Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Kasus pertama AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Indonesia


dilaporkan pada tahun 1987 di Bal. Meskipun pada tahun 1986 di Jakarta, Zubairi
Djoerban juga telah melaporkan kasus AIDS tetapi karena saat itu belum ada
pemeriksaan western blot di Indonesia maka kasus tersebut tidak tercatat di
Departemen Kesehatan. Pada akhir tahun 1998 UNAIDS (United Nations Programme
on AIDS) mencatat 33,4 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS diantaranya
terdapat 13,8 juta perempuan dan anak berusia di bawah 15 tahun sebanyak 1,2 juta
orang. Sekitar 95% orang yang terinfeksi HIV/AIDS berada dinegara yang sedang
berkembang.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan.
Terdapat 2 pendapat, yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia
sudah mengkhawatirkan dan mereka memperkirakan sudah lebih 200 ribu orang yang
terinfeksi HIV. Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi HIV di
Indonesia berjalan lambat dan Indonesia dianggap sebagai negara dengan kekerapan
infeksi HIV tendah. Menurut catatan Directur Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan pada akhir
tahun 1999 tercacat 1066 orang di Indonesia yang terinfeksi HIV dan berasal dari 23
propinsi. Diakui

PENCEGAHAN PENULARAN
Pendekatan yang digunakan dalam upaya pencegahan penularan infeksi HIV
adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak berisiko serta penggunaan
kondom untuk mencegah penularan melalui hubungan seks. Sedangkan pencegahan
dikalangan pengguna narkotik suntikan adalah dengan pendekatan harm reduction,
yaitu upaya untuk mengurangi penulran penyakit melalui jarum suntik dengan cara
membagikan jarm suntuik steril serta mengajarkan prinsip-prinsip sterilisasi.
Untuk mencegah penularan dari ibu hamil positif ke bayinya dapat dlakukan
pemberian obat antiretroviral azidotimidin (AZT) dan seksio sesaria.
Pendekatan agama bagi sebagian besar masyarakat aIndonesia merupakan
pendekatan yang penting karena dengan mengingatkan ajaran agama dan nilai-nilai
budaya dihara[kan perilaku hubungan seks yang berisiko dapat dikurangi begitu juga
dengan penggunaan narkotika. Pendekatan agama dan kesehatan hendaknya
dijalankan saling melengkapi. Dengan demikian upaya pencegahan penularan dapat
dilakukan secara lebih menyeluruh.

Diagnosis
Orang dewasa yang terinfeksi HIV akan mengalami masa tanpa gejala sekitar
5 sampai 10 tahun sebelum menunjukkan gejala. Untuk mengetahui apakah seseorang
telah terinfeksi HIV perlu dilakukan tes darah. Saat ini tes darah yang sering
digunakan adalah tes antibody karena mudah dan mudah dilaksanakan. Jika tes HIV
dilakukan untuk keperluan diagnostik, tes harus dilakukan secara sukarela, disertai
dengan konseling sebelum dan sesudah tes, serta dijaga kerahasiannya. Dengan
demikian orang yang akan dites dipersiapkan untuk menerima hasil tes, baik positif
maupun negatif. Dia juga dilindungi dari kemungkinan akibat negatif stigma yang
masih sering terdapat dimasyarakat. Hasil tes perlu dinilai dengan hati-hati. Hasil tes
positif harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi dengan tes
Western Blot. Bila tak tersedia tes Western Blot, hasil dinyatakan positif bila tes
penyaring 3 kali positif. Sebaliknya, hasil negatif dapat berarti yang bersangkutan
tidak terinfeksi virus HIV atau masih dalam masa jendela.
Gejala AIDS pada umumnya merupakan gejala infeksi oportunistk atau
kanker yang terkait dengan AIDS. Kanker yang terkait dengan AIDS adalah sarcoma
Kaposi, limfoma malignum, dan karsinoma serviks invasive. Sedangkan gejala yang
sering ditemukan pada pasien AIDS di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dapat
dilihat pada tabel.
Gejala Frekuensi
Demam lama 100%
Batuk 90,3%
Penurunan berat badan 80,7%
Sariawan dan nyeri menelan 78,8%
Diare 69,2%
Sesak nafas 40,4%
Pembesaran kelenjar getah bening 28,8%
Penurunan kesadaran 17,3%
Gangguan penglihatan 15,3%
Nerupati 3,8%
Enselopati 4,5%

Inbfeksi oportunistik yang sering dijumpai di Rumah Sakit Cipto


Mangunkusumo dapat dilihat pada tabel.
Infeksi Oportunistik Frekuensi
Kandidiasis mulut-esofagus 80,8%
Tuberkolosis 40,1%
Sitomegalovirus 40,1%
Pneumonia rekuren 28,8%
Ensefalitis toksoplasma 17,3%
Pneumonia P. carini (PCP) 13,4%
Herpes simpleks 9,6%
M. avium komplek (MAC) 4,0%
Kriptosporodiosis 2,0%
Histoplasmosis paru 2,0%
Dengan demikian, pada diagnosis infeksi HIV peran pemeriksaan anti-HIV
penting. Pada keadaan asimtomatik diagnosis ditegakkan berdasarkan tes anti-HIV,
sedangkan pada masa sudah ada gejala, karena gejala yang timbul berasal dari infeksi
oportunistik, maka tes HIV diperlukan. Pada fasilitas kesehatan yang amat sederhana,
dibenarkan untuk mendiagnosis AIDS dengan gejala saja, tetapi karena di Indonesia
sudah tersedia tes HIV yang tersebar luas, hendaknya gejala klinis tersebut ditunjang
oleh tes HIV.

Prinsip Pengobatan
Pengobatan AIDS dapat dibagi dalam :
1. Pengobatan Suportif
Tujuan pengobatan ini ialah untuk meningkatkan keadaan umum pasien.
Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat sitemik, serta vitamin.
Disamping it perlu diupayakan dukungan psikososial agar pasien dapat
melakukan aktivitas seperti semula.
2. pengobatan Infeksi Oportunistik
pola infeksi oportunistik biasanya sesuai dengan pola mikroba yang ada di
lingkungan pasien. Karena kekebalan tubuh pasien amat menurun, diperlukan
obat yang lebih kuat dan waktu pengobatan yang lebih lama. Sebagian infeksi
oportunistik seperti PCP dan sitomegalovirus memerlukan pengobatan
pemeliharaan. Obat yang digunakan dalam pengobatan infeksi oportunistik
dewasa ini dapat dilihat dalam tabel.
Infeksi Terapi
Kandidiasis esophagus Flukonazol
Tuberculosis Rifampisin, INH, Etabutol,
Pirazinamid, Streptomisin,
MAC Klaritromisin, Etambutol,
Rifabutin, Siprofloksasin
Toksolasmosis Pirimetamin, Sulfadiazin, Asam
Folat, Klindamisin
Sitomegalovirus Ganziklovir, foskamet
Herpes simpleks Asiklovir
Herpes zoster Asiklovir
PCP Kotrimoksasol

3. Obat Antiretroviral
Obat ini bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan HIV dalam tubuh. Obat ini
diberikan dalam bentuk kombinasi golongan RTI (Reverse Transcriptase
Inhibitor) dan PI (Protease Inhibitor)
4.

Anda mungkin juga menyukai