Oleh :
NURFIDA GIATY, S.Kep
NIM. I1B108221
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
DI INTENSIVE CARE UNIT RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 4 Februari 2013 s/d 9 Februari 2013
Oleh :
NURFIDA GIATY, S.Kep
NIM. I1B108221
Banjarmasin,
Februari 2013
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
DEFINISI
Peritonitis adalah inflamasi peritonium-lapisan membran serosa rongga
abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi bakteri: Organisme
berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduktif internal.
2.
KLASIFIKASI
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
b.
Peritonitis tersier
Peritonitis tersier, misalnya:
1) Peritonitis yang disebabkan oleh jamur.
2) Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii
misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
3) Peritonitis bentuk lain dari peritonitis:
a) Aseptik/steril peritonitis.
b) Granulomatous peritonitis.
c) Hiperlipidemik peritonitis.
d) Talkum peritonitis.
3.
ETIOLOGI
a.
Infeksi bakteri
1) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal.
2) Appendisitis yang meradang dan perforasi.
3) Tukak peptik (lambung/dudenum).
4) Tukak thypoid.
5) Tukak disentri amuba/colitis.
6) Tukak pada tumor.
7) Salpingitis.
8) Divertikulitis.
Kuman yang paling sering ialah bakteri E. coli, Streptokokus alpha dan
Streptokokus beta hemolitik, Stapilokokus aurens, Enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah Clostridium wechii.
b.
c.
4.
PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
interleukin dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba
untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi
ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ di dalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler
organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah.
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi
sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau
bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan
5
peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen
usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan
dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat
mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik
usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus
sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan
dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau
ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada
rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
5.
PATHWAYS
Invasi oleh bakteri
Keluarnya exudat fibrosa, kantong-kantong anatiles
Bentuk antara perlekatan fibrinosa
Infeksi tersebar luar pada permukaan peritoneum
Peritonitis umum
Aktivitas peristaltik berkurang
6
Ilius paralitik
Usus menjadi atoni dan meregang, cairan dan elektrolit tulang dehidrasi shock, oliguria,
gangguan sirkulasi
Perlekatan terbentuk antara lekung usus yang meregang
Gangguan pergerakan usus
Obstruksi usus
6.
MANIFESTASI KLINIK
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tandatanda rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan
dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah
diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara
usus.
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan
terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini
menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium
dengan peritonium. Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti
jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan
seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya.
7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
b.
c.
Test laboratorium
1) Leukositosis
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein
(lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit, basil tuberkel
diidentifikasi dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau secara
laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan
merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
2) Hematokrit meningkat
3) Asidosis metabolic (dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien
peritonitis didapatkan PH =7.31, PCO2= 40, BE= -4 ).
X. Ray
Dari tes X Ray didapat:
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan:
1) Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
2) Usus halus dan usus besar dilatasi.
3) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Gambaran Radiologis
8
KOMPLIKASI
a.
b.
c.
d.
e.
9.
PENATALAKSANAAN MEDIS
9
Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan
terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok,
anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia
(intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
b.
c.
d.
Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk:
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
Pemberian antibiotik.
Terapi bedah pada peritonitis antara lain:
a.
Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas
dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan
infeksinya.
b.
c.
d.
Pemberian cairan IV, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
b.
Pemberian antibiotic.
c.
(a) Terapi
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan
fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonik adalah penting. Pengembalian
volume intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen,
nutrisi, dan mekanisme pertahanan. Keluaran urine tekanan vena sentral, dan
tekanan darah harus dipantau untuk menilai keadekuatan resusitasi.
1) Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri
dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan
kemudian dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika
didasarkan pada organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab.
Antibiotika berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah.
Harus tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia
akan berkembang selama operasi.
2) Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan
operasi laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah
yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka
serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi ditujukan di atas tempat
inflamasi. Tehnik operasi
yang
digunakan
untuk mengendalikan
11
b.
c.
d.
e.
Biodata
Terjadi pada pasien dengan sindrom nefrotik atau sirosis hepatis, lebih banyak
terdapat pada perempuan dari pada laki-laki.
Keluhan Utama
Nyeri tekan pada perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri tekan perut, lemas, terdapat dehidrasi dan tanda-tanda peritonitis seperti
kejang abdomen, bunyi usus menghilang/berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat appendixitis, devertikulitis, salpingitis, pangkreatitis, dan
sebagainya.
Riwayat Penyakit Keluarga
12
f.
g.
h.
i.
j.
k.
13
d.
Nyeri akut b.d agen cedera biologis, fisik (proses inflamasi, kerusakan
jaringan).
keletihan
pernapasan.
Respiratory Mo
1.
Monitor rat
respirasi.
Kecepatan nafas
Irama nafas
Kedalaman inspirasi
Auskultasi suara nafas
Saturasi oksigen
2.
Catat perg
penggunaan
supraclavic
Skala:
1 = Severe deviation from
deviation
from
normal
range
3 = Moderate
deviation
Monitor sua
4.
Monitor
kussmaul, h
normal range
2 = Substantial
3.
from
normal
5.
Monitor k
paradoksis)
6.
Auskultasi
penurunan/t
range
tambahan.
range
nutrisi:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Monitor Nutris
kurang dari kebutuhan tubuh b.d3x 24 jam akan tercapai Status Nutrisi dari skala 1.
Monitor ada
2.
Monitor kul
mengabsorpsi makanan.
3.
Monitor tur
4.
Monitor kek
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Intake nutrisi
Intake makanan
Intake cairan
Ratio BB/TB
Hematokrit
Hidrasi
Hb dan kad
5.
Monitor p
jaringan kon
14
Skala:
1 = severe deviation from normal range
2 = substantial deviation from normal
6.
Monitor kal
7.
Catat adany
lidah dan ca
range
3 = moderate
deviation
from
normal
range
4 = mild deviation from normal range
5 = no deviation from normal range
1.
Pertahankan
2.
akurat.
Monitor st
Tekanan darah
mukosa, na
b.
Nadi perifer
c.
d.
Turgor kulit
e.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
jika diperlu
Monitor vit
Lakukan ter
Monitor sta
Dorong mas
Dorong kelu
Kolaborasi
muncul mem
Skala:
1 = Extremely compromised
2 = Substantially compromised
3 = Moderately compromised
4 = Mildly compromised
5 = Not compromised
Nyeri
akut
b.d
agen
biologis, fisik (proses inflamasi, 1x 1 jam akan tercapai Kontrol Nyeri dari skala1.
Lakukan pe
kerusakan jaringan).
termasuk lo
a.
b.
c.
d.
mengurangi nyeri.
e. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.
15
3.
kualitas, dan
Observasi
ketidaknyam
Pilih dan la
dan non-far
4.
5.
6.
7.
Skala:
1
2
3
4
tindakan me
5 = Selalu dilakukan
13. DAFTAR PUSTAKA
1) Smeltzer SC, Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC, 2002.
2) Charisma. Asuhan Keperawatan dengan Klien Peritonitis. Blogspot 2011;
(online),
http://nursecharisma.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-
Askep
Peritonitis.
Blogspot
2012;
(online),
http://ngecrot-
Askep
Peritonitis.
Blogspot
2012;
(online),
http://ashar-
ibenk.blogspot.com/2012/01/berpikir-kritis-dalam-keperawatan.html,
diakses
16
Ajarkan ten
Evaluasi kee
Tingkatkan
Kolaborasik
17