Topik :
Peritoniis ec Apendicitis Perforasi
Tanggal (kasus) :
8 Agustus 2015
Presenter :
dr. Pramithasari
Tanggal Presentasi :
22 Agustus 2015 Pendamping :
dr. Herlizon, Sp.B
Tempat Presentasi :
Ruang Perawatan Bedah RSD May.Jend. H.M. Ryacudu
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Nyeri perut 10 hari sebelum masuk Rumah Saakit disertai demam dan muntah
Tujuan :
Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama : Tn I, 15 Tahun
Data Pasien :
No. Registrasi : 15.35.41
Nama Klinik : Bedah RSD Ryacudu
Lampura
Telp :
Terdaftar sejak :
5.
Daftar Pustaka :
1. Soybel, Apendicitis Akut. Departemen Bedah UGM . 2010
2. Sjamsuhidajat, Apendicitis, De Jong. 2004
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34725/4/Chapter%20II.pdf
4. Williams B A, Schizas A M P, Management of Complex Appendicitis. Elsevier. 2010
5. Brian, J, Peritonitis and Abdominal Sepsis. 2011
6. Cole et al. 1970. Cole and Zollinger Textbook of Surgery 9th Edition. Appelton-Century Corp, Hal
784-795
7. http://generalsurgery-fkui.blogspot.com/2011/05/penatalaksanaan-apendisitis.html
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosis apendicitis
2. Mampu mengenali keadaan berbahaya pada apendicitis
3. Mampu merencanakan pemeriksaan yang diperlukan
4. Mampu memberikan pengobataan pada kasus yang tidak perlu dirujuk
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut terutama perut sebelah kanan
bawah yang sudah dirasakan pasien 10 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS).
Nyeri awal dirasakan pada bagian ulu hati kemudian menjalar ke perut bagian kanan
bawah. Nyeri dirasakan bertambah apabila pasien berjalan dan menekukkan kaki.
Pasien juga mengalami demam yang disertai dengan muntah hampir tiap kali pasien
habis makan. Pasien sebelumnya sudah berobat ke puskesmas terdekat namun belum
ada perbaikan.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS), nyeri dirasakan hampir pada
seluruh bagian perut. Pasien lalu dibawah ke puskesmas dan kemudian dirujuk ke
RS Ryacudu. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) dalam batas
normal. Flatus (+).
2. Objektif :
Kesan umum:
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHG
Laju jantung
: 90x/menit, reguler
Pernapasan
: 28x/menit
Suhu
: 3,8C (Axilla)
Status Generalis
Kepala
Mesocephal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan.
2
Mata
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil
isokor
Hidung
Nafas cuping hidung (-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
Telinga
Normotia, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-),faring tidak hiperemis, tonsil tenang (T1/T1)
Leher
KGB tidak membesar
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Thorax
: simetris dextra et sinistra, retraksi intercostal (+)
: vokal fremitus taktil dextra et sinistra sama
: sonor disemua lapang paru
: suara nafas vesikuler dextra et sinistra, ekspirasi memanjang,
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
membesar.
: timpani seluruh lapang abdomen
Anggota gerak
Ekstremitas
Superior
Inferior
Deformitas
- /-
- /-
Akral dingin
- /-
-/-
Akral sianosis
- /-
- /-
Ikterik
- /-
- /-
CRT
< 2 detik
< 2 detik
Tonus
Normotoni
Normotoni
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 08 Agustus 2015
Hematologi
Hasil
Hemoglobin
13. 6 gr/dl
Leukosit
23.420/l
Trombosit
364.000
Hematokrit
38 %
Golongan darah
B ( Rhesus +)
Waktu perdarahan
300
Waktu pembekuan
400
SGOT
84 U/L
SGPT
59 U/L
Ureum
26
Kreatinin
0,6
HbsAg
Negative
Gula Darah Sewaktu
95 mg/dl
3. Assesment (penalaran klinis) :
Rujukan
13- 18 gr/dl
5.000- 11.000/ l
150-400rb/ l
42 52 %
1- 7 menit
9- 15 menit
5- 40 U/L
5-41 U/L
15- 39
0,9- 1,2
Negative
100-200 mg/dl
Rawat inap
IVFD RL 20 tetes/menit
Injeksi Rabitidin 2x20mg IV
Injeksi ceftriaxon 2x1gr IV
Tinjauan Pustaka
I. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang berjalan pembuluh darah besar yang
berlanjut ke dalam mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal, maka tidak tertutup
oleh peritoneum viserale.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika
superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di
sekitar umbilikus.
tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks
akan mengalami gangrene.
IV. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan
cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini
akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.
V. Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh
feses yang terlibat atau terinfeksi . pada awal dari apendisitis terlebih dahulu terjadi
inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan
lapisan muskular dan serosa (peritoneal) dan eksudat fibrinopurulent terbentuk pada
permukaan serosa dan berlanjut beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan,
seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen,
yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi
bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren.
Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.
apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri
tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang. Jika
apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa. Ketika apendiks
dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba
meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika
apendiks terletak retrosekal maka bisa menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah
dan protein dapat ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka
tanda klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal, menemukan
nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di dekat otot
obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda
obturator). Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal kanan
T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian appendisitis akut. Jika apendiks
terletak di depan ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat
jelas. Jika apendiks terletak di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit,
tanda-tanda yang ada samar dan nyeri terletak tinggi di abdomen.
Tabel 1. Sign of Appendicitis
Rovsings sign
kiri,
Obraztsovas sign
dari
kemudian
dilakukan
ekstensi
dilakukan
rotasi
internal
pada
Sitkovskiy
Michelsons sign
Aure-Rozanovas
sign
petit
Blumberg sign
Shchetkin-Bloombergs sign)
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi
triangle
kanan
(akan
positif
VIII. Peritonitis
10
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan gejala yang hamper selalu ada pada peritonitis. Nyeri
biasanya dating dengan onset yang tiba-tiba, hebat dan pada penderita dengan
11
Pada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan
muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti demam
sering diikuti dengan menggigil yang hilang timbul. Meningkatnya suhu tubuh
biasanya sekitar 38OC sampai 40 OC.
Syok
Pada beberapa kasus berat, syok dapat terjadi oleh karena dua factor. Pertama akibat
perpindahan cairan intravaskuler ke cavum peritoneum atau ke lumen dari intestinal.
Yang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalisata. Yang utama septicemia pada
peritonitis generalisata melibatkan kuman gram negative diman dapat menyebabkan
terjadinya tahap yang menyerupai syok.
b. Tanda
Tanda Vital
Tanda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau komplikasi yang
timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metabolic dapat dilihat dari frekuensi
pernafasan yang lebih cepat daripada normal sebagai mekanisme kompensasi untuk
mengembalikan ke keadaan normal. Takikardi, berkurangnya volume nadi perifer dan
tekanan nadi yang menyempit dapat menandakan adanya syok hipovolemik. Hal-hal
seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih lengkap harus dilakukan
dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk mencegah keadaan yang
lebih buruk (Schwartz et al, 1989).
Inspeksi
Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi dari
abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak menyingkirkan
diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal dari perjalanan
penyakit, karena dalam 2-3 hari baru terdapat tanda-tanda distensi abdomen. Hal ini
12
terjadi akibat penumpukan dari cairan eksudat tapi kebanyakan distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.
Auskultasi
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. Suara usus dapat
bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai hamper
tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus. Adanya suara
borborygmi dan peristaltic yang terdengar tanpa stetoskop lebih baik daripada suara
perut yang tenang. Ketika suara bernada tinggi tiba-tiba hilang pada abdomen akut,
penyebabnya kemungkinan adalah perforasi dari usus yang mengalami strangulasi.
Perkusi
Penilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman pemeriksa.
Hilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi intestinal, hal ini
menandakan adanya udara bebas dalam cavum peritoneum yang berasal dari intestinal
yang mengalami perforasi. Biasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis.
Jika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ berongga, udara akan
menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah diafragma, sehingga akan ditemukan
pekak hepar yang menghilang.
Palpasi
Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada kondisi ini.
Kaidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan palpasi daerah yang kurang terdapat
nyeri tekan sebelum berpindah pada daerah yang dicurigai terdapat nyeri tekan. Ini
terutama dilakukan pada anak dengan palpasi yang kuat langsung pada daerah yang
nyeri membuat semua pemeriksaan tidak berguna. Kelompok orang dengan
kelemahan dinding abdomen seperti pada wanita yang sudah sering melahirkan
banyak anak dan orang yang sudah tua, sulit untuk menilai adanya kekakuan atau
spasme dari otot dinding abdomen. Penemuan yang paling penting adalah adanya
nyeri tekan yang menetap lebih dari satu titik. Pada stadium lanjut nyeri tekan akan
menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan spasme otot abdomen secara involunter.
Orang yang cemas atau yang mudah dirangsang mungkin cukup gelisah, tapi di
kebanyakan kasus hal tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan perhatiannya.
Nyeri tekan lepas timbul akibat iritasi dari peritoneum oleh suatu proses inflamasi.
Proses ini dapat terlokalisir pada apendisitis dengan perforasi local, atau dapat
13
menjadi menyebar seperti pada pancreatitis berat. Nyeri tekan lepas dapat hanya
terlokalisir pada daerah tersebut atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal.
Pada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut melakukan spasme
secara involunter sebagai mekanisme pertahanan. Pada peritonitis, reflek spasme otot
menjadi sangat berat seperti papan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Evaluasi laboratotium hanya dilakukan jika adanya hubungan antara riwayat penyakit
dengan pemeriksaan fisik. Tes yang paling sederhana dilakukan adalah termasuk
hitung sel darah dan urinalisis. Pada kasus peritonitis hitung sel darah putih biasanya
lebih dari 20.000/mm3, kecuali pada penderita yang sangat tua atau seseorang yang
sebelumnya terdapat infeksi dan tubuh tidak dapat mengerahkan mekanisme
pertahanannya. Pada perhitungan diferensial menunjukan pergeseran ke kiri dan
didominasi oleh polimorfonuklear yang memberikan bukti adanya peradangan,
meskipun jumlah leukosit tidak menunjukkan peningkatan yang nyata.Analisa gas
darah, serum elektrolit, faal pembekuan darah serta tes fungsi hepar dan ginjal dapat
dilakukan.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya mencakup foto thorak
PA dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thorak dapat memperlihatkan
proses pengisian udara di lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen.
Dengan menggunakan foto polos thorak difragma dapat terlihat terangkat pada satu
sisi atau keduanya akibat adanya udara bebas dalam cavum peritoneum daripada
dengan menggunakan foto polos abdomen. Ileus merupakan penemuan yang tidak
khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar mengalami dilatasi, udara bebas dapat
terlihat pada kasus perforasi. Foto polos abdomen paling tidak dilakukan dengan dua
posisi, yaitu posisi berdiri/tegak lurus atau lateral decubitus atau keduanya. Foto harus
dilihat ada tidaknya udara bebas. Gas harus dievaluasi dengan memperhatikan pola,
lokasi dan jumlah udara di usus besar dan usus halus.
IX. Pembahasan
Pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah pada laki-laki mempunyai
diagnosis banding apendisitis, kolik saluran kemih, kelainan pada saluran pencernaan
14
seperti divertikulitis, ileokolitis, typhoid, serta keganasan. Demam pada pasien ini
didahului oleh nyeri sehingga kemungkinan typhoid dapat disingkirkan. Gejala buang
air kecil dan besar tidak ada kelainan maka kolik saluran kemih, divertikulitis,
ileokolitis, maupun keganasan dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
defans muskular pada region abdomen kanan bawah, dengan tanda psoas dan rovsing
yang positif, maka kemungkinan letak apendiks di daerah retrosekal. Nilai Modified
Alvarado Scoring System adalah 9 dari 10 sehingga pasien pasti didiagnosis
apendisitis dan dilakukan apendektomi. Diagnosis kerja pada pasien adalah
apendisitis kronis eksaserbasi akut melihat adanya riwayat nyeri perut kanan bawah
sejak dua tahun yang lalu.
Pada saat operasi ditemukan apendiks yang terletak retrosekal retroperitoneal sesuai
dengan tanda yang didapatkan pada pemeriksaan fisik. Didapatkan pula appendiks
yang gangrenosa sehingga diagnosis post operasi adalah apendisitis gangrenosa.
Apendisitis gangrenosa merupakan stadium akhir dari apendisitis dimana terjadi
nekrosis jaringan akibat adanya gangguan aliran darah pada apendiks sehingga dapat
terjadi perforasi. Terapi antibiotic spektrum luas pada apendisitis sederhana dan
supuratif hanya dilakukan profilaksis preoperatif.
Daftar Pustaka
1. Soybel, Apendicitis Akut. Departemen Bedah UGM . 2010
2. Sjamsuhidajat, Apendicitis, De Jong. 2004
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34725/4/Chapter%20II.pdf
15
16