Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Deteksi Dini
Kanker Serviks Dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Ny.F Di Puskesmas
Padang Pasir Tanggal 23 Mei 2015 Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok yang diberikan
oleh CI di Puskesmas Padang Pasir.
Adapun makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan kita semua tentang selukbeluk kanker serviks. Bagaimana patofisiologi perjalanan penyakit ini dan serangkaian tes
mendeteksi dini kanker serviks juga cara penanggulangannya.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah sederhana ini.
1. dr. Winanda, selaku Kepala Puskesmas Padang Pasir yang telah memberikan izin kepada
kami untuk melakukan Praktek Klinik Kebidanan I (PKK I)
2. Ibu Jusmaizah, S.Si.T. SKM,. beserta ibu pembimbing lapangan lainnya yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam PKK I.
3. Ibu Dian Furwasyih, S.Keb. Bd., dan Ibu Putri Nelly Syofiah, S.Si.T., selaku pemimbing
akademik di lapangan yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada kami.
4. Ny.F yang telah bersedia menjadi responden dalam tinjauan kasus kami.
5. Bapak/Ibu staf karyawan/I Puskesmas Padang Pasir yang telah memberikan ilmu dan
membagi pengalamannya kepada kami dalam proses PKK I.
6. Kepada orangtua yang kami cintai karena telah membantu kami dalam memenuhi
kebutuhan dalam membuat tugas ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan menjadi
referensi bagi pembaca dalam memahami manajemen asuhan kebidanan deteksi dini kanker
serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Padang, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1.
Latar Belakang................................................................................................................3
1.2.
Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3.
Tujuan..............................................................................................................................4
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.7.1.
2.7.2.
2.7.3.
2.8.
2.9.
PENUTUP..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hingga saat ini kanker serviks masih merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit kanker di negara berkembang. Kanker ini dapat dicegah bila
program skrinning dan pelayanan kesehatan diperbaiki.
penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6
juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih dari 4 juta di antaranya
meninggal. Menurut data WHO, setiap tahun ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam
dekade terakhir ada 9 juta manusia mati karena kanker.Kanker serviks masih menempati
posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita setelah kanker payudara dan diperkirakan
diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2013)
Dan setiap 2 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker serviks di
negara berkembang (Nurwijaya, 2010). Kanker serviks banyak di jumpai di negaranegara sedang berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan
Filipina. Dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia kanker serviks
masuk urutan pertama (Depkes, 2012). Tingginya angka kematian ini disebabkan tidak
memiliki ciri yang khas. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila dilakukan
program skrining atau deteksi dini namun hal ini belum dilakukan khususnya di negara
berkembang. Data Depkes menyebutkan, sekitar 6% atau 13,2 juta jiwa penduduk
Indonesia menderita penyakit kanker dan kanker merupakan penyebab kematian di
Indonesia. Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari
berbagai data kanker yang dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembagalembaga kanker (Statistik Kanker Serviks, 2014).
Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai
data kanker yang dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga kanker.
Bahkan menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di
Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga kian
3
memprihatinkan. Untuk penderita kanker serviks, jumlahnya juga sangat tinggi. Setiap
tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Itu membuat
kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor 1 di Indonesia.
Label itu tidak berlebihan karena tiap hari di Indonesia dari 40 wanita yang
terdiagnosa menderita kanker serviks, 20 wanita diantaranya meninggal karena kanker
serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat WHO menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia.
Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang sebagai rumah sakit rujukan di Sumatera
Barat terdapat kasus kanker serviks yang masih mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2007 terdapat 36 kasus dan mengalami peningkatan ditahun 2008 yaitu 42
kasus,pada tahun 2009 sebanyak 31 kasus dan tahun 2010 sebanyak 33 kasus kanker
serviks. Kejadian paling banyak dari seluruh kasus kanker serviks pada tahun 2010 di
Rumah Sakit Dr.M.Djamil Padang berasal dari Wilayah Kota Padang yaitu sebanyak
12kasus (36,36%) menyusul Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 4 kasus (12,12%)
(Medical Record RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2010).
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen asuhan kebidanan deteksi dini kanker serviks dengan
metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Padang Pasir tanggal 23 Mei
2015?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat memberikan pengetahuan mengenai kanker serviks dan bagaimana
penanggulangan serta pengobatan kanker serviks.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian deteksi dini kanker serviks pada
Ny.F dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
2) Mahasiswa mampu menganalisis masalah dari pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks pada Ny.F dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
2.2.
pasangannya)
Terpapar IMS antara lain: chlamydia, gonorrhea, dan HIV/AIDS
Memakai pil kontrasepsi jangka panjang
Merokok
Defisiensi vitamin A/C/E
6
2.3.
Stadium
Stadium
Stadium
2.4.
jumlahnya berlebih
Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
Mengalami sakit saat buang air kecil
Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada
bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi
sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil,
mengalami perdarahan spontan.
2.5.
Normal Cervix
HPV Infection
60% Perubahan sel karena Virus
dapat
Cofactors
Displasia Ringan
semb
15 % jadi
3-4 thn Berat High-Risk HPV
uhberat dlmDisplasia
(Types 16, 18, etc.)
30% - 70% berkambang dlm
10 tahun
Kanker
berkembang
Apabila HPV menyerang seorang perempuan, virus ini akan langsung melekat
pada sel yang berada pada lapisan basal dari epitel serviks. Virus tersebut akan
mengakibatkan terjadinya kelainan pada sel-sel serviks yang disebut displasia. Displasia
ini biasa juga disebut sebagai CIN (Servical Intraepithelia Neoplasia) atau NIS
(Neoplasia Intraepitelital Serviks). Berdasarkan kesepakatan, untuk mempermudah
penilaian, NIS dibagi menjadi 3 (NIS 1,2,3) sesuai dengan peningkatan derajat keparahan
dysplasia. NIS adalah lesi pra kanker yaitu suatu kelainan yang merupakan awal
terjadinya kanker (Yayasan Knaker Indonesia, 2013)
Pada umumnya sekitar 60% perempuan yang telah terinfeksi dapat sembuh
sendiri sekalipun sudah mencapai stadium NIS 1. Setelah 3-4 tahun karsinoma insitu.
Dalam waktu 10 tahun sekitar 30-7% akan menjadi kanker serviks yang invasif. Dengan
demikian perlu 10-15 tahun sejak awal terjadinya infeksi HPV hingga munculnya kanker
serviks. Jangka waktu itu adalah masa di mana kita bisa melakukan pencegahan terhadap
kanker serviks. Salah satu caranya adalah dengan melakukan skrining untuk mendeteksi
adanya kelainan pada serviks akibat dari virus tersebut (Melva, 2008)
10
2.6.
12
13
2.7.
14
Tingkat
Yankes
Primer
/ Sekunder
Mengajak
ibu ibu
dalam
kelompok usia 30-50 tahun untuk m
Melakukan IVA
Ket :
(-)
IVA jangkau
(+)
*lesi >75% meluas ke dinding vagina atau lebih dari 2 mm dari diameterIVA
krioprobe
atau ke dalam saluran di luar
Kanker
**6 bulan I : 6 bulan pasca krio pertama
***6 bulan II : 6 bulan pasca krio kedua
Diulang 5 tahun yang akan datang
Lesi luas*
Tidak
Iya
Sarankan Krioterapi
Konseling
Setuju
Menolak
Ibu m
Tidak
Rujuk
Krioterapi
Obati
Evaluasi
Tunggu 2 minggu untuk krioterapi Apakah sudah bisa
Lesi sudah sembuh
Kembali 1 bulan pasca krioterapi
IVA (-)
15
Gambar diagram alur yang menunjukkan pilihan yang mungkin untuk perempuan
setelah menjalani tes IVA. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika
konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan dibeberapa instruksi baik yang
sederhana untuk ibu tersebut (mis, kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 5 tahun) atau
isu-isu khusus yang harus dibahas bersama, seperti kapan dan dimana pengobatan dapat
diberikan, resiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes
tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.
Pengujian/tes kanker serviks biasanya dilakukan sebagian bagian dari program
penapisan kesehatan reproduksi missal atau pelayanan kesehatan primer, seperti
kunjungan prenatal atau postpartum/nifas, pemakaian awal lanjutan KB, asuhan paska
keguguran, kontrasepsi mantap, atau penilaian adanya IMS.
Untuk menilai klien, perlu ditanyakan singkat kesehatan reproduksinya, antara
lain :
1) Riwayat menstruasi
2) Pola perdarahan (misalnya perdarahan pasca senggama atau menstruasi
3)
4)
5)
6)
tak teratur)
Riwayat paritas
Usia pertama kali berhubungan seksual
Penggunaan alat kontrasepsi
Pastikan untuk menyertakan informasi tentang faktor resiko kanker serviks
yang telah disebutkan sebelumnya
penghantar atau stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal
akan berwarna putih, disebut juga epitel putih atau acetowhite (Anonim, 2008).
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat
dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau
HIV/AIDS.
Alat dan Bahan :
a. Spekulum
b. Lampu
c. Larutan asam asetat 3-5%
a) Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian
diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka
dicampur dengan 4 bagian air).
Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan
menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 %
dicampur dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%
b) Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan
dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7
bagian air).
Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan
menghasilkan 80 ml asam asetat 3%
c) Campur asam asetat dengan baik
d) Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan
d.
e.
f.
g.
Metode Pemeriksaan :
1) Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent
klien
2) Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
3) Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4) Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5) Gunakan sarung tangan
17
6)
7)
8)
9)
SSK
tidak
tampak.
Klien
disarankan
untuk
melakukan
18
abnormal yang tumbuh di serviks yang biasa disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia
(CIN) (Relay Health, 2014)
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak
muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya jika leher
rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi
atau kelainan pra kanker (Yayasan Kanker Indonesia)
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim.
Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis
yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi
sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut (Yayasan Knaker Indonesia, 2013)
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan
luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya
perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan
human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang
lain.
Tawarkan Pengobatan
Waktu Kunjungan Berbeda
20
TIDAK
YA
Pada serviks
di atas
Kanker
SSK
IVA
Krioterapi
KaSIVO
Sumber : Buku Acuan Program
Pencegahan Kanker serviks, 2013
2.8.
Plak dengan warna tidak terlalu putih (agak pudar) dengan batas yang ti
Tabel 2.6. Klasifikasi IVA sesuai Temuan Klinis
Normal
Atipik
Abnormal
Kanker Serviks
Daerah berwarna putih pudar seperti titik-titik pada endoserviks, karena pewarnaan epitel kolumnar
Gambar 2.7. Signifikasi Klinis dan lokasi Lesi Acetowhite
Plak putih tebal berbatas tegas, seperti leukoplakia, tampak pada zona transformasi, melebar
22
Sumber : Buku Acuan Program
Pencegahan Kanker serviks, 2013
2.9.
Tes PAP
Petugas Kesehatan
(Bidan,/perawat/dokter
umum/dokter spesialis)
Tes IVA
Bidan
Perawat
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Skriner / Sitologist /
Sensitivitas
Patologist
70% - 80%
65% - 96%
Spesitivitas
Hasil
Sarana
90% - 95%
Hari 1 bulan
Spekulum
54% - 98%
Langsung
Spekulum
Lampu sorot
Lampu sorot
Kaca benda
Asam asetat
Biaya
Laboratorium
Rp 150.000,00
Rp 3000,00
Dokumentasi
Rp 750.000,00
Ada (dapat dinilai ulang)
Tidak ada
Sumber : Laila, 2011
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang ibu bernama Ny.F berusia 27 tahun datang ke BPS Erna Mulyani, ia
mengeluhkan keluar keputihan yang berbau, dan bila berhubungan terasa nyeri, serta berdarah.
Ny.F dirujuk oleh Bidan Erna Mulyani ke poli KB di Puskesmas Padang Pasir.
Pasien datang pada tanggal 23 Mei 2015, dengan riwayat identitas Ny.F sudah
menikah, riwayat pernikahan suami sudah yang ketiga kalinya termasuk pernikahan dengan
Ny.F, Ny.F dan suaminya merupakan tamatan SMA. Riwayat kesehatan reproduksi Ny.F
adalah usia menarche 14 tahun, usia saat menikah 19 tahun, jumlah persalinan sebanyak 3 kali
dan tidak pernah keguguran. Kontrasepsi yang saat ini dipakai adalah suntik 1 bulan, sebelumnya
belum pernah melakukan PAP Smear maupun IVA, dan Ny.F tidak pernah merokok.
Sedangkan suami Ny.F seorang perokok aktif yang seharinya bisa menghabiskan 12 batang
rokok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi : 78x/i, pernafasan
23x/i, dan suhu : 36,5C. Dari keluhan Ny.F, maka dilakukan pemeriksaan leher rahim dengan
metode IVA. Hasil yang didapatkan antara lain :
a.
b.
c.
d.
Curiga kanker
: tidak
Pengambilan PAP Smear : tidak
Hasil IVA
: Positif, anjuran dengan krioterapi
Tampak adanya polip dan sudah berdarah, keputihan yang berbau.
24
1. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas / Biodata
Nama Ibu
: Ny. F
Umur
: 27 tahun
Suku/Bangsa
: Minang/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Komp.Filano,No 8A
No HP
: 082174449577
B. Data Subjektif
Tanggal : 23 Mei 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan
2. Keluhan utama
: Tn.A
: Suami
: Komp.Filano, no 8A, Tabing
:-
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche
: 14 tahun
b. Teratur/tidak
: Teratur
c. Siklus
: 28 hari
d. Lamanya
: 4 hari
e. Banyaknya
: 2-3 kali ganti doek sehari
f. Warna
: Merah kehitaman
g. Sifat darah
: Encer
h. Disminorhea
: Ada
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
: suntik 1 bulan
25
Jenis
Persalin
an
Tempat
Persalin
an
N
O
Tgl
Lahir
200
9
Cukup
bulan
Normal
BPS
201
3
Cukup
bulan
Normal
BPS
201
4
Cukup
bulan
Normal
BPS
Komplika
si
Ba
Ibu yi
Td Td
k
k
ada ada
Td Td
k
k
ada ada
Td Td
k
k
ada ada
Asma
Epilepsi
Lain-lain
: Tidak ada
: Tidak ada
: ada, kanker tahi lalat
Bayi
Penolo
ng
PB/BB
/JK
Nifas
Keadaa Loche Lakta
n
a
si
Bidan
48/2900/
lk
Baik
Norma
l
Baik
Bidan
48/2800/
pr
Baik
Norma
l
Baik
Bidan
49/3000/
pr
Baik
Norm
al
Baik
8. Riwayat Perkawinan
Kawin umur
: 19 tahun
Setelah kawin berapa lama baru hamil : 2 tahun
9. Keadaan ekonomi
Penghasilan per bulan
: Rp 2.500.000,Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 5 orang
Penghasilan per kapita
: Rp 500.000,10. Kebiasaan hidup sehari-hari
a. Personal hygiene
Mandi
: 2 kali sehari
Sikat gigi
: 2 kali sehari
Keramas
: setiap hari
26
: 2 kali sehari
: 5 kali sehari
: kuning jernih
: tidak ada
BAB
Frekuensi
Warna
Keluhan
: 1 kali sehari
: kuning kecoklatan
: tidak ada
d. Pola istirahat
Istirahat siang : 2 jam
Istirahat malam : 7 jam
e. Aktivitas sehari-hari
Beban kerja
: pekerjaan rumah tangga
Olahraga
: tidak ada
Kegiatan spiritual : shalat
f. Hubungan seksual
Genitalia
: Kemerahan
Pembengkakan
: Ada
: Tidak ada
Hasil
: IVA (+), SSK (+), keputihan berbau, dan polip sudah berdarah
Petugas Kesehatan
Klien/Keluarga
28
OBJEKTIF
Keadaan emosional : Stabil
ANALISIS
Diagnosa :
Kesadaran : Composmentis
1. TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 78x/i
P : 23x/i
S : 36,5C
2. Inspeksi
Genitalia : Kemerahan
Lesi berwarna putih tampak
IVA : positif
Polip berdarah
Keputihan berbau
Masalah :
1. Keputihan berbau
2. Keluar
darah
saat
berhubungan.
3. Perdarahan diluar haid.
4. Nyeri perut bagian bawah
atau panggul
Kebutuhan :
1. Informasikan
hasil
pemeriksaan
2. Pendkes tentang personal
hygiene
3. Antibiotik
4. Kunjungan ulang dengan
PENATALAKSANAAN
1. Mengiformasikan
hasil
pemeriksaan kepada ibu,
bahwa hasil pemeriksaan
TTV dalam batas normal
2. Pendidikan
kesehatan
tentang personal hygiene
yaitu menjaga kebersihan
vulva ibu dengan cara
mengganti celana dalam
bila sudah terasa lembab,
saat membersihkan bagian
vulva ibu dari arah depan
ke
belakang
dan
mengeringkannya sesudah
BAK & BAB.
3. Memberikan
antibiotik
untuk
mengurangi
keputihan yang berbau
4. Anjurkan kepada ibu
untuk tidak berhubungan
seksual
sampai
pengobatan selesai.
29
5. Menginformasikan
kunjungan ulang pada
saaat kartu BPJS di
dapatkan untuk tujuan
rujukan selanjutnya.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker serviks merupakan kanker mulut rahim yang disebabkan oleh virus
Human Papilloma Virus (HPV). Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks
(kanalis servikalis dan porsio). Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk
dalam jaringan serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa
tipe kanker serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker
jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk
terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:
a. Saat berhubungan intim selaku merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh
adanya perdarahan.
b. Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan
c.
d.
e.
f.
jumlahnya berlebih
Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
Mengalami sakit saat buang air kecil
Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada
bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi
sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil,
mengalami perdarahan spontan.
31
Hasil pengkajian yang telah dilakukan bahwa Ny.F menarche usia 14 tahun,
menstruasi datang teratur, siklus 28 hari, lama menstruasi 4 hari, sifat darah menstruasi
encer, warna darah menstruasi merah kehitaman, dan 2 kali ganti doek sehari.Riwayat
kesehatan ibu dan kesehatan keluarga tidak ada kelainan. Usia Ny.F saat menikah umur
19 tahun, sudah memiliki tiga orang anak hidup, tidak pernah keguguran, riwayat pernah
memakai suntik KB satu bulan, riwayat suami sudah pernah menikah dua kali sebelum
menikah dengan Ny.F. Ny.F mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi berhubungan
seksual dengan suaminya dikarenakan saat sehabis senggama mengeluarkan darah secara
spontan dan sedikit nyeri, serta terasa kurang nyaman ketika bersenggama.
Selanjutnya, pemeriksaan keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, keadaan genitalia tampak kemerahan, tidak ada pembengkakan, hasil inspeksi
menunjukkan SSK tampak, dilakukan pemolesan dengan asam asetat tampak lesi
berwarna putih.
Perbandingan antara teori dengan kasus Ny.F, tanda dan gejala yang dirasakan
oleh Ny.F adalah sama. Yaitu Ny.F mengeluhkan banyak mengeluarkan keputihan
yang berbau, sakit pada daerah pinggul, dan adanya perdarahan sehabis senggama. Lalu
dilihat dari riwayat perkawinan, Ny.F menikah saat umur 19 tahun. Dari teori yang ada,
menikah kurang dari umur 20 tahun merupakan resiko minor dari kejadian kanker
serviks. Ditambah lagi dengan riwayat perkawinan suami yang lalu sudah 2 kali menikah
sebelum menikah dengan Ny.F. Ny.F mengatakan bahwa riwayat keluarganya pernah
terkena kanker, yaitu nenek Ny.F pernah terkena kanker pada wajahnya (tahi lalat).
Ny.F juga mengatakan bahwa tidak ada riwayat terkena penyakit infeksi menular
seksual.
Dari pemeriksaan yang dilakukan hasil yang didapatkan IVA (+), SSK tampak,
polip sudah berdarah dan keputihan yang berbau. Sebelumnya, Ny.F memeriksakan diri
ke BPS Erna Mulyani di Purus, tetapi dirujuk saat itu juga ke Puskesmas Padang Pasir di
poli KB.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa Ny.F memiliki faktor resiko
terkena kanker serviks yaitu dari usia yang sangat bersiko tinggi, riwayat suami yang
sudah menikah dua kali sebelumnya, dan juga tanda dan gejala pada Ny.F sesuai
dengan teori yang ada. Saat memeriksa Ny.F mulai dari keadaan umum yang baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal, dan saat inspeksi genitalia dan vagina terdapat lesi
berwarna putih yang menunjukkan awal dari kanker serviks yang diperiksa melalui
metode IVA. Masalah yang ada pada Ny.F adalah hasil dari tes IVA positif karena
terdapat lesi berwarna putih pada permukaan porsio. Tindakan selanjutnya, lebih baik
dirujuk ke instansi pelayanan kesehatan yang melayani pengobatan kanker serviks dan
tentunya lebih lengkap akses alat dan tenaga kesehatannya. Asuhan yang dapat diberikan
sebelum Ny.F dirujuk adalah menjaga kebersihan genitalia, yaitu menggnanti celana
dalam bila sudah terasa lembab dan tidak nyaman. Dikarenakan Ny.F mempunyai
masalah keputihan yang berbau dan banyak. Ny.F bersedia melakukan apa yang telah
disarankan oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Padang Pasir.
Program skrining sangatlah penting dalam upaya deteksi dini kanker serviks
dikarenakan semakin dini stadium yang ditemukan, semakin tinggi tingkat keberhasilan
pengobatan. Akan tetapi kanker hamoir tidak terobati bila telah menyebar sampai dinding
panggul atau organ sekitarnya seperti rekstum dan kandung kemih. Kanker sserviks dapat
dicegah dengan menemukan lesi pra kanker dalam program srining yang kemudian
ditatalaksanakan dengan baik.
Strategi penanggulangan yang harus dilakukan adalah menghindari faktor-faktor
risiko. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat
luas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan strategi yang diterapkan
di negara berkembang berupa down staging, yaitu usaha untuk menemukan kanker pada
stadium yang lebih dini. Dengan cara ini diharapkan mortalitas dapat diturunkan.
B. Saran
33
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak dan pelayanana kesehatan dasar yang paling
mudah dijangkau oleh masyarakat perlu meningkatkan pemberian informasi tenatang
bahaya kanker serviks dan mempromosikan cara deteksi dini yaitu dengan metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Mempromosikan melalui poster-poster, gambar,
leaflet, dan media informasi tertulis maupun elektronik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Meningkatkan informasi, komunikasi dan konseling kepada wanita-wanita yang
sudah
menikah
atau
sudah
pernah
melakukan
hubungan
seksual
untuk
mempromosikan deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA). Juga gencar bersama-sama mengurangi angka kejadian kanker serviks.
3. Bagi Masyarakat
Khususnya bagi wanita-wanita yang sudah menikah atau sudah pernah melakukan
hubungan seksual sebaiknya melakukan deteksi dini kanker serviks. Metode paling
murah, mudah, dan langsung bisa diberitahukan hasilnya adalah metode Inspeksi
Visual Asam Asetat. Agar dapat mencegah stadium lanjut kanker serviks dan
mengobati dengan cepat sebelum menuju kanker.
4. Bagi Penulis
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
di kemudian hari.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36