Kajian Sda Plta - PLTMH
Kajian Sda Plta - PLTMH
Kajian Sda Plta - PLTMH
1.
LATAR BELAKANG
Pendayagunaan SDA berdasarkan PP No.42/2008 yaitu, merupakan kegiatan penatagunaan
sumberdaya air yang ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air dan penetapan peruntukan air
di dalamnya, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Terkait dengan Pendayagunaan SDA tersebut, Kajian Pemanfaatan SDA untuk PLTA/PLTM ini
dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kedalaman potensi SDA yang ada disuatu Wilayah
Sungai yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan untuk ketahanan listrik Nasional dan merupakan
salah satu tindakan upaya yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan listrik khusunya di
Provinsi Aceh.
Provinsi Aceh salah satu Provinsi yang mengalami defisit kebutuhan arus listrik dan sampai saat ini
masih tergantung pada pasokan aruslistrik dari Provinsi Sumatera Utara. Diperkirakan untuk 5 (lima)
tahun kedepan Prov. Aceh membutuhkan pasokan listrik sekitar 500 MW dan pada tahun 2025
mendatang proyeksi diperkirakan kebutuhan energi listrik mencapai 7.131 MW, prediksi angka
tersebut terus bertambah dan harus di pertimbangkan oleh semua pihak karena kebutuhan akan listrik
termasuk salah satu unsur utama yang vital bagi kehidupan masyarakat umum, industri serta dunia
usaha lainnya.
Sebagaimana diketahui kebutuhan listrik di Provinsi Aceh saat ini adalah sebesar 255 MW dan terus
semakin meningkat akan kebutuhan, dimana kapasitas arus sebesar 180 MW (70%) di suplai dari
Sumatera Utara dan 75 MW (30%) di hasilkan dari Tenaga Diesel yang berada di Provinsi Aceh. Untuk
mengurangi ketergantungan Tenaga Dieseldari bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program
peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan memanfaatkan
potensi SDAsebagai pembangkit listrik menggunakan tenaga air yang dikelola oleh pihak swasta.
Tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit yang dibangun oleh pihak swasta nantinya akan
dimanfaatkan oleh PT. PLN (Persero) guna memenuhi kebutuhan listrik didaerah setempat melalui
suatu perjanjian jual beli tenaga listrik (Power Purchase Agreement) antara PT. PLN (Persero) dengan
swasta sebagai pihak pengembang.
Penanggulangan pencapain proyeksi kebutuhan tersebut juga dilakukan upaya-upaya pendayagunaan
Sumber Daya Air dengan cara membangun waduk/embung, pemanfaatan air permukaan/alami yang
salah satunya untuk penyediaan energi terbaharukan terutama yang menggunakan energi air untuk
listrik, seperti PLTA dan PLTM. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/PLTM) tersebut
dengan cara pemanfaatan air se-effisien dan se-efektif mungkin dengan jalan memanfaatkan air
waduk, embung, sumber air permukaan alami yang mempertimbangkan kondisi topografi, hidrologis
dan daya dukung lingkungan.
PLTMH adalah salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) low head dengan kapasitas kurang dari
500 KW. Potensi total PLTMH di Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 500 MW, yang sudah
dimanfaatkan baru sekirtar 21 MW. Potensi tersebut sebenarnya masih akan meningkat sejalan dengan
intensitas studi potensi yang dilakukan untuk menemukan lokasi-lokasi baru dan jika potensi
41
PLTMHtersebut dapat di kembangkan, maka paling tidak 12.000 MWh atau sebesar 14 % dari
kebutuhan energi total Indonesia tahun 2005 dapat disumbang dari PLTMH dan jika studi potensi
PLTMH dapat diintensifkan secara maksimal, maka prosentase sumbangan PLTMH terhadap
kebutuhan energi nasional dipastikan juga akan meningkat.
Kajian Pemanfaatan SDA untuk PLTA/PLTM ini akan dilakukan pada Wilayah Sungai Woyla-Bateue
dengan luas 12.535,88Km2 dimana berdasarkan hasil identifikasi di dalam Rancangan Rencana
PSDA dikatagorikan sebagai pengembangan PLTA berkapasitas besar. Beberapa lokasi potensi
Pemanfaatan SDA untuk pengembangan PLTA/PLTM inidengan cara pembendunganantara lain adalah
di DAS Bateue, Tripa Hilir, Nanga, Tripa Hulu, Perlak, Ketukah, Gume,Woyla Dolog, Woyla Hilir, dan
Woyla Hulu.
Keberadaan bendungan/waduk berfungsi untuk meningkatkan tinggi jatuh air yang juga berpengaruh
terhadap besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Selain itu, keberadaan bendungan dapat memberikan
suplai debit ke hilir yang lebih stabil, dimana ketika musim hujan sebagian air ditampung di waduk, dan
ketika musim kemarau sebagian air dialirkan dengan memanfaatkan tampungan pada musim hujan.
Dalam hal ini, perubahan pola debit sebelum dan setelah melalui waduk dapat dihitung menggunakan
konsep Reservoir Routing.
2.
3. SASARAN
o Tersusunnya Dokumen kajian Pemanfaatan Sumber Daya Air untuk kegiatan PLTA/PLTMH Wilayah
Sungai Woyla-Bateue sebagai acuan dasar didalam memberikan pertimbangan teknis (REKOMTEK)
oleh BWSS-I yang selanjutnya untuk proses dikeluarkannya perizinan pemanfaatan air permukaan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyatbagi instansi terkait maupun dunia
usaha di sektor energy;
o Tersusunnya strategi pengembangan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA/PLTMH yang
komprehensif dan berkelanjutan yang merupakan implementasi dari ketahanan energi;
o Implementasi Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Woyla-Bateue.
4. LOKASI PROYEK
Lokasi pekerjaan secara administratif berada di dalam wilayah Provinsi Aceh yang terletak didalam
Wilayah Sungai Woyla-Bateue yang dapat di tempuh melalui jalan darat Banda Aceh-Medan dengan
jarak tempuh 350 Km dengan perjalanan 5-6 jam. Untuk jelasnya lokasi proyek yang dimaksud
terdapat pada Gambar terlampir (Peta Lokasi).
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH
42
5.
: Mahdani, ST. MT
: Balai Wilayah Sungai Sumatera I Kegiatan
Perencanaan dan Program
6. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaanDIPA-APBN tahun Anggaran 2015, Untuk pelaksanaan
kegiatan ini diperlukan biaya Rp. 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) termasuk PPN.
7. DATA DASAR
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Woyla-Bateue.
8. STANDAR TEKNIS
Perencanaan yang dilakukan berpedoman pada kriteria perencanaan yang ditetapkan yaitu:
1. Pedoman Pengendalian Banjir Vol.I,II dan III tahun 1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.
2. NSPM Penanggulangan dan Pengendalian Banjir.
3. SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir Rencana.
4. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-12-04-A.
5. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2,1971.
6. Standar Spesifikasi Bahan Indonesia A-SNI-2919-1991.
7. ASTM (American Society for Testing Materials)
9. REFERENSI HUKUM
Referensi hukum yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
43
Informasi Kegiatan yaitu menguraikan penjelasan mengenai nama paket kegiatan, kode dan
nomor kontrak, sumber dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penanggung
jawab Penyedia Barang/Jasa;
Sasaran Mutu yang menguraikan target pencapaian mutu yang terukur sesuai dengan
KAK/RKS;
Struktur Organisasi yang berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari pihak
Organisasi Unit Pelaksana Kegiatan (SNVT/SKS/PPK) berikut organisasi konsultan
pengawas pekerjaan (bila ada pada pekerjaan konstruksi) yaitu bagan struktur organisasi
yang menjelaskan keterkaitan pihakpihak dalam pelaksanaan kegiatan;
44
Struktur Organisasi Penyedia Barang/Jasa yaitu bagan struktur organisasi penanggung jawab
pelaksanaan pekerjaan kontrak;
Tugas, tanggungjawab dan wewenang yaitu uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang
masing-masing kedudukan yang ada dalam struktur organisasi seperti dalam butir d);
Bagan alir pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan urutan proses kegiatan dari tahap
persiapan sampai dengan tahap penyerahan akhir kegiatan, termasuk kegiatan verifikasi,
validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian (sesuai keperluannya);
Jadwal pelaksanaan kegiatan yaitu menguraikan tahapan pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan waktu, termasuk perencanaan bobot pekerjaan;
Jadwal Peralatan yaitu menguraikan perencanaan penggunaan peralatan yang diperlukan
dalam setiap tahapan kegiatan;
Jadwal Material yaitu menguraikan perencanaan penggunaan bahan/material yang diperlukan
dalam setiap tahapan kegiatan;
Jadwal Personil yaitu menguraikan perencanaan personil, tenaga ahli dan staff pendukung
dalam setiap kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan;
Jadwal Arus Kas yaitu menguraikan perencanaan penerimaan dan pengeluaran Kas
(keuangan) sesuai dengan nilai kontrak;
Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian
yang diperlukan beserta kriteria penerimaannya.
45
46
47
48
ulang dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan (Unit Hidrograf) seperti metode
HSS Nakayasu, HSS Gama I dan HSS SCS.
Selanjutnya Konsultan Penyedia Jasa diharuskan menganalisa Debit Banjir tersebut
dengan cara melakukan pemodelan banjir dilokasi power house yang menggunakan
software HEC-RAS.
11.7.5 Pengukuran Aliran (Hidrometri):
Untuk mendapatkan perkiraan debit pada sumber air konsultan harus melakukan
pengukuran hidrometri merupakan kombinasi dari pengukuran kecepatan dan
pengukuran tampang lintang alur/sungai dan pengamatan elevasi muka air,sehingga
menghasilkan debit dari hasil perkalian antara luas tampang pada variasi tinggi muka air
dan kecepatan rata- rata.
Pengukuran tampang pada daerah sumber air dilakukan dengan survey pengukuran
wadah/alur/sungai dan tinggi muka air dipantau melalui cara manual dengan
pengamatan papan duga air (peilschaal) dan/atau dengan menggunakan alat pemantau
elevasi muka air otomatis ( Automatic Water Level Recorder = AWLR) apabila terdapat
dilokasi sumber air.
Dalam metode pengukuran langsung kegiatan akan lebih banyak dilakukan di lapangan
atau area survey karena survey benar-benar dilakukan di lapangan. Setelah ditentukan
lokasi pengukuran, selanjutnya dilakukan pengukuran debit sungai menggunakan alat
ukur jenis digital water current meter.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pengukuran debit air sungai agar diperoleh
debit yang akurat adalah sebagai berikut:
o Pilih bagian sungai yang memiliki aliran tenang;
o Pilih aliran sungai dengan kedalaman dan lebar rata tidak melebar atau menyempit;
o Hindari pengukuran pada bagian sungai yang dasarnya miring;
o Untuk sungai-sungai di pegunungan pada umumnya sulit diperoleh kondisi tersebut,
maka pengukuran dapat dilakukan dengan membagi lebar sungai menjadi beberapa
segmen;
o Lakukan pengukuran berulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai
yang representatif;
o Pengukuran Debit aliran di sungai dimana lokasi PLTA/PLTMH yang akan
direncanakan nantinya, pengukuran dan survey data aliran secara langsung untuk
penetuan beda tinggi (head);
11.7.6 Pengamatan Kualitas Air
Pemantauan kualitas air perlu dilakukan pada lokasi lokasi yang diperlukan, antara lain :
o pada lokasi pembuangan air limbah industri / pabrik dan rumah tangga;
o pada lokasi konsentrasi pebuangan limbah domestic;
o pada lokasi lokasi pengambilan air yang memerlukan kriteria baku mutu air tertentu.
Pemantauan kualitas air dilakukan terhadap buangan air limbah yang datang dari pabrik
tertentu meliputi criteria yang berkaitan dengan suhu, residu terlarut dan tersuspensi, PH
air, kandungan klorin, seng, mangaan, besi, tembaga, kromium, amoniak bebas, nitrat,
nitrit, BOD, COD (UU No. 7 Tentang SDA, penjelasan Pasal 28 ayat 1).
49
50
51
o Bench Mark dipasang ditempat yang stabil dan aman dari gangguan, baik
gangguan manusia atau binatang, serta tidak mengganggu aktifitas umum.
Lokasi Bench Mark ditempatkan pada tempat yang mudah dicari.
o Bench Mark dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan
1 : 2 : 3. Kerangka Bench Mark dibuat dari besi tulangan berdiameter 8 mm, dan
6 mm. Bagian tengah Bench Mark dipasang baut 12 mm dengan panjang 10
cm.
o Control Point dibuat pipa Paralon PVC 3 dan diisi dengan campuran semen,
pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Bagian tengah Control Point
dipasang baut 12 mm dengan panjang 10 cm.
o Bench Mark dan CP diberi inisial / nomor. Khusus untuk Bench Mark
inisial/nomor dibuat dari marmer dengan ukuran 12 cm x 12 cm, dengan sistem
penomoran yang telah ditentukan dan diberi cat minyak warna biru. Pemasangan
Bench Mark dan Control Point diberi tapak pada permukaan tanah asli agar lebih
stabil dan kokoh sebagaimana terlihat pada Gambar sebagau berikut:
BAUT
TANAH ASLI
BETON 1 : 2 :3
8 mm
6 mm
52
53
waterpas cabang tidak lebih 30D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan
kilometer.
c. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit
atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60 meter.
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 0.50 m dan
setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih tebal, semua legenda lapangan
ditampilkan, terutama :
-
Sumber air berupa alur dan cabang anak sungai (dasar terendah dan lebar jelas
terlihat);
Daerah rawa.
Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan
alang-alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
54
f. Peralatan Survei
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain:
-
Theodolit;
Waterpass;
Rambu ukur;
Hand GPS;
Pita ukur 50 m;
Rol meter 3 m;
Kamera Foto;
Patok Beton BM/CP;
Patok Kayu;
Perlengkapan Lapangan;
Calculator;
Note Book;
ketika disimpan, peta digital dapat dikembalikan ke bentuk asalnya kapanpun tanpa ada
penurunan kualitas.
o Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan dari satu media penyimpanan yang satu ke
media penyimpanan yang lain, sedangkan Peta analog yang disimpan dalam bentuk
gulungan-gulungan kertas misalnya, memerlukan ruangan yang lebih besar dibanding
dengan jika peta tersebut disimpan sebagai peta digital dalam sebuah CD-ROM atau DVDROM.
o Peta digital lebih mudah diperbaharui dan untuk keperluan perubahan data atau perubahan
sistem koordinat misalnya, dapat lebih mudah dilakukan menggunakan perangkat lunak
tertentu.
Tabel berikut: Karakteristik Peta Digital, seperti juga peta analog, memiliki atribut-atribut peta
seperti:
1.
Skala
55
2.
3.
4.
56
57
58
o
o
o
o
Direksi (Asisten Perencanaan) dan Pihak Konsultan dan diserahkan pada pihak Direksi untuk
diarsip.
Untuk setiap bagian item/bab pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Konsultan agar
mengasistensikan secara bertahap kepada Direksi, sehingga Direksi bisa
mengontrol/mengoreksi hasil pekerjaan dengan baik.
Diskusi dan asistensi ini dilakukan secara kontinue di Kantor Perencanaan dan Program
Balai Wilayah Sungai Sumatera I Aceh.
Konsultan diharuskan melakukan presentasi rencana dan hasil kerja pada Direksi pekerjaan
dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program BWSS I Aceh.
Dalam hal kealapaan diskusi dan asistensi oleh pihak Konsultan sebagaimana yang telah
diatur, hal ini diluar tanggung jawab Direksi pekerjaan.
Untuk memudahkan pengawasan pekerjaan secara kontinue disetiap saat, maka diskusi dan
asisitensi pekerjaan juga dapat dilakukan menggunakan media elektronik.
59
masukan, saran serta kesepakatan dari beberapa pihak yang diikut sertakan dalam pembahasan
tersebut. Disamping itu jika diperlukan, Konsultan wajib mengexpose kembali hasil perencanaan
tersebut jika diundang oleh Pemilik Pekerjaan dengan waktu dan tempat akan ditentukan
kemudian.
Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih dahulu
menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua) hari sebelum
kegiatan diskusi ini laksanakan;
Dalam setiap tahapan diskusi tersebut Konsultan Penyedia Jasa harus melengkapi bahan serta
material yang diperlukan berupa, Berita Acara, Absensi, Notulen Rapat, Dokumentasi, dan Hand
Out.
11.17 Penyajian dan Penyerahan
Seluruh analisa/perhitungan,pengeplotan data/penggambaran sebelum diserah terimakan untuk
disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, penyajian dan penyerahannya harus terlebih dahulu
dikoordinasikan dengan Direksi Cq. Pengawas pekerjaan untuk dilakukan finishing chek terkait
dengan tatacara penyajian dan penyerahan dokumen yang telah dipersiapkan oleh Konsultan
Penyedia Jasa; penyajian dan tatacara penyerahan dokumen secara jelas mengacu di dalam
Dokumen Kontrak.
11.18 Pengawasan, Diskusi dan Asistensi Pekerjaan
Didalam pelaksanaan kegiatannya, Konsultan Penyedia Jasa akan di awasi oleh
Direksi/Pengawasan yang akanmelakukan pengawasan rutin terhadap pencapaian kemajuan
pekerjaan, arah serta jalannya kegiatan studi dari awal hingga berakhirnya kegiatan secara
keseluruhan.
Kegiatan pengawasan yang akan dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
o Pengawasan program kerja;
o Pengecekan alat yang dipakai;
o Pengecekan personil yang ditugaskan;
o Pengawasan pelaksanaan dilapangan;
o Pengawasan hasil kerja/penyajian laporan;
o Pengawasan perhitungan/analisa data;
o Pengawasan tatacara penggambaran dan penyajiannya.
11.19 Data Tersedia
Perencanaan dan Program BWSS I Cq. Direksi Pekerjaan akan memberikan data-data yang
diperlukan serta apabila tersedia, untuk kegiatan ini data tersedia berupa peta dan gambargambar berikut :
o Sketsa daerah proyek
o Peta topografi umum berskala 1 : 50.000
o Data-data titik tetap (Bench Mark) yang ada, baik dari hasil survey terdahulu (bila ada)
maupun BM-TTG dari Bakosurtanal.
Dalam batas-batas wewenangnya, pemberi pekerjaan akan membantu Konsultan guna
memperoleh data-data yang mutlak diperlukan seperti data-data curah hujan dan banjir, data
meteorologi, peta-peta yang ada dan hasil-hasil penyelidikan lainnya.Konsultan bertanggung
jawab penuh atas mutu data/perencanaan yang dihasilkan.
60