Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Rina Dwi Indriyani

NIM

: 0861050108

Kelompok

:8

Fisiologi dan Siklus Haid


Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari
ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan
1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah
28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada
wanita yang sama.
Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedkit-sedikit
kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc. Pada wanita yang lebih tua bisanya
darah yang kelua lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumah darah
haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah yang lebih dari 80 cc dianggap patologik. Darah
haid tidak membeku; ini mungkin disebabkan fibrinolisis.
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian
kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis remaja pada waktu
pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi
rata-ratanya12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi dan kesehatan secara umum. Menarche terjadi di tengah-tengah masa
pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita
memasuki masa reproduksi, yaitu masa diana ia dapat memperoleh keturunan. Masa
reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa haid atau baki (menopause).
Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus
hipofisis ovarium (hypothalamic-hyphofisis-ovarian axis). Menurut teori neurohormonal
yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh
adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang
telah dapat di isolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat

merangsang pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dari hipofisis.
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan
1 saat, yaitu fase folikular, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon
sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon
steroid dan hormon gonadotropin.
Selama fase folikel, folikel ovarium mengeluarkan estrogen dibawah FSH, LH, dan
estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah namun terus meningkat tersebut
menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikel dan secara
inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel.
Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, keadaan ini memicu lonjakan
sekresi LH pada pertengahan siklus dan menyebabkan ovulasi folikel yang matang.
Kemudian sekresi estrogen merosot turun sewaktu folikel mati saat ovulasi.
Sel-sel folikel lama dibah menjadi korpus luteum yang menghasilkan progesteron
serta estrogen selama fase luteal. Progesteron sangat menghambat FSH dan LH, yang terus
menurun selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu
apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesteron
dan estrogen menurun tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh
inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon hipofisi anterior ini
kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan
dimulainya fase folikel.
Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh
darah terlepas (fase haid uterus). Pelepasan ini terjadi karena penurunan kadar estrogen dan
progesteron ketika korpus luteum yang tua berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya.
Pada akhir fase folikel, kadar estrogen meningkat menyebabkan endometrium menebal (fase
proliferasi uterus). Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan
vaskular dan sekretorik dari endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk
menghasilkan lingkan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik/ progestasional, uterus).
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid uterus yang baru.

PERUBAHAN HISTOLOGIK PADA ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID


Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus
mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat
dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu.
Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan.
Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri
dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang
mengalami desintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelanjar-kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur
sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel
endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung 4 hari.
Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase,
yaitu:

Fase proliferasi dini (early proliferation phase)


Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 samapi hari ke-7. fase ini dapat

dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut
kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini
merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan
masih menunjukkan suasana fase menstruasi di manaterlihat perubahan-perubahan involusi
dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas
mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel
stroma relatif besar sebab sitoplasma relatif sedikit.

Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)


Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. fase ini merupakan bentuk

transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar
berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tempak banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (naked nucleus)

Fase proliferasi akhir (late prolieration phase)


Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. fase ini dapat dikenal dari

permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. pada
fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang, berlekuk-lekuk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Daam
endometrium telah tertimbun glikogen dan kapuk yang kelak diperlukan sebagai makanan
untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan
endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas:

Fase sekresi dini


Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan

cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni:


1.

Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan

dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
2.

Stratum spongiosum, yaitu lapisan tenga berbentuk anyaman seperti spons.

Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya
sedikit stroma di atasnya.
3.

Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar

sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.

Fase sekresi lanjut


Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatam

dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang
berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan
perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua
jika terjadi kehamilan.

Kontrasepsi dengan Sistem Kalender/


Pantang Berkala/ Rhythm Method
Cara ini diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari
Jerman sekitar tahun 1931, maka disebut juga cara Ogino-Knaus. Mereka bertilik tolak dari
hasil penyelidikan bahwa wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap
daur haidnya. Masa subur yang disebut juga fase ovulasi mulai 48jam sebelum ovulasi dan
berakhir 24jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah itu, wanita berada dalam masa tidak
subur.
Syarat : tidak ada syarat tertentu untuk melakukan pantang berkala ini. Namun
dibutuhkan wanita dengan haid yang teratur dalam penggunaan sistem ini.
Cara kerja : Dengan mengunakan kalender ovulasi anda bisa mengetahui dengan
sangat baik untuk menetukan potensi masa subur tentu dengan siklus haid teratur. Bagi yang
memiliki siklus menstruasi teratur masa subur berlangsung pada hari ke 14 2 hari hingga
hari pertama haid berikutnya, artinya terjadi pada hari ke 12-16 sebelum tanggal haid
berikutnya. Hari pertama haid dihitung sebagai hari ke-1. Bagi yang siklusnya tidak teratur,
pertama-tama hitung panjang siklus selama 6 siklus berturut-turut hingga didapatkan siklus
terpanjang dan terpendek. Siklus terpanjang dikurangi 11, sedangkan siklus terpendek
dikurangi 18 dan didapatkan masa suburnya.
Cara ini akan lebih efektif jika dilakukan pengukuran suhu basal badan, dengan
pengukuran ini bisa ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu
basal badan turun, dan kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu badan naik lagi sampai
tingkat lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai terjadinya haid.
Pengukuran suhu badan dilakukan setiap hari sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan
kegiatan apapun, dengan memasukkan termometer pada rektum atau pada mulut di bawah
lidah selama 5 menit. Namun perlu diketahui pula bahwa suhu basal badan dapat meningkat
ketika terjadi infeksi, kurang tidur, minum alkohol, dan sebagainya.
Efek samping : tidak ada efek samping dalam penggunaan sistem pantang berkala ini.
Kelebihan dan kekurangan : kelebihan kontrasepsi dengan sistem ini tidak
mengeluarkan biaya, hanya dibutuhkan kalender untuk menentukan masa subur. Namun
kekurangan sistem ini terletak jika wanita tersebut haidnya yang tidak teratur, maka sulit
ditentukannya ovulasi.
Tidak ada komplikasi dalam sitem kalender ini, namun pada sistem ini sering terjadi
kegagalan karena sebenarnya masa subur itu sulit ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai