APENDIK
APENDIK
DENGAN APENDIKSITIS
Disusun Oleh
HESTI WAHYUNI
2004.037
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2006 / 2007
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
1.1 Pengertian
-
Apendiksitis adalah suatu kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi
dikarenakan oleh adanya situasi obstruksi lumen yang diikuti dengan infeksi bakteri
(Soeparman, 2005 : 177).
1.2 Etiologi
Menurut Soeparman (2005 : 177) Penyebab timbulnya apendiksitis adalah obstruksi
atau penyumbatan yang disebabkan oleh :
1) Hiperplasia dari folikel limfoid.
2) Adanya fekolid dari lumen apendiks.
3) Adanya benda asing seperti cacing.
4) Strinktur akurena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
5) Karena sebab lain, misalnya : keganasan : karsinoma.
1.3 Patofisiologis
Menurut Arif Manjoer (2000 : 307) Proses terajdinya apendiksitis sebagai berikut :
Obstruksi Menyebabkan Mukosa Apendiks Terbendung
Menekan Dinding Apendik
Nanah
Rasa Nyeri
2) Pemeriksaan radiologis
Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan pada
apendik sitis kronis tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan bila telah
terjadi infiltrat apendikularis. Patoknomik bila terlihat gambaran fekalit. Foto polos
abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan
fisik meragukan.
1.4 Penatalaksanaan
Pada pasien apendiksitis dapat dilakukan tindakan secara operatif dan konservaif :
1) Operatif
Dilakukan tindakan apendiktomy
a. Intervensi pra bedah
Menurut Barbara Engram (2007 : 732)
Interfensi para bedah yang akan dibuat dan dilaksanakan :
1. Kaji pemahaman prosedur operasi dan hasilnya dengan menggunakan
pernyataan sederhana.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan surve umum untuk membuat nilai-nilai dasar.
3. Kaji perasaan pasien dan masalah tentang pembedahan yang menggunakan
pernyataan sederhana.
4. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium pra operasi.
5. Beri kebebasan pemilihan pelayanan sebelum menandatangani inforamed
consent, perawat memberi peluang kepada proses yang harus menjamin
surat persetujuan ditandatangani pra operasi.
6. Puasakan setelah tengah malam untuk menurunkan resiko muntah dan
aspirasi saat dianastesi.
7. Bersihkan kulit dengan hati-hati
8. Kenalkan pada pasien tentang bedah dan respon psikologis.
9. Obat-obatan
pra
anastesi
diberikan
untuk
mengurangi
cemas,
8.
2) Filminasi
3) Nutrisi
: mual muntah
4) Kenyamanan
5) Panas
: panas
6) Pernafasan
Pantau : tensi, nadi dan pernafasan setiap 4 jam, intensitas nyeri, tingkat
kesadaran.
Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik secara rutin selama 24 jam
pertama, tidak menunggu pasien memintanya.
2) Diagnosa Perawatan 2
Tujuan NOC : Infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuh luka dengan benar, bebas tanpa infeksi.
Intervensi NIC
Pantau : suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan perawatan luka.
Hasil laporan JDL terutama jumlah leukosit (SDP).
Jika suhu meningkat hingga 368 C selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru
paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra
indikasi,
beritahu
dokter
jika
suhu
diatas
368 C.
3) Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan NOC : Klien dapat melakukan personal hygiene.
Kriteria hasil : Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Intervensi NIC :
2.5 Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat
2.6 Evaluasi
Menilai keberhasilan dari interfensi yang telah dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marylin (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara (2007), Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah, Volume 1, Volume
3, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Edisi 3 Media Auscalipus,
FKUI, Jakarta.
Rothrock, Jane C (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.
Soeparman, Sarwono, (2005), Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Penerbit Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta.