Anda di halaman 1dari 10

Brugia malayi: spesies filaria Malaya, agen penting dari filariasis manusia dan

gajah di Asia Tenggara dan Indonesia, tertular kepada manusia dengan spesies
Mansonia dan nyamuk Anopheles; parasit dewasa menyebabkan lymphangitis
dan limfadenitis, tetapi dengan sedikit keterlibatan daerah genital dan lebih
rendah anggota badan, dan insiden yang relatif lebih besar dari penyakit pada
tungkai atas dibandingkan dengan infeksi Wuchereria bancrofti (Sebelumnya
disebut Wuchereriamalayi).

SEJARAH
Lichentenstein dan Brug pertama diakui B. malayi sebagai
patogen yang berbeda pada tahun 1927. Mereka melaporkan
terjadinya suatu spesies filariae manusia di Sumatera Utara
yang baik fisiologis dan morfologis berbeda dari W. bancrofti
mikrofilaria umumnya ditemukan di Jakarta dan bernama patogen
Filaria malayi. Namun demikian, meskipun studi epidemiologi
mengidentifikasi malayi Filaria di India, Sri Lanka, Cina,
Vietnam Utara, dan Malaysia pada tahun 1930-an, Lichentenstein
dan's hipotesis Brug tidak diterima sampai 1940-an, ketika Rao
dan Mapelstone diidentifikasi cacing dewasa di India.
Berdasarkan kesamaan dengan W. bancrofti, Rao dan Mapelstone
diusulkan untuk menyebutnya parasit Wuchereria malayi Pada
tahun 1960, bagaimanapun, Buckley diusulkan untuk membagi
genus tua Wuchereria, ke dalam dua generasi, dan Brugia dan
Wuchereria nama Filaria malayi Brugia malayi sebagai berisi.
Wuchereria W. bancrofti, yang sejauh ini hanya ditemukan
menginfeksi manusia, dan Brugia berisi B. genus malayi, yang
menginfeksi manusia dan hewan, serta spesies zoonosis lainnya.
Periodisitas nokturnal: mikrofilaria tidak terdeteksi dalam
darah untuk sebagian besar hari, namun puncak kepadatan
microfilarial antara tengah malam dan 2:00 malam.
Nocturnal subperiodicity: mikrofilaria yang hadir dalam darah
setiap saat, tetapi muncul pada kerapatan terbesar di antara
siang dan 08:00.
Transmisi: Vektor dan Reservoir
B. malayi ditularkan oleh nyamuk vektor. Prinsip vektor
Mansonia Nyamuk meliputi, Anopheles, dan Aedes nyamuk. nyamuk
berfungsi sebagai vektor biologis - ini diperlukan untuk
siklus perkembangan parasit. Penyebaran geografis dari
penyakit ini demikian tergantung pada habitat pembiakan nyamuk
yang cocok.
Bentuk periodik nokturnal ditularkan oleh nyamuk Mansonia dan
beberapa Anopheline di rawa terbuka dan beras daerah
berkembang.Nyamuk ini cenderung menggigit pada malam hari dan
tampaknya hanya menginfeksi manusia. Alam infeksi hewan langka
dan hewan percobaan tidak mempertahankan infeksi.
Bentuk subperiodic malam ditularkan oleh Mansonia di rawa
hutan, dimana gigitan nyamuk di tempat teduh setiap saat.
infeksi zoonosis alam umum. Kucing, anjing, monyet, lambat
lorises, musang kucing, dan hamster semuanya telah berhasil
eksperimental terinfeksi dengan B. malayi dari manusia dan
dapat berfungsi sebagai waduk penting.

Akumulasi dari banyak ratusan gigitan nyamuk infektif


beberapa-ribuan-diwajibkan melakukan infeksi. Hal ini karena
seekor nyamuk yang kompeten biasanya hanya mengirimkan larva
infektif stadium3 sedikit dan kurang dari 10% dari mereka
kemajuan larva melalui semua langkah yang diperlukan menyilih
dan berkembang menjadi cacing dewasa. Jadi mereka yang paling
berisiko untuk infeksi adalah orang yang tinggal di endemik
jangka pendek turis-daerah tidak mungkin untuk mengembangkan
filariasis limfatik.
Morfologi
Dewasa
Dewasa menyerupai cacing nematoda cacing gelang klasik.
Panjang dan benang, B. dan lain nematoda malayi hanya memiliki
otot longitudinal dan bergerak dalam S-bentuk gerakan sebuah.
Orang dewasa biasanya lebih kecil dari dewasa W. bancrofti,
meskipun beberapa orang dewasa telah diisolasi. cacing dewasa
Wanita (50 m) lebih besar dari cacing jantan (25 m).
Mikrofilaria
Mikrofilaria B. malayi mempunyai panjang 200-275 m dan bulat
mengakhiri anterior dan posterior ujung runcing. mikrofilaria
ini adalah berselubung, yang banyak noda dengan Giemsa.
selubung ini sebenarnya kulit telur, lapisan tipis yang
mengelilingi kulit telur sebagai mikrofilaria yang beredar
dalam aliran darah. mikrofilaria yang mempertahankan sarungnya
sampai dicerna dalam midgut nyamuk.
Gejala
B. malayi adalah salah satu agen penyebab filariasis
limfatik , suatu kondisi yang ditandai dengan infeksi dan
pembengkakan dari sistem limfatik. Penyakit ini terutama
disebabkan oleh adanya cacing dalam pembuluh limfatik dan
respon host yang dihasilkan. Tanda-tanda infeksi biasanya
konsisten dengan yang terlihat di bancroftian-filariasis
demam, limfadenitis, lymphangitis, lymphedema, dan infeksi
bakteri sekunder-dengan beberapa pengecualian.

Cacing filaria penyebab penyakit kaki gajah itu berasal dari genus
Wuchereria dan genus Brugia.

Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab penyakit


tersebut adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia
timori. OK

Cacing dewasa berbentuk silindris, halus seperti benang putih serta


berukuran panjang 55 100 mm dan tebal 0,16 mm.

Cacing jantan lebih kecil, 55 mm 0,09 mm.

Larva mikrofilaria sekali keluar jumlahnya bisa puluhan ribu larva


bersarung berukuran 200-600 mikron x 8 mikron.

Mikrofilaria masuk ke tubuh manusia lewat nyamuk.

Lebih dari 20 species nyamuk menjadi vektor (penyebar penyakit)


filiriasis.

Nyamuk Culex quinquefasciatus sebagai vektor (penyebar penyakit)


untuk wuchereria bancrofti di daerah perkotaan.

Di pedesaan vektor umumnya Anopheles, Culex, Aedes, dan


Mansonia.

Spesies nyamuk vektor bisa berbeda dari daerah satu dengan


daerah lain.

Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi


sebelumnya tumbuh di dalam tubuh nyamuk.

Makhluk mini itu berkembang dalam otot nyamuk.

Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak aktif dan


berpindah ke alat tusuk nyamuk.

Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu gentayangan menggigit


manusia dan memindahkan larva infektif tersebut ke orang yang
sehat sehingga menjadi endemik elephantiasis

Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk
ke pembuluh limfe.
Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada malam hari,
selebihnya bersembunyi di organ dalam tubuh.

Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan malam hari.

Selain manusia, untuk brugia malayi, sumber penularan penyakit


juga bisa binatang liar, seperti kera dan kucing (hospes reservoir).

Setelah dewasa, cacing menyumbat pembuluh limfe dan


menghalangi cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan.

Selain di kaki, pembengkakan bisa terjadi di tangan, payudara, atau


buah zakar.

Di tubuh manusia cacing itu menumpang makan dan hidup


sehingga bersifat parasit

Ketika menyumbat pembuluh limfe di selangkangan, misalnya,


cairan limfe dari bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki
membesar. Dapat terjadi penyumbatan di ketiak, mengakibatkan
pembesaran tangan.

Diagnosis dini orang yang mengandung mikrofilaria baru dapat


ditegakkan jika ditemukan gejala dan tanda akut filariasis.
Gejalanya, antara lain, demam berulang dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Dapat terjadi ketiak tampak kemerahan,
panas, dan sakit, selain juga pembesaran organ tubuh.

Gejala klinik kronis berupa pembesaran menetap pada tungkai,


lengan, payudara, atau buah zakar. Namun, umumnya, diagnosis
baru ditegakkan setelah penyakit berkembang 5-6 bulan setelah
dapat ditemukan mikrofilaria dalam darah tepi. Ada kalanya, tidak
muncul gejala klinis, baik akut maupun kronis, sehingga orang itu
tidak merasakan terserang filariasis.

Jika tak diobati, pembesaran terus terjadi sehingga membentuk


jaringan ikat dan kulit menebal. Akibatnya, timbul cacat menetap.

Diagnosis filariasis sedini mungkin membantu penyembuhan


penderita. Deteksi dilakukan dengan mengenali gejala akut dan
kronis yang dipastikan lewat pemeriksaan darah pada jari penderita
pada malam hari.

Penanganan kasus berat filariasis dapat melalui operasi. Limfe yang


tersumbat alirannya dialihkan ke pembuluh vena sehingga
penderita sembuh. Namun, jika kulit sudah telanjur menebal, cacat
akan menetap.

Penderita dengan pembesaran menetap justru tubuhnya sudah


tidak mengandung cacing lagi sehingga tidak menularkan. Cacing
filarial dalam tubuh orang itu sudah mati.

Penanggulangan filariasis dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu


pengurangan reservoir penular, penanggulangan vektor (nyamuk),
dan pengurangan kontak vektor dan manusia.

Khusus pengobatan massal, prosedur sesuai rekomendasi


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pengobatan massal sejak lama
menggunakan diethylcarbamazine citrate (DEC) yang sudah
dipraktikkan di 50 negara mencakup 496 juta orang.

Indonesia pun berusaha memberantas penyakit tersebut dengan


belakangan mengguyur DEC, albendazole, dan paracetamol ke
jutaan warga, berharap si cacing mini tak lolos dari kepungan
pembasmian

BRUGIA MALAYI DAN B. TIMORI

Diindonesia terdapat dua spesies Brugia, yaitu Brugia malayi dan Brugia timori yang
menimbulkan filariasis brugia, filariasis malayi, atau filariasis timori.
Selain diindonesia, Brugia malayi tersebar di Asia, mulai dari india, Asia tenggara,
sampai ke jepang. Brugia timori hanya dijumpai di Indonesia bagian Timur, yaitu di Nusa
Tenggara Timur. Brugia hanya ditemukan didaerah pedesaan (rural).
Penyebaran brugiasis
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria
dijumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan
W. bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai
55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan
yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai
260 mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi
adalah bentuk ekornya yangn mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah
dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia
malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non
periodic. Brugia timori bersifat periodik nokturna.
Nyamuk yang dapat menjadi vektor penularannya adalah Anopheles (vektor
brugiasis non zoonotik) atau mansonia (vektor brugiasis zoonotik)
Pengobatan brugiasis
DEC yang merupakan obat pilihan untuk brugiasis, dapat diberikan dengan dosis
lebih rendah, yaitu 3x 0.3-2 mg/kg berat badan/hari, namun diberikan lebih lama yaitu selama
3 minggu.
Pencegahan brugiasis
Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada filariasis
bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk didaerah endemik,
pencegahan pada pendatang dan pemberantasan vektor penular filariasis malayi

Brugia malayi (Filaria malayi)

Hospes definitif
: Manusia, anjing, kucing, kera, lutung
Hospes perantara/vektor
: Nyamuk (Anophels, Aedes, Mansonia)
Habitat
: - Cacing dewasa: Saluran dan kelenjar limfe
- Mikrofilaria : Darah dan limfe
Penyakit
: Brugiasis malayi, filariasis malayi, kaki gajah tipe malayi
Distribusi geografik
: Asia (Asia Tenggara, India sampai ke Jepang
Di Indonesia : Sumatera sampai Seram
( sumber : http://ettaabu.blogspot.com/2011/06/brugia-malayi-filaria-malayi.html )
Pengertian

Brugia malayi adalah nematoda (cacing gelang), salah satu dari tiga agen penyebab filariasis
limfatik pada manusia. Filariasis limfatik, juga dikenal sebagai kaki gajah , adalah kondisi
yang ditandai oleh pembengkakan pada tungkai bawah. Dua penyebab filaria lain dari
filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti dan Brugia timori , yang berbeda dari B.
Malayi morfologis, gejalanya, dan dalam batas geografis.
( Sumber : http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Brugia_malayi&ei=J4GCT5avFsyGrAeDloDu
BQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=3&ved=0CC8Q7gEwAg&prev=/search%3Fq
%3Dpatogenitas%2Bbrugia%2Bmalayi%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26sa%3DX
%26/rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26biw%3D1360%26bih%3D664%26prmd
%3Dimvns)
Penyebaran brugiasis
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria
dijumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan
W. bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai
55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan
yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260
mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah
bentuk ekornya yangn mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah
dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia
malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non
periodic. Brugia timori bersifat periodik nokturna.
Nyamuk yang dapat menjadi vektor penularannya adalah Anopheles (vektor brugiasis
non zoonotik) atau mansonia (vektor brugiasis zoonotik).
( sumber : http://ekspresiman.blogspot.com/2012/03/brugia-malayi-dan-b-timori.html )
Vektor dan Epidemiologi
Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965, yang
ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah,
baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia

Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.
( sumber : http://doctorology.net/?p=92 )
Siklus kehidupan Brugia malayi (Filaria malayi)

Gambar siklus kehidupan Brugia malayi (Filaria malayi) ( Sumber : http://doctorology.net/?


p=92 )
Patofisiologi
Brugia timori / malayi ditularkan oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk
betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada
dinding lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif,
kemudian berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif
akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif
tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan
bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa. ( Sumber : http://doctorology.net/?
p=92 )

Gambar 1

Gambar 2

Gambar cacing Brugia Malayi : (1) http://doctorology.net/?p=92 , (2) http://budisetiawan-eptropmed.blogspot.com/2010/09/penyebab-filariasis-limfatik.html


Gejala Klinis
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar
limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di
ladang atau di sawah. Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Kadang perandangan limfe ini dapat menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe
dan menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas pada filariasis. Peradangan pada
saluran limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan
ini dapat pula menjalar ke jaringan sekitarnya, menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas.
Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
limfedema. Limfadenitis biasanya berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus
pada pangkal paha ini bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda ini
merupakan salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala
komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, lambat laun
pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh,
akhirnya timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian
medial tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis
brugia, elefantiasis hanaya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang
lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali di
daerah filariasis brugia yang bersamaan dengan filariasis bankrofti. Kiluria bukan merupakan
gejala klinis filariasis brugia. ( SUMBER : http://doctorology.net/?p=92 )

Pengobatan brugiasis
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di beberapa
negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih
berat, bila dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk
pengobatan masal pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang
dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40
minggu) atau garam DEC 0,2 0,4 % selama 9 12 bulan. Pengobatan dengan iver mektin
sama dengan pada filariasis bankrofti. Untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang
sempurna, pengobatan ini perlu diulang beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala
peradangan dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC. Kadang elefantiasis
dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut dapat diobati dengan DEC. ( sumber :
http://doctorology.net/?p=92 )
Pencegahan brugiasis
Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada filariasis bancrofti,
yaitu pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk didaerah endemik, pencegahan pada
pendatang dan pemberantasan vektor penular filariasis malayi.
( sumber : http://ekspresiman.blogspot.com/2012/03/brugia-malayi-dan-b-timori.html )

Anda mungkin juga menyukai