Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembangunan nasional adalah teercapainya kemampuan untuk
hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Sebagai salah satu unsur kesejaheraan umum dari
tujuan nasional.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
sumber daya manusia khususnya dalam bidang keperawaan dituntut untuk dapat
memberikan Asuhan Keperawaatan. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan
penting dalam mentukan keberhasilan pelayanan kesehatan.
Fraktur merupakan akibat dari trauma dimana dikarenakan oleh banyak
hal seperti jatuh, benturan, tabrakan dan lain-lain. banyak orang yang
menganggap bahwa hanya tekena trauma dan sendi keseleo saja maka mereka
tidak menghiraukan traumanya tersebut. Padahal hal ini dapat menyebabkan
fraktur dan bila dibiarkan maka akan mengakibatkan komplikasi. Banyak orang
yang sudah melakukan prosedur yang benar tetapi masih saja penyembuhan
frakturnya mengalami komplikasi. Komplikasi ini disebabkan oleh banyak hal
yang dikarenakan kesalahan orang tersebut yang kurnag memperhatikan
frakturnya tersebut.
1.

Rumusan Masalah
Agar mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat melakukan

asuhan

keperawatan

mengenai

fraktur

dan dapat

penyembuhan agar tidak mengalami komplikasi.

meminimalkan

hasil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FRAKTUR DAN DISLOKASI
B. FRAKTUR
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, baik tulang rawan epifisis atau
tulang rawan sendi. Penyebab fraktur adalah trauma. Contoh dari trauma adalah
jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja ataupun lalu lintas, cidera saat olah raga /
aktivitaas. Fraktur dimana dibagi menjadi 2 yaitu trauma langsung dan tidak
langsung.

Trauma Langsung :Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan


mengakibatkan fraktur di tempat itu.

Trauma tidak langsung berarti bilamana tumpu benturan dengan


tterjadinya fraktur berjauhan

Misalnya yaitu seorang anak yang jatuh dan berusaha menahan dengan telapak
tangan membentur lantai. Gaya benturan akan diterusakn ke proksimal an dapat
mengakibatkan :
1.

Fraktur distal radius

2.

Fraktur clavikula, dan lain-lain.


Fraktur yang diakibatkan trauma yang minimal atau tanpa trauma adalah

fraktur pathologis atau fraktur dari tulang yang patologik akibat suatu proses
misalnya : pada ostogenesis imperfecta, osteoporosis, infeksi tulang, dan lain-lain.
KERUSAKAN JARINGAN LUNAK
Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus
merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai daaari otot, fascia, kulit sampai
struktur neurovaskuler aatau organ-organ penting. Misalnya, trauma medulla
spinalis pada fraktur tulang belakang, trama pembuluh darah besar dan saraf

perifer pada fraktur disekitar siku dan lutut, trauma paru-paru pada fraktur iga
atau fraktur clavikula. Disamping itu pergeseran segmen fraktur pada saat
kejadian atau pun sesudahnya dapat merusak jaringan lunak disekitarnya. Pada
luka tembak, fragmen-fragmen tulang yang bersiat proyektif juga akan menambah
kerusakan jaringan lunak disekitarnya.
DISKRIPSI FRAKTUR
1.

Komplit tidak komplit


a. Fraktur Komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur tidak komplit : garis patahnya tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti :
-

Hairline fraktur (patah retak rambut)

Buckle fraktur atau Torus Fraktur (Terjadi lipatan dari satu


korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).

Greenstick fractur (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai


satukorteks
Gambar Fraktur

Hair Fraktur

Buckle Fraktur

Green Stick Fraktur


2.

Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme


trauma
a. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung
b. Garis patah oblique : trauma anglasi
c. Garis patah spiral : trauma rotasi

d. Fraktur kompresi : trauma axial-flexi pada tulang spongiosa


e. Fraktur avulasi : trauma tarikan / traksi otot pada tulang, misalnya fraktur
patella
oblique
melintang

spiral
3.

avulsi
Jumlah Garis Patah

a. Fraktur kominutif : garis patah lebih daari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental : Garis patah lebih daaari satu tetapii tidak berhubngan.
Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifocal.
c. Fraktur multiple :Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya., misalnya : fraktur femur, fraktur cruris dan fraktur
tulang belakang

Comminutif
4.

segmental

Bergeser Tidak bergeser


a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser
b. Fraaktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur
yang juga disebut dislokasi fragmen.
-

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah


sumbu dan overlapping)

Diislokasi ad axim (Pergeseran yang membentuk sudut).

Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kdua fragmen saling


menjauhi).

Ad longitudinam

ad axim

ad latus

cum contractionum
5.

Terbuka Tertutup
a. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang
fraktur dengan udara luar atau perukaan kulit.
b. Fraktur tertutupp : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur
dengan udara luar aau permukaan kulit.
Bila terdapat luka melalui kulit dan subkutis tetapi fascia masih utuh
disebut fraktur yang potensial terbuka. Bilamana fraktur dan luka berada pada
regio yang berlainan atau berjauhan tidak disebut fraktur terbuka. Misalnya
fraktur criris 1/3 distal dengan luka 1/3 proximal yang tidak berhubungan
sama sekali dengan hematoma fraktur tersebut.

DIAGNOSA FRAKTUR
Diagnosa fraktur harus disebut jenis tulang atau bagian tulang yang
mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang, komplit atau
tidak, tertutup atau terbuka, bentuk garis patah, jumlah garis patah, bergeser atau
tidak dan komplikasi bila ada. Misalnya :
1. Fraktur femoris dextra 1/3 proximal garis patah oblique dislocatio latus
terbuka derajat satu neuro vaskuler distal baik.
2. Fraktur lateralis humerus sinistra, displace, tertutup dengan paralysis n.
radialis.
Diagnosa fraktur ditegakkan berdaasarkan :
1. Anamnesa : ada trauma

Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauman


diperinci jenisnya, besaaar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi
penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Dari
anamnesa saja dapat diduga :
-

kemungkinan polytrauma

kemungkinan fraktur multiple

kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya fraktur colles,


fraktur supracondylair humerus, fraktur collum femur.

Pada anamnesa ada nyeri tetapi bias tidak jelas pada fraktur
inkomplit

Ada gangguan fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak


dapat berjalan. Kadang-kadang fungsi masih bertahan pada fraktur
inkomplit dan fraktur impacted (impaksi tulang kortial ke dalam tulang
spongiosa).

2. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikaasi umum, misalnya : shock pada
fraktur multiple, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada
fraktur terbuka terinfeksi.
3. Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda fraktur yang klaasik adalah untuk fraktur tulang panjang.
Tanda-tanda fraktur yang klasik tersebut adalah :
Look
a. Deformitas :
-

penonjolan yang abnormal. Misalnya fraktur condylus humerus

angulasi

rotasi

pemendekan

b. Fungsio laesa

Hilangnya fungsi. Misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan dan
pada fraktur antebrahii tidak dapat menggunakan lengan

Feel
Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu
Move
a. Krepitasi :
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang baik
dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujungujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tualng rawan epifisis
tidak terasa krepitasi.
b. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif
c. Memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-grakan
yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuaan
d. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi,
misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling
penting adanya fraktur yang membktikan adanya pututsnya kontinuitas
tulang sesuai definisi fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum,
misalnya bila tidak ada fasilitas pemeriksaan rontgen.
4. Pemeriksaan Radiologis
Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat
dibuat secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk
fraktur-fraktur

yang

tidak

memberikan

tanda-tanda

klasik

memang

diagnosanya harus dibantu pemeriksaaan radiologis baik rontgen biasa

ataupun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang


belakang dengan komplikasi neurologis.

KOMPLIKASI PENYEMBUHAN FRAKTUR


1.

Malunion
Fraktur sembuh dnegan f\deformitas (anglasi, perpendekan atau rotasi)

2.

Delayed Union
Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal

3.

Nonunion
Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebt psuedarthrosis. Disebut

nonunion bila tidak meyambung dalam 20 minggu. Pada fraktur dengan


kehilangan fragmen sehingga ujng-ujung tulang berjauhan, maka dari awal sudah
potensial menjadi non union dan boleh diberlakukan sebagai nonunion (gap
nonunion).
KOMPLIKASI FRAKTUR YANG PENTING
1.

Komplikasi dini
a. Lokal
-Vaskuler : competent syndrome (Volkmanns ischaemia) dan trauma
vaskuler
- Neurologis : lesi meulla spinalis atau saraf perifer
b. Sistemik :emboli lemak

2.

Komplikasi lanjut
Lokal : -

kekakuan sendi/kontraktur

disuse atrofi otot-otot

malunion

nonunion / infected nonunion

gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

osteoporosis post trauma

PENGOBATAN FRAKTUR
Pengobatan fraktur ada 2 yaitu konversif atu operatif, dimana pengobatan
fraktur ini harus mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
a. Terapi Konservatif
1.

Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chrurgicum hemeri dengan
kedudukan baik.

2.

Immobilisasi saja tanpa reposisi


Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkmplit dan fraktur
dnegan kedudukan baik.

3.

Reposisi tertutup dan fiksaasi dnegan gips


Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan
menyntikan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal
dikmbalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proximal dan
dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

4.

Traksi
Taksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh ata
dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit.
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak
waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi
definitive, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips.

b. Terapi Operatif

Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dnegan bmbingan radiologis :


1. Reposisi tertutup fiksasi eksterna
2. Reposisi tertutup

PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA


Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan segera. Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rmah sakit :
-

pembidaian

menghentikan perdarahan dengan perban tekan

menghentikan perdarahan besar dengan klem


Tiba di GD Rumah Sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena

40 % dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus


didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).
Tindakan Debridement dan posisi terbuka
1.

Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

2.

Antibiotika untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis


tinggi.

3.

Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.

4.

ourniquet disiapkan tetapi tidak ditiup

5.

Setelah dalam narkose seluruh ekstremitas dicuci d\selama 5-10


menit dan dickur.

6.

Luka di irigasi dengan cairan NaCl steil atau air matang 5-10 liter.
Luka derajat 3 hars disemprot hingga bebes dari kontaminasi (jet lavage).

7.

Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)

8.

Eksisi luka lapis demi lapis. Otot-otot yang tidak vital dieksisi.
Tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum dibuang. Fragmen
tulang besar yang perlu untuk stabilitas dipertahankan.

10

9.

Bila letak luka tidak meguntungkan maka untuk reposisi terbuka


dibuat insisi baru yang biasa dipergunakan.

10.

Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu


ditutup setelah satu minggu sedalah oedema menghilang. Luka ntuk reposisi
terbuka dijahit primer.

11.

Fiksasi yang baik adalah fiksasi eksterna

6.

DISLOKASI

Trauma sendi dapat berupa :


7.

Kontusio sendi biasa oleh benturan

8.

Joint strain oleh trauma kecil yang berulang

9.

Joint

sprain

keseleo

ada

robekan

mikroskopik

dari

ligamentatau kapsul sendi yang tidak mengganggu stabilitas


10.

Ruptur ligament

11.

Dislokasi
Dislokasi adalah suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.

Pada tempat kejadian, dislokasi dapat direposisi tanpa anestesi, misalnya lokasi
siku atau bahu.
DIAGNOSIS DISLOKASI
Anamnesisi :
1. Ada trauma
2. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada
dislokaasi anterior sendi bahu.
3. Ada rasa sendi keluar
4. Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual
PEMERIKSAAN KLINIS
1. Deformitas

11

a.

Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoi yang rata pada
dislokasi bahu dan Perpendenkan

b.

Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi


posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi, fleksi dan adduksi

2. Nyeri
3. Functio laesa gerak terbatas, misalnya dislokasi anterior bahu. Bahu tidak
dapat endorotasi
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Untuk mematistikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur. Pada
dislokasi lama, pemeriksaan radilogis lebih penting oleh karena nyeri dan spasme
otot telah menghilang.
TINDAKAN REPOSISI
1. Reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat diereposisi di tempat kejadian tanpa anastesi,
3. Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi local dan obatobat penenang.
4. Dislokasi sendi besar misalnya sendi panggul memerlukan anestesi umum.

12

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn S mengalami kecelakaan pada bulan Agustus 2004 dengan patah
tulang terbuka di kaki sebelah kanan. Saat kecelakaan sampai sekarang ia sudah
dioperasi 2 kali yaitu yang pertama ia dioperasi untuk mengembalikan letak tulang
dan yang kedua untuk penyambungan kulit yang terkelupas. Saat ini Tn S
meggunakan walker satu saja sebelah kiri dan masih terdapat luka yang belum
sembuh di tempat penyambungan kulitnya itu.
Menurut keluarganya, Tn S selalu tidak mau untuk diajari tentang
pengguaan walker yang benar dan ia juga mengatakan bahwa ini lebih baik dan enak
untuk dibuat berjalan. Kaki kanan Tn S sekarang masih mengalami dislokasi pada
patelanya akibat dari komplikasi frakturnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S


A.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn S

Umur

: 55 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Jl KH. Hasym ahari No. 47 B, Jombang

Jenis Kelamin : Laki-laki


Pekerjaan
B.

:RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Tn S mengatakan bahwa adanya sepsis dan dislokasi pada kaki kanannya.
Tn S dalam kegiatan sehari-harinya menggunakan walker

13

2. Riwaya Kesehatan Dahulu


Sudah tahu saat kecelakaan kaki kanannya patah dan terdapat luka yang
masih belum kering atau sembuh. Tn S sudah dioperasi 2 kali saat lakaan
dan sampai sekarang pada kakinya. Tn S .
3. Keluhan Utama
Adanya luka dan dislokasi yang mengganggu dia saat aktivitas
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn S mengatakan bahwa anaknya pernah patah tulang di tangan kiri yaitu
anak ketiga dan kelima. Anak ke 3 sembuh dengan komplikasi dan anak ke
lima sembuh total tanpa komplikasi.
Genogram
Keterangan :
=
= laki-laki
=

perempuan
=

pasien
.

C.

= keluarga pasien

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola aktivitas
a. Sebelum Sakit : 2 tahun lalu sebelum kecelakaan bekerja sebagai
wiraswasta dan melakukan aktivitas kegiatan sehariharinya tanpa hambatan

14

b. Saat sakit

: pasien hanya dapat melakukan aktivitas untuk memnuhi


kebutuhan

dasar

sehari-harinya

dan

membuat

kesibukan engan memelihara ayam Bangkok


2. Pola Istirahat
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan cukup istirahat walaupun pulangnya
malam dan saat tidak bekerja ia tidur siang
b. Saat Sakit

: Pasien mengatakan

banyak

tidur saat ia tidak

melakukan aktivitas ( 14 jam / hari)


3. Pola Nutrisi
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan hanya makan saat ia mau makan
saja ( 1-2 kali sehari) dan lebih banyak merokok ( 16
batang tiap hari)
b. Saat Sakit

: Pasien makan 3 kali sehari dan merokok ( 10 batang


tiap hari)

4. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB dan BAK secara teratur
b. Saat Sakit

: Pasien mengatakan BAB dan BAK secara teraatur

5. Pola Kognitif
a. Sebelum Sakit : Pasien selalu berfikir dengan bijak dan rasional saat ia
dihadapkan masalah.
b. Saat Sakit

: Pasien mengatakan bahwa ia tidak ddapat


menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan
keluarga dan orang lain

6. Konsep Diri
a. Sebelum Sakit : Saat dirumah pasien selalu aktif bila ada kegiatan di
Rtnya seperti arisan Bapak-bapak, pengajian, kerja
bakti

15

b. Saat Sakit

: Pasien tidak melakukan kegiatan seperti dulu lagi

7. Pola Koping
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan tidak mempnyai masalah
b. Saat Sakit

: Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah

8. Pola Seksual Rreproduksi


a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan jarang melakukan hubungan dengan
istrinya
b. Saat Sakit

: Pasien mengatakan jarang melakukan hubungan dengan


istrinya

9. Pola Peran Hubungan


a. Sebelum Sakit : Pasien baik dalam sosialisasi dengan orang lain
maupun dengan tetangganya
b. Saat Sakit

: Pasien baik dalam sosialisasi dengan orang lain


maupun dengantetangganya

10. Pola Nilai Kepercayaan


a. Sebelum Sakit : Pasien selalu beribadah shalat 5 waktu dan berpuasa
saat blan ramadhan
b. Saat Sakit

: Pasien selalu beribadah shalat 5 waktu dan berpuasa


saat bulan ramadhan

D.

ANALISA DATA
NO
1

DATA
DS : Pasien mengatakan terdapat

ETIOLOGI
Kurangnya

luka cm yang masih

perawatan

belum kering dikakinya.

secara aseptik

DO : Adanya luka sebesar cm

16

luka

PROBLEM
Infeksi dan sepsis

di kaki pasien
2

DS : Keluargapasien mengatakan

k Penatalaksanaan

bahwa pasien sulit untuk

enyamanan saat program terapiutik

melakukan cara berjalan

berjalan

dengan walker yang benar

tidak efektif

sesuai dnegan kondisi

idak

frakturnya

mendengarkan

DO : pasien menggunakan walker


di sebelah kiri padahal yang

mau

saran orang lain


-

luka di sebelah kanan

k
urangnya
pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Resiko infeksi berhubungan dengan cara perawatan yang tidak aseptik

2.

Penatalaksanaan program terapiutik, tidak efektif berhubungan dengan


kenyamanan saat berjalan, tidakmau mendengarkan saran orang lain, kurangnya
pengetahuan yang dimiliki.

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
DX
1

TUJUAN
Setelah dilakukan asuhan

INTERVENSI
RENCANA TINDAKAN
Ganti
-

RASIONAL
De

eperawatan selama 2x24

balutan tiap hari dan

ngan

jam

observasi luka

balutan

diharapkan

pasien

menganti
tiap

hari

tidak

ada

resiko infeksi pada pasien

maka

dapat berkurang dengan

kuman

kriteria hasil :

menempel di sekitar

Agar

luka tersebut

17

yang

pasien

dapat

Beri

melakukan perawatan

penjelasan

luka sendiri dengan

cara yang benar pada

yang

metode

perawatan

dapat

aseptik

sehingga

mencegah

tentang

De
ngan perawatan luka

luka

dengan cara aseptik

benar

mencegah

terjadinya

terjadinya infeksi

maka

dan

infeksi
menambah

pengetahuan pasien
dalam
melakukanperawtan
luka yang aseptik
2
Setelah dilakukan asuhan

Ajari

De

keperawtan selama 2x24

pasien cara berjalan

ngan

jam diharapkan program

yang

walker yang benar

terapeutik

menggunakan walker

pasien

dapat

benar

dengan

menggunakan

dapat

berlangsung dengan baik,

proses

dengan kriteria hasil :

pasien

pasien

Beri

mau berjalan dengan

pendidikan

benar dan tidak terjadi

tentang

tumpuan

berjalan dengan benar

pada

kaki

pasien
manfaat

yang luka
-

dapat berjalan dengan


menggunakan

walker
-

De
ngan

pemberian

informasi ini maka


pasien

dapat/mau
dengan

benar menggunakan
-

Suruh
pasien

agar

walker

mau -pasien

mau

mempercayai dan mau mempercayai


Pasien

mau

berjalan

berjalan
pasien

benar

mempercepat

mendengarkan

menerima saran yang lain

orang

dan

mendapat

baik dari orang lain informasi

tentang

18

saran orang lain

guna kesembuhannya.

lukanya tersebut.

IMPLEMENTASI
NO
DX
1

HARI, TGL
DAN JAM
Kamis,
9/02/2006

TINDAKAN
- menganti

RESPON

balutan

dan

observasi luka

pasien
melihat

Jam 17.30

pengantian
- mengajari cara pengantian
atau perawatan luka yang
benar

sesuai

TTD

cara
balutan

dnegan baik
-

pasien
medengarkan
apayang dibicarakan
dan juga bertanya

pasien
dapat melakukan
pengantian balutan
dengan baik

pasien
mendengarkan apa
yang dibicarakan

pasien

dengan

metode aseptic
- menyuruh pasien untuk
mempraktekkan
aseptic

balutan

teknik
dengan

cara
2

Jumat,

- memberitahu

tentang

10/02/2006

penggunaan walker yang

Jam 07.30

baik

dan

memberi

benar
conth

serta
untuk

dilakukannya
- mempraktekkan ke pasien
penggunaan

dan

cara

berjalan dengan walker


yang benar

19

melihat dan
memperhatikan apa

Jam 13.30

- pengantian balutan pada

yang saya kerjakan

luka dan observasi luka


-

20

pasien
dapat melakukan
seperti yang
dicontohkan kemarin

EVALUASI
NO
DX
1

CATATAN PERKEMBANGAN
S : Pasien dapat melakukan perawatan luka dengan benar saat
didampingi
O : Pasien melakukan perawatan luka dengan baik
A :Tujuan tercapai
P : intervensi dilajutkan sampai luka dikaki sembuh

S : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien masih tetap


menggunakan walker disebelah kiri dan tidak mau
mendengarkan saran orang lain dan keluarganya
O : Pasien masih saja tetap menggunakan walker disebelah kiri0
A : Tujuan tidak tercapai
P : Intervensi dilanjutkan

21

PARAF

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
serta pendokumentasian dengan melihat beberapa perbedaan antara kasus yang nyata
dengan teori serta faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn S dengan fraktur tulang terbuka yang penyembhannya
mengalami komplikasi.
1. Pengkajian
Pada tahap ini, penulis mengumpulkan data tentang apa yang dialami
pasien sehingga didapat data seperti yang sudah diuraikan diatas. Setelah data
pasien dikumpulkan, selanjutnya penulis mengelompokkan data dalam analisa
data. Pada tahap ini penulis mengaitkan data yang diperoleh dengan konsep, teori
dan prinsip yang relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien sehingga
pasien dapat sembuh.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam merumuskan diagnosa keperawtan, penulis mengambil dari buku
diagnosa Lynda Juall Carpenito dimana terdapat 8 diagnosa keperawatan yaitu :
a.

Perubahan Kenyamanan yang berhubungan dengan trauma jaringan


dan imobilitas.

b.

Kerusakan Mobilitas fisik yang berhubungan dengan alat fiksasi


invasive.

c.

Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan alat fiksasi invansif

d.

Kurangnya

perawatan

diri

berhubugan

dengan

keterbatasan

pergerakan sekunder akibat fraktur.


e.

Kurang aktivitas Pengalihan berhubungan dengan kejenuhan monoton


sekunder akibat alat imobilisasi.

22

f.

Resiko

terhadap

Penatalaksanaan

Pemeliharaan

Rumah

yang

berhubungan dengan alat fiksasi, kerusakan mobilitas fisik, tidak tersedianya


system pendukung.
g.

Perubahan proses Keluarga berhubungan dengan kesulitan dari


individu yang sakit dalam mengambil peran tanggung jawab sekunder akibat
keterbatasan gerak

h.

Resiko terhadap Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapiutik


yang berhubugan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, tandatanda dan gejala, komplikasi, pembatasan aktivitas
Dari kedelapan diagnosa yang terdapat dari Lynda Juall Carpenito, penulis

hanya mengambil 2 diagnosa yang berhubungan dengan kasus Keperawatan yang


dialami pasien yaitu :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan cara perawatan yang tidak aseptik.
b. Penatalaksanaan program terapiutik, tidak efektif berhubungan dengan
kenyamanan saat berjalan, tidak mau mendengarkan saran orang lain,
kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam membuat intervensi keperawatan, penulis mengacu pada masalah
yang dialami oleh pasien sehingga kesembuhan pasien terhambat. Hal ini penulis
sempat intervensi sesuai dengan ketentuan pasien mulai dari prioritatas yang
utama lalu ke yang kedua.
4. Implementasi
Pada tahap ini adalah melaksanakan rencana tindakan yang telah
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
Penulis juga mengikutsertakan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga terjalin kerjasama berdasarkan saling percaya dan menghargai tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.

23

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini, intervensi hanya tercapai pada diagnosa yang
pertama dan yang kedua belum tercapai. Diagnosa yang pertama ini berhasil
karena ia sudah merasakan hasilnya dan mau melakukannya. Tetapi pada
diagnosa yang kedua tidak tercapai karena ia menganggap menggunakan walker
di kanan sangat menganggu jalannya saat mau melakukan aktivias. Sehingga pada
intervensi tersebut dilanjutkan lagi sampai pasien mau melakukannya dengan
benar dengan cara memberi contoh yang nyata sesuai dengan kasusnya.

24

BAB V
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Fraktur dan dislokasi merupakan sesuatu yang disebabkan oleh trauma.
Apabila tidak dilakukan terapi secara benar maka dapat menyebabkan
penyembuhannya mengalami komplikasi. Dalam hal ini pasien / klien mengalami
fraktur terbuka dan dislokasi dimana hal ini terjadi sudah 2 tahun. Pasien / klien
masih terdapat luka sebesar 1 cm dan mengalami dislokasi pada patelanya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pasien / klien mau menerima
rencana tindakan keperawatan yang sudah dibuat, sehingga ia mau melaksanakan
apa yang sudah direncanakan. Pasien dapat melakukan tehnik perawatan luka
dengan aseptic sehingga hal ini dapat menghindarkan resiko dari infeksi dimana
sebelumnya ia belum mengetahui tindakan yang benar. Disamping itu pasien mau
menerima saran dari orang lain terutama keluarganya sendiri.

B.

SARAN
1.

BAGI PASIEN
a. Sebaiknya pasien / klien terus menerapkan perawatan luka yang benar
sehingga tidak terjadi infeksi yang terjadi pada 2 bulan yang lalu.
b. Sebaiknya pasien mau menerima saran dari orang lain khususnya keluarga
demi kesembuhannya

2.

BAGI PEMBACA
a. Diharapkan semua pembaca dapat melakukan perawatan pada luka secara
aseptik
b. Diharapkan agar mahasiswa khususnya STIKES Surya Global dapat
melakukan perawatan pada pasien home care dengan baik.

25

26

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga pembuatan Makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas NSP (Nursing Simulation
Program) dalam mengisi liburan semester ganjil ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Tn S Dengan Komplikasi Fraktur Tulang Terbuka .
Penulis mengakui dan sangat sadar bahwa makalah ini merupakan rangkuman
dari berbagai tulisan atau buku dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa
makalah ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk. Darmasta Maulana selaku dosen pembimbing NSP (Nursing Simulation
Program) STIKES SURYA GLOBAL.
2. Teman-teman yang telah membantu saya dalam mencari sumber makalah ini dan
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
Penulis berharap makalah ini akan memberikan manfaat, baik bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Namun demikian dengan penuh
kesadaran penulis mengakui adanya keterbelakangan pada diri penulis
menjadikan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis menyampaikan
maafsebesar-besarnya. Penulis juga mengaharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakan makalah ini
Yogyakarta, 10 Februari 2006

Penyusun

27

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S
DENGAN KOMPLIKASI FRAKTUR TERBUKA DAN
DISLOKASI
Guna memenuhi Tugas NSP (Nursing Simulation Program)

Disusun Oleh :
MULYADI
04.03.0029
A / KP / V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2006

28

29

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN.............................................................................

C. Latar Belakang Masalah..............................................................

D. Rumusan Masalah........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

A. FRAKTUR...................................................................................

B. DISLOKASI................................................................................

11

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................

13

A. IDENTITAS PASIEN..................................................................

13

B. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN.............................................

13

C. POLA FUNGSI KESEHATAN...................................................

14

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................

21

BAB V PENUTUP..........................................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA

iii
30

Anda mungkin juga menyukai