Anda di halaman 1dari 12

Rabu, 30 November 2011

PEMAHAMAN KONSEP
PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Media Harja
mediaharja@yahoo.co.id

Abstrak : Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


pelajaran matematika, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah. Terdapat banyak peserta didik yang
setelah belajar matematika, tidak mampu memahami

bahkan pada

bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami


secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,
ruwet, dan sulit. Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling
penting dalam pembelajaran matematika, peningkatan pemahaman
konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Pendekatan Konstruktivisme merupakan salah satu upaya
mengatasi permasalah tersebut yaitu dengan menjadikan siswa sebagai
subjek belajar bukan lagi objek belajar.
Kata

Kunci

Pemahaman,

Konsep,

Pembelajaran,

Matematika,

Kostruktivisme.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika

merupakan

ilmu

universal

yang

mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam


berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi

oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis,


teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini.
Mengingat pentingnya
meningkatkan
perhatian,

sistem

khususnya

peranan

pengajaran
bagi

matematika

matematika

pemerintah

ini, upaya untuk


selalu

dan

ahli

menjadi
pendidikan

matematika. Salah satu upaya nyata yang telah dilakukan pemerintah


terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Standar
Nasional

Pendidikan

membawa

implikasi

terhadap

sistem

dan

penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan


kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap
satuan

pendidikan

dasar

dan

menengah

untuk

mengembangkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Depdiknas (2006),


Salah satu tujuan Kurikulum KTSP pelajaran matematika yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah.
Menurut

Rohana

(2011:111)

Dalam

memahami

konsep

matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang


cukup tinggi. Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap
materi konsep konsep matematika masih lemah bahkan dipahami
dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (2006:156)
bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika,
tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana
sekalipun,

banyak

konsep

yang

dipahami

secara

keliru

sehingga

matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal
pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003:7)
bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya

dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep


matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan
mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsepkonsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan
hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman
terhadap konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar
matematika secara bermakna.
Untuk

mencapai

pemahaman konsep

peserta

didik

dalam

matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman


terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap
peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami
konsep konsep matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman
konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut,
guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran.

Oleh

karena

itu,

guru

harus

mampu

mendesain

pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang


mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar.
Pendekatan Konstruktivisme merupakan salah satu alternatif
pendekatan

pembelajaran

yang

dapat

digunakan

oleh

para

guru

matematika dalam mengembangkan kemampuan siswa berpikir, bernalar,


komunikasi, dan pemecahan masalah baik dalam pelajaran maupun
dalam

kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran

dengan

pendekatan

konstruktivisme adalah proses belajar mengajar dimana siswa diberi


kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, karena siswa
terlibat aktif dan tekanan proses pembelajarannya terletak pada siswa.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan kajian matematika
dengan judul Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Konstruktivisme .
Berdasakan latar belakang masalah, permasalahan diatas dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud tentang pemahaman konsep matematika
2. Apakah teori Konstruktivisme tersebut ?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulis ini adalah


untuk :
1. mengetahui maksud pemahaman konsep matematika
2. mengetahui teori konstruktivisme.
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
:
1.

Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan tentang pemahaman

konsep matematika dan teori konstruktivisme.


2.
Bagi Pembaca, penambah wawasan tentang pemahaman konsep
matematika dan teori konstruktivisme.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pemahaman, Konsep, dan Matematika
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada
tujuan yaitu agar mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan
pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang
sangat fundamental, karena dengan
pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Menurut
Purwanto

(1994:44)

pemahaman

adalah

tingkat

kemampuan

yang

mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta


fakta yang diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan
bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu. Selanjutnya Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa yang
dimaksud

dengan

pemahaman

adalah

kemampuan

menangkap

pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang


disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan
interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman
adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik
sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan
cara

untuk

mengungkapkan

konsepsi

tersebut,

serta

dapat

mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Sejalan dengan pendapat


diatas, pemahaman menurut Hamalik (2003:48) adalah kemampuan
melihat hubungan hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam
situasi yang problematis.

Berdasarkan

pengertian

pemahaman

diatas,

penulis

menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam


memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya.
Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep
yang

harus

disukai

siswa.

Pengertian

konsep

Menurut

Ruseffendi

(1998:157) adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk


mengklasifikasikan

atau

mengelompokkan

objek

atau

kejadian

itu

merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.


B. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan
konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada
setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan
konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai
kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan
pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa
sehingga

dapat

mendefinisikan

atau

menjelaskan

sebagian

atau

mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri.


Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa
tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran
meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang
tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Patria (2007:21) mengatakan apa yang di maksud
pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan
sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau
mengingat

sejumlah

konsep

yang

dipelajari,

tetapi

mampu

mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,


memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang
sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patria (2007:22)
indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya : (1)
mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya,
(2) mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui

perbedaan,

(3)

mampu

mengklasifikasikan

objek-objek

berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep


tersebut, (3) mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
(4) mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari, (5) mampu menerapkan konsep secara algoritma, (6) mampu
mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen
Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor
pernah diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika
adalah mampu : (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasi
objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) memberikan contoh
dan bukan contoh dari suatu konsep, (4) menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat
perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, (6) menggunakan dan
memanfaatkan

serta memilih prosedur atau operasi tertentu, (7)

mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.


Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi
pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk
ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benarbenar mengerti apa yang disampaikan.
C.

Teori Konstruktivisme
Menerapkan pendekatan konstruktivismeme dalam pembelajaran
matematika diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa
belajar

aktif

baik

fisik,

mental-intelektual,

maupun

sosial

untuk

membangun sendiri konsep-konsep matematika.


Konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa pembelajaran
merupakan produk interaksi antara apa yang diketahui siswa, informasi
yang mereka temui, dan apa yang mereka lakukan ketika belajar. Dengan
kata lain, dalam pembelajaran yang beroerientasi pada konstruktivisme,
siswa diharapkan membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
serangkaian aktivitas pembelajaran.
Selanjutnya Slavin (1994) menjelaskan bahwa pendekatan
konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran

top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa mulai dengan


masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian menemukan (dengan
bimbingan
Pendekatan

guru)

keterampilan-keterampilan

top-down

ini

berlawanan

dasar

dengan

yang

diperlukan.

bottom-up

yang

pengajarannya dimulai dengan hal-hal mendasar menuju ke yang lebih


kompleks.
Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivis yang banyak
digunakan dalam pengajaran adalah : (1) pengetahuan dibangun oleh
siswa secara aktif, (2) tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa,
(3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) pembelajaran lebih
ditekankan pada proses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum
menekankan partisipasi siswa, (6) guru adalah fasilitator.
Dengan demikian arah pembelajaran harus mengacu pada siswa
atau student oriented yang bermakna pembentukan keterampilan
membangun

pengetahuan

sendiri.

Dengan

kata

lain

pendekatan

konstruktivisme menghendaki agar siswa dapat menemukan secara


individual pengetahuan tersebut, mentransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada, dan merevisinya
bila perlu. Dalam proses ini keaktifan seseorang yang ingin tahu amat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Lalu bagaimanakah menerapkan pendekatan konstruktivisme pada
pembelajaran matematika di kelas ? Menurut Nurhadi (2004), ada lima
langkah penting dalam pembelajaran matematika yang menerapkan
pendekatan konstruktivismeme ini. Kelima langkah tersebut adalah
sebagai berikut : (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge), (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)
secara

keseluruhan

dan

detail,

(3)

pemahaman

pengetahuan

(understanding knowledge) melalui penyelidikan dan sharing kepada


sesama siswa, (4) menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh (applying knowledge) melalui pemecahan masalah-masalah
matematika, (5) melakukan refleksi (reflecting on knowledge).
Menurut Asikin (2004:11-14), dalam teori-teorinya yaitu teori
konstruksi, notasi, kekontrasan dan variasi, serta konektivitas menyatakan
bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang

dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan


struktur-struktur itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu
materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif lain dari
itu peserta didik lebih mudah mengingat materi itu apabila yang dipelajari
merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan
struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dengan kata lain
pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti,
mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.

PEMBAHASAN
Pembelajaran Dengan Teori Konstruktivisme
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan
proses pembelajaran dengan menggunakan teori konstruktivisme adalah
sebagai berikut :
a.

Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki


siswa
sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna . Hal ini
dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai

dengan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
b. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan
relevan, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan
demikian diharapkan matematika menjadi menarik baginya dan mereka
termotivasi
menyediakan

untuk

belajar.

tugas-tugas

Hal

ini

dapat

matematika

dilakukan

yang

dengan

berhubungan

cara
dalam

kehidupan sehari-hari.
c. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Hal ini dapat
dilakukan
dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang
dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya
mempunyai satu jawaban yang benar.
d. Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau
lingkungannya, mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru.

e.
f.

Mendorong penggunaan berbagai representasi atau media


Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan
pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bagi siswa perlu
didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana
memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka
mengkonstruksi pengetahuan, demikian juga mengkomunikasikan baik
lisan maupun tulisan tentang apa yang sudah dan belum diketahuinya.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan
anak

Poedjiadi (1999: 63) adalah sebagai berikut :


1.

Tujuan

pendidikan

menurut

teori

belajar

konstruktivisme

adalah

menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk


menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
3.

sehari-hari
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator,
fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Sebagaimana sudah dinyatakan, tidak setiap pengetahuan dapat
dipindahkan
dengan mudah dari otak seorang guru ke dalam otak murid-muridnya.
Menurut paham konstruktivisme, seorang siswa harus membangun sendiri
pengetahuan

tersebut.

Karenanya

seorang

guru

dituntut

menjadi

fasilitator proses pembelajarannya.


Berdasarkan Uraian tinjauan pustaka diatas bahwa pemahaman
konsep matematis sangat penting dimiliki peserta didik sejak usia dini.
Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal
11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan bahwa indikator siswa
memahami konsep matematika adalah mampu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyatakan ulang sebuah konsep


Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya
Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi

tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan indikator diatas, akan dibahas penjelasan masingmasing indikator tersebut dibawah ini. Untuk memahami maksud indikator
diatas, penulis mengambil contoh pemahaman konsep untuk pokok
bahasan perkalian.
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
Maksudnya adalah siswa mampu mendefinisikan apa itu 2 x 1, 2 x 2 dan 2
x 3,
2x1
=2
2x2=2+2
=4
2x3=2+2+2
=6
2. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya
Berdasarkan konsep diatas siswa juga bisa membuat, klasifikasikan objek
tertentu,
ax2=a+a
= 2a
ax3=a+a+a
= 3a
3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, maksudnya
Jambu x 2
=
jambu + jambu
= 2 jambu
Apel + apel
=
2 apel
= 2 x apel
= apel x 2
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
2x3=2+2+2=6
3x2=3+3
=6
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
2 x3
=6
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu
2x3=3x2=6
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
A x B = B x C =
5 x 5 = 5 x 5 = 25
4 x 5 = 5 x 4 = 20
100 x 100 = 100 x 100 = ..
19 x 20 = 20 x 19 = ..
2x3=3x2=6
dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

Dasari, D. 2002. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berdasarkan


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Proceeding Seminar Nasional 5 Agustus
2002, hal 69-75.
Depdiknas. 2006a. Kurikulum Tingkat Satuan
Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.

Pendidikan

Standar

_________. 2006b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun


2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas
Ernawati. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA
UPI (tidak dipublikasikan).
Herman, Tatang. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP.
Disertasi Doktor Program Pascasarjana UPI (tidak dipublikasikan).
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Riduwan. 2010. Dasar-dasar
Statistika. Bandung: Alfabeta
Ruseffendi,
E.T..
2006.
Pengantar
kepada
Membantu
Guru
Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang
:Prosiding PGRI
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. Educational Psychology: Theory and Practice
(Development During Childhood and Adolescence). Allyn and Bacon
Paramount Publishing, Massachusetts, 1994.
Suherman,
Herman.
2001.
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung : JICA. Universitas Pendidikan Indonesia
Virlianti, Y. 2002. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan
Masalah kontekstual pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Realistik. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI (tidak
dipublikasikan).

Zulkardi. 2003. Pendidikan Matematika di Indonesia :


Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.
Diposkan oleh M3D14 H4R74 di 22.59
Label: Artikel
Reaksi:

Beberapa

Anda mungkin juga menyukai