi radiasi.
Bentuk terberat dari penyakit Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam
atau alkali kuat yang menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi piloris.
Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan
aspirin merupakan agen pencetus yang lazim.
2. Gastritis kronis
Disebut Gastritis kronis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik,
yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas.
Gastritis kronis ditandai oleh Atropi Progresif Epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa
mempunyai permukaan yang nyata. Gastritis kronis digolongkan menjadi dua
kategori yaitu Gastritis Tipe A (Atropik atau Fundal) dan Gastritis Tipe B (Antral).
Gastritis kronis adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter Pylory (H.
Fylory).
4. Etiologi (Price & Wilson, 2005)
Adapun penyebab dari gastritis yaitu:
agen kimia mencakup bumbu dan rempah rempah
alcohol
obat obatan
asam empedu
enzim pancreas
etanol

mikro organisme infektif


radiasi
kemoterapi
stress
5. Patofisiologi (Price & Wilson, 2005)
Obat obatan, alcohol, garam empedu, atau enzim enzim pancreas dapat
merusak mukosa lambung ( gastritis erosif ), mengganggu pertahanan mukosa lambung
dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosif pada dinding lambung (gastritis korosif).
Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
6. Manifestasi Klinik
1. Gatritis akut
Nyeri epigastrum
Nausea, muntah-muntah, anorexia
Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
2. Gastritis kronik
Tampak pucat, Hb tidak normal
Perut terasa panas
Anorexia, epigstrum terasa tegang
BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat diketahui
dengan biopsy
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )
7. Pemeriksaan Diagnostik (http://www.tempointeraktif.com diakses pada tanggal 4 Juni
2015)
Endoskopi: gastro duodenoskopy akan tampak eritematous atau eksudatif, mukosa

sembab, merah, mudah berdarah


Pemeriksaan histologis: dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung

untuk mengetahui adanya kuman helikobakter pylori


Pemeriksaan radiology
8. Komplikasi (http://www.gresnews.com diakses pada tanggal 4 Juni 2015)
Hemoragi
Tukak lambung
Obstruksi
Ca. Lambung

9. Pengobatan (Price & Wilson, 2005)


Gastritis akut biasanya mereda bila agen penyebabnya dihilangkan. Obat anti
muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah. Bila penderita tetap muntah,
mungkin perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus
intravena. Penggunaan obat penghambat H2 misalnya ranitidin ( untuk mengurangi
sekresi asam ), antacid ( untuk menetralkan asam yang tersekresi ) dan sukralfat ( untuk
melapisi daerah inflamasi atau ulserasi ) dapat mempercepat penyembuhan.
C. Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan gastritis
Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian ( Mubarak, 2010 )
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga binaannya. Tahap ini mencakup pengumpulan
data, analisis/interprestasi data tentang bio, psiko, sosio, kultural, dan spritual klien.
Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah :
Struktur dan karakteristik keluarga
Sosial, ekonomi, budaya
Faktor lingkungan
Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
Psikososial keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut : (Mubarak, 2010)
a. Data umum
1)
Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala
keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan
2)

genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).


Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

3)

yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.


Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan

4)
5)
6)

kesehatan.
Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
Tempat tinggal keluarga bagaimana.
Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah

7)
8)
9)

kegiatan-kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.


Kebiasaan-kebiasaan dit dan berbusana, baik tradisional ataupun modern.
Bahasa yang digunakan di dalam keluarga (rumah).
Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan prakatisi.

10)

Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan

11)

beragamanya;
bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi

keagamaan;
agama yang dianut oleh keluarga;
kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam

kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.


Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan
oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga
lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang

12)

yang dimilki oleh keluarga seperti :


jumlah pendapatan perbulan;
sumber-sumber pendapatan per bulan;
jumlah pengeluaran perbulan;
apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga;
bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.
Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu

luang atau senggang keluarga.


b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga
melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga
adalah mangkaji riwyat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
1)
Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendalanya.
3)
Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti meliputi : riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga


seperti perceraian, kematian dan keluarga yang hilang.
4)
Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat
dengan orang tua dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal (rumah apartemen, sewa kamar, kontrak
atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah

untuk tempat tinggal.


Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior. Interior
rumah meliputi : jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur);
penggunaan-penggunaan kamar tersebut; dan bagaimana kamar tersebut
diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan, ventilasi,
lantai, tangga rumah, susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal.
Termasuk

perasaan-perasaan

subjektif

keluarga

terhadap

rumah

tinggalnya, apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi

mereka.
Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada fasilitas

pengaman bahaya kebakaran.


Kamar mandi, sanitasi, air, fsilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.
kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai bagi
anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan

kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.


kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-serangga kecil
(khususnya di dalam), dan masalah-masalah sanitasi yang disebabkan
akibat binatang-binatang peliharaan seperti ayam, kambing, kerbau, dan

hewan peliharaan lainnya.


pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga terhadap
pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak. Termasuk bahaya-

bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.


perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah

meraka.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal.
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa.
Tipe tempat tinggal
Keadaan tempat tinggal dan jalan raya

Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara penanganan

sampah dan lainnya.


Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam lingkungan

dan komunitas
Kemudahan pendidikan di lingkungan dan komunitas, apakah mudah

diakses, dan bagaimana kondisinya.


Transportasi umum, bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut dapat

diakses.
Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah ada

masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman serius.


Mobilitas geografis keluarga
Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat
Sistem pendukung keluarga meliputi :
3) Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat dan memutuskan
dalam penggunanaan keuangan, serta pengambilan keputusan dalam

pekerjaan atau tempat tinggal.


Model kekuatan dan kekuasaan yang digunakan keluarga dalam

membuat keputusan.
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga,
baik secara formal maupun informal.
d) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan tentang nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok
atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut, seberapa
penting nilai yang dianut, bagaimana latar belakang budaya yang
mempengaruhi nilai-nilai keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
4) Fungsi keluarga
a) Fungsi efektif
Pola kebutuhan keluarga
Mengkaji gambarabn diri anggota keluarga
Keterpisahan dan keterikatan
b) Fungsi sosialisasi
Tanyakan apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga
Apakah saling ketergantungan
Siapa yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak

Adakah faktor sosial budaya yang mempengaruhi pola-pola

membesarkan anak.
Apakah keluarga mempunyai masalah dalam mengasuh anak
Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk

bermain sesuai dengan tahap perkembangannya.


c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengenal masalah kesehatan
Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang kuat
Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
d) Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga, meliputi :
Nilai yang dianut terkait kesehatan;
Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai tersebut;
Bagaimana Perilaku semua Anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan.
Konsep dan pengetahuan keluarga tentang konsep sehat sakit
Praktik diet keluarga
Latihan dan rekreasi
Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
Peran keluar dalam praktik perawatan diri
Cara-cara pencegahan penyakit
Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga
Sumber keuangan
Pelayanan kesehatan Darurat
Fasilitas transfortasi keluarga untuk perawatan kesehatan.
e) Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,
serta metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
f) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
dan papan.
g) Stress dan koping keluarga
Stresor Jangka Pendek Dan Stresor Jangka Panjang
Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan.


Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,


mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau

stressor.
Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila menghadapi masalah.


Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional

yang digunakan keluarga bila mengahdapi permasalahan.


5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik
6) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatana yang ada.
2. Perumusan diagnosa keperawatan ( Mubarak, 2010)
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis, mengenai individu, keluarga
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawab melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya
masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,
fungsi - fungsi keluarga dan koping kelaurga, baik bersifat aktual, resiko maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan
dan sumber daya keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan yang
dikenal dengan (PES) meliputi :
a. Problem atau masalah (P)
Adalah suatu penyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b. Etiologi atau penyebab (E)
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, dan
memanfaatakan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Sign atau tanda (S)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi dari diagnosis keperawatan :

Diagnosis actual
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada diagnosis
keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor
penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan
faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu :
Patofisiologi (biologi atau psikologi)
Tindakan yang berhubungan
Situasional (lingkungan, personal)
(Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi)
Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem

pendukung, lingkungan fisik dan psikologis.


Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
Faktor-faktor

resiko

untuk

diagnosis

resiko

dan

resiko

tinggi

memperlihatkan keadaan dimana rerentanan meningkat terhadap klien atau


kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari
yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.
Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera
tidak

mencakup

faktor-faktor

yang

berhubungan.

Perawat

dapat

memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan ke


arah yang lebih baik.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan :Skoring dilakukan bila
perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring
menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh bailon dan Maglaya (1978).
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan

bobot
Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)

Tabel 2.1. skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978)
NO
1.

2.

3.

4.

KRITERIA
Sifat masalah.
Skala : Aktual
Resiko
Potensial
Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala : Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah.
: Masalah berat harus ditangani.
Masalah yang tidak perlu segera
ditangani.
Masalah tidak dirasakan

SKOR

BOBOT
1

3
2
1

2
1
0
3
2
1

2
1
1
0

Sumber : Mubarak, 2010


Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan : Prioritas didasarkan
pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun
berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu
mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan
mana yang perlu diatasi segera.
3. Perencanaan keperawatan keluarga ( Mubarak, 2010)
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan
perawatan kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditemukan perawat untuk dilaksanakan dalam


memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan keperawatan
keluarga, antara lain :
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh tentang
masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga.
e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga:
a. Menetukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujiuan atau objektif
c. Menetukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan ( Mubarak, 2010 )
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan dan membangkitkan minat keluarga
untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka
perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara: Memberikan informasi yang tepat.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
4) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara : Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
5) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
6) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
7) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara : Mendemonstrasikan cara perawatan
8) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
9) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
10) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :, Menemukan sumber,
Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin
5. Evaluasi ( Mubarak, 2010)
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun rencana

baru yang sesuai kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu
dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan,
baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :
Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga

mengatasi masalah tersebut.


Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
Tentukan kriteria dan standar evaluasi.
Tentukan metode dan teknik evaluasi .
Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar

untuk evaluasi.
Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal.
Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada
faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai