Anda di halaman 1dari 32

Kunjungan Tim Peluang Pemasaran Tenaga Kerja Indonesia ke Los

Angeles

Dalam rangkaian kunjungannya ke beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika,


Tim Penjajagan Peluang Pemasaran Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri telah
mengadakan kunjungan kerja ke Los Angeles. Tim Depnaker ini dipimpin oleh
Direktur Jenderal Binapenta, Dr. M.Sirajudin Syamsuddin, yang didampingi oleh
beberapa pejabat bidang terkait di Depnaker dan Deplu. Pertemuan telah diadakan di
Wisma Indonesia, antara Tim dengan para pengusaha melalui acara diskusi tanya jawab,
dapat dikatakan sangat produktif.

Kunjungan kerja tersebut dimaksudkan untuk menjajagi kemungkinan mencari peluang


yang tersedia bagi pemasaran tenaga kerja sektor formal Indonesia ke luar negeri.
Beberapa jenis bidang pekerjaan sektor formal yang akan perlu untuk dipasarkan
dikembangkan dan disalurkan antara lain: jasa kesehatan (nurse, perawat panti jompo);
ABK; mekanik, operator mesin, programmer komputer, dan sektor lain yang
memungkinkan.

Selama kunjungan di Los Angeles, Tim dan Depnaker telah mengadakan pertemuan
dengan beberapa pengusaha Indonesia yang ada di Los Angeles dan juga melakukan
kunjungan ke RS Arrowhead Regional Medical Center di Colton, dan pusat rehabilitasi
Casa Colina Center di Pomona. Beberapa pengusaha Indonesia yang hadir dalam
pertemuan dengan Tim Depnaker tersebut antara lain dan Indonesian Business Society
(lBS), LAJA (Los Angeles-Jakarta Sister City Cooperation), International Company,
Investment Banker, Arrowhead Regional Medical Center, Health Center dan Vice
President of Asian Business Society.

Pertemuan dengan pengusaha Indonesia

Dihadapan para pengusaha yang hadir dalam pertemuan tersebut, Dirjen Binapenta, Dr.
Syamsuddin, mengemukakan bahwa maksud kunjungan tim Depnaker mi, adalah
mencari masukan-masukan dan pengusaha setempat mengenai kemungkinan adanya
peluang untuk menyalurkan tenaga kerja terampil Indonesia di Amerika Serikat. Jenis
pekerjaan ketrampilan yang ingin ditawarkan untuk dapat disalurkan di Amerika Serikat
khususnya Los Angeles, adalah di sektor jasa kesehatan seperti perawat rumah sakit dan
perawat panti jompo. Namun sektor formal keterampilan lainnya juga sangat
diharapkan untuk kiranya dapat disalurkan baik melalui agen ataupun pengusaha
Indonesia sendiri.

Dikatakan bahwa kebijakan untuk memasarkan menyalurkan tenaga kerja terampil mi


adalah untuk membantu mengurangi pengangguran di Indonesia yang semakin
meningkat sejak terjadinya krisis di Indonesia. Semenjak krisis ekonomi yang
menghantam Indonesia dalam dua tahun terakhir mi jumlah pengangguran di Indonesia
membengkak sampai 36 juta tenaga kerja. Apabila masalah tingginya pengangguran mi
tidak segera ditanggulangi, maka akan berdampak besar dan luas bagi negara Indonesia.
Krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan tidak adanya peluang kesempatan kerja,
bahkan menambah jumlah pengangguran, karena banyaknya perusahaan yang bangkrut.

Dikatakan oleh Dirjen Binapenta bahwa jumlah devisa yang masuk dan sektor tenaga
kerja mi sangat besar yaitu sekitar Rp. 37 trilyun atau sekitar US$ 5 milyar.
Ditambahkan bahwa selama ini, rasio jumlah devisa yang keluar untuk tenaga kerja
asing di Indonesia, dan jumlah devisa yang dihasilkan oleh tenaga kerja Indonesia di
luar negeri sangat tidak seimbang. Untuk itu diharapkan nantinya dengan banyaknya
tenaga kerja Indonesia di luar negeri, akan dapat membantu pemasukan devisa negara,
yang pada gilirannya dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia dan penurunan
jumlah pengangguran di dalam negeri.

Dalam acara diskusi tanya jawab, dikemukakan oleh salah seorang pengusaha Indonesia
bahwa rencana pengiriman/penyaluran tenaga kerja terampil Indonesia ke luar negeri,
adalah suatu dilemma bagi Indonesia sendiri. Disatu sisi, apabila hal tersebut berhasil,
dapat mengurangi jumlah pengangguran dan menambah devisa bagi negara. Namun
disisi Iainnya, pada suatu saat nanti dimana pasar tenaga kerja dunia sudah global dan
semakin kompetitif, Indonesia akan kekurangan tenaga kerja terampil. Akibatnya,
tenaga kerja terampil asing yang masuk ke Indonesia akan lebih banyak, sehingga pada
gilirannya arus devisa negara yang keluar akan semakin meningkat. Diingatkan bahwa
hal seperti mi perlu diwaspadai sehingga Indonesia tidak akan hancur untuk kedua
kalinya.

Dirjen Binapenta dapat mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penyaluran


tenaga kerja terampil mi, dimana yang menjadi kendala utama adalah penguasaan
bahasa Inggris. Sedangkan dan segi keterampilan, Dirjen Binapenta mengatakan bahwa
tenaga kerja Indonesia tidak kalah terampil dengan tenaga kerja dan negara lain seperti
Phillipina, Thailand, India, dan Malaysia.

Sementara itu kesulitan lain seperti persyaratan untuk memiliki License (sertifikat yang
diakui) dan ijin kerja dan negara setempat juga merupakan kendala utama bagi tenaga
kerja Indonesia. Dikemukakan pula bahwa salah satu syarat bagi seorang nurse perawat
harus lulus TOEFL dengan nilai 540. Guna menindak lanjuti persyaratan

Ini perlu dijalin adanya kerjasama yang terpadu antara Depnaker, Dep. Pendidikan dan
College serta Pusat-Pusat Pendidikan dan Pelatihan di California. Namun kiranya,
kesulitan mi perlu dan dapat dijembatani melalui program-program magang
(apprenticeship) ataupun Job Training di beberapa rumah sakit dan perusahaan institusi
yang memerlukan tenaga kerja.

Sedangkan untuk masalah status (jenis visa dan ijin kerja) yang juga merupakan
kendala utama yang sangat sensitif, disarankan agar diupayakan membuat perjanjian
kerjasama G to G antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah State of California
maupun di tingkat Federal.

Kunjungan kerja ke Rumah Sakit dan Pusat Rehabilitasi di San Bernardino County
Tim Depnaker bersama Staf KJRI Los Angeles, Houston dan Chicago telah melakukan
kunjungan kerja ke RS Arrowhead Regional Medical Center dan Pusat Rehabilitasi
Casa Colina. Selain melakukan peninjauan, juga telah diadakan pertemuan/diskusi
dengan para wakil dan rumah sakit dan pusat rehabilitasi tersebut.

Dalam pertemuan di Arrowhead Regional Medical Center di Colton antara lain


dibicarakan hal hal sebagai berikut:

1. Pihak Depnaker menjelaskan secara singkat mengenai maksud dan tujuan kunjungan
tersebut, yang dikaitkan dengan terjadinya pengangguran sebaga akibat dan adanya
krisis ekonomi di Indonesia. Dikemukakan bahwa salah satu usaha untuk mengatasi
tingginya tingkat pengangguran tersebut, Pemerintah khususnya Depnaker perlu
melakukan penjajagan mengenai peluang pemasaran tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri. Guna merealisasikan program kebijakan mi, Depnaker telah melakukan
kunjungan ke berbaga negara termasuk ke beberapa kota di AS termasuk Los Angeles
untuk melihat kemungkinan peluang pengiriman tenaga kerja terampil Indonesia ke AS,
khususnya ke California.

2. Dalam menanggapi penjelasan tersebut, Assistant Director of Nursing


mengemukakan bahwa pihak rumah sakit Arrowhead Regional Medical Center memang
masih memerlukan sekitar 50 tenaga perawat terutama di bidang "critical care nurses".
Pihak RS telah menjelaskan mengenai jenis pekerjaan dan kwalifikasi yang diperlukan
bagi para perawat yang bekerja rumah sakit tersebut.

3.Pada prinsipnya peluang untuk memakai tenaga kerja terampil jasa kesehatan dari
Indonesia masih terbuka, dengan ketentuan bahwa perawat/suster tersebut memiliki
ijazah perawat (nurse license) yang diakui oleh negara bagian setempat. License
tersebut dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan perawat, College maupun
universitas di seluruh AS. Dalam kaitan dengan hal tersebut, disarankan agar pihak
Depnaker melalui KJRI Los Angeles dapat menghubungi College dan Universitas
tersebut.

4. Kemungkinan untuk memanfaatkan peluang kesempatan kerja yang ada di California


khususnya dengan beberapa RS di wilayah San Bernardino kiranya dapat diupayakan
suatu perjanjian kerjasama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MOU)
antara Pemerintah Indonesia c.q. Pemda-Pemda yang ada dengan Pemerintah County
San Bernardino yang membawahi RS tersebut.

Dalam kunjungan ke Pusat Rehabilitasi Casa Colina di Pomona, rombongan disambut


oleh Mr. Andrei Soran, PT, MSM,OCS, Chief Operating Officer dan Pusat Rehabilitasi
Casa Colina di Pomona. Dalam pertemuan antara lain dibahas masalah-masalah sebagai
berikut:

1. Tim Depnaker menjelaskan kembali bahwa maksud kunjungan ke Pusat Rehabilitasi


mi adalah mencari kemungkinan peluang untuk menyalurkanlmemakai tenaga kerja
terampil dan Indonesia, yang saat mi sedang terjadi “over labor production” di
Indonesia sebagai akibat dan krisis ekonomi dua tahun terakhir.

2. Pada umumnya penjelasan yang diberikan oleh pihak Pusat Rehabilitasi mi


khususnya mengena peluang yang ada, serupa dengan yang telah dijelaskan di Rumah
Sakit Arrowhead, termasuk yang menyangkut masalah ijazah (licence) dan izin kerja.

3. Satu hal yang positip dalam pembicaraan mi adalah adanya kesediaan dan pihak
rumah sakit pusat rehabilitasi untuk membantu mempekerjakan tenaga kerja terampil
dan Indonesia, termasuk kemungkinan untuk mensponsori visa bagi para perawat
Indonesia atas prinsip dasar yang menguntungkan bagi kedua belah pihak (win-win
solution). Secara prinsip pihak Pusat Rehalibitasi mi dapat menerima perawat jasa
kesehatan dan Indonesia melalui program pemagangan (apprenticeship), dengan
masa kontrak kerja yang ditentukan bersama.

4. Disarankan agar KJRI Los Angeles berusaha untuk membantu menyelesaikan aspek
hukumnya, sehingga para perawat yang dipekerjakan di California dan AS pada
umumnya dapat bekerja secara legal.

Ariono Suriawinata/Indonesia Media


Menjual Citra Perusahaan Di Saat Musibah
Tanggal 26 Desember 2004, Indonesia menangis karena gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter dan
tsunami mencapai ketinggian 10 meter menerjang Aceh. Lebih dari 150 ribu nyawa; 100 ribu orang
dilaporkan hilang; dan 1,2 juta penduduk kehilangan rumah dan pekerjaannya. Kerugian material, proses
rehabilitasi dan rekonstruksi fisik ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah; butuh waktu minimal tiga tahun
untuk menanganinya.

Di balik musibah mengerikan yang harus dihadapi oleh bangsa ini, pemerintah serta puluhan lembaga
keuangan dan LSM mancanegara terkesan saling berlomba memberikan simpati, perhatian dan bantuan
untuk meringankan beban Indonesia baik bermotif sosial, politis atau ekonomis.

Di sektor swasta, ratusan perusahaan melakukan hal serupa dengan aneka ragam motif. Memang benar
apa yang dikatakan pepatah Cina kuno “Ji Wei” atau pepatah Jepang “Ki Chi” yang berarti di mana ada
bencana selalu ada peluang.

Topik kali ini menyoroti bagaimana beberapa perusahaan dalam skala besar dan intensif memobilisasi dana,
daya, infrastruktur, strategi serta perhatian mereka untuk membantu Aceh. Mengapa mereka berani dan
bersedia membuang dana ratusan juta, bahkan puluhan miliar? Bukankah kontribusi penjualan Aceh masih
di bawah 10% dari National Sales/Profit? Berarti signifikansi pasar Provinsi NAD masih kecil. Apakah ini
berarti sebuah investasi pemasaran yang tidak bijak alias mubazir ?

Jawabannya tidak sesederhana di atas. Sekalipun harus menguras banyak dana, prasarana dan ratusan
tenaga kerja, beberapa perusahaan besar tetap menjalankannya dengan konsekuen. Contohnya Astra Agro
Lestari, BII, Bank Mandiri, United Tractor, Garuda Indonesia, Lion Air, Titipan Kilat, dan puluhan perusahaan
lain. Mereka bersedia melakukan itu karena hendak memproyeksikan diri sebagai “corporate citizen” yang
bertanggungjawab sosial besar dan mengembalikan sebagian keuntungannya untuk hal-hal yang bersifat
non-komersial. Mereka juga berharap meraih citra sebagai perusahaan yang memperhatikan lingkungan
alam, peka terhadap “suara konsumen”. Terpenting mereka ingin merebut free publicities dan public image
share of voice; mumpung televisi, koran, majalah dan radio lagi intensif meliput perkembangan di Aceh
setiap hari.

Jurus yang digelontorkan sejumlah perusahaan besar dalam mencapai salah satu atau ketiga motif di atas
sangat inovatif, menawan dan berdampak positif untuk meningkatkan penjualan dalam masa 6–24 bulan ke
depan. Contohnya, sebuah perusahaan yang bergerak di peralatan berat menurunkan dengan gratis hingga
60 operator dan mekanik teknis mahir mereka bekerja 2–3 shift untuk membersihkan reruntuhan di NAD.
Bahkan seminggu setelah tsunami, perusahaan tersebut memasok 30 peralatan besar mereka yang bernilai
Rp50 miliar—yang didatangkan dengan jalan darat maupun laut dari cabangnya di Medan, Jakarta dan Riau
dengan sistem kombinasi gratis, sewa subsidi silang dan sewa jangka panjang.

Ada sejumlah maskapai penerbangan yang melakukan “complimentary mercy flights” dan “subsidized
tsunami price” bagi korban yang perlu dirawat di rumah sakit di Jakarta atau bagi keluarga dekat korban
serta relawan yang ingin membantu NAD saat pesawat sedang idle—dengan penerbangan khusus sebelum
subuh atau setelah jam 8 malam atau dengan jadwal komersial. Sebagian maskapai lain dan perusahaan
kurir menyusul dengan jurus baru memberikan “subsidized tsunami cargo price” untuk mengangkut paket
atau kargo sumbangan, peralatan dan perlengkapan relawan.

Bank dan kelompok perusahaan besar saling berlomba memberi sumbangan, membuka Rekening Peduli
Aceh dan sejenisnya; membuat iklan Simpati Aceh di koran, majalah, bahkan billboard sekitar segitigas
emas Jakarta. Mereka melakukan konser amal, lelang amal, promosi amal dan temu pelanggan amal.
Sejumlah talkshows, seminar dan sharing sessions digelar dengan tema sosial memanfaatkan momentum
musibah Aceh.

Semua dilakukan untuk merebut perhatian (baca: share of voice) serta meraih simpati konsumen. Mereka
dengan cerdik “menjual” citra perusahaan yang dibungkus apik dalam konteks emosi, sentimen dan simpati
yang positif dan konstruktif. Para pemasar ulung ini melihat peluang 100 tahun sekali dengan efektif dan
efisien langsung mendekatkan diri dengan konsumen dalam konteks Customer Relationship Management,
khususnya untuk pelanggan korporasi B2B atau pelanggan pareto. Biasanya, pelanggan ini sulit digalang
dan diajak bertemu karena sibuk. Namun sekarang dengan cepat dan mudah mereka bisa bertemu untuk
membangun hubungan, citra dan goodwill, dan pengembangan usaha di masa depan. Citra Perusahaan
yang kurang baik atau yang belum tergarap optimal dapat teratasi dengan cepat tanpa terlalu banyak
mengeluarkan biaya—karena dilakukan melalui jalur publisitas, social marketing atau public relations selling.

Sasaran kedua adalah para perusahaan besar mengharapkan dalam 6-24 bulan mereka bisa mendapat
“spin-off benefits” dari hasil kerja sama dan berhubungan dengan beraneka ragam pihak terkait. Sejumlah
perusahaan sudah mengirim para lobbyst dan External Relations Executives mereka ke Medan dan Aceh
untuk memetakan jalur akses atau jaringan ke para pengambil keputusan dari birokrat pemerintah dalam
rangka tender proyek rekonstruksi fisik serta rehabilitasi yang berjumlah puluhan triliun rupiah. Mereka amat
menyadari, saat ini banyak pejabat dari pusat yang dikirim ke Aceh dan Medan. Ini merupakan link yang
ampuh bukan saja untuk tender di NAD dan Sumut, namun juga di Jakarta.

Memang betul pepatah kuno di atas, di balik sebuah musibah selalu terdapat peluang.

Penulis : Yadi Budhisetiawan


(Managing Director – Force One Selling & Distribution Consultant)
Singapura, Orang Sakit pun Jadi Duit
Oleh RIZWAN HERI PURNOMO

WARGA Singapura memang cerdik mencari uang. Apa saja bisa dijual untuk menyedot
fulus orang-orang berduit dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Singapura kini, tidak
hanya menyodorkan kemegahan mega mal atau objek-objek wisata belanja yang dijual
bagi pendatang. Tapi, layanan rumah sakit pun, sekarang dikemas dalam bentuk paket
wisata.

Negeri tetangganya Pulau Batam itu, sejak beberapa tahun terakhir tidak hanya membidik
orang-orang sehat dari kalangan berduit. Orang sakit pun diincar untuk dirawat dan
dimanjakan dengan fasilitas mutakhir serta mutu terjamin. Indonesia yang berpenduduk
jutaan orang, menjadi salah satu bidikan utama mereka. Selain Malaysia dan negara-
negara lainnya di Asia, khususnya Asia Tenggara.

Mengapa Indonesia menjadi istimewa? Alasan pasti lantaran setiap tahunnya jumlah
wisatawan asal Indonesia selalu mendominasi angka kunjungan wisata ke Singapura.
Sekira 50 persen wisatawan yang berkunjung ke Singapura, sudah dapat dipastikan
berasal dari Indonesia. Boleh jadi di antaranya rombongan para istri pejabat departemen,
pemerintah daerah, BUMN, dan perusahaan swasta, yang sengaja berkunjung ke
Singapura hanya untuk sekadar berbelanja berbagai aksesori.

Sementara, sejalan membaiknya kesadaran hidup sehat masyarakat Indonesia -- kalangan


menengah ke atas -- rasanya lengkaplah sudah alasan Singapura menjadikan negara
Indonesia sebagai pasar potensial produk pelayanan medis. Saat ini, tidak hanya orang-
orang dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya yang mengalir ke Singapura untuk
bersenang-senang sambil memeriksakan kesehatan tubuhnya. Warga asal Cianjur Jawa
Barat misalnya, warga itu ternyata akrab dengan paket wisata yang multidimensi itu.

"PR" dan rombongan wartawan dari berbagai negara yang berkunjung ke Singapura,
dalam kaitan peliputan healt care service pada 21-26 Maret 2004 lalu, sempat bertemu
dengan tiga orang warga asal Cianjur tersebut di sebuah pusat belanja Mustafa Center.
Intinya mereka menerangkan, sedang menunggui salah seorang keluarganya yang tengah
menjalani pemeriksaan kesehatan sembari melakukan liburan.

Hebat! Itulah kesan yang muncul dalam benak "PR". Coba bayangkan bila dibandingkan
dengan paket wisata ke Bali, ongkos paket wisata ke Singapura boleh jadi memang lebih
murah dan bergengsi. Bahkan informasi terakhir yang diterima dari para biro perjalanan
di Jawa Barat, mereka mematok tarif Rp 2,3 juta untuk paket wisata 3-4 hari di Bali.
Sementara untuk satu paket medical check-up di Raffles Hospital, ternyata orang
Indonesia cukup menyiapkan uang sekira 90 dolar AS, di luar tiket penerbangan (pulang-
pergi) dan biaya fiskal. Paket tersebut mencakup pemeriksaan darah, lemak, urine, ginjal,
dan hati.

Selain itu, peserta paket juga ternyata disediakan tempat menginap berupa hotel selama
dua s.d. tiga hari berikut sarapan. Sembari beristirahat di hari yang disediakan, mereka
tetap bisa dengan mudah "cuci mata" di tempat wisata belanja. Maklum, lokasi Raffles
Hospital dan sejumlah rumah sakit lainnya, dengan penginapan berada dalam satu
kawasan dengan supermal, maupun tempat belanja murah meriah di Bugis Village, atau
Mustafa Shoping Center yang berjarak tak menghabiskan belasan kilometer.

Dengan uang sebesar tadi (di luar tiket penerbangan dan fiskal), rasanya mustahil seorang
penduduk Indonesia bisa menikmati layanan medical check-up di rumah sakit dalam
negeri sebanyak jenis di Raffles Hospital. Taruhlah 90 dollar AS setara dengan Rp 800
ribu. Itu berarti nilainya baru rata-rata separuh dari tarif medical check-up di beberapa
rumah sakit di Indonesia, contohnya Jakarta.

Sekadar gambaran sebuah rumah sakit yang boleh dikata berlabel internasional di Jakarta,
katanya mematok tarif medical check-up paket standar sekira Rp 1,5 juta. "Saya malah
heran, mengapa juga biaya itu di negeri sendiri terlalu mahal. Padahal fasilitasnya biasa
saja," ujar Suparman salah seorang warga Cianjur itu.

Kalau mendengar apa yang diungkapkan mereka, bisa jadi karena biaya layanan medis di
dalam negeri tak sebanding mutu fasilitasnya, sehingga orang-orang lapisan menengah ke
atas tertarik pada paket Singapura.

Selain fasilitas pemeriksaan di Singapura menjanjikan akurasi, pasien juga bisa dengan
bangga bercerita kepada tetangganya bahwa mereka baru saja berjalan-jalan dan
berbelanja di luar negeri.

"Ah, perbedaannya hanya biaya fiskal dan tiket pesawat, enggak jadi soal. Yang penting,
kami nyaman dan puas," ucap Nurdin kerabat Suparman seraya berkata tarif fiskal Rp 1
juta. Adapun tarif pesawat Jakarta-Singapura sekarang sangat bersaing murah.

Kecenderungan mengalirnya pasien dari kota-kota kecil ke luar negeri merupakan


tantangan (untuk tidak menyebut tamparan) bagi rumah-rumah sakit di dalam negeri.
Termasuk di dalamnya, pemerintah dan perusahaan swasta yang terlibat di dalam
pengelolaan rumah sakit.

Jika rumah sakit dalam negeri tidak segera melakukan introspeksi, bukan tidak mungkin
mereka hanya menjadi alternatif ke sekian dari kalangan menengah ke atas. Harap
maklum, untuk urusan kesehatan, kenyamanan, dan kepuasan, orang berduit biasanya
tidak perlu lagi berpikir panjang sebelum menentukan pilihan.

**

RAFFLES Hospital, seperti pantauan "PR" boleh jadi hanya salah satu dari belasan rumah
sakit dan pusat-pusat klinik spesialis di Singapura yang mengincar pasien mancanegara.
Rumah-rumah sakit ternama lainnya pun sama berlomba menebar pesona pelayanan
medis.
Rumah sakit yang dimaksud seperti Thomson Medical Centre, Pacific Healthcare
Holdings, Gleneagles Hospital, Mount Elizabeth Hospital, Mount Alvernia Hospital,
Kandang Kerbau Women's and Children's Hospital, National University Hospital and
Sinapore General Hospital. Belum lagi pusat-pusat klinik yang tersebar di berbagai
tempat tanpa dibawahi manajemen perusahaan rumah sakit.

Jika dilihat, mereka (orang Singapura-red) sangat serius menggaet pasien melalui
kumpulan yang disebut Singapore Medicine. Konsep tersebut bertujuan mengembangkan
Singapura sebagai penghubung utama di Asia Pasifik untuk pelayanan kesehatan
internasional. Karena sektor pariwisata menjadi andalan dunia usaha Singapura,
Singapore Tourism Board (STB) atau Badan Pariwisata Singapura, ternyata ikut
memegang peran utama.

Singapore Medicine yang pernah diluncurkan pihak Kementerian Kesehatan Singapura


pun sempat menyebutkan Indonesia sebagai pasar utama di samping Malaysia. Ketika
pihak mereka pernah menargetkan kedatangan jumlah pasien ke Singapura tahun 2012
mencapai satu juta orang atau lima kali lipat dari jumlah sekarang. Ternyata diketahui
tahun 2002, sebanyak 200.000 orang asing berobat di Singapura dan diperkirakan, 30-40
persen di antaranya dari Indonesia.

Sebagai gambaran, sejak Mount Elizabeth Hospital dikembangkan dari tahun 1978
hingga sekarang, pasiennya yang hampir mencapai seratus orang per hari didominasi
orang asing, terutama Indonesia. Bahkan ada seorang sopir taksi sampai menyebutnya
sebagai "rumah sakit”-nya orang Indonesia.

Sementara bila dilihat secara global, tentunya apa yang dikembangkan Singapore
Medicine adalah membidik penduduk negara-negara berkembang yang taraf
kehidupannya memasuki kelas menengah. Mereka tak hanya siap melayani sepuluh
persen dari 500 juta orang penduduk negara-negara Asean, tetapi juga orang-orang dari
Cina, India, dan sekitarnya. Kawasan Timur Tengah, Eropa, dan Amerika pun tak luput
dari incaran pihak mereka.

Singapura memang tak main-main untuk mewujudkan ambisinya sebagai "kiblat"


layanan medis di Asia Pasifik. Singapore Medicine memadukan pemerintah, dunia usaha,
perguruan tinggi, dan badan-badan terkait, seperti STB.

Penyebaran informasi dan kemitraan melalui kolaborasi diyakini efektif dalam menggaet
pasar. Ada berbagai macam model kolaborasi rumah-rumah sakit dan pusat-pusat klinik
itu. Ada yang mengelaborasikan manajemennya sendiri, ada pula yang berkolaborasi
melalui payung kelompok usaha.

Model kolaborasi manajemen sendiri adalah rumah sakit yang tidak punya jaringan bisnis
langsung dengan rumah sakit lainnya, contohnya Thomson Medical Centre dan Mount
Alvernia Hospital. Keduanya mempunyai manajemen sendiri dalam mengelola berbagai
layanan medis dan bedah, mencakup pemeriksaan kandungan, penanganan pra dan
pascapersalinan, serta pengobatan umum. Thomson bahkan bisa melayani tes sperma dan
urusan bayi tabung. Dengan 360 kamar, Thomson rata-rata menerima 6-10 pasien baru
per hari yang rata-rata 30 persen di antaranya dari Indonesia.

Adapun rumah sakit yang berkolaborasi melalui payung usahanya adalah Mount
Elizabeth Hospital, Gleneagles Hospital, dan East Shore Hospital. Ketiga rumah sakit ini
berada di bawah Parkway Group Healtcare. Malah katanya kelompok usaha ini
melebarkan sayapnya di berbagai negara. Di Indonesia dia punya dua cabang, yakni di
Lippo Karawaci Tangerang dan di Medan. Yang lainnya di Malaysia, Brunei Darussalam,
dan India.

Untuk mengoptimalkan jaringannya di Indonesia, Parkway Group tidak hanya bertumpu


pada cabang di Karawaci dan Medan. Pihaknya telah membuka kontak jasa hotline 24
jam di berbagai kota di Indonesia, seperti Balikpapan, Bandung, Manado, Palembang,
Semarang, Solo, dan Surabaya. Semuanya menawarkan keunggulan layanan medis, mulai
dari mekanisme penerimaan pasien, tata ruang dan interior ruang tunggu serta ruang
perawatan, ketersediaan dokter spesialis, kecepatan dan kecermatan tindakan medis,
hingga kemutakhiran teknologi. Sebagai industri jasa, mereka bersaing meyakinkan,
merebut, dan menyenangkan hati pasien.

Sementara Mount Elizabeth yang dalam beberapa waktu berselang, sempat


mempromosikan PET/CT scanner, alat pemindai yang mampu mendeteksi berbagai jenis
kanker sekaligus. Di Asia, alat semutakhir itu baru ada di Singapura, Jepang, dan Taiwan.
Sekali dioperasikan tarifnya 2.500-3.000 dolar Singapura (1 dollar Singapura setara lebih
kurang Rp 5.000). Selanjutnya, pasien ditawari alat deteksi lanjutan berupa radioterapi.

Sedangkan Raffles Hospital dengan percaya diri, mengecap dirinya sebagai pusat
penanganan kanker, tumor, dan berbagai gangguan fungsi jantung terkemuka di negeri
Singapura. Tentu saja keunggulan itu juga diimbangi dengan bidang-bidang spesialisasi
lainnya, termasuk dalam hal pemisahan bayi kembar siam.

Klaim itu didukung pengalamannya menangani lebih dari sejuta pasien sejak rumah sakit
itu berdiri tahun 1976. Fasilitas menyebar pada 62 tempat di Singapura dan Hongkong.
Di gedung yang berlokasi di North Bridge Road, Raffles Hospital menyediakan 380
tempat tidur bagi pasien rawat inap. Semua fasilitasnya berstandar internasional.

Tak heran jika bulan Juli 2003, tim dokter ahli Raffles Hospital begitu antusias
menyambut permohonan operasi kembar siam, Ladan-Laleh, dari Iran. Meski operasi
pemisahan kembar siam dempet kepala (craniopagus) itu gagal, nama rumah sakit
Raffles tetap berkibar karena dianggap berani mengambil risiko.

Raffles Medical Group juga menyiapkan fasilitas layanan medis 24 jam di Bandara
Changi, Singapura. Penumpang lintas benua yang mengalami gangguan kesehatan fisik
akibat kelelahan dalam penerbangan yang berjam-jam bisa dilayani secepatnya.

Selanjutnya, untuk urusan memermak wajah dan anggota tubuh lainnya melalui operasi
plastik, Pacific Healthcare menyiapkan layanan terlengkap. Manajer Pemasaran Pacific,
Sharon Chia mengatakan, pihaknya tidak hanya menyiapkan operasi plastik, tetapi
berbagai hal menyangkut perawatan kecantikan tubuh. Sampai-sampai, rumah sakit yang
berada di lantai 12 di atas Mal Paragon itu menyediakan fasilitas fitness bagi pasien.

Sharon Chia pun menyebutkan, setiap hari rata-rata tercatat 20 pasien baru. Dua tiga
orang dari Indonesia. Ada yang datang minta dimancungkan hidungnya, ada pula yang
minta dibuat belahan pada dagunya. Sharon tersenyum ketika ditanyakan apa saja profesi
pasien itu. "Oh, itu rahasia, namun saya pikir profesi mereka itu tak jauh dari dunia
hiburan," katanya.

Rumah sakit dan pusat-pusat klinik di Singapura tidak hanya bersaing dalam berbagai
layanan medis semata. Lebih dari itu, mereka menampilkan penataan ruang yang jauh
dari kesan seram dan mengerikan. Dari pintu masuk menuju tempat pendaftaran pasien
hingga ruang tunggu, ruang pemeriksaan, dan perawatan, rumah-rumah sakit tersebut
ditata artistik dengan atrium yang asri dan mewah. Di ruang tunggu, tak tampak orang
mengerang kesakitan, seperti yang lazim di rumah-rumah sakit Indonesia. Tidak ada
tetesan dan bercak darah di lantai. Juga tak tercium aroma amis darah dan obat-obatan
kendati kita berada di ruang tunggu farmasi atau ruang emergensi sekalipun.

Pasien dikondisikan tak ubahnya berada di hotel berbintang. Bukan hal aneh jika di lobi
rumah sakit ditemukan piano. Juga sudah lazim di ruang-ruang tunggu pasien tersedia rak
majalah dan buku di samping fasilitas minum teh atau kopi gratis. Raffles bahkan
menyediakan ruang bermain bagi anak balita yang ikut serta bersama ibunya
memeriksakan kesehatan.

Seperti paham tabiat umumnya orang-orang yang berkunjung ke Singapura, rumah-


rumah sakit dan pusat klinik rata-rata didirikan di tengah pusat perbelanjaan dan
perhotelan. Untuk urusan orang Muslim, jangan takut kehilangan selera. Menu ala
Melayu serba halal terhidang di restoran hotel sekitar rumah sakit, misalnya Hotel
Conrad Centennial dan Hotel Royal Plaza atau MacKenzie Rex Restaurant.

Pantaslah jika urusan berobat di Singapura menjadi satu paket dengan urusan bersenang-
senang. Jangan-jangan tujuan berobat menjadi urusan kedua karena tergeser urusan
senang-senang. Kalau sudah begitu, pasien bakal sembuh duluan sebelum bertemu
dokter. Ya, memungkinkan terjadi. Pasalnya pasien sebelumnya sudah mendapatkan
terapi kesehatan lewat suasana yang nyaman tadi.***

Penulis wartawan HU "Pikiran Rakyat".


Advokasi Marketing Public Relations untuk Mengurangi Kematian
Ibu dan Bayi Baru Lahir di Beberapa Kab. di Jawa Tengah

Barangkali Anda sudah mengenal istilah “marketing” atau yang dikenal dengan ”pemasaran”.
Kata ini sering kali kita dengar dalam dunia bisnis atau ekonomi. Marketing sangat diperlukan
agar produk laku di pasaran. Pengertian umum ”marketing” adalah proses sosial dan
manajemen dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dari orang lain, melalui suatu proses pemberian atau pertukaran sesuatu yang
bernilai.

Begitu pula dengan Public Relation atau ”PR”, kata ini pun sering kita lihat dalam struktur
organisasi dunia usaha. Biasanya unit ”PR” mempunyai tugas menjadi ”corong” agar citra
organisasi tetap baik dan menjadi ”mediator” antara kepentingan klien dengan perusahaan
atau badan usaha. Pengertian public relation adalah usaha untuk mengembangkan citra atau
image terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan dan produk atau pun layanan
terhadap masyarakat. Membangun citra organisasi sangat penting karena berdampak pada
kelangsungan organisasi atau perusahaan tersebut.

Lalu bagaimana bila kedua kata digabungkan, secara prinsip arti kedua kata tersebut tidak
hilang, yaitu satu sisi berarti memasarkan dan satu sisi lain berarti menjadi alat ”corong” atau
publikasi kepada masyarakat. Dalam pemasaran salah satu bagian terpenting adalah
mewujudkan produk atau layanan kita berkualitas yang berarti produk atau layanan sesuai
kebutuhan klien, cepat, dan memuaskan. Secara sederhana marketing public relation berarti
kegiatan public relation yang didesain untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran
(marketing).

Konsep marketing dan public relations dapat diterapkan dalam program kesehatan. Salah satu
contoh program yang sedang menggalakan model pendekatan ini adalah upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi yang baru lahir. Kita ketahui walaupun terjadi penurunan
kematian ibu dan anak yang cukup baik dari tahun 1986 sebesar 450 menjadi 350 pada tahun
1997, namun angka tersebut tergolong tinggi. Dalam lingkungan negara ASEAN, Indonesia
masih menempati urutan pertama. Sebetulnya kematian ibu dan bayi 85 % dapat dicegah
melalui ANC ( Ante Natal Care) Oleh karena itu Maternal Pregnancy Saver (MPS) menjadi
strategi nasional untuk menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Penyebab kematian ibu dan bayi yang baru lahir disebabkan karena ”3 terlambat dan 4
terlalu”. 3 terlambat tersebut yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering dan terlalu banyak.

Dari penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir ternyata faktor institusi atau pelayanan
kesehatan cukup menentukan. Oleh karena itu dalam konsep MPR ada dua sisi yang digarap
yaitu sisi pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas dan rumah sakit agar mampu
memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat dan sisi masyarakat sendiri yang
perlu didorong agar mau mengakses puskesmas dan rumah sakit tersebut.

Untuk mewujudkan pelayanan yang mampu memberikan rasa puas pada masyarakat perlu
didukung komitmen yang tinggi oleh para Bupati. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya
kegiatan advokasi di beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti di Jepara dan Rembang.
Dilaksanakannya kegiatan di kedua kabupaten tersebut karena dua wilayah tersebut telah
mendapat sosialisasi tentang pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit yang peduli
terhadap AKI melalui konsep MPR. Sosialisasi telah dilaksanakan dua tahun lalu dan hampir
semua puskesmas dan kabupaten di kedua kabupaten telah memahami pendekatan tersebut.
Namun peran penentu kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh komitmen yang kuat.
Saat dimintai tanggapannya atas nama Bupati Jepara yang diwakili oleh Sekretaris Daerah
menyatakat bahwa puskesmas di Kab. Jepara diharapkan mampu memberikan pelayanan
dasar yang berkualitas dalam penanganan ibu melahirkan. Begitu pula Rumah Sakit
diharapkan mampu memberikan pelayanan lanjutan bagi penanganan ibu melahirkan. Setelah
pelayanan kesehatan telah mampu melayani dengan baik, maka ini perlu diinformasikan atau
dipublikasikan kepada masyarakat agar tahu dan mau mengakses ke pelayanan kesehatan
tersebut.

Sementara itu Ketua Komisi E DPRD Kab. Rembang dr. Agus Miftah yang membidangi sektor
kesehatan mengkritisi bahwa upaya marketing perlu dilakukan dengan pendekatan yang
tepat. Model promosi dengan media cetak bukanlah hal yang tepat bila pelayanan kesehatan
sendiri belum siap. Jadi petugas kesehatan di jajaran puskesmas dan rumah sakit perlu
ditingkatkan komitmennya agar mampu melaksanakan pelayanan yang prima, barulah
dipromosikan kepada masyarakat. Upaya promosi yang berlebihan bila fasilitas pelayanan
kesehatan belum siap justru akan menjadi kontraproduktif, masyarakat akan kecewa dan
tidak mau datang ke pelayanan kesehatan tersebut.

Advokasi di kedua kabupaten dihadiri oleh Kepala Puskesmas dan rumah sakit di seluruh
kabupaten, juga dari lintas sektor lainnya seperti Dinas perhubungan, Bapeda, LSM dan PKK.
Pada akhir acara dirumuskan langkah-langkah tindak lanjut untuk membentuk tim MPR di
tingkat puskesmas dan rumah sakit serta rencana kegiatan untuk tahun 2005. (Rachmat K)
Mengantisipasi Tuduhan Malapraktik
Oleh TINA ESADIARTI

BANYAK tantangan yang dihadapi dalam dunia perumahsakitan saat ini, karena akhir-
akhir ini makin marak ungkapan kasus malapraktik yang timbul di masyarakat. Kondisi
semacam ini menunjukkan perubahan peradaban masyarakat yang dulunya pasif dalam
menerima layanan kesehatan, saat ini berkembang. Taraf kecerdasan masyarakat
meningkat dan semakin besar kepedulian mereka kepada suatu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.

Fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri diakui
Setiawan Soeparman M.P.H., Kepala Pusat Kajian Pengembangan Pembangunan
Kesehatan Depkes, akibat masih buruknya sistem pelayanan dokter dan rumah sakit di
Indonesia. Kasus malapraktik, kurang kumunikatifnya dokter kepada pasien, salah
diagnosis, hingga pemberian resep yang mahal menjadi masalah yang cukup serius.

Seperti penuturan Melinda N. Wiria, seperti dimuat sebuah surat kabar ibu kota, yang
mengungkapkan kekecewaannya setelah menerima pelayanan kesehatan khususnya
rumah sakit. Dan berdasarkan berbagai buku referensi mengenai mutu pelayanan
mengulas tentang sikap dokter yang arogan, paternalistik, sebagai figur yang sempurna
dan tidak pernah berbuat salah, kurangnya penjelasan dokter mengenai penyakit yang
diderita pasien (asymetris information), adanya faktor supply induce demand karena
eratnya hubungan antara dokter dengan pihak farmasi yang memungkinkan adanya
kecenderungan dokter dalam penggunaan suatu obat dalam memberikan terapinya.

Bahkan dengan pemberlakuan Undang Undang (UU) Praktik Kedokteran pada tahun
2004 tetap tidak menenangkan para konsumen sebagai pengguna jasa kesehatan untuk
merasa aman dan nyaman terhindar dari tindakan malapraktik. Ada ungkapan UU Praktik
Kedokteran ini dianggap lebih berpihak untuk melindungi dokter semata.

Ungkapan tersebut seperti yang dilontarkan oleh Iskandar Sitorus, pendiri LBH
Kesehatan, bahwa ada sejumlah kelemahan dalam RUU Praktik Kedokteran. Misalnya
DPR tidak mendeskripsikan secara tegas dan jelas praktik kedokteran berisiko tinggi atau
sebaliknya. RUU hanya memuat satu definisi tentang praktik kedokteran. "Jadi,
masyarakat awam tidak paham tindakan dokter, termasuk praktik atau malapraktik,"
ujarnya, seperti dikutip Tempo News Room.

Untuk lebih melindungi serta menjamin hak-hak atas pelayanan medis bagi masyarakat
serta sebagai upaya pencegahan tindakan malapraktik dari dokter dan dokter gigi pemberi
jasa kesehatan, maka pada tanggal 29 April yang lalu Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono membentuk Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), yang salah satu
wewenangnya adalah menghentikan dan mencabut izin praktik dokter tersebut.

Untuk itu rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus senantiasa dan terus
menerus mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanannya yang berdasarkan pada
kepuasan pelanggan. Dengan memahami antara harapan pelanggan dan perbandingan
dari kenyataan/pencapaian outcome produk yang diterima serta kepuasan pelanggan
sehingga dapat terciptanya customer satisfaction (kepuasan pelanggan), no defect (tidak
ada kecacatan) dan on time delivery (tepat waktu).

Mutu pelayanan

Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 serta sebagai salah satu upaya
mengantisipasi banyaknya pasien/masyarakat yang berobat ke luar negeri, telah
ditetapkan misi pembangun kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Memelihara
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
mengandung makna bahwa salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah,
melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat
dan pelbagai potensi swasta.

Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan dalam 30 tahun terakhir ini telah
berhasil menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan secara merata di seluruh
pelosok tanah air. Pada saat ini untuk memenuhi pelayanan kesehatan dasar telah tersedia
7,243 puskesmas di mana 1.676 di antaranya telah ditingkatkan menjadi puskesmas
perawatan yang memiliki sarana tempat tidur; 21.115 puskesmas pembantu; dan 6.849
puskesmas keliling. Dengan demikian setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki
paling sedikit sebuah puskesmas dan lebih dari 40 persen desa telah dilayani oleh sarana
pelayanan kesehatan pemerintah. Rasio antara puskesmas terhadap penduduk tercatat
1:27.600 dan puskesmas pembantu terhadap penduduk adalah 1:9.400

Di sektor swasta, pelayanan kesehatan dasar, diselenggarakan dalam bentuk dokter


praktik, bidan praktik, klinik/balai pengobatan swasta dan rumah bersalin. Masyarakat
dan swasta banyak memerlukan sarana pelayanan kesehatan dasar di daerah terpencil.
Pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar juga diikuti dengan penambahan sarana
pelayanan kesehatan rujukan seperti pada saat ini telah tersedia, rumah sakit umum kelas
A 54 buah; rumah sakit umum kelas B 213 buah, rumah sakit umum kelas C 71 buah,
rumah sakit umum kelas D 335 buah, rumah sakit umum swasta 77 buah; rumah sakit
khusus pemerintah dan rumah sakit khusus swasta 139 buah.

Jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan telah mengalami peningkatan yang cukup
berarti sehingga saat ini tercatat sekira 32 ribuan tenaga medis (dokter, spesialis dan
dokter gigi) dan 7 ribuan dokter gigi termasuk spesialis, serta 6 ribuan apoteker yang
tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah dan penyebaran tenaga perawat dan bidan juga
mengalami kemajuan pesat. Tercatat jumlah tenaga perawat sekira 160 ribuan dengan
berbagai tingkat pendidikan. Sedangkan jumlah bidan tercatat sebanyak 65 ribuan orang
termasuk 52.042 orang bidan di desa. Dengan demikian berarti hampir seluruh desa di
Indonesia telah memiliki tenaga bidan.

Perbekalan kesehatan
Pada saat ini tercatat 224 buah industri farmasi yang terdiri dari 4 BUMN, 35 PMA, dan
185 swasta nasional. Sejak diberlakukannya cara pembuatan obat yang baik (CPOB) pada
tahun 1996 tercatat 162 industri farmasi yang telah mampu memproduksi obat jadi sesuai
CPOB. Sejak awal 1997 Indonesia telah mampu memproduksi obat generik yang
dilakukan oleh 4 BUMN dan 60 buah industri farmasi swasta. Kebutuhan vaksin dalam
rangka pencegahan penyakit antara lain BCG, hepatitis, poli, campak, DPT dan tetanus
toksoid telah dipenuhi dari produksi di dalam negeri. Perbekalan kesehatan telah ada
yang diproduksi lokal, sedangkan yang menggunakan teknologi canggih masih diimpor
dari luar negeri.

Dalam 30 tahun terakhir ini komitmen pemerintah untuk pembiayaan kesehatan telah
meningkat. Bila anggaran kesehatan pada tahun 1987/1988 merupakan 2,32% dari total
pengeluaran pemerintah, maka pada tahun 1997/1998 anggaran kesehatan tersebut
merupakan 4,55 persen dari total pengeluaran pemerintah. Pembiayaan dari sektor swasta
utamanya pembelanjaan masyarakat merupakan porsi terbesar dari pembiayaan
kesehatan. Kontribusi sektor swsta dan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan adalah
sekira 65 persen. Sebagian besar masyarakat membiayai kesehatan mereka masih
menggunakan cara membayar untuk tiap pelayanan (fee for service). Hanya 14%
masyarakat tercakup dalam program asuransi kesehatan.

Dari keempat komponen (sumber: Depkes RI) tersebut di atas dapat kita analogikan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dengan mengimplementasikan
teori dari Philip Kotler dalam bukunya "Manajemen Pemasaran" yang menjabarkan usaha
dalam pencapaian kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap
kepuasan pelanggan dengan beberapa metode, pertama sistem keluhan dan kotak saran,
kedua ghost shopping mengumpulkan pendapat pelanggan dengan bersikap sebagai
pelanggan potensial, ketiga lost customer analysis mencari informasi atau alasan terhadap
pelanggan yang berhenti menggunakan produk jasa kita, keempat survei kepuasan
pelanggan, mendapatkan informasi tentang produk layanan dari pelanggan dengan
menggunakan pengisian kuesioner, angket atau wawancara.

Dalam memenuhi kepuasan, pelanggan lakukan dan definisikan harapan pelanggan dan
standar profesional sekonkret mungkin, buatlah langkah-langkah yang memiliki dampak
langsung pada harapan dan standar profesional, serta konsepkan urutan dari langkah-
langkah tersebut dan identifikasikan kriteria mutunya.

Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berdasarkan kepuasan pelanggan serta


pemenuhan antara harapan pelanggan dan hasil/outcome dari layanan jasa yang diterima
oleh pelanggan ini adalah suatu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
dan antisipasi tuduhan malapraktik dari para pengguna jasa kesehatan.***

Penulis mahasiswa Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Program


Pascasarjana FKM-Universitas Indonesia.
Setelah Ekspatriat, Kini Giliran Lokal
Klinik Global Doctor cerdik menangkap pasar ekspatriat. Tapi mengapa mereka
juga melirik pelanggan lokal?

Di mana-mana, pasien pasti ingin service yang memuaskan. Terlebih kaum yang
berduit, untuk mendapatkan layanan prima, mereka tak segan-segan bayar lebih mahal.
Sayang, pelayanan di rumah sakit dan praktik dokter di Indonesia umumnya masih jauh
dari memuaskan. Istilahnya, tidak “memanusiakan” manusia. Tidak heran bila kemudian
banyak yang memilih pergi ke luar negeri untuk berobat.
Ironis memang, tapi itu kenyataan. Kebanyakan dokter bekerja secara mekanis.
Setelah pasien ditanya sakit apa, diperiksa sebentar, akhirnya ditutup dengan ucapan, “Ini
obatnya. Kalau belum sembuh, kembali lagi minggu depan.” Tidak banyak basa-basi,
yang mungkin justru lebih dibutuhkan pasien. Di sisi lain, praktik dokter keluarga yang
dulu marak, kini sepertinya mulai hilang. Nah, kondisi inilah yang dijadikan peluang oleh
Global Doctor—klinik dengan pelayanan berstandar internasional.
Sentuhan Personal
Adalah Gavin Argyle, yang memelopori klinik ini di Jakarta tahun 2001.
Konsepnya waktu itu adalah menawarkan pelayanan telemedicine untuk para ekspatriat di
negara-negara Dunia Ketiga, seperti Cina, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Pada 2003,
klinik ini diakuisisi oleh MedAire, perusahaan asal Amerika Serikat. “Kami kemudian
tidak memberi pelayanan telemedicine. Karena mahalnya servis tersebut, kami ganti
dengan konsultasi lewat internet,” ujar Rama T Mustika, Director Global Doctor.
Fasilitas yang dimiliki Global Doctor sendiri tergolong lengkap. Ada USG, X-
Ray, Medical Check-Up, UGD, dental clinic, akupuntur, evakuasi medis, dan lain-lain.
Mereka didukung enam dokter umum dan sejumlah dokter spesialis. Tentu saja, semua
tenaga medis di sana bisa berbahasa asing.
Menurut Rama, pendekatan mereka adalah kenyamanan dalam pemenuhan
kesehatan. Misalnya, dokter di Global Doctor memberikan waktu konsultasi 15-30 menit.
Sistemnya by appointment sehingga pasien cuma perlu 5–10 menit untuk menunggu
giliran. Bahkan, tambah Rama lagi, klinik ini sudah seperti keluarga. Banyak yang datang
ke sana bukan hanya untuk berobat tapi juga “curhat”.
Sentuhan pribadi seperti ini memang menjadi senjata utama Global Doctor.
Selain itu, lokasinya cukup strategis karena dekat kawasan Sudirman. “Kami juga
memiliki jaringan dengan klinik Global Doctor lain. Kami bisa kirim medical record
pasien ke dokter-dokter kami di negara lain untuk mendapatkan second opinion yang
lebih baik,” katanya.
Global Doctor menawarkan paket membership dan home visit (untuk pasien
“post surgery”). Keanggotaan ini terdiri dari Classic Plan, Senior Plan, Gold Plan, dan
Platinum Plan. Tarifnya dibedakan atas individual (Rp900 ribu–Rp 4 juta), couple (Rp1,8
juta–Rp6 juta), family (Rp2,7 juta–Rp9 juta), dan corporate. Fasilitasnya beragam. Gold
dan Platinum misalnya, sudah meng-cover evakuasi ke negara asal. Sedang pada Senior
Plan (usia 65 ke atas), dokterlah yang akan berkunjung ke rumah pasien.
Meskipun tarifnya premium, kata Rama, pelanggan merasa nyaman dan puas
berobat atau konsultasi ke sana. Hal itu terlihat dari perkembangan jumlah pasien mereka.
Bila awalnya baru 200 orang, tahun lalu angkanya sudah mencapai 6.000 orang. Rama
mengaku selama ini promosinya sederhana saja, cuma membagikan brosur-brosur (ke
kawasan perkantoran, hotel dan kafe yang kerap didatangi turis) serta publikasi di media
kalangan ekspatriat.
Di samping menjadi target, kaum ekspatriat di sini juga merupakan bagian dari
promosi. Mereka menjadi semacam “jaminan” dan pemikat bagi konsumen lokal.
“Sebab, kalau bule saja mau datang ke sini, orang Indonesia tentu juga mau mencoba,”
papar Rama.
Tapi ada konsekuensinya, kebanyakan orang jadi mengira Global Doctor hanya
khusus untuk kaum ekspatriat. Saat ini saja, sekitar 80% pelanggan adalah orang asing.
Padahal Global Doctor terbuka bagi umum. Rama mengatakan, mereka ingin
komposisinya berubah menjadi 50:50 untuk asing dan lokal.
Kenapa tertarik membidik pasar lokal juga? Alasannya, kaum ekspatriat sifatnya
tidak tetap. Rata-rata cuma 2–3 tahun di sini dan hidup sendiri. Sementara orang
Indonesia keluarganya banyak, lebih potensial. “Ini pertimbangan kami. Yang kami sasar
adalah orang Indonesia yang peduli pada kesehatan,” kata Rama. Dan agaknya, untuk
meraih itu, diperlukan komunikasi pemasaran yang lebih tepat sasaran. (David S
Simatupang & Miranda Hutagalung/Majalah Marketing).
PERAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI DALAM PENDIDIKAN
Peran Teknologi Komunikasi dan Informasi
dalam Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Secara Online di Indonesia
Pendahuluan
Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metoda pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan
secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya
karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak non-
fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi
pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut. Keterpisahan kegiatan
pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh.
Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan.
Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang
berkualitas. Pada sistem pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak harus berada
dalam lingkungan geografi yang sama.
Tujuan dari pembangunan sistem ini antara lain menerapkan aplikasi-aplikasi pendidikan jarak jauh berbasis
web pada situs-situs pendidikan jarak jauh yang dikembangkan di lingkungan di Indonesia yakni bekerja
dengan sama mitra-mitra lainnya.
Secara sederaha dipahami sistem ini terdiri dari kumpulan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam kegiatan pendidikan jarak jauh hingga penyampaian materi pendidikan jarak jauh tersebut
dapat dilakukan dengan baik.
Sarana penunjang dari pendidikan jarak jauh ini adalah teknologi informasi. Kemunculan teknologi informasi
dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini sangat membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan
munculnya berbagai pendidikan secara online, baik pendidikan formal atau non-formal, dengan
menggunakan fasilitas Internet.Pendekatan sistem pengajaran yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengajaran secara langsung (real time) ataupun dengan cara menggunakan sistem sebagai
tempat pemusatan pengetahuan (knowledge).
.Hal ini memungkinkan terbentuknya kesempatan bagi siapa saja untuk mengikuti berbagai jenjang
pendidikan. Seorang lulusan sarjana dapat melanjutkan ke pendidikan magister secara online ke salah satu
Perguruan tinggi yang diminatinya.

Sistem Pendidikan Jarak Jauh


Meskipun teknologi merupakan bagian integral dari pendidikan jarak jauh, namun program pendidikan harus
fokus pada kebutuhan instruksional mahasiswa, dari pada teknologinya sendiri. Perlu juga untuk
dipertimbangkan; umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, interes, pengalaman, level pendidikan, dan
terbiasa dengan metoda pendidikan jarak jauh. Faktor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan
jarak jauh adalah perhatian, percaya diri dosen, pengalaman, mudah menggunakan perlatan, kreatif
menggunakan alat, dan menjalin interkasi dengan mahasiswa.
Pada pembangunan sistem perlu diperhatikan tentang disain dan pengembangan sistem, interactivity, active
learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif. Disain dan pengembangan sistem.
proses pengembangan instruksional untuk pendidikan jarak jauh, terdiri dari tahap perancangan,
pengembangan, evaluasi, dan revisi. Dalam mendesain instruksi pendidikan jarak jauh yang efektif, harus
diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik dosen dan mahasiswa, tetapi juga kebutuhan isi
dan hambatan teknis yang mungkin terjadi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, spesialis
pembuat isi, dan mahasiswa selama dalam proses berjalan.
Interactivity. Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara
dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan lingkungan pendidikan, dan antara mahasiswa.
Active learning. Partisipasi aktif peserta pendidikan jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana mereka
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Visual imagery. Pembelajaran lewat televisi dapat memotivasi dan merangsang keinginan dalam proses
pembelajaran. Namun jangan sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan. Harus ada penseleksian antara
informasi yang tidak berguna dengan yang berkualitas, menentukan mana yang layak dan tidak,
mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dari yang bukan fakta, dan mengerti bagaimana
teknologi dapat memberikan informasi berkualitas.
Komunikasi yang efektif. Desain instruksional dimulai dengan mengerti harapan pemakai, dan mengenal
mereka sebagai individual yang mempunyai pandangan berbeda dengan perancang sistem. Dengan
memahami keingingan pemakai maka dapat dibangun suatu komunikasi yang efektif.

Audio Conferencing
Group Conferencing
Pendidikan Jarak Jauh Secara Online
Perkembangan teknologi selalu mempunyai peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah
perkembangan dunia pendidikan. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi informasi adalah
bagian dari media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang banyak, mulai dari
teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku yang dicetak, hingga media telekomunikasi
seperti, suara yang direkam pada kaset, video, televisi, dan CD. Perkembangan teknologi informasi saat ini,
Internet, mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan online dalam pendidikan
baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi
pengguna (mahasiswa) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri dari
berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti: pendaftaran, test masuk, pembayaran,
perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan
jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal
waktu, tempat dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
Faktor utama dalam Pendidikan jarak jauh secara online yang dikenal sebagai distance learning yang
selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun
demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa
baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya
dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak
real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara
diatas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-
bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti
materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula
dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian
administratif juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan
metode pembayaran online.
Pendidikan jarak jauh secara online mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan jarak
jauh yang lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu pendidikan jarak jauh dengan satelit
serta teknologi televisi. Pada kedua teknologi di atas, mahasiswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas
pendidikannya; sedangkan peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan pendidikan online lewat
internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah dengan peralatan komputer sendiri.

Dari Sudut Pandang Dosen


Dari sudut pandang dosen, solusi pendidikan online ini harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
· Mudah digunakan
· Memungkinkan pembuatan bahan kuliah online dan kelas online dengan cepat dan mudah
· Hanya memerlukan pelatihan minimal
· Memungkinkan pengajaran dengan cara mereka sendiri
· Memungkinkan mereka mengendalikan lingkungan pengajaran

Dari Sudut Pandang Mahasiswa


Dari sudut mahasiswa yang dicari adalah
· Fleksibilitas dalam mengambil mata kuliah
· Bahan kuliah yang lebih kaya dibandingkan yang didapat di kelas
· Berjalan di komputer yang sudah mereka miliki
· Menyertakan kolaborasi antarmahasiswa seperti cara tradisional
· Mencakup konsultasi dengan dosen, diskusi kelas, teman belajar, dan proyek-proyek bersama.

Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web Secara Online


Bila kembali ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan saat ini, para
mahasiswa dan dosen bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan tradisional ini
kelak akan bergeser kepada pendidikan jarak jauh dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan
peserta kursus, training atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta tersebar
di wilayah yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas,
dapat diberikan tanpa kehadiran para mahasiswa dan dosen secara langsung di kelas.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi
internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang
selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah
menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya.

Penggunaan teknologi informasi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus diperhatikan
dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah satunya, pada akhir perkuliahan
mahasiswa dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill yang baik, untuk itu medianya dapat berupa
sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya yang dapat di kirimkan melalui internet.

Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna, dalam hal ini dosen dan mahasiswa
memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan pendidikan jarak jauh tersebut.
Kemampuan mahasiswa untuk tetap menjaga konektivitas menentukan bagi kesinambungan suatu sistem
pendidikan jarak jauh. Apabila kita umpamakan suatu pendidikan jarak jauh berbasis web sebagai suatu
community maka di dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya mahasiswa dan
dosen. Agak sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh dosen di depan kelas
kepada suatu bentuk web yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem
ini membuat mentalitas dosen dan mahasiswa harus berubah, perbedaan karakteristik dosen dalam
mengajar tidak tampak dalam metode ini. Seperti layaknya sebuah perguruan tinggi, metode ini juga harus
mampu memberikan informasi perkuliahan kepada mahasiswa. Informasi itu harus selalu dapat diakses
oleh siswa dan dosen serta selalu diperbaharui setiap waktu. Informasi yang sering dibutuhkan itu berupa
silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman, siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas
prestasi siswa.

Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut :
1. Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan
sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan,
membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
2. Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-
materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang
materi yang diberikannya.
3. Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status
mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya
4. Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quiz singkat dan tugas yang bertujuan
untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga
harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning
5. Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku
tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai
penunjang dan berbentuk database.
6. Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web
lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan
lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.

Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah
tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah
banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh
para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat
mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka
agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna
internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi
kenyamanan khususnya pada non text based material.

Pendidikan Secara Online di luar negeri


Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang
cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah
tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan
surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir seluruh program distance
learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh
Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa computer based learning
sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih
murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning
Network (GDLN) yang memiliki mitra disebanyak 80 negara di seluruh dunia (sampai dengan Juni 2000,
pusat yang beroperasi baru 15 negara, dan 5 diantaranya di Asia tetapi belum di Indonesia). Melalui GDLN
ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi
150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah

Hampir separuh dari sekitar 3.900 lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat menyelenggarakan sejenis
pendidikan jarakjauh (distance education / distance learning ). Pendidikan jarak jauh bukanlah hal baru.
Pada awalnya dimulai dengan kursus tertulis dan dalam bentuk pendidikan tinggi formal berbentuk
Universitas Terbuka (Open University). Pada awal terselenggaranya, pendidikan jarak jauh oleh masyarakat
dianggap sebagai jenis pendidikan alternatif atau pendidikan kelas dua. Kalah bergengsi dengan pendidikan
konvensional yangmengharuskan kehadiran mahasiswa.

Selama tiga tahun terakhir ini lebih dari 80% pendidikan jarak jauh diselenggarakan secara online melalui
Internet. Besarnya investasi serta kepiawaian teknologi dalam meramu pendidikan ini, serta apresiasi
masyarakat yang tinggi terhadap teknologi, membuat pendidikan jarak jauh secara online tidak kalah atau
bahkan lebih bergengsi dibandingkan pendidikan konvensional. Kini bahkan untuk pendidikan konvensional
pun universitas-universitas menyelenggarakan pendidikan online.

Prospek Pendidikan Secara Online di Indonesia


Karena pembatasan struktur budaya dan regulasi yang ada di Indonesia, maka pendidikan jarak jauh masih
belum berkembang dengan pesat, namun tidak mustahil bahwa Indonesia harus mengikuti kecenderungan
yang terjadi secara global ini.
Di Indonesia, prospek pendidikan jarak jauh dengan sarana internet juga telah menjadi perhatian dari
beberapa kalangan, baik dari dunia pendidikan maupun dunia teknologi informasi.
Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 75 universitas negeri dan 1200 universitas dan perguruan tinggi
swasta di Indonesia, dengan total kurang lebih bisa mencapai 5 juta mahasiswa yang merupakan potensi
pengguna internet.
Sedangkan di Universitas Brawijaya sendiri program distance learning tersebut sudah terlaksana sejak
Maret 2002 yang merupakan sebuah proyek kerjasama antara Universitas Brawijaya dengan SOI - ASIA
( School Of Internet ) salah satu kerja proyek WIDE (Sebuah Organisasi Distance Learning Internasional ) ,
Dimulai pada tahun 1997 dengan mendirikan campus environment pada infrastruktur Internet yang
memungkinkan mahasiswa belajar tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Sampai sekarang, sekitar 700
mahasiswa terdaftar pada WIDE University termasuk dari universitas brawijaya, yang mana lebih dari
setengahnya adalah orang dewasa yang berminat meneruskan pendidikan mereka melalui Internet. Pada
WIDE University, lebih dari 800 jam kuliah tersedia melalui video archives, yang memungkinkan mahasiswa
untuk belajar sendiri dengan bebas. Proyek SOI-Asia yang ditujukan untuk disumbangkan kepada
pengembangan pendidikan tinggi di negara-negara Asia, didukung oleh Ministry of Economy, Trade and
Industry (METI) dan CSL of Ministry of Public Management, Home Affairs, Posts and Telecommunications di
Jepang dan JSAT corporation, bekerjasama dengan Asia SEED Institute, WIDE Project dan AI3 (Asian
Initiatives of Internet Infrastructure) Project. SOI - ASIA di ikuti oleh beberapa Universitas terpilih di Asia
Tenggara diantaranya : Chulalongkorn University (Thailand), Asian Institute of Technology (Thailand),
National University of Laos (Laos), University of Computer Studies (Yangon), Brawijaya University
(Indonesia), Sam Ratulangi University (Indonesia), Hasanuddin University (Indonesia), Institut Teknologi
Bandung (Indonesia), Asian Youth Fellowship (Malaysia), Institute Of Information Technology (Vietnam)

Penutup

Keberhasilan pendidikan jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa,
antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya,
adanya pola pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Bila pendidikan bebasis pada web, maka diperlukan
adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi,
ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan
perombakan total konsep-konsep pendidikan yang selama ini berlaku. Teknologi informasi & telekomunikasi
dengan murah & mudah akan menghilangkan batasan-batasan ruang & waktu yang selama ini membatasi
dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat dengan
mudah mengambil matakuliah dimanapun di dunia tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara; (2)
Mahasiswa dapat dengan mudah berguru pada orang-orang ahli / pakar di bidang yang diminatinya. Cukup
banyak pakar di dunia ini yang dengan senang hati menjawab berbagai pertanyaan yang datang; (3) Kuliah
bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada universitas tempat si
mahasiswa belajar. Artinya konsep universitas terbuka akan semakin membaur dalam universitas
tradisional. Tinggal masalah akreditasi dari kuliah yang diambil di universitas di manca negara melalui
Internet untuk di akui sebagai bagian dari kredit untuk kesarjanaannya di universitas lokal. Konsekuensi
yang akan terjadi adalah pergeseran nilai-nilai kuliah yang tadinya sangat rigid & harus diambil di universitas
lokal menjadi terbuka untuk diambil dari universitas lain di dunia.
Penulis : Nick Natha Wibawa
Alamat : Melati 25 Denpasar
Diposting : 24 Jul 2003
DAFTAR ARTIKEL & OPINI
25 Agt 2005 : ADA APA DENGAN E-GOVERNMENT

23 Agustus 2005

26 Agustus 2005

MANAJEMEN

"Menkes buka "Hotline" SMS nomor 9611". Departemen Kesehatan membuka hotline melalui
pengiriman pesan singkat atau Short Message Service (SMS) Menteri Kesehatan nomor 9611 untuk
menampung keluhan atau informasi dari masyarakat. Menurut Menkes banyak kejadian maupun
keluhan masyarakat tidak cepat sampai kepada para pengambil keputusan sehingga terkesan
Depkes selalu terlambat bahkan terkesan tidak melakukan tindakan apapun. Saat ini sorotan
masyarakat melalui media masa ke jajaran kesehatan sangat tajam, baik timbulnya berbagai
penyakit, masalah pengelolaan pembangunan kesehatan atau manajemen lainnya. Menurut Menkes
sorotan itu harus dijadikan pemicu jajaran kesehatan untuk meningkatkan pelayanan publik dan
sebagai cermin diri untuk evaluasi. Melalui HP masyarakat dapat mengirim SMS langsung ke
Menkes dengan biaya Rp. 250 per SMS. (Hr. Pelita, Republika, , PAB, Indo Pos, , Suara Karya,
Media Indonesia, Hr. Kompas 23/8/05, Hr. Sinar Harapan 22/8/05)

"Kinerja jelek - Humanika desak Sutiyoso pecat Kadinkes". Dianggap tak becus
menanggulangi penyakit DBD, Kadinkes DKI Jakarta Ahmad Chalik Masulili didesak mundur.
Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) menilai kinerja Dinkes DKI
Jakarta jelek dalam penanggulangan penyebaran DBD, sehingga penyakit DBD terus menerus
menakutkan masyarakat Jakarta. (Hr. Suara Karya 23/08/05)

"Menkes minta laporan rutin". Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meminta laporan kesehatan
berkala dari Dinkes di tiap daeerah. Laporan tersebut disepakati untuk diserahkan pada tanggal 5
setiap bulannya. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan laporan berisi tentang kematian
ibu, kematian bayi, dan prevalensi gizi buruk. Selain itu, laporan perkembangan KLB di setiap
daerah, seperti polio, demam berdarah, tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS. (Koran Tempo
23/8/05)

"Warga bentuk Yayasan Pembelaan Korban Malapraktik". Sejumlah elemen masyarakat


mendeklarasikan berdirinya Yayasan Pembelaan Korban Malapraktik (YPKM), di aula Bapelkes, Jl.
Pemuda, Semarang. Ketua YPKM Drs. Agus Siswanto mengatakan pendirian yayasan ini
dilatarbelakangi banyaknya tindakan dan perbuatan yang cenderung "menyepelekan" manusia atau
menganggap "rendah manusia" yang dilakukan oleh para pemegang profesi. Agus menekankan,
yayasan yang dibentuk tersebut bukan sebagai musuh para dokter dan rumah sakit, tapi sebagai
mitra profesi. (Hr. Suara Merdeka 21/8/05)

KESEHATAN MASYARAKAT

"Tanpa kartu asuransi, rakyat miskin bisa berobat gratis". Departemen Kesehatan akan
menempatkan petugas di RS pemerintah dan swasta, serta puskesmas untuk memastikan
masyarakat miskin mendapatkan layanan kesehatan gratis meski tak memiliki kartu asuransi
kesehatan untuk masyarakat miskin (Askes Kin). "Mungkin petugas dari PT Askes atau Departemen
Kesehatan" Kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Para petugas nantinya akan meneliti apakah
pasien miskin yang tak memiliki kartu tanda penduduk atau kartu Askes Kin itu berhak
mendapatkan asuransi kesehatan atau tidak. Setelah diklarifikasi, mereka yang berhak akan
dibuatkan kartu Askes Kin dan mendapatkan layanan kesehatan gratis. (Koran Tempo, Hr. Pelita
23/8/05)

PELAYANAN MEDIK

"Mutu pelayanan RS masih buruk". Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari mengatakan
buruknya pelayanan rumah sakit di Indonesia menjadi salah satu penyebab buruknya tingkat
keselamatan terhadap pasien. Karena itu, hal ini menjadi permasalahan serius yang harus diatasi
dan tidak boleh terjadi lagi di kemudian hari. Menteri Kesehatan meminta semua rumah sakit di
Indonesia lebih fokus kepada keselamatan pasien. Caranya dengan membuat pelaporan insiden
yang lebih baik. Menurut Menkes, problem kesehatan yang ada di Indonesia, ternyata hanya
disebabkan dua hal. Pertama, penyakit itu sendiri. Kedua buruknya pelayanan rumah sakit. (Hr.
Terbit 22/8/05)

"RSUD Kota Bekasi terlibat persekongkolan". Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
memutuskan RSUD Kota Bekasi telah melakukan persekongkolan dalam pengadaan barang
keperluan kesehatan. Tindakan itu melanggar UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Demikian keputusan KPPU yang dibacakan Majelis Komisi yang
terdiri Erwin Syahril (Ketua), Tadjuddin Noer Said (anggota), dan Syamsul Maarif (anggota) di
Jakarta (22/8). Menurut Erwin, perkara tersebut muncul setelah KPPU menerima laporan yang
antara lain telah terjadi persekongkolan, yakni spesifikasi barang kesehatan. Majelis Komisi
menemukan beberapa fakta persekongkolan. Antara lain, alat medis khususnya ventilator telah
ditentukan untuk menggunakan merk Hamilton Medical, tipe Galileo ex Swiss. Selain itu diperoleh
fakta tentang upaya pengaturan dan atau penentuan pemenang lelang. (Hr. Republika 23/8/05)

PELAYANAN FARMASI

"Kombinasi jamu dengan bahan kimia obat berbahaya bagi kesehatan". Dengan temuan
BPOM terhadap temuan BPOM terhadap produk jamu yang dikombinasi dengan bahan kimia obat
keras, Ketua Umum Lembaga Pemantau Masalah Kefarmasian Indonesia, Drs. Amir Hamzah Pane
Apt MM MH, mengatakan mengkombinasikan jamu dengan bahan kimia obat keras adalah tindakan
kriminal yang sangat membahayakan kesehatan masyarakat. Pasalnya, jamu adalah obat
tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat. Untuk itu, BPOM dan Polri diminta menindak tegas
oknum yang mengkombinasikan jamu dengan bahan kimia obat keras yang mengatasnamakan
pengusaha kecil dan industri jamu tradisional. (Hr. Suara Pembaruan 22/8/05)

"Ketua YPKKI, dr. Marius Widjajarta - Tak setuju labelisasi, silahkan angkat kaki!". Ketua
YPKKI dr. Marius Widjajarta mengatakan ketakutan produsen obat mengenai rencana pemerintah
melalui Departemen Kesehatan untuk menerapkan labelisasi obat yaitu mencantumkan nama
generik serta harga obat pada kemasan dinilai tidak beralasan. Sebab, kebijakan tersebut semata-
mata untuk kepentingan rakyat banyak. Mengenai kabar produsen obat asing akan hengkang bila
labelisasi diberlakukan, Marius mengatakan sekarang ini pemerintah harus memastikan
perlindungan pada rakyat agar di era pasar bebas rakyat lebih banyak mendapat keuntungan. Jadi
lumrah jika kebijakan Menkes berpihak pada rakyat, bukan lagi pada kepentingan pengusaha.
Tapikan tidak mematikan perusahaan, hanya diminta bersaing secara terbuka. Perusahaan obat
harus berkompetisi secara terbuka dan sehat di hadapan konsumen. Kalau tidak silahkan saja
hengkang dari Indonesia, karena kita butuh perubahan segera. (Hr. Sinar Harpan 22/8/05)

P 2 M & PL DAN LITBANGKES

"Kasus polio di Indonesia masuk kategori luar biasa". Direktur Pemasaran PT Bio Farma,
Sarimuddin Sulaeman mengatakan kasus polio liar di Indonesia sudah dalam kategori yang
mengejutkan. Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga dalam jumlah penderita polio di dunia
setelah Nigeria dan Sudan. Ini sudah dalam kategori luar biasa. Di India dengan tingkat kelahiran
bayi 25 juta/tahun, jumlah balita penderita polio dilaporkan hanya 13. Sedangkan Indonesia,
dengan tingkat kelahiran bayi 5 juta/tahun, angka penderita polio mencapai 219. (Hr. Pikiran
Rakyat 23/8/05)

"Penderita campak di Sumba terus membengkak". Jumlah penderita penyakit campak di Kab
Sumba Barat, NTT dilaporkan terus membengkak dari 468 yang tercatat pada Sabtu (20/8) menjadi
616 penderita. Kepala Dinkes NTT, dr Stef Bria Seran mengatakan wabah campak yang menyerang
anak-anak di wilayah barat Pulau Sumba itu sudah menelan 5 orang korban tewas. Serangan wabah
campak sudah meluas ke 26 desa di kecamatan Wwewewa Selatan dan Kodi Bangedo dari
sebelumnya hanya 12 desa di kecamatan Kodi Utara. (Hr. Suara Karya 23/8/05)

"Bio Farma siapkan 54 juta vaksin polio". PT. Bio Farma sudah menyiapkan 54 juta vaksin
untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi massal polio yang akan digelar akhir Agustus dan akhir
September. 70% diantaranya sudah disebar di semua propinsi di Indonesia". Direktur Pemasaran
Bio Farma Sarimuddin Sulaeman. (Koran Tempo 23/8/05)

Peran Word of Mouth dalam Pelayanan Rumah Sakit


Oleh Sofjan Suryadi (Manajer Pengembangan Usaha RS Pantai Indah Kapuk,
Jakarta)
Kamis, 04 Jan 2001 18:28:11

Pdpersi, Jakarta - Adalah suatu kenyataan bahwa iklim persaingan sudah merambah industri
rumah sakit di Indonesia (khususnya rumah sakit swasta). Persaingan tersebut mulai terasa pula
dalam media massa seperti, billboard dan papan petunjuk arah, spanduk serta majalah untuk
kalangan terbatas (misalnya Info Gading, Info Sunter, dsb).

Cara-cara bersaing seperti itu mungkin masih significant dan perlu dijalankan, walaupun masih ada
cara berkomunikasi pasif yang memiliki nilai penting di dalam pemasaran rumah sakit, yaitu word of
mouth. Fenomena ini jelas berkaitan dengan kepuasan pelanggan.

Alasannya, kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan akan menghasilkan rekomendasi


pembelian produk kepada orang lain yaitu sanak keluarga atau relasi/teman melalui mekanisme
penyampaian berita/informasi dari mulut ke mulut, dan fenomena inilah yang dikenal sebagai
fenomena word of mouth..

Kaitan antara word of mouth dengan jasa pelayanan (rumah sakit)

Di dalam kehidupan sehari hari, kita tidak dapat menghidarkan diri dari kegiatan transaksi, entah
membeli atau menjual, entah dengan menggunakan uang atau cara lain. Yang pasti ada yang
menjadi objek dalam transaksi tersebut, dan kita sebut sebagai barang dan jasa.

Kedua objek ini mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain, dan kebanyakan
objek yang ditawarkan berada di antaranya, yaitu ada barangnya dan ada jasa pelayanannya, tentu
dengan “kadar” yang berbeda beda. Contohnya, tukang sayur keliling, barang yang ditawarkan
adalah sayur mayur dan jasanya adalah mengantarkan sayur mayur itu ke rumah Anda, keduanya
sama pentingnya.

Sebaliknya, rumah sakit, seperti halnya hotel memiliki nilai pelayanan yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai barang (obat obat, film X-ray, spuit, dsb) yang membantu menciptakan
nilai. Lalu bagaimana pelanggan dapat diyakinkan mengenai mutu pelayanan itu sendiri? Apalagi
bila dikaitkan dengan karakteristik dari jasa pelayanan yang tidak berwujud sehingga tidak dapat
dilihat, diraba, dikecap dan dihidu (dengan penciuman). Akibatnya word of mouth mempunyai
peran yang tidak kecil di dalam bisnis jasa pelayanan seperti rumah sakit. Mengapa?

Karakteristik tidak berwujud ini menyebabkan pelayanan rumah sakit (dan jasa pelayanan sejenis)
cenderung diklasifikasikan sebagai “credence goods” dimana jasa pelayanan baru dapat dinilai
setelah orang merasakan pelayanan yang diberikan, atau dengan kata lain tidak dapat dinilai
sebelum dikonsumsi. Pelanggan yang puas (atau tidak puas) akan secara sukarela mempromosikan
pengalamannya, baik yang positif maupun yang negatif kepada pencari informasi.

Pencari informasi sebagian besar adalah orang orang yang sedang risau dengan kesehatannya
(keluarga atau temannya) dan sedang mencari informasi mengenai fasilitas kesehatan untuk
dibandingkan. Kesehatan bagi kebanyakan orang merupakan “high involvement goods” yang untuk
menjaganya (agar tetap sehat) diperlukan biaya yang tinggi, sehingga bagi kebanyakan orang
mencari informasi mengenai rumah sakit (atau fasilitas kesehatan lain) merupakan hal yang
penting..

Peran Opinion Leader

Yang menarik, pencari informasi bisa juga datang dari individu yang disebut sebagai opinion leader.
Opinion leader adalah seseorang yang sering kali mempengaruhi sikap orang lain terhadap produk
konsumsi. Konkritnya, orang orang ini menjadi sumber informasi mengenai produk yang ditawarkan
(termasuk jasa pelayanan seperti kesehatan), dapat memberi nasehat/saran mengenai apa yang
boleh (atau jangan) dibeli sehingga mengurangi resiko (finansial) serta juga menawarkan umpan
balik positif untuk mendukung dan menguatkan keputusan yang telah dibuat oleh pengikut
sarannya.

Jadi opinion leader mempunyai peran sebagai pembawa informasi, pembujuk dan penguat, yang
dari aspek pemasaran dapat disetarakan dengan alat promosi. Fungsi yang hampir sama dijalankan
oleh market mavens, sebagai sumber informasi kepada keluarga/relasi mereka. .

Bila Anda merasakan betapa pentingnya peran word of mouth bagi pemasaran Anda, maka Anda
harus memikirkan cara mengoptimalkan promosi ini. Orang orang ini belum tentu adalah pemakai
jasa pelayanan rumah sakit Anda, karena itu Anda harus membuat mereka merasakan rumah sakit
Anda sebagai referensi mereka. Oleh sebab itu Anda perlu “menangkap” orang orang ini dan
“memeliharanya”.

Karena jasa pelayanan tidak berwujud, caranya adalah dengan membuat pelayanan Anda “dapat
dilihat jelas” oleh mereka. Contohnya , rumah sakit harus selalu bersih, tenang dan nyaman, staff
lini depan harus dapat memberikan penjelasan kepada pengunjung dengan jelas dan tepat,
operator telepon segera menjawab telepon masuk, dokter jaga memiliki “semangat membantu”,
informasi yang diberikan dokter/perawat harus jelas dan “menyejukkan”, dsb.

Dengan kata lain, supaya rumah sakit Anda menjadi “buah bibir”, Anda tidak punya pilihan lain,
selain dengan meningkatkan kualitas pelayanan Anda di semua area pelayanan (dan
mempertahankannya.
Advokasi Marketing Public Relations untuk Mengurangi Kematian
Ibu dan Bayi Baru Lahir di Beberapa Kab. di Jawa Tengah

Barangkali Anda sudah mengenal istilah “marketing” atau yang dikenal dengan ”pemasaran”.
Kata ini sering kali kita dengar dalam dunia bisnis atau ekonomi. Marketing sangat diperlukan
agar produk laku di pasaran. Pengertian umum ”marketing” adalah proses sosial dan
manajemen dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dari orang lain, melalui suatu proses pemberian atau pertukaran sesuatu yang
bernilai.

Begitu pula dengan Public Relation atau ”PR”, kata ini pun sering kita lihat dalam struktur
organisasi dunia usaha. Biasanya unit ”PR” mempunyai tugas menjadi ”corong” agar citra
organisasi tetap baik dan menjadi ”mediator” antara kepentingan klien dengan perusahaan
atau badan usaha. Pengertian public relation adalah usaha untuk mengembangkan citra atau
image terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan dan produk atau pun layanan
terhadap masyarakat. Membangun citra organisasi sangat penting karena berdampak pada
kelangsungan organisasi atau perusahaan tersebut.

Lalu bagaimana bila kedua kata digabungkan, secara prinsip arti kedua kata tersebut tidak
hilang, yaitu satu sisi berarti memasarkan dan satu sisi lain berarti menjadi alat ”corong” atau
publikasi kepada masyarakat. Dalam pemasaran salah satu bagian terpenting adalah
mewujudkan produk atau layanan kita berkualitas yang berarti produk atau layanan sesuai
kebutuhan klien, cepat, dan memuaskan. Secara sederhana marketing public relation berarti
kegiatan public relation yang didesain untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran
(marketing).

Konsep marketing dan public relations dapat diterapkan dalam program kesehatan. Salah satu
contoh program yang sedang menggalakan model pendekatan ini adalah upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi yang baru lahir. Kita ketahui walaupun terjadi penurunan
kematian ibu dan anak yang cukup baik dari tahun 1986 sebesar 450 menjadi 350 pada tahun
1997, namun angka tersebut tergolong tinggi. Dalam lingkungan negara ASEAN, Indonesia
masih menempati urutan pertama. Sebetulnya kematian ibu dan bayi 85 % dapat dicegah
melalui ANC ( Ante Natal Care) Oleh karena itu Maternal Pregnancy Saver (MPS) menjadi
strategi nasional untuk menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Penyebab kematian ibu dan bayi yang baru lahir disebabkan karena ”3 terlambat dan 4
terlalu”. 3 terlambat tersebut yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering dan terlalu banyak.

Dari penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir ternyata faktor institusi atau pelayanan
kesehatan cukup menentukan. Oleh karena itu dalam konsep MPR ada dua sisi yang digarap
yaitu sisi pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas dan rumah sakit agar mampu
memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat dan sisi masyarakat sendiri yang
perlu didorong agar mau mengakses puskesmas dan rumah sakit tersebut.

Untuk mewujudkan pelayanan yang mampu memberikan rasa puas pada masyarakat perlu
didukung komitmen yang tinggi oleh para Bupati. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya
kegiatan advokasi di beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti di Jepara dan Rembang.
Dilaksanakannya kegiatan di kedua kabupaten tersebut karena dua wilayah tersebut telah
mendapat sosialisasi tentang pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit yang peduli
terhadap AKI melalui konsep MPR. Sosialisasi telah dilaksanakan dua tahun lalu dan hampir
semua puskesmas dan kabupaten di kedua kabupaten telah memahami pendekatan tersebut.
Namun peran penentu kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh komitmen yang kuat.
Saat dimintai tanggapannya atas nama Bupati Jepara yang diwakili oleh Sekretaris Daerah
menyatakat bahwa puskesmas di Kab. Jepara diharapkan mampu memberikan pelayanan
dasar yang berkualitas dalam penanganan ibu melahirkan. Begitu pula Rumah Sakit
diharapkan mampu memberikan pelayanan lanjutan bagi penanganan ibu melahirkan. Setelah
pelayanan kesehatan telah mampu melayani dengan baik, maka ini perlu diinformasikan atau
dipublikasikan kepada masyarakat agar tahu dan mau mengakses ke pelayanan kesehatan
tersebut.

Sementara itu Ketua Komisi E DPRD Kab. Rembang dr. Agus Miftah yang membidangi sektor
kesehatan mengkritisi bahwa upaya marketing perlu dilakukan dengan pendekatan yang
tepat. Model promosi dengan media cetak bukanlah hal yang tepat bila pelayanan kesehatan
sendiri belum siap. Jadi petugas kesehatan di jajaran puskesmas dan rumah sakit perlu
ditingkatkan komitmennya agar mampu melaksanakan pelayanan yang prima, barulah
dipromosikan kepada masyarakat. Upaya promosi yang berlebihan bila fasilitas pelayanan
kesehatan belum siap justru akan menjadi kontraproduktif, masyarakat akan kecewa dan
tidak mau datang ke pelayanan kesehatan tersebut.

Advokasi di kedua kabupaten dihadiri oleh Kepala Puskesmas dan rumah sakit di seluruh
kabupaten, juga dari lintas sektor lainnya seperti Dinas perhubungan, Bapeda, LSM dan PKK.
Pada akhir acara dirumuskan langkah-langkah tindak lanjut untuk membentuk tim MPR di
tingkat puskesmas dan rumah sakit serta rencana kegiatan untuk tahun 2005. (Rachmat K
Depkes Perlu Tindak Pelanggar Peraturan Pemasaran PASI

Rabu, 29 Agustus, 2001 oleh: Siswono


Depkes Perlu Tindak Pelanggar Peraturan Pemasaran PASI
Gizi.net - PELAKU pelanggaran kode etik internasional pemasaran pengganti air
susu ibu (PASI) belakangan ini bergeser dari perusahaan susu/makanan bayi kepada
petugas kesehatan/sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Departemen
Kesehatan (Depkes) cq Direktorat Jenderal Pelayanan Medik diharapkan melakukan
pengawasan dan memberi sanksi sesuai peraturan terhadap petugas kesehatan atau
sarana pelayanan kesehatan.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Dra Indah Sukmaningsih MPM
menekankan hal itu dalam jumpa pers “Membangun Generasi Sehat dan Cerdas
Melalui ASI”’ Senin (27/8), di Jakarta.

Indah menuturkan, pemantauan yang dilakukan Yayasan Kepedulian untuk


Konsumen Anak (Kakak) dan YLKI di eks Karesidenan Surakarta bulan April-Mei
2001 menunjukkan adanya pelanggaran berupa pemberian sampel susu formula oleh
sejumlah rumah sakit maupun rumah bersalin kepada ibu bersalin. Beberapa
diantaranya dilengkapi dengan botol dan dot. Selain itu, ada promosi produk berupa
lomba bayi sehat di bawah usia enam bulan dengan hadiah antara lain produk susu
dan bubur bayi.

“Padahal, praktik itu jelas-jelas diharamkan, baik oleh kode etik internasional
maupun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 237 Tahun 1997 yang mengadopsi
kode etik internasional itu,” ujarnya.

Menurut Indah, YLKI mendapat pengaduan dari seorang ibu yang melahirkan di
sebuah rumah sakit swasta di bilangan Jatinegara, Jakarta, karena dilarang
menyusui bayi dengan pelbagai alasan. Oleh petugas kesehatan, bayi ibu tersebut
diberi susu formula sehingga mengalami diare dan turun berat badannya.

“Larangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dan kode etik, disiasati
perusahaan makanan bayi dengan cara bekerja sama dengan petugas kesehatan.
Alasan pemberian susu formula disamarkan dengan pelbagai alasan medis sehingga
sulit diawasi masyarakat yang peduli maupun organisasi konsumen,” papar Indah.

Ia berharap Depkes melakukan tindakan berupa peringatan maupun sanksi


administratif yang tegas terhadap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan
pelanggaran.

Label dan iklan


Selain itu, kata Indah lagi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) diminta
bertindak tegas terhadap pelanggaran merek/label susu yang memirip-miripkan susu
formula (untuk bayi di bawah uusia enam bulan), yang hanya dibedakan dengan
pemberian angka 1 dan 2 di belakang nama produk. Hal ini dikhawatirkan
membingungkan ibu dan mendorong pemberian susu formula pada bayi di bawah
usia enam bulan. Juga iklan botol dan dot susu yang belakangan makin marak
dengan model bayi. Hal-hal itu, menurut dia, termasuk yang dilarang oleh kode etik
internasional.

Dikatakan, ada peraturan di lingkungan Masyarakat Uni Eropa, yaitu European Union
Export Resolution yang dapat menjadi tempat penyaluran keluhan atau temuan
mengenai pelanggaran terhadap kode etik internasional, yang dilakukan perusahaan
makanan bayi yang berasal dari Uni Eropa. Namun, mekanisme ini belum
dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Direktur Pelayanan Medik Dasar, Ditjen Pelayanan Medik,
Depkes, dr Guntur Bambang Hamurwono SpM menyatakan, ada tiga hal yang
mendasari pemberian air susu ibu (ASI), yaitu agama, etika, dan hukum. Intinya,
perlu ada penyuluhan dan kesadaran para ibu untuk memberikan ASI pada bayi
guna menjamin tumbuh kembang bayi. (atk)

Sumber : Kompas, Selasa 28 Agustus 2001


Siloam Gleneagles Specialist Clinics
Senin, 03 Oct 2005 10:56:14
Pdpersi, Jakarta - Siloam Gleneagles Specialist Clinics segera mengoperasikan klinik baru di Plaza
Semanggi. Mereka mengincar kalangan eksekutif yang bekerja di CBD dan pengunjung mal dari
kalangan atas.

Di lantai tujuh Plaza Semanggi ada sebuah kios seluas 500 m2 yang sedang didandani
penampilannya. Kira-kira pertengahan bulan depan, bakal ada papan nama yang bertengger di
sana: "Siloam Gleneagles Specialist Clinics". Klinik dokter spesialis di shopping mall? Benar, jadi
kalau Anda bekerja di daerah Sudirman-Thamrin lalu tiba-tiba badan tak enak, nanti Anda bisa
berobat ke mal!

Zaman sekarang jasa layanan kesehatan bukan lagi semata-mata sebagai misi sosial. Kalau dulu
puskemas dibuka pemerintah di kantong-kantong masyarakat yang kekurangan fasilitas kesehatan,
kini klinik kesehatan dibuka di lokasi strategis untuk menggaet konsumen. Inilah uniknya, klinik
kesehatan ternyata bisa didudukkan dalam posisi sejajar dengan butik, klub karaoke, atau kafe.
"Kami sengaja ingin mendekati ke pasar," ujar Walter Gilmore, CEO Siloam Health Care Group,
divisi usaha kesehatan yang berada di bawah naungan Grup Lippo Karawaci.

Ini jelas kiat baru dari manajemen rumah sakit yang mengusung nama besar kelompok rumah sakit
asal Singapura itu. Beberapa rumah sakit di bawah bendera Siloam Gleneagles memang berada di
luar Jakarta, seperti di pinggir Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, atau di pinggir tol Kebonjeruk.
"Padahal, setelah kita teliti, banyak pasien-pasien kita yang bekerja di areal segi tiga emas," tukas
Walter.

Hal senada juga diungkapkan S. Chandra Rahardja, CEO Siloam Gleneagles Specialist Clinics.
"Alasan utama mereka malas datang ke rumah sakit kami, ya, karena macet di jalan," katanya. Hal
itulah yang membuat manajemen Siloam Gleneagles cepat tanggap. Mereka melihat peluang pasar
menganga lebar di daerah CBD. Setelah memilih-milih lokasi yang cocok supaya calon pasien
mereka tak banyak kehilangan waktu di jalan, akhirnya pilihan jatuh di Plaza Semanggi. "Lokasinya
benar-benar strategis dan menjangkau banyak klien kita," ungkap Walter.

Klinik Siloam ini nanti tak hanya mengincar kalangan kantoran. Pengunjung mal juga menjadi
target. Tak heran kalau mereka juga menawarkan layanan kesehatan yang berkait dengan
kecantikan. "Skin, beauty, dan health," sahut Walter meringkas konsep mereka. Klinik Siloam ini
memang terbilang lengkap dalam menyediakan produk. Chandra menyebut beberapa pelayanan
mulai dari perawatan muka, kulit, badan, gigi, gizi, general check up, pelayanan laboratorium,
hingga obat-obatan. "Malah, kita bisa mempermak tubuh segala, lo," ucapnya.

Mengoleksi data pasien dari berbagai sumber


Tentu dia tak bercanda dengan ucapannya. Klinik yang bakal beroperasi awal Agustus nanti akan
diperkuat kurang lebih 50 tenaga medis, mulai dari perawat hingga para dokter ahli. Ruangan klinik
pun disekat-sekat menjadi sembilan ruangan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
"Pokoknya suasananya beda dengan rumah sakit, deh," kata Chandra berpromosi.

Target pengunjung klinik ini nanti kira-kira 50 orang sehari. Siloam sudah membuat beberapa
rencana untuk bisa memenuhi target minimal tersebut. Langkah pertama yang akan mereka
ayunkan adalah membuat acara yang bisa diselenggarakan di areal Plaza Semanggi. "Bisa saja kita
membuat acara talk show yang bertema kecantikan atau kesehatan," ucapnya. Di situ pasien bisa
konsultasi langsung dan mencoba jenis pelayanan yang mereka tawarkan.

Untuk calon pasien kaum hawa dari kalangan atas, Chandra punya strategi pasar yang lain lagi. Kali
ini dia memanfaatkan jaringan Group Lippo. Salah satunya Lippo Bank yang mengeluarkan produk
kartu kredit khusus bagi kalangan wanita. "Nah, kita tinggal lihat datanya, lalu kita hubungi dan
menawarkan bentuk layanan klinik kita," ujarnya.

Lebih unik lagi, Chandra akan mempromosikan klinik Siloam kepada kelompok ibu-ibu arisan yang
jumlahnya, sepengamatan dia, lumayan banyak. Enaknya, Chandra tidak perlu bergerilya ke sana
ke mari demi mencari kelompok arisan ini berada. "Kita punya ilmu sendiri," katanya. Sederhana
saja, lagi-lagi dia cukup minta data dari para agen properti di Lippo Land. "Kebetulan member-nya
banyak yang melakukan kegiatan arisan," tambahnya.
Sekali lagi data pasien masih menjadi andalan klinik ini dalam berpromosi. Semua pasien yang
pernah berobat di kelompok Siloam Gleneagles akan disortir kembali. Tapi, tidak semua pasien
akan mereka tawari jasa baru ini. Hanya pasien yang pernah melakukan perawatan yang jenis
pelayanannya ada di klinik saja yang akan ditelaah kembali. Entah itu yang pernah melakukan
general check up, konsultasi kesehatan, perawatan kulit, serta kecantikan diri. "Intinya diberi tahu
kalau kita buka klinik di sana," ucapnya yang juga berencana membuat brosur perihal klinik.

Pemasaran klinik Siloam yang terkesan tidak jor-joran bukan tanpa sebab. Menurut Chandra, setiap
rumah sakit atau klinik yang baru buka beroperasi dilarang beriklan oleh Departemen Kesehatan.
"Kita memang dilarang beriklan," katanya. Untuk menyiasatinya, biasanya setiap rumah sakit baru
punya cara jitu.

Segala cara mesti diambil Siloam Gleneagles untuk bisa mengenalkan klinik ini kepada khalayak
ramai. Maklum, Siloam sudah membeli seperangkat peralatan medis keluaran mutakhir yang akan
dipakai di klinik tersebut. Salah satunya bisa mengencangkan kulit muka tanpa operasi sedikit pun.
Walter mengaku mereka mengeluarkan dana untuk investasi klinik di mal ini sebesar Rp 4 miliar.
"Makanya kita menargetkan balik modal bisa tercapai 2-3 tahun," sahut Chandra yang diamini
Walter.(*)

Anda mungkin juga menyukai