Anda di halaman 1dari 12

PERAN JOB DESCRIPTION DAN PENILAIN KINERJA KARYAWAN BAGI

PENINGKATAN PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN INDONESIA DI MASA


PANDEMI

I
ndonesia masih dihadapkan pada persoalan pandemi Covid-19. Akibatnya,
berbagai program pemerintah termasuk pembangunan sumber daya manusia
(SDM) menjadi terhambat bahkan relatif mengalami penurunan. Namun setelah
hampir sembilan bulan, semangat pembangunan SDM kembali bangkit seiring upaya
penanganan Covid-19 yang kian digencarkan. Tidak hanya fokus pada penanggulangan
masalah kesehatan tetapi juga kebangkitan ekonomi. Terkait hal itu, Menteri Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy
mengatakan bahwa pembangunan SDM merupakan hal yang sangat kompleks dan
multidimensional.

"Kalau kita bicara SDM tidak hanya pendidikan, tapi sangat multidimensional. Yang paling
sulit ditangani dan diukur itu adalah di sektor SDM, beda dengan ekonomi yang lebih mudah
diukur," ujar Menko PMK saat dialog bersama wartawan parlemen di Media Center Gedung
Nusantara DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (2/12).

Sejalan dengan tema dialog Mengoptimalkan SDM di Tengah Pandemi, Muhadjir meyakini
masalah pandemi yang dialami bangsa Indonesia hingga kini sejatinya dapat menjadi
momentum untuk mendongkrak pencapaian di segala bidang termasuk pembangunan SDM.

Salah satu hal yang juga tengah menjadi perhatian pemerintah, sebut mantan Mendikbud
tersebut, yaitu urusan stunting. Angka stunting di Indonesia masih berada di angka 27,6 atau
relatif tinggi.

"Stunting ini berbahaya. Kalau tidak kita atasi akan berdampak pada pembangunan manusia
Indonesia ke depan. Padahal kita tahu tahun 2030 Indonesia akan mencapai bonus demografi
dan itu harus betul-betul dipersiapkan," tandasnya.

Muhadjir kembali menegaskan, pembangunan SDM dapat terus dioptimalisasi meskipun


Indonesia masih berada di tengah pandemi. Tentunya, juga harus diimbangi dengan kerja
keras dan optimistis dalam menjalankan setiap program yang sudah dicanangkan. "Sekarang
saya sedang membuat rancangan teknokratik untuk penanganan stunting dengan penanggung
jawab teknis di BKKBN. Harapannya ini bisa menjadikan SDM Indonesia lebih unggul dan
berdaya saing ke depan," pungkas Menko PMK.

Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menambahkan bahwa kondisi pandemi
telah memaksa seluruh SDM di Indonesia ini untuk melek terhadap perubahan terutama yang
bergerak ke arah teknologi.

"Inilah sebetulnya peluang yang harus kita manfaatkan, tidak hanya di kota tapi di desa.
Pemerintah agar dapat mendorong semua sektor untuk memberikan akses dan keleluasaan
bagi SDM kita untuk lebih berkembang dan mandiri terutama dalam hal ekonomi," cetusnya.

Ia pun menilai bahwa yang terpenting selama masa pandemi, pemerintah melalui berbagai
stimulus dan program pemberdayaan telah berupaya membuka akses bagi para pekerja
produktif untuk beralih menjadi pekerja mandiri atau wirausaha.

Dengan demikian, diharapkan dapat sekaligus mengurangi serta menahan laju peningkatan
jumlah pengangguran yang ditaksir akan lebih banyak selama pandemi belum berakhir.

"Di sinilah peran Kemenko PMK untuk mengkoordinasikan semua kementerian/lembaga di


bawahnya agar kita bisa bekerja sama menanggulangi masalah Covid-19 demi untuk
membangun Indonesia yang lebih maju,

Kondisi perekonomian Global di masa pandemi ini dipaparkan secara umum oleh Destry
pada presentasinya. Ia memaparkan perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih tinggi
dengan pemulihan yang cenderung tidak merata. Pemulihan ekonomi global akan ditopang
oleh pemulihan pada negara AS dan China. Sementara pemulihan di negara lain cenderung
lebih moderat. Pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia membaik namun dengan
rate yang berbeda. Volume perdagangan dunia terus menunjukkan peningkatan. Penjualan
ritel global membaik terutama di negara AS. Beberapa strategi akselerasi pertumbuhan yang
telah dicanangkan pemerintah untuk tahun 2021 diantaranya adalah penyusunan Daftar
Prioritas Investasi (DPI), didirikannya Lembaga Pengelola Investasi (LPI), kebijakan
ekonomi yang berpihak pada pelaku usaha kecil dan menengah, program vaksin, dan adanya
Undang-Undang Cipta Kerja sebagai bentuk penyederhanaan regulasi ekonomi. Prof. Ari
Kuncoro dalam pemaparannya memaparkan bahwa bahwa pandemi Covid-19 telah
menyebabkan Indonesia mengalami kemerosotan ekonomi terburuk dalam 20 tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua dan ketiga pada tahun 2020 masing-masing adalah
-5,32% dan -3,49%. Angka kemiskinan, dan pengangguran juga meningkat tajam. Indonesia
menghadapi resurgensi pandemic sebagai dampak dari libur panjang. Perbedaannya dengan
negara-negara EU, Indonesia dengan adanya informalitas yang masih cukup tinggi
memerlukan kebijakan yang dirancang dengan memperhatikan ekspektasi dari sector formal
dan informal. “Dalam situasi ini kebijakan harus memperhatikan koridor ekspektasi
masyarakat untuk kemudian mengambil titik tengahnya (median voter)”. Ujarnya.(Humas
Unimed/fg)

Sementara itu Job Description merupakan penjabaran kerja, jabatan, dan tanggung
jawab pekerja. Menurut Wikipedia, job description adalah sebuah pedoman yang dibikin
perusahaan untuk karyawan agar bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
posisi yang sudah ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa job description merupakan pedoman
dalam bentuk dokumen yang berguna bagi karyawan untuk menjalankan tugas sesuai dengan
jabatan maupun bagi atasan dalam pembagian jabatan dan posisi setiap karyawan.
Menurut(Mondy & Martocchio, 2016), Job Description merupakan sebuah penjabaran
pekerjaan yang sudah di rincikan sesuai dengan jabatan yang di tentukan. Job Description
harus sesuai dengan posisi karyawan sehingga bisa membantu perusahaan untuk mengamati
perkembangan karyawan selama karyawan bekerja. Menurut Moekijat (2010), gambaran
jabatan yang ditulis secara singkat,jelas,dan teliti yang berkaitan tentang tanggung jawab
masing-masing jabatan yang sudah di tentukan disebut juga dengan job description. Job
description dibuat dalam bentuk dokumen yang berisi ringkasan informasi penting tentang
masing-masing jabatan agar mempermudah untuk membeda kan jabatan yang satu dengan
yang lain dalam perusahaan. Penjabaran disusun secara terstruktur agar lebih mudah di
pahami oleh karyawan (Stone, 2011).

Elemen-elemen Job Description Menurut (Desseler, 2010) dalam penyusunan Job


Description ada beberapa elemen yang harus di jabar kan secara jelas, yaitu:

1. Identifikasi Pekerjaan Identifikasi pekerjaan memberikan posisi kryawan dalam


bentuk struktur organisasi. Dimana meliputi beberapa informasi mengenai jabatan
karyawan. Pemberian jabatan karyawan harus jelas dan tepat sesuai dengan yang
dibutuhkan organisasi. Pemberian jabatan juga akan mengenali pekerjaan untuk
menyediakan informasi karyawan, Meila Agista. Analisis Penerapan Job Description
di Carwash Excellent Garage Premium. UIB Repository©2020 menjelaskan
hubungan antar pekerja yang satu dan pekerja lainnya, serta memberikan
perbandingan pada posisi jabatan yang tertera di dalam organisasi. Selain itu juga ada
beberapa hal yang harus dikenali yaitu pembagian upah, tanggal pembuatan Job
Description, nama pembuat Job Description dan nama yang penyetujui pembuatan
Job Description.

2. Tujuan Pekerjaan Bagian ini menjelaskan mengenai tujuan utama dari pekerjaan
atau yang dikenal dengan job objective yang harus menggambarkan dasar dan inti dari
pekerjaan tersebut

3. Tugas dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab menjelaskan mengenai
daftar tugas utama dan tanggung jawab seseorang ketika sudah diberikan jabatan
tetap. Tugas dan tanggung jawab merupakan inti dari rancangan job description yang
harus dijelaskan secara detail dan akurat terhadap apa yang akan karyawan lakukan
selama bekerja. Untuk meningkat kinerja karyawan, tugas dan tanggung jawab
menjadi bagian dari standar kinerja agar bisa menjalankan tujuan dan strategi yang
sudah di buat oleh perusahaan.

4. Hubungan Pada bagian ini menjelaskan mengenai hubungan posisi internal maupun
external perusahaan yang akan berguna untuk mencapai standar performa yang sudah
di bentuk, agar karyawan merasakan kepuasan atas apa yang sudah dikerjakan.

5. Pengetahuan Bagian ini berkaitan dengan keterampilan seseorang, wawasan,


pengalaman yang di dapat, kemampuan dalam bekerja dan kapabilitas formal yang
dibutuhkan seseorang agar dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah diberikan.

6. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan bagian yang berkaitan dengan


identifikasi pemikiran ketika pengambilan keputusan. Seperti setiap pekerjaan akan
selalu membutuhkan penyelesaian masalah akan tetapi apakah yang di Meila Agista.
Analisis Penerapan Job Description di Carwash Excellent Garage Premium. UIB
Repository©2020 gunakan pemecahan masalah yang simple atau pemberian solusi
yang bervariasi.

7. Akuntabilitas Akuntabilitas menjelakan mengenai keuangan dari pekerja dengan


melihat nilai dari asset, peningkatan penjualan dan lebihnya diberikan kepada pekerja
yang tanggung jawab atas pekerjaan yang sudah diberikan.
8. Kewenangan Kewenangan bisa disebut dengan wewenang setiap karyawan yang
berarti setiap karyawan memiliki hak dan wewenang dalam memberikan keputusan
serta pendapat. 9. Standar Kinerja Standar kerja biasanya diberlakukan dengan adanya
syarat-syarat guna untuk meningkatkan performa kerja serta mengevaluasi hasil
kinerja karyawan.

10. Lisensi Lisensi merupakan dokumen yang legal yang dipakai sebagai kelengkapan
surat izin dalam pekerjaan yang memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi.

kinerja karyawan dalam manajemen yang efektif memerlukan dukungan karyawan yang
cakap dan kompeten di bidangnya. Di sisi lain pembinaan para karyawan termasuk yang
harus di utamakan sebagai asset utama perusahaan. Proses belajar harus menjadi budaya
perusahaan sehingga keterampilan para karyawan dapat di pelihara, bahkan dapat di
tingkatkan. Dalam hal ini loyalitas karyawan yang kompeten harus di perhatikan

Karyawan yang memiliki sikap perjuangan, pengabdian, disiplin, dan kemampuan Profesinal
sangat mungkin mempunyai yang professional dapat di artikan sebagai sebuah pandangan
unntuk selalu berfikir, kerja keras, bekerja sepenuh Waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi,
dan penuh dedikasi deni untuk keberhasilan pekerjanya.1

Peningkatan sikap, perjuangan, pengabdian, disiplin kerja, dan kemampuan professional


dapat dilakukan melalui serangkai pembinaan dan tindakan nyata agar upaya peningkatan
prestasi kerja dan loyalitas karyawan dapat menjadikan kenyataan. Salah satu yang
mempengaruhi loyalitas karyawan adalah kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja (Job
Satisfaction)adalah keadaaan emosional

Unsure keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengandung dua aspek, baik dari aspek
keamanan bagi karyawan maupun bagi pihak yang di layani. Dalam hal ini, penilaian aspek
keaman menunjuk kan kepada keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan maupun
prosedur kerja. Adanya pelayanan maupun prosedur karja yang di jadikan pedoman kerja
dapat menjamin seorang karyawan bekerja secara sistematis, terkontrol dan bebas dari rasa
was-was aka komplin. Sementara itu pihak yang dilayanai mengetahui dan memperoleh paket
pelayanan secara utuh.mengingat fungsi ideal dari pelaksanaan tugas karyawan dalam unit
kerja adalah fungsi pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan adalah
kepuasan pelanggan atau pihak yang di layani. Mengukur kepuasan pelanggan, merupakan
persoalan yang cukup pelik, sehingga tidak jarang, unsure ini serinkali di abaikan dan jarang
di lakukan. Di sebut pelik karena pengukuran kepuasan pelanggan harus memperhatikan
validitas pengukuran, sehinga harus memperhatikan metode dan istrumen yang tepat. Dalam
melaksanakan pekerjaan yang bersifat profit-orented, kepuasan pelanggan seringkali di
hubunngkan dengan tingkat keuntungan ‘finansial’ yang diperoleh. Dalam pelaksanaan
pekerjaan yang social-oriented, kepuasan pelanggan banyak di hubungkan di hubungkan
dengan tingkat kunjungan ulang pelangggan. Meskipun kenyataannya tidak selalu demikian,
karena pelayanan yang sifatnya monopolistic dapat meningkatkan ‘keterpaksaan’ pelanggan
untuk datang dan minta di layani mereka banyak pilihan.

Ekonomi Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19

Beragam kebijakan ekonomi telah ditetapkan pemerintah untuk menahan dampak negatif
Covid-19 sepanjang 2020. Tahun 2021 ini, strategi pemulihan ekonomi nasional tetap
dilanjutkan agar roda ekonomi nasional pulih kembali. Pandemi Covid-19 sudah hampir
sebelas bulan lamanya mendera Indonesia sejak pemerintah mengonfirmasi infeksi korona
pertama di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Tak hanya menciptakan krisis kesehatan
masyarakat, pandemi Covid-19 secara nyata juga mengganggu aktivitas ekonomi nasional.
Keputusan pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak April
2020 berdampak luas dalam proses produksi, distribusi, dan kegiatan operasional lainnya
yang pada akhirnya mengganggu kinerja perekonomian. Ekonomi Indonesia 2020
diperkirakan tumbuh negatif. Angka pengangguran dan kemiskinan meningkat. Untuk
membangkitkan kembali ekonomi nasional di tengah pandemi, pemerintah telah menerbitkan
beragam regulasi dengan tujuan agar roda ekonomi nasional kembali bergerak ke arah positif.

Potret ekonomi Indonesia selama Covid-19

Secara umum, pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada ekonomi nasional sepanjang
tahun 2020 lalu kendati mulai triwulan tiga 2020 mulai membaik. Kondisi ekonomi nasional
itu tampak dari sejumlah indikator perekonomian, seperti pertumbuhan ekonomi, Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks Manufaktur (PMI), Retail Sales Index, Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK), dan jasa keuangan. Laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun
2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan
ekonomi masih tumbuh 2,97 persen (yoy), tetapi memasuki kuartal II terkontraksi hingga
5,32 persen (yoy). Kuartal II merupakan puncak dari semua kelesuan ekonomi karena hampir
seluruh sektor usaha ditutup untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab
Covid-19. PSBB sebagai langkah penanganan pandemi Covid-19 yang diterapkan pada
sejumlah daerah di Indonesia merupakan faktor yang menyebabkan kontraksi pertumbuhan
ekonomi pada pada triwulan II 2020. Memasuki kuartal III, saat PSBB mulai dilonggarkan,
kegiatan ekonomi mulai menggeliat. Kontraksi ekonomi mulai berkurang menjadi 3,49
persen. Dengan catatan dua kuartal berturut-turut kontraksi, maka ekonomi Indonesia secara
teknis masuk dalam resesi. Pada kuartal IV, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan,
ekonomi masih akan minus di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Itu artinya,
Indonesia diperkirakan menutup tahun 2020 pada angka pertumbuhan ekonomi minus.
Selama tahun 2020, pemerintah tercatat tiga kali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Pada Maret-April, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,4
persen hingga minus 2,3 persen. Pada Mei-Juni, perkiraan lebih pesimistis di angka minus 0,4
persen hingga minus 1 persen. Setelah melihat berbagai perkembangan, pada September-
Oktober, proyeksi pertumbuhan kembali direvisi menjadi kontraksi 1,7 persen hingga 0,6
persen. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mencatat, Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
kegiatan usaha pada triwulan III dan IV 2020 adalah sebesar minus 5,97 dan 2,21 persen,
meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan II yang mencapai minus 35,7 persen.
Berdasarkan hasil data survei, perbaikan kegiatan dunia usaha terjadi pada seluruh sektor
ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, sektor
pengangkutan, serta komunikasi. Dari sisi aktivitas manufaktur, terjadi perbaikan hingga
Desember 2020. Indeks Manufaktur (PMI) pada bulan Desember 2020 mencapai 51,3, atau
berada di level ekspansi. Angka PMI itu naik dari 50,6 pada bulan November 2020. Indeks
manufaktur yang telah kembali ke titik 50 poin pada November dan Desember 2020
merupakan satu indikator bahwa perusahaan manufaktur kembali berekspansi karena
mengalami peningkatan penjualan yang berakibat pada peningkatan produksi. Selama
pandemi, PMI pernah mencapai level terburuk dengan skor hanya 27,5 pada April 2020.
Perbaikan sektor manufaktur akan menentukan pemulihan ekonomi.

Di sisi permintaan konsumen terhadap barang jadi, pola pengeluaran konsumsi masyarakat
menunjukkan penurunan. Pada bulan November 2020, retail sales index menunjukkan
penurunan dengan nilai indeks sebesar 181,3, turun dibandingkan bulan Oktober sebesar
194,11. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih cenderung menahan untuk melakukan
konsumsi. Indikator lain yang dapat dilihat adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang
menunjukkan optimisme dan pesimisme konsumen terhadap perekonomian. Pada Desember
2020, IKK keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi menguat, mendekati zona
optimis. IKK meningkat dari 92 pada November 2020 menjadi 96,5 pada Desember 2020.
Sejak April 2020, IKK berada di level pesimis. IKK terburuk terjadi pada Mei, pada angka
77,8, setelah itu merangkak naik hingga akhir tahun.

Sejalan dengan aktivitas perekonomian yang belum pulih, penyaluran kredit juga merosot.
Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit industri perbankan hingga akhir Desember
2020 mencapai Rp 5.482,5 triliun, masih mengalami kontraksi 2,7 persen secara tahunan
(yoy). Kontraksi tersebut terjadi karena penurunan kredit kepada debitur korporasi yang
belum banyak melakukan investasi.

Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami kenaikan, yang mencerminkan
sikap kehati-hatian di dalam konsumsi masyarakat. DPK perbankan di bulan November 2020
tumbuh 11,55 persen (yoy). Meski demikian, rasio kredit bermasalah atau NPL perbankan
pada November 2020 terjaga dengan NPL Gross 3,18 persen dan NPL Net 0,99 persen.
Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di 24,19 persen.

Daya beli masyarakat

Pertumbuhan ekonomi yang memburuk sepanjang 2020 tak terlepas dari daya beli
masyarakat yang tergerus selama pandemi. Padahal, konsumsi rumah tangga selama ini
menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2019, konsumsi rumah tangga
memberikan kontribusi hingga 57 persen pada pertumbuhan ekonomi. Sepanjang 2020,
pandemi membuat jutaan pekerja harus kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan
pendapatan.

Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya


mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada penurunan permintaan domestik.

Seiring dengan kondisi tersebut, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2020
tercatat 2,84 persen (yoy), kemudian pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi 5,51 persen
(yoy), dan triwulan III terkontraksi 4,04 persen (yoy).
Daya beli masyarakat turun terutama karena berkurangnya penghasilan di samping karena
terbatasnya aktivitas. Di tengah semua ketidakpastian, masyarakat terutama golongan
menengah ke atas mengerem pembelian barang-barang yang dianggap tidak pokok.

Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemi menyebabkan sebagian besar sektor
usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total. Angka pengangguran pun meningkat. Badan
Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020 menunjukkan, Covid-19
berimbas pada sektor ketenagakerjaan. Sebanyak 29,12 juta orang atau 14,28 persen dari
203,97 juta orang penduduk usia kerja terdampak pandemi.

Jumlah pengangguran meningkat sejumlah 2,56 juta orang menjadi 9,77 juta orang. Jumlah
pekerja formal turun 39,53 persen menjadi 50,77 juta orang dari total 128,45 juta penduduk
yang bekerja. Sebaliknya, jumlah pekerja informal melonjak 60,47 persen menjadi 77,68 juta
orang.

Sementara, salah satu indikator dari lemahnya daya beli terlihat dari sisi penjualan riil yang
tercatat masih mengalami kontraksi. Indeks Penjualan Riil (IPR) November tercatat masih
mengalami kontraksi 1,2 persen, lebih baik dibandingkan kontraksi pada Oktober di angka
5,3 persen. Perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang, dengan penjualan
sandang, bahan bakar kendaraan bermotor, serta suku cadang dan aksesoris tumbuh positif.

Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020

Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter
yang komprehensif. Di samping itu, pemerintah juga mengalokasikan dana APBN 2020
untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,23 triliun.

Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III 2020. Meskipun tidak
bertumbuh positif, diharapkan, ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II.
Selanjutnya, pada triwulan IV 2020, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif
sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin.

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga kebijakan yang dilakukan pemerintah, yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha, serta menjaga
stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan
dengan sinergi antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter, dan institusi
terkait.

Terkait daya beli masyarakat, pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp 172,1
triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut
disalurkan melalui bantuan langsung tunai (BLT), Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik, dan
lain-lain. Pemerintah juga mendorong konsumsi kementerian/lembaga serta pemerintah
daerah melalui percepatan realisasi APBN/APBD. Selain itu, konsumsi juga diarahkan untuk
produk dalam negeri sehingga memberikan multiplier effects.

Di sektor dunia usaha, pemerintah berusaha menggerakkan melalui pemberian


insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah antara lain
memberikan penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga
melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (Umi), penjaminan modal kerja sampai
Rp 10 miliar dan pemberian insentif pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21)
ditanggung pemerintah.

Untuk korporasi, pemerintah memberikan insentif pajak, antara lain bebas PPh Pasal 22
impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN serta
menempatkan dana pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur. Pemerintah juga
memberikan penjaminan modal kerja untuk korporasi yang strategis, prioritas, atau padat
karya.

Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia berupaya tetap menjaga
stabilisasi nilai tukar rupiah, menurunkan suku bunga, melakukan pembelian surat berharga
negara (SBN), dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku
bunga adalah meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional 2021

Pemerintah menyakini, tahun 2021 akan menjadi titik balik perekonomian Indonesia. Untuk
membangkitkan kembali ekonomi, pemerintah tetap melanjutkan program pemulihan
ekonomi nasional (PEN). Melalui PEN ini, diharapkan dapat mendorong daya beli
masyarakat di tahun 2021 sekaligus untuk memperluas penciptaan lapangan kerja di
Indonesia.
Strategi PEN tahun 2021 akan difokuskan pada empat kegiatan. Pertama, belanja kesehatan
akan menjadi prioritas pertama, termasuk pengadaan testing, obat-obatan, alat kesehatan,
insentif tenaga kesehatan dan rumah sakit, serta memastikan ketersediaan vaksin.

Kedua, melanjutkan stimulus fiskal, baik kementerian/lembaga (K/L) maupun non-K/L pada
sektor-sektor yang memberi dampak multiplier tinggi terhadap penciptaan lapangan
pekerjaan maupun pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, belanja pemerintah akan diarahkan kepada pembelian barang yang diproduksi dalam
negeri sehingga dapat memberikan dampak besar terhadap permintaan barang dalam negeri.

Keempat, belanja bantuan sosial, program cash for work, program sembako, PKH, subsidi
tenaga kerja baik sektor formal maupun informal, sehingga dapat menambah daya beli
kelompok berpenghasilan rendah yang selanjutnya dapat mendorong konsumsi masyarakat.
Pada 26 Januari 2021, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan bahwa
anggaran untuk program PEN 2021 ditetapkan sebesar Rp 553,09 triliun. Nilai tersebut
hampir setara dengan realisasi angggaran PEN 2020, yakni Rp 579,78 triliun.

Anggaran tersebut akan difokuskan pada empat aspek, yakni kesehatan Rp 104,7 triliun,
perlindungan sosial Rp 150,96 triliun, program prioritas Rp 141,36 triliun, serta dukungan
UMKM dan pembiayaan korporasi Rp 156,06 triliun.

Di sisi moneter, Gubernur Bank Indonesia secara khusus menekankan lima kebijakan untuk
memperkuat pemulihan ekonomi nasional, yaitu pembukaan sektor produktif dan aman,
percepatan realisasi stimulus fiskal, peningkatan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha,
keberlanjutan stimulus moneter dan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan
keuangan, khususnya UMKM.

Bank Indonesia mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui stimulus kebijakan moneter
yang akan dilanjutkan pada tahun 2021. Kebijakan itu antara lain ditempuh melalui menjaga
stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar, suku bunga yang akan
tetap rendah sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat, dan melanjutkan
pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN tahun 2021 sebagai pembeli
siaga (non-competitive bidder), serta kebijakan makroprudensial yang juga tetap akan
akomodatif pada tahun 2021.
Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyiapkan enam inisiatif strategis kebijakan di 2021
untuk menghadapi berbagai perkembangan dan tantangan di sektor jasa keuangan termasuk
mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Enam inisiatif strategis 2021 tersebut meliputi arah pengembangan dan pengawasan Sektor
Jasa Keuangan (SJK), penajaman pengawasan SJK terintegrasi berbasis teknologi informasi,
percepatan digitalisasi serta optimalisasi ekosistem digital dan literasi digital, perluasan akses
keuangan, penguatan ketahanan dan daya saing SJK, serta pengembangan sustainable
finance. (LITBANG KOMPAS)

Anda mungkin juga menyukai