Kajian Sda Plta - PLTMH

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi

Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

BAB V. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


KAJIAN PEMANFAATAN SUMBER AIR UNTUK PLTA/PLTMH

1.

LATAR BELAKANG
Pendayagunaan SDA berdasarkan PP No.42/2008 yaitu, merupakan kegiatan penatagunaan
sumberdaya air yang ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air dan penetapan peruntukan air
di dalamnya, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Terkait dengan Pendayagunaan SDA tersebut, Kajian Pemanfaatan SDA untuk PLTA/PLTM ini
dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kedalaman potensi SDA yang ada disuatu Wilayah
Sungai yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan untuk ketahanan listrik Nasional dan merupakan
salah satu tindakan upaya yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan listrik khusunya di
Provinsi Aceh.
Provinsi Aceh salah satu Provinsi yang mengalami defisit kebutuhan arus listrik dan sampai saat ini
masih tergantung pada pasokan aruslistrik dari Provinsi Sumatera Utara. Diperkirakan untuk 5 (lima)
tahun kedepan Prov. Aceh membutuhkan pasokan listrik sekitar 500 MW dan pada tahun 2025
mendatang proyeksi diperkirakan kebutuhan energi listrik mencapai 7.131 MW, prediksi angka
tersebut terus bertambah dan harus di pertimbangkan oleh semua pihak karena kebutuhan akan listrik
termasuk salah satu unsur utama yang vital bagi kehidupan masyarakat umum, industri serta dunia
usaha lainnya.
Sebagaimana diketahui kebutuhan listrik di Provinsi Aceh saat ini adalah sebesar 255 MW dan terus
semakin meningkat akan kebutuhan, dimana kapasitas arus sebesar 180 MW (70%) di suplai dari
Sumatera Utara dan 75 MW (30%) di hasilkan dari Tenaga Diesel yang berada di Provinsi Aceh. Untuk
mengurangi ketergantungan Tenaga Dieseldari bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program
peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan memanfaatkan
potensi SDAsebagai pembangkit listrik menggunakan tenaga air yang dikelola oleh pihak swasta.
Tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit yang dibangun oleh pihak swasta nantinya akan
dimanfaatkan oleh PT. PLN (Persero) guna memenuhi kebutuhan listrik didaerah setempat melalui
suatu perjanjian jual beli tenaga listrik (Power Purchase Agreement) antara PT. PLN (Persero) dengan
swasta sebagai pihak pengembang.
Penanggulangan pencapain proyeksi kebutuhan tersebut juga dilakukan upaya-upaya pendayagunaan
Sumber Daya Air dengan cara membangun waduk/embung, pemanfaatan air permukaan/alami yang
salah satunya untuk penyediaan energi terbaharukan terutama yang menggunakan energi air untuk
listrik, seperti PLTA dan PLTM. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/PLTM) tersebut
dengan cara pemanfaatan air se-effisien dan se-efektif mungkin dengan jalan memanfaatkan air
waduk, embung, sumber air permukaan alami yang mempertimbangkan kondisi topografi, hidrologis
dan daya dukung lingkungan.
PLTMH adalah salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) low head dengan kapasitas kurang dari
500 KW. Potensi total PLTMH di Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 500 MW, yang sudah
dimanfaatkan baru sekirtar 21 MW. Potensi tersebut sebenarnya masih akan meningkat sejalan dengan
intensitas studi potensi yang dilakukan untuk menemukan lokasi-lokasi baru dan jika potensi

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

41

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

PLTMHtersebut dapat di kembangkan, maka paling tidak 12.000 MWh atau sebesar 14 % dari
kebutuhan energi total Indonesia tahun 2005 dapat disumbang dari PLTMH dan jika studi potensi
PLTMH dapat diintensifkan secara maksimal, maka prosentase sumbangan PLTMH terhadap
kebutuhan energi nasional dipastikan juga akan meningkat.
Kajian Pemanfaatan SDA untuk PLTA/PLTM ini akan dilakukan pada Wilayah Sungai Woyla-Bateue
dengan luas 12.535,88Km2 dimana berdasarkan hasil identifikasi di dalam Rancangan Rencana
PSDA dikatagorikan sebagai pengembangan PLTA berkapasitas besar. Beberapa lokasi potensi
Pemanfaatan SDA untuk pengembangan PLTA/PLTM inidengan cara pembendunganantara lain adalah
di DAS Bateue, Tripa Hilir, Nanga, Tripa Hulu, Perlak, Ketukah, Gume,Woyla Dolog, Woyla Hilir, dan
Woyla Hulu.
Keberadaan bendungan/waduk berfungsi untuk meningkatkan tinggi jatuh air yang juga berpengaruh
terhadap besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Selain itu, keberadaan bendungan dapat memberikan
suplai debit ke hilir yang lebih stabil, dimana ketika musim hujan sebagian air ditampung di waduk, dan
ketika musim kemarau sebagian air dialirkan dengan memanfaatkan tampungan pada musim hujan.
Dalam hal ini, perubahan pola debit sebelum dan setelah melalui waduk dapat dihitung menggunakan
konsep Reservoir Routing.
2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan Kajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH adalah implementasi dari
arahan dan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya air untuk ketahanan energy;
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
o untuk memperoleh data dan informasi aktual potensi DAS/sumber air yang terdapat dalam WS
Woyla-Bateue yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan dalam sektor energy; dan
o merupakan salah satu tindakan/upaya yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan listrik
di Provinsi Aceh.

3. SASARAN
o Tersusunnya Dokumen kajian Pemanfaatan Sumber Daya Air untuk kegiatan PLTA/PLTMH Wilayah
Sungai Woyla-Bateue sebagai acuan dasar didalam memberikan pertimbangan teknis (REKOMTEK)
oleh BWSS-I yang selanjutnya untuk proses dikeluarkannya perizinan pemanfaatan air permukaan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyatbagi instansi terkait maupun dunia
usaha di sektor energy;
o Tersusunnya strategi pengembangan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA/PLTMH yang
komprehensif dan berkelanjutan yang merupakan implementasi dari ketahanan energi;
o Implementasi Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Woyla-Bateue.

4. LOKASI PROYEK
Lokasi pekerjaan secara administratif berada di dalam wilayah Provinsi Aceh yang terletak didalam
Wilayah Sungai Woyla-Bateue yang dapat di tempuh melalui jalan darat Banda Aceh-Medan dengan
jarak tempuh 350 Km dengan perjalanan 5-6 jam. Untuk jelasnya lokasi proyek yang dimaksud
terdapat pada Gambar terlampir (Peta Lokasi).
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

42

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

5.

NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA


Nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Satuan Kerja

: Mahdani, ST. MT
: Balai Wilayah Sungai Sumatera I Kegiatan
Perencanaan dan Program

6. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaanDIPA-APBN tahun Anggaran 2015, Untuk pelaksanaan
kegiatan ini diperlukan biaya Rp. 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) termasuk PPN.

7. DATA DASAR
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Woyla-Bateue.

8. STANDAR TEKNIS
Perencanaan yang dilakukan berpedoman pada kriteria perencanaan yang ditetapkan yaitu:
1. Pedoman Pengendalian Banjir Vol.I,II dan III tahun 1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.
2. NSPM Penanggulangan dan Pengendalian Banjir.
3. SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir Rencana.
4. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-12-04-A.
5. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2,1971.
6. Standar Spesifikasi Bahan Indonesia A-SNI-2919-1991.
7. ASTM (American Society for Testing Materials)
9. REFERENSI HUKUM
Referensi hukum yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Undang-undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


Undang-undang No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2011 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
Keppres No.12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai
Keppres No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Kepmen Kimpraswil No. 327/M/KPTS/2002 Tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan
Ruang.

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

43

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

10. STUDI-STUDI TERDAHULU


Penyusunan penggabungan Pola PSDA Wilayah Sungai Woyla - Bateue pada Balai Wilayah Sungai
Sumatera-I, instansi/lembaga terkait lainnya.

11. LINGKUP KEGIATAN PEKERJAAN


Lingkup Pekerjaan oleh Konsultan meliputi :
1. Pekerjaan persiapan administrasi kantor dan lapangan;
2. Melakukan koordinasi, diskusi dengan pihak intitusi/instansi/lembaga terkait;
3. Inventarisasi lapangan, pengumpulan data dan peta;
4. Survey Lokasi PLTA/PLTMH;
5. Melakukan pemilihan lokasi sumber air;
6. Melakukan kajianfungsi sumber air existing di lokasi studi;
7. Melaksanakan kajian Hidrologi, Hidrometri dan Geoteknik;
8. Melaksanakan kajian ekonomis, lingkungan dan sosial-budaya;
9. Melaksanakan survey regular dilokasi studi;
10. Penyajian gambar Peta Digital;
11. Perencanaan umum PLTA/PLTMH;
12. Penyusunan laporan hasil studi.

11.1 Pekerjaan Persiapan Administrasi Kantor dan Lapangan


Konsultan harus melakukan persiapan kegiatan awal sebelum dimulainya kegiatan utama berupa
pengumpulan dan analisis data-data sekunder maupun primer untuk kemudian disortir dan
dianalisis guna bahan analisis selanjutnya. Pengumpulan data sekunder yang dimaksud adalah
semua data dan hasil studi terdahulu yang ada di kantor PPK Perencanaan dan Program BWSS I
dan berbagai instansipemerintah /lembaga terkait lainnyayang berkaitan dengan studi ini.
Administrasi Kantor
Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Konsultan harus menyiapkan RMK sebagai dasar untuk pedoman mutu kegiatan yang akan
dikerjakan sesuai dengan KEPMEN No. 04 Tahun 2009 Tentang Sistem Manajemen Mutu
Departemen Pekerjaan Umum, adapun beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam RMK
ini adalah sbb:
-

Informasi Kegiatan yaitu menguraikan penjelasan mengenai nama paket kegiatan, kode dan
nomor kontrak, sumber dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penanggung
jawab Penyedia Barang/Jasa;
Sasaran Mutu yang menguraikan target pencapaian mutu yang terukur sesuai dengan
KAK/RKS;
Struktur Organisasi yang berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari pihak
Organisasi Unit Pelaksana Kegiatan (SNVT/SKS/PPK) berikut organisasi konsultan
pengawas pekerjaan (bila ada pada pekerjaan konstruksi) yaitu bagan struktur organisasi
yang menjelaskan keterkaitan pihakpihak dalam pelaksanaan kegiatan;

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

44

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

Struktur Organisasi Penyedia Barang/Jasa yaitu bagan struktur organisasi penanggung jawab
pelaksanaan pekerjaan kontrak;
Tugas, tanggungjawab dan wewenang yaitu uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang
masing-masing kedudukan yang ada dalam struktur organisasi seperti dalam butir d);
Bagan alir pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan urutan proses kegiatan dari tahap
persiapan sampai dengan tahap penyerahan akhir kegiatan, termasuk kegiatan verifikasi,
validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian (sesuai keperluannya);
Jadwal pelaksanaan kegiatan yaitu menguraikan tahapan pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan waktu, termasuk perencanaan bobot pekerjaan;
Jadwal Peralatan yaitu menguraikan perencanaan penggunaan peralatan yang diperlukan
dalam setiap tahapan kegiatan;
Jadwal Material yaitu menguraikan perencanaan penggunaan bahan/material yang diperlukan
dalam setiap tahapan kegiatan;
Jadwal Personil yaitu menguraikan perencanaan personil, tenaga ahli dan staff pendukung
dalam setiap kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan;
Jadwal Arus Kas yaitu menguraikan perencanaan penerimaan dan pengeluaran Kas
(keuangan) sesuai dengan nilai kontrak;
Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian
yang diperlukan beserta kriteria penerimaannya.

11.2 Melakukan koordinasi, diskusi dengan pihak intitusi/instansi/lembaga terkait


Konsultan Penyedia Jasa diharuskan melakukan koordinasi, diskusi dengan pihak
intitusi/instansi/lembaga terkait baik didaerah maupun di pusat, koordinasi dimaksudkan untuk
mendapatkan masukan, saran klarifikasi terkait rencana, maupun hasil kajian yang akan dan/atau
yang telah dilaksanakan.
Didalam hal melakukan koordinasi serta diskusi tersebut Konsultan diharuskan menyiapkan
bahan-bahan yang diperlukan sebagai acuan untuk didiskusikan serta mendokumentasikan dan
menyiapkan notulensinya pada setiap kali melakukan kegiatan koordinasi, diskusi dengan pihak
intitusi/instansi/lembaga terkait.
11.3 Inventarisasi lapangan, pengumpulan data, peta;
Konsultan melakukanInventarisasi lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data dan peta yang
diperoleh dan setelah mendapat arahan dari Direksi Pekerjaan.Beberapa kegiatan persiapan
administrasi dan teknis yang harus segara dilakukan yaitu :
- Mobilisasi sumber daya yang meliputi, kegiatan mobilisasi personil, peralatan dan
mempersiapkan kebutuhan operasional lapangan.
-

Persiapan pekerjaan survei.

11.3.1 Survey Pendahuluan


Survei pendahuluan ini merupakan tahap awal pelaksanaan pekerjaan dan juga untuk
orientasi/pengenalan lapangan, pengambilan data-data visual dan data sekunder awal
yang digunakan dalam pengecekan kondisi lokasi. Dalam tahap ini juga diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul nantinya selama pelaksanaan survei
teknis, sehingga tim survei teknis nantinya akan dapat melakukan persiapan yang lebih
baik secara teknis. Selain itu juga untuk melakukan pendekatan pada instansi terkait
sehingga dapat dicapai koordinasi yang optimal.
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

45

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

Persiapan dalam survei pendahuluan adalah; mengumpulkan dan menganalisa beberapa


dokumen serta referensi, pengumpulan data sebanyak mungkin juga dilakukan dengan :
Menghubungi instansi-instansi terkait di Daerah maupun di Pusat sehubungan dengan
perencanaan pemanfaatan potensiSDA dan/atau kegiatan yang berada di dalam
wilayah lokasi kawasan lindung sumber air.
Inventarisasi serta mengidentifikasi kondisi fisik Sumber Daya Air termasuk
permasalahan yang ada di lokasi studi;
Penentuan calon referensi pengukuran lokasi studi;
Menyiapkan laporan Pendahuluan.
11.3.2 Inventarisasi lapangan, pengumpulan data dan Peta;
Konsultan Penyedia Jasa untuk awal ini akan melaksanakan Inventarisasi lapangan,
pengumpulan data, peta dengan melakukan penggalian Informasi mengenai kondisi
umum di lokasi pekerjaan yang meliputi:
o Rencana Program PLN untuk daerah studi bersangkutan terkait dengan kebutuhan
rencana penggunaan daya listrik;
o Lokasi studi secara umum akan memberikangambaran antara lain: tata letak lokasi
yang mencakup jarak dan arah dari ibu kota kabupaten atau kota terdekat, batas
hidrologis, geografis maupun administratif, berikut jumlah kecamatan dan desa yang
tercakup dalam lokasi studi,
o Keberadaan calon lokasi pembangkit sebaiknya tidak berada di kawasan cagar alam
atau budaya yang melarang pembangunan fisik permanen di lokasi tersebut nantinya;
o Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) atau institusi lokal yang dapat
dikembangkan sebagai pengelola PLTA/PLTM;
o Keberadaan status penguasaan/kepemilikan dan peruntukan lahan yang tersedia;
o Penggambaran daerah masing-masing lokasi studi kedalam bentuk peta digitasi
dengan skala 1 : 100.000 dan/atau dengan ukuran skala lain atas petunjuk dari Pemilik
Pekerjaan.

11.4 Survey Lokasi PLTA/PLTM;


Setelah melaksanakan kegiatan Inventarisasi lapangan, pengumpulan data, petasertapenggalian
Informasi mengenai kondisi umum di lokasi pekerjaan, Konsultan Penyedia Jasa akan melakukan
kegiatan survey lapangan ke rencana lokasi PLTA/PLTM dengan memperhatikan beberapa
kondisi diantaranya adalah sebagai berikut:
o Kondisi topografi untuk mendapatkan gambaran keadaan umum topografi lokasi pekerjaan
yang meliputi kemiringan wilayah dan penyebarannya, titik titik referensi geodesi, uraian
daerah dataran dan daerah perbukitan terkait dengan aliran sungai dan rencana
pengembangan energi, dll;
o Pemanfaatan Energi Sumber Daya Air untuk berbagai sektor diantaranya untuk
irigasi/pertanian, domestik, industri, berikut besarnya, pola kebutuhan yang ada, tingkat
keandalan debit yang ada, termasuk kecendrungan peningkatan kebutuhan air dimasa yang
akan datang khususnya terkait dengan akan dikembangkannya proyek, dll;
o Tata pengaturan air yang mencakup pengelolaan alokasi air yang telah dilaksanakan,
prioritas-prioritas yang ada, fungsi dan peranan institusi pengelola, keberadaan dan aktifitas
forum-forum koordinasi seperti panitia tata pengaturan air, Balai wilayah sungai, partisipasi
pemanfaat air. Di samping itu, tata cara dan koordinasi dalam pengelolaan kualitas air,
pengendalian banjir dan konservasi, dll;
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

46

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

11.5 Melakukan pemilihan lokasi sumber air;


Konsultan dengan didampingi oleh Direksi Pekerjaan, Cq Pengawas di lapangan melakukan
pemilihan lokasi kawasan lindung sumber air yang dapat ditetapkan sebagai kawasan
Pemanfaatan SDA untuk PLTA/PLTMberdasarkan hasil kegiatan survey lapangan rencana lokasi
PLTA/PLTM yang telah dilaksanakandan telah mendapat persertujuan dari Diskusi Laporan
Pendahuluan yang disusun sebagai rencana kerja.
Adapun beberapa calon Bendungandalam WS ini yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
PLTA antara lain adalah Bendungan/Waduk Bateue, Tripa Hilir, Nanga, Tripa Hulu, Perlak,
Ketukah, Gume,Woyla Dolog, Woyla Hilir, dan Woyla Hulu.
11.6 Melakukan kajian fungsi sumber air existing di lokasi studi;
Konsultanmelakukan kajian fungsi sumber air existing disekitarnyadengan cara pengamatan
visual lokasi disekeliling dan di sepanjang kini kanan sumber air dengan memperhatikan
beberapa kondisidiantaranya:
o Daerah Aliran Sungai (DAS) mencakup ekosistem dan vegetasinya, status hutan, luas
penyebaran lahan kritis, tingkat erosi dan sedimentasi, upaya upaya rehabilitasi dan
konservasi tanah yang telah dan akan dilakukan, dll;
o Keberadaan sumber air, mencakup sumber daya air yang ada serta kemungkinan
pengembangannya, morfologi sungai, panjang sungai, keadaan muara, pengaruh pasang
surut, luas DAS, dll;
o Keadaan aliran, mencakup pola aliran sungai, keberadaan dan kondisi alat ukur debit yang
ada, kualitas dan panjang data debit yang tersedia, dll;
o Kondisi tata guna dan pemanfaatan berikut jenis peruntukan, luasan dan penyebarannya;
kecenderungan perubahan serta pengendaliannya dimasa yang akan datang terkait dengan
pengembangan SDA dan Rencana Tata Ruang Wilayah, dll;
o Pemanfaatan Energi Sumber Daya Air untuk berbagai sektor diantaranya untuk
irigasi/pertanian, domestik, industri, berikut besarnya, pola kebutuhan yang ada, tingkat
keandalan debit yang ada, termasuk kecenderungan peningkatan kebutuhan air dimasa yang
akan datang khususnya terkait dengan akan dikembangkannya proyek dan lainnya.

11.7 Melaksanakan kajian Hidrologi, Hidrometri dan Geoteknik;


11.7.1 Pengumpulan dan Analisa Data :
Pengumpulan data curah hujan berdasarkan stasiun penakar hujan disekitar lokasi studi
sangat diperlukan untuk kegiatan analisis hidrologi, dengan syarat data yang digunakan
haruslah konsisten, homogen, independent, representative, menerus (continue) dan
memiliki runtutan data yang panjang serta diharapkan memiliki ketersediaan data yang
cukup. Sebelum digunakan data tersebut harus dilakukan penyaringan data atau
diperiksa secara manual dan secara statistik.
Dalam analisa hidrologi, salah satu aspek yang diperlukan untuk menunjang
perancangan bangunan-bangunan hidrolik adalah penetapan banjir rencana pada suatu
tahun dalam periode ulang tertentu.
Analisa hidrologi dimaksudkan sebagai dasar identifikasi yang merupakan ciri-ciri hidrogi
dengan kajian adalah sebagai berikut:
1 Analisis Daerah Tangkapan (Catchment Area);
Untuk penentuan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) digunakan Peta Rupa Bumi
(RBI) yang yang dikeluarkan oleh Bakorsurtanal, yang disempurnakan dengan hasil
studi terdahulu dan hasil kunjungan lapangan.
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

47

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

2 Analisis Data Hujan dan Penentuan Curah Hujan Rencana;


Lingkup kegiatan yang dilaksanakan dalam penentuan curah hujan rencana antara
lain penentuan stasiun curah hujan yang berpengaruh untuk lokasi pekerjaan,
analisis distribusi frekuensi dengan berbagai metode, pengujian dan pemilihan hasil
analisis distribusi frekuensi curah hujan serta penentuan intensitas curah hujan
rencana.
3 Analisis Debit Banjir Rencana
Perhitungan debit banjir rencana untuk masing-masing lokasi dilakukan dengan cara
rasional yang sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SNI (time-series)
yang cukup panjang (diatas 10 tahun) untuk setiap water district. Tujuannya adalah
untuk menyusun data debit limpasan (runoff) sintetis time series untuk setiap water
district dalam satuan milimeter perhari atau milimeter perbulan, sehingga pada
setiap lokasi sungai dapat diperkirakan data debit serta waktunya. Hal ini sangat
bermanfaat dalam perencanaan maupun pengelolaan sumber daya air.
11.7.2 Data Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-stasiun pengamat
hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap sebagai titik (point).
Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi
hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada suatu
daerah aliran. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh curah
hujan regional, yaitu rata-rata aritmatika, Poligon Thiessen dan Isohyet.
Dengan menggunakan salah satu metode tersebut maka akan diperoleh luasan daerah
pengaruh dari tiap-tiap stasiun pencatat curah hujan yang ada, dengan demikian akan
diketahi stasiun mana saja yang berpengaruh terhadap lokasi studi.
11.7.3 Curah Hujan Rencana
Analisis Frekunsi Curah Hujan Harianini bertujuan adalah untuk memperoleh curah
hujan dengan beberapa perioda ulang, pada analisis ini digunakan beberapa metoda
untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang dalam tahun tertentu,
yaitu:Perhitungan berdasarkan curah hujan rancangan untuk mengetahui curah hujan
rancangan, dalam perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan metode EJ.
Gumbel Type I, metode Log Pearson Type III, metode Log Normal dan lain-lain.
Dalam analisis Frekunsi Curah Hujan ini menggunakan beberapa metoda analisis
distribusi untuk memperkirakan curah hujan dengan tahun periode ulang tertentu.
Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi
hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode
adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun.
Untuk keperluan analisa debit andalan yang akan dijadikan dasar untuk disain bangunan
dan penetuan turbin adalah dengan melakukan perhitungan debit andalan (Dependable
Discharge) analisa ini dimaksudkan untuk mencari nilai kuantitatif debit yang tersedia
sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan, analisis debit
andalan tersebut lazim digunakan dengan cara transformasi dari data curah hujan
dihitung menggunakan Metode NRECA dan Metode FJ. MOCK.
11.7.4 Debit Banjir Rencana
Analisa Debit Banjir Rencana diperlukan sebagai dasar untuk perencanaan bangunan
utama, dimana analisis nilai debit banjir tersebut untuk keperluan perkiraan
kemungkinan terjadi banjir di lokasi yang dimaksud. Untuk mengetahui keadaan pola
banjir diperlukan periode pengamatan, serta klarifikasi dilapangan agar perkiraan
(estimasi) mendekati keadaan yang sebenarnya.
Untuk perencanaan desain bangunan air tersebut perlu menganalisa kemampuan dan
ketahanan suatu bangunan air dengan menggunakan debit banjir rencana berbagai kala
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

48

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

ulang dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan (Unit Hidrograf) seperti metode
HSS Nakayasu, HSS Gama I dan HSS SCS.
Selanjutnya Konsultan Penyedia Jasa diharuskan menganalisa Debit Banjir tersebut
dengan cara melakukan pemodelan banjir dilokasi power house yang menggunakan
software HEC-RAS.
11.7.5 Pengukuran Aliran (Hidrometri):
Untuk mendapatkan perkiraan debit pada sumber air konsultan harus melakukan
pengukuran hidrometri merupakan kombinasi dari pengukuran kecepatan dan
pengukuran tampang lintang alur/sungai dan pengamatan elevasi muka air,sehingga
menghasilkan debit dari hasil perkalian antara luas tampang pada variasi tinggi muka air
dan kecepatan rata- rata.
Pengukuran tampang pada daerah sumber air dilakukan dengan survey pengukuran
wadah/alur/sungai dan tinggi muka air dipantau melalui cara manual dengan
pengamatan papan duga air (peilschaal) dan/atau dengan menggunakan alat pemantau
elevasi muka air otomatis ( Automatic Water Level Recorder = AWLR) apabila terdapat
dilokasi sumber air.
Dalam metode pengukuran langsung kegiatan akan lebih banyak dilakukan di lapangan
atau area survey karena survey benar-benar dilakukan di lapangan. Setelah ditentukan
lokasi pengukuran, selanjutnya dilakukan pengukuran debit sungai menggunakan alat
ukur jenis digital water current meter.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pengukuran debit air sungai agar diperoleh
debit yang akurat adalah sebagai berikut:
o Pilih bagian sungai yang memiliki aliran tenang;
o Pilih aliran sungai dengan kedalaman dan lebar rata tidak melebar atau menyempit;
o Hindari pengukuran pada bagian sungai yang dasarnya miring;
o Untuk sungai-sungai di pegunungan pada umumnya sulit diperoleh kondisi tersebut,
maka pengukuran dapat dilakukan dengan membagi lebar sungai menjadi beberapa
segmen;
o Lakukan pengukuran berulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai
yang representatif;
o Pengukuran Debit aliran di sungai dimana lokasi PLTA/PLTMH yang akan
direncanakan nantinya, pengukuran dan survey data aliran secara langsung untuk
penetuan beda tinggi (head);
11.7.6 Pengamatan Kualitas Air
Pemantauan kualitas air perlu dilakukan pada lokasi lokasi yang diperlukan, antara lain :
o pada lokasi pembuangan air limbah industri / pabrik dan rumah tangga;
o pada lokasi konsentrasi pebuangan limbah domestic;
o pada lokasi lokasi pengambilan air yang memerlukan kriteria baku mutu air tertentu.
Pemantauan kualitas air dilakukan terhadap buangan air limbah yang datang dari pabrik
tertentu meliputi criteria yang berkaitan dengan suhu, residu terlarut dan tersuspensi, PH
air, kandungan klorin, seng, mangaan, besi, tembaga, kromium, amoniak bebas, nitrat,
nitrit, BOD, COD (UU No. 7 Tentang SDA, penjelasan Pasal 28 ayat 1).

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

49

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

11.7.7 Penyelidikan Geoteknik


Kondisi Fisiografi yang mencakup geologi permukaan untuk memperoleh gambaran
keadaan umum geologi dengan uraian macam dan formasi lapisan batuan berikut
periode pembentukannya, keberadaan patahan; kondisi geoteknik pada bangunan
bangunan utama, trase saluran, sumber material; keadaan geohidrologi, dll;
Lingkup, metode dan tingkat akurasi penyelidikan ditentukan tahapan pelaksanaan
kegiatannya, pada tahapan studi ini kegiatan mencakup sbb:
o Pengumpulan data dan studi diantaranya; Peta topografi, peta geologi, peta tektur
dan jenis tanah, peta pola dan penyebaran sesar dan lainnya.
o Penyelidikan pada lokasi sumber air dan/atau pada calon Bendungan dilokasi yang
berpotensi longsor serta perkiraan formasi geologi dan dtruktur geologinya;
11.8 Melaksanakan kajian teknis, ekonomis, lingkungan dan sosial-budaya;
Pada bagian-bagian atau ruas tertentu dilkokasi studi dimungkinkan terdapatnya
kegiatan/aktivitas pembangunan baik semi permanen maupun permanen Konsultan harus
melakukan kajian kegiatan pembangunan atau aktivitas lainnya yang berada dipinggir sumber
airtersebut dengan wajib memperhatikan kaidah-kaidah ketertiban, keamanan, keserasian,
kebersihan dan keindahan daerah pemanfaatan sumber air;
Kondisi sosial ekonomi dan budaya pada kawasan perdesaan mencakup jumlah dan keadaan
desa-desa tertinggal, tata letak kawasan perdesaan dengan lokasi sawah/lahan, keadaan
Kecamatan dan Kabupaten setempat, sosial budaya masyarakat setempat yang berkembang
selama ini khususnya kelembagaan tradisi yang terkait dengan pertanian dan pengelolaan air,
serta sosial dan budaya masyarakat pendatang dan interaksinya;
Kondisi pertumbuhan penduduk yang mencakup jumlah penduduk, kepadatan dan tingkat
pertumbuhan penduduk dilokasi studi saat ini maupun prediksi setelah adanya proyek;
penyebaran penduduk berdasar jenis kelamin, umur, pendidikan; jumlah potensi tenaga kerja
dikelompokkan sebagai petani pemilik, penyewa dan penggarap (sajikan dalam tabel);
Perekonomian rumah tangga berupa gambaran keadaan ekonomi rumah tangga masyarakat
perdesaan sebelum adanya proyek yang mencakup macam pekerjaan yang ada, rata rata
pendapatan keluarga dari pekerjaan tersebut dan rata rata pengeluaran setiap keluarga;
Kondisi kesehatan masyarakat yang menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat yang dapat
dicerminkan dari keadaan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan seperti keadaan lantai,
penerangan, sumber air, fasilitas MCK, termasuk prasarana dan sarana umumyang telah
dibangun, kemungkinan akan dibangun seperti irigasi, drainase, jalan, listrik, air bersih lain dan
sebagainya.
11.9 Melaksanakan survey regular dilokasi studi;
Dilokasi sumber-sumber air konsultan melaksanakan pengukuran pada radius tertentu pada
ruang pemanfaatan sumber air sesuai dengan kebutuhan investigasi lapangan serta penyajian
gambar hasil analisa;
11.9.1 Survey Pendahuluan
Maksud dari survey ini adalah untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada
daerah studi, dalam rangka penyiapan pelaksanaan survey lapangan yang meliputi :

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

50

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

Menghubungi instansi-instansi terkait di daerah sehubungan dengan program


pembangunan sektoral/regional dan perencanaan pengembangan wilayah di lokasi
studi.
Inventarisasi kondisi fisik dan permasalahan di lokasi studi serta penilaian tingkat
kerusakan maupun dampak permasalahan lainnya yang telah serta yang mungkin
dapat terjadi.
Penentuan referensi pengukuran dan batas lokasi studi.
11.9.2 Orientasi dan Tinjauan Lapangan
Konsultan melaksankan kegiatan pengukuran langsung pada ruang sumber-sumber air
dengan terlebih dahulu melakukan peninjauan hal-hal sebagai berikut ini:
Tinjauan/inventarisasi lokasi-lokasi daerah pemanfaatan sumber air;
Tinjauan/identifikasi kondisi pelaksanaan konstruksi yang dapat mengubah DTA
dan/atau alur sungai;
Tinjauan lokasi pemanfaatanruas sumber air;
Tinjauan lokasi pemanfaatan air selain untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;
Tinjauan lokasi pemanfaatan sumber air sebagai penyedia tenaga air;
Tinjauan lokasi pemanfaatan sumber air di kawasan hutan;
Tinjauan lokasi pembuangan/pencemaran air limbah pada ruang sumber air;
Tinjauan lokasi pengambilan komoditas tambang pada ruas sumber air;
11.9.3 Pengukuran Topografi
Survei dan investigasi topografi di DAS, calon site waduk, sumber air dan/atau rencana
lokasi sumber air harus diketahui terlebih dahulu melalui pengumpulan data serta
pengukuran topografi guna mendapatkan data lokal terkini yang akan digunakan dalam
perencanaan seperti peta dasar, elevasi, kondisi fisik area pekerjaan seperti kondisi
tanah, kondisi perairan dll.
Secara garis besar pengukuran Topografi ini meliputi :

Pemasangan patok BM & CP;


Kontrol horizontal dan vertikal;
Pengukuran detail situasi didaerah studi;
Pengukuran Profil untuk perkiraan volume calon waduk dan/atau batas-batas
sumber air;
Pembuatan Peta GIS Sumber Air DAS;
Penggambaran Peta Situasi Sumber-sumber Air.
a. Pemasangan Patok Bench Mark dan Control Point
o Bench Mark (BM) dipasang pada posisi dimana lokasi pemanfaatan sumbersumber air dan/atau rencana bangunan utama;
o Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan dengan Zig Zag sepasang dengan
Control Point (CP), jarak Bench Mark dan CP antara 30 70 m dan/atau sesuai
dengan kondisi kegiatan yang dilakukan sebelum dilaksanakan pengukuran
sehingga pada saat pengukuran dilaksanakan kedudukan Bench Mark dan
Control Point sudah stabil.

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

51

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

o Bench Mark dipasang ditempat yang stabil dan aman dari gangguan, baik
gangguan manusia atau binatang, serta tidak mengganggu aktifitas umum.
Lokasi Bench Mark ditempatkan pada tempat yang mudah dicari.
o Bench Mark dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan
1 : 2 : 3. Kerangka Bench Mark dibuat dari besi tulangan berdiameter 8 mm, dan
6 mm. Bagian tengah Bench Mark dipasang baut 12 mm dengan panjang 10
cm.
o Control Point dibuat pipa Paralon PVC 3 dan diisi dengan campuran semen,
pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Bagian tengah Control Point
dipasang baut 12 mm dengan panjang 10 cm.
o Bench Mark dan CP diberi inisial / nomor. Khusus untuk Bench Mark
inisial/nomor dibuat dari marmer dengan ukuran 12 cm x 12 cm, dengan sistem
penomoran yang telah ditentukan dan diberi cat minyak warna biru. Pemasangan
Bench Mark dan Control Point diberi tapak pada permukaan tanah asli agar lebih
stabil dan kokoh sebagaimana terlihat pada Gambar sebagau berikut:
BAUT

TANAH ASLI

BETON 1 : 2 :3
8 mm
6 mm

b. Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal & Vertikal


Kontrol Horizontal (Pengukuran Poligon)
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon, poligon tertutup atau
poligon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran, poligon
melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas poligon utama dibagi
dalam beberapa kring tertutup (untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon
sama panjangnya, poligon cabang terikat kepada poligon utama dan titik referensi
yang digunakan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur
poligon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan, sungai,
batas kampung dan lain-lain.
Maksud pengukuran poligon adalah untuk membuat titik tetap yang mempunyai
koordinat posisi bidang horizontal (x,y) sebagai kerangka dasar dari pemetaan.
Pengukuran poligon ini diikatkan pada BM.TTG BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi
terdekatatau dari titik kontrol (BM) yang telah terpasanghasil pengukuran
terdahuluminimal 2 yang telah diketahui koordinat dan elevasinya sesuai petunjuk
tim teknis/Direksi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah:
i. Pengukuran Kontrol Horizontal/poligon utama harus diikatkan pada minimal 2
benchmark yang telah diketahui koordinatnya. Metode pengukuran poligonutama
dilakukan secara close circuit (tertutup)dan dilakukan koreksi.
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

52

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

ii. Pengukuran Kontrol Horizontal/poligon cabang harus diikatkan padatitik poligon


tetap di awal dan di akhir pengukuran dan dilakukan koreksi.
iii. Pengukuran poligon sudut-sudutnya harus dilakukan secara 2 seri ganda (B, LB,
B, LB) untuk tiap station dengan ketelitian sudut < 10 ketelitian sudut harus
lebih kecil dari 10ndimana n adalah jumlah titik poligon.
iv. Azimuth yang digunakan adalah azimuth hasil pengamatan matahari,
Pengamatan dilakukan setiap jarak 2,50 km dengan ketelitian sudut < 10 atau
digunakan alat GPS dilakukan dengan tiga kali pengamatan dengan waktu yang
berbeda pengamatan dilakukan pada titik tetap yang sama, pembacaan sampai
Accuracy terkecil. Pengamatan dilakukan pada 2 titik tetap poligon dengan
menggunakan system proyeksi koordinat UTM dan Ellipsoid WGS 84.
v. Setiap titik poligon ditandai dengan patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 60 cm.
Patok ini diberi cat warna merahuntuk memudahkan identifikasi.
vi. Orientasi arah awal dan akhir pada pengukuran poligon dengan melakukan
pengamatan matahari atau pengamatan dengan alat GPS.
viii.Pengukuran Poligon utama menggunakan alat Total Station pembacaan Jarak
datar diukur minimal 2 kali ke muka dan ke belakang dan/atau dengan memakai
pita dengan ketelitian linier poligon utama kesalahan penutup jarak 1 : 10.000.
ix. Pengukuran poligon cabang ketelitian linier poligon kesalahan penutup jarak 1 :
5.000.
x. Pengukuran sudut poligon cabang harus menggunakan alat ukur dengan
ketelitian sudut minimal 10, dan seijin tim teknis/Direksi.
Kontrol Vertikal (Pengukuran Sipat Datar)
Maksud pengukuran kontrol vertikal/sipat datar adalah membuat titik tetap yang
mempunyai posisi vertikal/ketinggian sebagai kerangka dasar. Pengukuran sipat
datar ini harus diikatkan pada titik BM.TTG BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi
terdekatatau dari titik kontrol (BM) yang telah terpasanghasil pengukuran terdahulu
yang kondisinya masih baik dan dengan persetujuan tim teknis/Direksi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pengukuran ini adalah
sebagai berikut :
i. Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah
diketahui elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode pengukuran
leveling digunakan cara pulang pergi atau double stand, dan apabila dilapangan
hanya ada 1 Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan secara close circuit
(tertutup).
ii. Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap
yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2 BT = BA
+ BB. Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih setiap stand pada
tiap slag tidak boleh melebihi 2 mm.
iii. Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild NAK2) atau
yang sederajat ketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag diusahakan alat di
tengah-tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak maksimum 60 m
sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih < dari 5 m ke
rambu muka dan rambu belakang.
iv. Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan tetap
pada posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar di
atas landasan rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat tertancap di
atas tanah. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang terletak di
belakang rambu untuk mengetahui bahwa rambu benar-benar vertikal pada saat
pengukuran.
v. Ketelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau doubel
stand pada pengukuran Waterpas Utama tidak boleh melebihi 10D dan
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

53

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

waterpas cabang tidak lebih 30D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan
kilometer.
c. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit
atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60 meter.
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 0.50 m dan
setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih tebal, semua legenda lapangan
ditampilkan, terutama :
-

Sumber air berupa alur dan cabang anak sungai (dasar terendah dan lebar jelas
terlihat);
Daerah rawa.
Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan
alang-alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).

d. Pengukuran Situasi, Penampang Memanjang dan Melintang Skala 1 : 2000


atau disesuaikan
Pengukuran situasi, penampang melintang lokasi kegiatan meliputi hal-hal berikut:
Pengukuran situasi dan pengukuran penampang pada ruas-ruas sumber air
dilakukan secara bersamaan/sekaligus;
Sistem pengukuran yang digunakan adalah sistem Raai untuk penampang
melintang;
Pengukuran penampang lokasi sumber air dilakukan setiap interval 50 m pada
daerah studi yang lurus dan 25 m pada daerah studi yang berbelokbelokdan/atau dengan kontur yang relatif terjal;
Panjang penampang melintang/jalur raai adalah antara 50 100 m sesuai
dengan kebutuhan konsep;
Semua detail yang ada dilapangan diukur dengan sistim polar dan diambil
selengkap mungkin seperti jalan, bangunan bangunan yang ada, jembatan dan
lain lain.
e. PenyajianHasil Pemetaan
Konsultan menyajikan peta yang menunjukkan lokasi sumber-sumber air yang
terdapat di lokasi tersebut secara jelas dan akurat dalam bentuk peta analog
dengan skala tertentu maupun digital dalam bentuk ArcGIS Documents. Peta ini
juga harus bisa menggambarkan penggunaan lahan di sekitar sumber-sumber air
pada DAS dimaksud. Peta lokasi sumber air disajikan dalam Sistem Koordinat
Geografi dengan Datum WGS84.
Peta situasi sumber-sumber air skala 1 : 2000 atau disesuaikan dan disajikan
dalam sistem koordinat UTM.
Gambar penampang sumber air yang dilengkapi dengan tampilan objek-objek di
kiri-kanan sungai baik itu objek alamiah maupun buatan manusia.

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

54

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

f. Peralatan Survei
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain:
-

Theodolit;
Waterpass;
Rambu ukur;
Hand GPS;
Pita ukur 50 m;
Rol meter 3 m;
Kamera Foto;
Patok Beton BM/CP;
Patok Kayu;
Perlengkapan Lapangan;
Calculator;
Note Book;

11.10 Penyajian Gambaran Peta Digital.


Lokasi Sumber Air dan daerah tangkapan air(DTA) DAS WS Woyla - Bateue berdasakan hasil
kajian/analisis yang telah dilakukan harus di gambarkan kedalam peta digitasi dengan skala 1 :
100.000 dan/atau dengan ukuran skala lain atas petunjuk dari Pemilik Pekerjaan.
Penggambaran menggunakan Peta digital adalah representasi fenomena geografik yang mudah
disimpan untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer, setiap objek pada peta digital disimpan
sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat, sebagai contohmisalnya terdapat 10 (sepuluh) objek
berupa lokasi sebuah titik akan disimpan sebagai sebuah koordinat, sedangkan objek berupa
wilayah akan disimpan sebagai sekumpulan koordinat. Beberapa kelebihan penggunaan peta
digital dibandingkan dengan peta analog (yang disimpan dalam bentuk kertas atau media
cetakan lain), antara lain dalam hal :
o Peta digital kualitasnya tetap, tidak seperti kertas yang dapat terlipat, memuai atau sobek

ketika disimpan, peta digital dapat dikembalikan ke bentuk asalnya kapanpun tanpa ada
penurunan kualitas.
o Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan dari satu media penyimpanan yang satu ke
media penyimpanan yang lain, sedangkan Peta analog yang disimpan dalam bentuk
gulungan-gulungan kertas misalnya, memerlukan ruangan yang lebih besar dibanding
dengan jika peta tersebut disimpan sebagai peta digital dalam sebuah CD-ROM atau DVDROM.
o Peta digital lebih mudah diperbaharui dan untuk keperluan perubahan data atau perubahan
sistem koordinat misalnya, dapat lebih mudah dilakukan menggunakan perangkat lunak
tertentu.
Tabel berikut: Karakteristik Peta Digital, seperti juga peta analog, memiliki atribut-atribut peta
seperti:
1.

Skala

Pada peta digital, skala menggambarkan tingkat kedetilan objek ketika


peta tersebut dibuat. Sebagai contoh, pada peta skala 1:1.000 (1 cm di
peta mewakili 1.000 cm atau 10 meter di permukaan bumi), maka objek
bangunan akan terlihat dengan jelas, sedangkan pada peta skala
1:100.000 (1 cm di peta mewakili 100.000 cm atau 1 km di permukaan
bumi), sebuah bangunan hanya akan terlihat sebagai sebuah titik.

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

55

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

2.

3.

4.

Referensi Referensi geografik berupa parameter-parameter ellipsoida referensi dan


geografik datum. Salah satu referensi yang umum digunakan (termasuk dalam 11
penentuan posisi menggunakan satelit GPS) adalah WGS 84 (World
Geodetic System), yang direvisi pada tahun 1984 dan akan berlaku
sampai tahun 2010.
Sistem
Sistem proyeksi peta menentukan bagaimana objek-objek di permukaan
proyeksi bumi (yang sebenarnya tidak datar) dipindahkan atau diproyeksikan pada
peta
permukaan peta yang berupa bidang datar. Penggunaan sistem proyeksi
peta yang berbeda untuk sebuah daerah yang sama, akan memberikan
kenampakan yang berbeda.
Proyeksi Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk
Peta
menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan
peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat
tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu
dilakukan proyeksi ke bidang datar. Penggunaan sistem proyeksi peta
yang berbeda untuk sebuah daerah yanga sama akan memberkan
kenampakan yang bereda.

11.11 Perencanaan umum PLTA/PLTM;


Pengembangan PLTA berkapasitas besar terkait dengan pengembangan bendungan/waduk.
Keberadaan waduk berfungsi untuk meningkatkan tinggi jatuh air yang juga berpengaruh
terhadap besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Selain itu, keberadaan bendungan dapat
memberikan suplai debit ke hilir yang lebih stabil, dimana ketika musim hujan sebagian air
ditampung di waduk, dan ketika musim kemarau sebagian air dialirkan dengan memanfaatkan
tampungan pada musim hujan. Dalam hal ini, perubahan pola debit sebelum dan setelah melalui
waduk dapat dihitung menggunakan konsep Reservoir Routing.
Routing adalah prosedur untuk menentukan hidrograf debit pada suatu titik di dalam DAS
berdasarkan data hidrograf di sebelah hulu. Ketika suatu kondisi aliran yang direpresentasikan
dalam bentuk hidrograf tadi bergerak ke arah hilir, bentuk hidrograf akan cenderung mengalami
penurunan debit dalam jeda waktu tertentu.
11.11.1 Potensi Hidrolik
Potensi hidrolik adalah potensi energi yang ditimbulkan oleh tekanan air akibat gaya
gravitasi bumi. Potensi energi mikrohidro yang tersedia di alam adalah merupakan
energi dalam bentuk energi potensial. Besarnya potensi hidrolik ditentukan oleh
besarnya debit air Q dan ketinggian kemiringan sungai atau head (h). Secara
matematis, besarnya potensi hidrolik dari suatu potensi energi mikrohidro dapat
dijelaskan dengan beberapa persamaan.
Setelah diketahui harga dari masing-masing parameter di atas dari hasil pengukuran
lapangan, maka dengan menggunakan persamaan tersebut potensi hidrolik PLTMH
dapat dihitung.
o Jenis perhitungan routing yang umum digunakan antara lain :
Lumped/hydrologic Routing; Debit dihitung sebagai fungsi waktu pada suatu titik
tertentu. Persamaan pengatur: kontinuitas dan hubungan antara debit/tampungan
(flow/storage);
o Level pool method (Storage Indication); Tampungan (storage) merupakan fungsi
tidak linear dari debit outflow (Q);
o Muskingum method; Tampungan (storage) merupakan fungsi linear dari Debit Inflow
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

56

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

(I) dan Outflow (Q);


o Series of reservoir models; Tampungan (storage) merupakan fungsi linear dari
Outflow (Q) dan turunannya terhadap waktu dan;
o Distributed/hydraulic Routing; Debit dihitung sebagai fungsi waktu dan tempat (time
and space) pada keseluruhan sistem yang ditinjau.
Untuk kasus aliran yang mengalir melalui reservoir, perhitungan yang akan digunakan
adalah perhitungan lumped/hydrologic routing, dengan metode level pool (storage
indication).
Routing metode Storage Indication merupakan metode untuk menghitung hidrograf
outflow (Q) dari suatu reservoir dengan permukaan air yang horizontal. Input yang
digunakan: 1) Hidrograf Inflow; 2) Hubungan antara Tampungan (Storage) dan Outflow.
11.11.2 Kapasitas Daya Pembangkit
Tidak seluruh energi yang dimiliki air dalam bentuk potensi hidrolik dapat diubah menjadi
tenaga listrik. Pada saat konversi dari energi potensial menjadi energi listrik sebagian
energi akan hilang atau dikenal sebagai losses. Selain itu besarnya energi listrik yang
dapat diperoleh sangat bergantung pada besarnya efisiensi turbin dan generator yang
digunakan. Secara sederhana kapasitas daya dapat dihitung dengan beberapa
persamaan.
Untuk keperluan simulasi digunakan syarat batas Q outlet di hilir tampungan sebagai
fungsi ambang pelimpah dan pipa penstock turbin PLTA. Jika elevasi muka air berada di
bawah elevasi pelimpah, maka air hanya mengalir melalui pipa penstock, sedangkan
jika elevasi muka air naik hingga melewati elevasi pelimpah, maka air mengalir ke hilir
melaui pipa penstock dan pelimpah. Persamaan aliran yang digunakan adalah sbb:
Q penstock = C1A(2gH)0.5
Q pelimpah = C2LH1.5,
dengan C1 = koefisien pengaliran pipa, A = luas penampang pipa, g = percepatan
gravitasi, H = beda elevasi muka air, C2 = koefisien pengaliran pelimpah, L = adalah
lebar pelimpah.

11.12 Penyusunan laporan hasil studi;


Hasil analisis data sekunder, primer maupun hasil penyelidikan lapangan serta keluaran hasil dari
kegiatan studi ini, Konsultan diharuskan menyusun laporan hasil Kajian penetapan pemanfaatan
Sumber Air WS Woyla - Bateue berupa laporan sebagai berikut:
o Laporan Rencana Mutu Kontrak;
o Laporan Pendahuluan;
o Laporan Bulanan;
o Laporan Sisipan/pertengahan;
o Laporan Konsep Akhir (Draft Final);
o Laporan Akhir (Laporan Utama); dan
o Laporan Ringkas (Konsep Perencanaan umum PLTA/PLTM);
o Laporan Pendukung

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

57

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

11.13 Dasar Perencanaan


Perencanaan yang dilakukan berpedomanpada kriteria perencanaan yang ditetapkan yaitu:
a. SNI sesuai dengan instruksi Mentri Pekerjaan Umum Nomor: 04/IN/m/1991, tanggal 24
Januari 1991.
b. Pedoman Pengendalian Banjir Vol.I,II dan III tahun 1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.
c. NSPM Penanggulangan dan Pengendalian Banjir.
d. SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir Rencana.
e. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-12-2004-A.
f. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2,1971.
g. Standar Spesifikasi Bahan Indonesia A-SNI-2919-1991.
h. ASTM (Amirican Society for Testing Materials)
11.14 Melakukan Diskusi, Asistensi, dan Pembahasan
o Konsultan Penyedia Jasa diwajibkan melaksanakan diskusi,asistensidan pembahasan
Kegiatan Studi tersebut bersama PPK Perencanaan dan Program BWSS I Aceh Cq. Direksi
Pekerjaan Cq Unit Desain.
o Konsultan Penyedia Jasa juga diharapkan untuk dapat melakukan diskusi serta asistensi
Kegiatan Studi tersebut bersama Sub. Direktorat Perencanaan Wilayah Sungai (PWS)
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Airguna untuk mendapatkan
masukan dan arahan dalam rangka penyempurnaan laporan kajian teknis.
o Konsultan Penyedia Jasa juga diharapkan untuk dapat melakukan diskusi serta asistensi
Kegiatan Studi tersebut bersama Dinas/Lembaga terkait lainnya dalam rangka untuk
mendapatkan masukan tambahanuntuk penyempurnaan kajian tersebut.
o Konsultan Penyedia Jasa diwajibkan menyempurnakan, melengkapi berupa laporan, gambar,
peta dan analisis-analisis hasil kajian terhadap arahan, masukan, dan rekomendasi dari hasil
diskusi dan pembahasan yang telah dilaksankan.
o Konsultan Penyedia Jasa senantiasa menyiapkan bahan, notulensi, absensi serta
dokumentasi jalannya kegiatan pada setiap saat melakukan diskusi, asistensi maupun
pembahasan tersebut.
11.15 Diskusi dan Asistensi Pekerjaan Berkala
Untuk menjamin penyelesaian pekerjaan selesai tepat mutu dan tepat waktu diperlukan suatu
pengendalian tahapan kegiatan sebagai berikut ;
o Konsultan diharuskan melakukan diskusi dan asistensi minimal 1 (satu) bulan sekali atau
dilakukan setiap waktu sesuai kepeluan, diskusi dan asistensi dilakukan oleh tenaga ahli
yang terlibat dalam pekerjaanya kepada Direksi pekerjaan guna untuk memperoleh masukan
serta kesepahaman bersama baik secara lisan maupun tulisan, diskusi dilakukan terhadap
permasalahan yang akan dibahas mengenai pekerjaan yang sedang berjalan dan yang telah
diselesaikan, diskusi serta asistensi termasuk menyampaikan alternative pilihan, guna
memperoleh persetujuan serta pengajuan program kerja untuk selanjutnya.
o Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan membuat/menyiapkan
lembaran asistensi.
o Buku tersebut berisi catatan, tanggal dan bulan mengenai perintah, hasil diskusi, persetujuan
dan lain-lain dengan Direksi serta sebagai catatan pihak Konsultan mengenai item/produk
pekerjaan yang telah dilakukan/diselesaikan. Catatan tersebut ditanda tangani oleh pihak

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

58

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

o
o
o
o

Direksi (Asisten Perencanaan) dan Pihak Konsultan dan diserahkan pada pihak Direksi untuk
diarsip.
Untuk setiap bagian item/bab pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Konsultan agar
mengasistensikan secara bertahap kepada Direksi, sehingga Direksi bisa
mengontrol/mengoreksi hasil pekerjaan dengan baik.
Diskusi dan asistensi ini dilakukan secara kontinue di Kantor Perencanaan dan Program
Balai Wilayah Sungai Sumatera I Aceh.
Konsultan diharuskan melakukan presentasi rencana dan hasil kerja pada Direksi pekerjaan
dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program BWSS I Aceh.
Dalam hal kealapaan diskusi dan asistensi oleh pihak Konsultan sebagaimana yang telah
diatur, hal ini diluar tanggung jawab Direksi pekerjaan.
Untuk memudahkan pengawasan pekerjaan secara kontinue disetiap saat, maka diskusi dan
asisitensi pekerjaan juga dapat dilakukan menggunakan media elektronik.

11.16 Diskusi dan Expose Hasil Kerja:


Diskusi dan expose diharuskan untuk menyatukan persepsi hasil kajian penetapan pemanfaatan
sumber air, urutan pelaksanaan diskusi dan expose sebagai berikut :
Diskusi I (Expose Pendahuluan)
Mendiskusikan dan membahas tentang rencana kerja (time schedule), landasan teori, metode
pelaksanaan pekerjaan, analisis yang dibutuhkan dan hasil peninjauan Lapangan dan laporan
pendahuluan. Dalam beberapa waktu pada minggu kedua, Konsultan akan membahas rencana
kerja survey primer termasuk rencana memobilisasi personil dan peralatan serta persiapan
administrasi lainnya yang diperlukan untuk prosesi kelancaran pekerjaan lapangan.Pembahasan
dilaksanakan dihadapan Direksi (Ass. Perencanaan) dan Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan
Perencanaan dan Program BWSS I Aceh.
Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih dahulu
menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua) hari sebelum
kegiatan diskusi ini laksanakan;
Diskusi II
Membahas hasil survey lapangan atau semua kegiatan lapangan yang telah dilaksanakan serta
beberapa draft penyelesaian dari anlisis yang telah dilakukan termasuk membahas rencana
kerja selanjutnya.
Diskusi III (Laporan Interm/Antara)
Membahas draft penyelesaian dari anlisis yang telah dilakukan atau presentasi terhadap
pekerjaan yang telah dilaksanakan dan akan difinalkan termasuk membahas rencana kerja
selanjutnya, sampai dengan penyusunan laporan antara. Pembahasan dilaksanakan dihadapan
Direksi (Ass. Perencanaan) dan Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Perencanaan dan
Program BWSS I Aceh.
Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih dahulu
menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua) hari sebelum
kegiatan diskusi ini laksanakan;
Diskusi IV (Draft Laporan Final) ..dan seterusnya
Expose Draft Final dilaksanakan di Kantor Kegiatan Perecananaan dan Program bersama
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta para undangan lainnya yang berkopenten dengan
membahas secara keseluruhan hasil kajian/perencanaan guna untuk memperoleh berbagai
Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

59

Dokumen Seleksi Jasa Konsultansi


Kegiatan Perencanaan dan Program BWS-SI

masukan, saran serta kesepakatan dari beberapa pihak yang diikut sertakan dalam pembahasan
tersebut. Disamping itu jika diperlukan, Konsultan wajib mengexpose kembali hasil perencanaan
tersebut jika diundang oleh Pemilik Pekerjaan dengan waktu dan tempat akan ditentukan
kemudian.
Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih dahulu
menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua) hari sebelum
kegiatan diskusi ini laksanakan;
Dalam setiap tahapan diskusi tersebut Konsultan Penyedia Jasa harus melengkapi bahan serta
material yang diperlukan berupa, Berita Acara, Absensi, Notulen Rapat, Dokumentasi, dan Hand
Out.
11.17 Penyajian dan Penyerahan
Seluruh analisa/perhitungan,pengeplotan data/penggambaran sebelum diserah terimakan untuk
disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, penyajian dan penyerahannya harus terlebih dahulu
dikoordinasikan dengan Direksi Cq. Pengawas pekerjaan untuk dilakukan finishing chek terkait
dengan tatacara penyajian dan penyerahan dokumen yang telah dipersiapkan oleh Konsultan
Penyedia Jasa; penyajian dan tatacara penyerahan dokumen secara jelas mengacu di dalam
Dokumen Kontrak.
11.18 Pengawasan, Diskusi dan Asistensi Pekerjaan
Didalam pelaksanaan kegiatannya, Konsultan Penyedia Jasa akan di awasi oleh
Direksi/Pengawasan yang akanmelakukan pengawasan rutin terhadap pencapaian kemajuan
pekerjaan, arah serta jalannya kegiatan studi dari awal hingga berakhirnya kegiatan secara
keseluruhan.
Kegiatan pengawasan yang akan dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
o Pengawasan program kerja;
o Pengecekan alat yang dipakai;
o Pengecekan personil yang ditugaskan;
o Pengawasan pelaksanaan dilapangan;
o Pengawasan hasil kerja/penyajian laporan;
o Pengawasan perhitungan/analisa data;
o Pengawasan tatacara penggambaran dan penyajiannya.
11.19 Data Tersedia
Perencanaan dan Program BWSS I Cq. Direksi Pekerjaan akan memberikan data-data yang
diperlukan serta apabila tersedia, untuk kegiatan ini data tersedia berupa peta dan gambargambar berikut :
o Sketsa daerah proyek
o Peta topografi umum berskala 1 : 50.000
o Data-data titik tetap (Bench Mark) yang ada, baik dari hasil survey terdahulu (bila ada)
maupun BM-TTG dari Bakosurtanal.
Dalam batas-batas wewenangnya, pemberi pekerjaan akan membantu Konsultan guna
memperoleh data-data yang mutlak diperlukan seperti data-data curah hujan dan banjir, data
meteorologi, peta-peta yang ada dan hasil-hasil penyelidikan lainnya.Konsultan bertanggung
jawab penuh atas mutu data/perencanaan yang dihasilkan.

Dok. SeleksiKajian Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTA/PLTMH

60

Anda mungkin juga menyukai